Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 3

(Pengantar Pendidikan)

Adelia selfira_A41122090
Rani rahmaniah__A41122070
Andini Nur Diani Soni_A41122080
Amalia_A41122103
ROHANA KUDUS
Wartawan Perempuan Pertama dari Sumatra Barat
PROFIL ROHANA KUDUS

• Nama : Roehana Koeddoes

• Lahir : Kota Gadang, 20 Desember 1884

• Ayahanda bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan Ibundanya bernama Kiam

• Rohana Kudus juga adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia
yang pertama dan juga mak tuo (bibi) dari penyair terkenal Chairil Anwar.
Rohana adalah seorang perempuan yang mempunyai komitmen yang kuat pada pendidikan terutama
untuk kaum perempuan. Pada zamannya Rohana termasuk salah satu dari segelintir perempuan yang
percaya bahwa diskriminasi terhadap perempuan, termasuk kesempatan untuk mendapat pendidikan
adalah tindakan semena-semena dan harus dilawan. Dengan kecerdasan, keberanian, pengorbanan serta
perjuangannya Rohana melawan ketidakadilan untuk perubahan nasib kaum perempuan.

Walaupun Rohana tidak bisa mendapat pendidikan secara formal namun ia rajin belajar dengan
ayahnya, seorang pegawai pemerintah Belanda yang selalu membawakan Rohana bahan bacaan dari
kantor. Keinginan dan semangat belajarnya yang tinggi membuat Rohana cepat menguasai materi yang
diajarkan ayahnya. Dalam Umur yang masih sangat muda Rohana sudah bisa menulis dan membaca,
dan berbahasa Belanda. Selain itu ia juga belajar abjad Arab, Latin, dan Arab-Melayu. Saat ayahnya
ditugaskan ke Alahan Panjang, Rohana bertetanga dengan pejabat Belanda atasan ayahnya. Dari istri
pejabat Belanda itu Rohana belajar menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang merupakan
keahlian perempuan Belanda. Disini ia juga banyak membaca majalah terbitan Belanda yang memuat
berbagai berita politik, gaya hidup, dan pendidikan di Eropa yang sangat digemari Rohana.
KARYA-KARYA ROHANA KUDUS
ROHANA KUDUS MENDIRIKAN KORAN SUNTING MELAYU

Pernikahan tak lantas membuat Rohana terkungkung di dapur, sumur, dan kasur seperti perempuan-
perempuan lainnya. Sebagai perempuan yang hidup sezaman dengan RA Kartini, dia berhasil menjadi
jurnalis perempuan pertama yang dimiliki Indonesia. Pada 10 Juli 1912, dia mendirikan surat kabar
perempuan bernama Sunting Melayu. Susunan redaksi mulai dari pemimpin redaksi, redaktur, dan penulis
semuanya perempuan. Selain Sunting Melayu, karya-karya jurnalistik Rohana Kudus juga tersebar di
banyak surat kabar, seperti Saudara Hindia, Perempuan Bergerak, Radio, Cahaya Sumatera, Suara Koto
Gadang, Mojopahit, Guntur Bergerak, dan Fajar Asia.

Pada 25 Agustus 1974, Rohana Kudus memperoleh gelar pelopor wartawan perempuan Sumatera Barat
dan perintis pers oleh pemerintah atas jasanya dalam memperjuangkan bangsa melalui dunia jurnalistik.
Rohana Kudus (1884-1972), selama puluhan tahun mengabdikan dirinya kepada masyarakat, bangsa
dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum hawa yang diperjuangkannya. Rohana Kudus
berjuang untuk kaumnya, menulis berbagai hal demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa,
tentang perempuan, seperti persoalan rumah tangga, agama, politik, sosial, dan lain sebagainya. Demi
memajukan kaum perempuan, agar tercapainya kesejahteraan dan kemaslahatan bagi kaum
perempuan.

Melalui tulisannya, Rohana Kudus berusaha membuka mata perempuan, memberikan pemehaman dan
pengajaran. Karya-karya jurnalistik Rohana, tersebar pada beberapa surat kabar di Sumatera Barat,
dan beberapa pulau di Indonesia. Di antaranya, Sunting Melayu, Saudara Hindia, Perempuan
Bergerak, Radio, dan Suara Koto Gadang. Rohana juga pemah menulis pada beberapa surat kabar
yang terbit di Pulau Jawa, seperti Mojopahit, Guntur Bergerak, Fajar Asia.

Melawan penjajah, sebagai wujud cinta tanah air. Hal ini tergambar dari karya-karya jurnalistiknya,
salah satu diantaranya melalui syairnya yang terbit di surat kabar Sunting Melayu, tanggal 23 Mei
1913, yang berjudul,: -Setia Gerakan Perempuan Zaman ini-
Apabila diperhatikan bagaimana gerakan bangsa waktu ini, dan diperbandingkan dengan gerakan
Hindia dan difikirkan bagaimana gerakan Sumatera waktu ini, maka taulah kita bahwa masih jauh jalan
yang kita tembuh ke padang yang bernama kemajuan.
Akan tetapi hal ini janganlah disia-siakan terutama bagi orang yang berperasaan cinta, kasih sayang
kepada bangsa dan lanah airnya. Hingga wakiu sekarang lerang kelihatan benar bagaimana gerakan
bumi putera hendak meniru gera/can bangsa Eropa yang telah maju. Sepakat mendirikan perkumpulan
dan lain-lain men genai pelejaran. Di Alam Minang Kabau kita sudah pula berbunga dengan
mendirikan beberapa perserikatan. Biarpun banyak perserikatan terutama buat laki-laki, akan tetapi
marilah kaum perempuan berani minta terima kasih kepada ahli-ahli supaya kita dihelanya dari lembah
kegelapan kejalan yang terang.

Beberapa tempat telah bertambah juga munid-munid perempuan dan belajar dengan rajinnya. Dan
diharapkan mudah-mudahan sekalian bangsa Melayu yang ingin akan kemajuan dan keselamatan dan
bangsa serta tanah airnya akan memperhatikan hal ini. Berkat mendirikan Surat Kabar Sunting Melayu,
sejak 12 Juli 1912, yang merupakan koran khusus wanita pertama di Indonesia. 25 Agustus 1974,
Rohana memperoleh gelar pelopor wartawan perempuan Sumatera Barat dan dapat penghargaan
pebagai perintis pers oleh pemerintah atas jasa-jasanya dalam perjuangan bangsa melalui dunia
jurnalistik.
IMPLIKASI PEMIKIRAN ROHANA KUDUS UNTUK
KEBIJAKAN PENDIDIKAN

Kepeduliannya pada pendidikan perempuan sudah ada sejak Rohana masih belia. Landasan
baginya untuk terus mengajar dan memajukan kaum perempuan. Rohana Kudus, bukan sekadar
pahlawan di belakang meja atau hanya karena tulisan-tulisannya. Ia juga turut memberikan
sumbangsih mendirikan dapur umum bagi para pejuang. Ia juga mempelopori berdirinya badan
sosial untuk membantu para gerilyawan.
Ia juga menjabat sebagai ia menjabat sebagai pemimpin redaksi surat kabar perempuan yang terbit
di Kota Padang, Sumatera Barat ini. Melalui surat kabar, Ruhana berjuang menyebar ide dan
gagasan untuk mengeluarkan kaum perempuan dari keterbelakangan dan ketidakadilan, termasuk
di bidang pendidik. Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi,
Rohana Kudus turut membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat
juang para pemuda.
Ia juga berjuang lewat perkumpulan Kerajinan Amai Setia, yang bercita-cita agar perempuan maju dan
mandiri secara ekonomi. Ketidakberdayaan perempuan terjadi karena tidak kuat secara ekonomi, oleh
sebab itu perempuan harus kuat secara ekonomi. Lewat perkumpulan tersebut derajat kaum perempuan
mulai terangkat. Mereka bisa belajar menulis dan membaca, berhitung, keterampilan rumah tangga,
kepandaian tangan, menjahit, menyulam, belajar agama, akhlak dan lainnya.

Kerajinan Amai Setia juga berkembang menjadi usaha dagang hasil produksi perempuan dan pusat
kerajinan rumah tangga di Koto Gadang. Lembaga tersebut terus membesar hingga mendapatkan
pinjaman modal dari bank, dan juga menjadi wadah simpan pinjam untuk perempuan dalam
mengembangkan usahanya.

Selain berkiprah di sekolahnya, Rohana juga menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda karena ia
sering memesan peralatan dan kebutuhan jahit-menjahit untuk kepentingan sekolahnya. Disamping itu
juga Rohana menjadi perantara untuk memasarkan hasil kerajinan muridnya ke Eropa yang memang
memenuhi syarat ekspor. Ini menjadikan sekolah Rohana berbasis industri rumah tangga serta koperasi
simpan pinjam dan jual beli yang anggotanya semua perempuan yang pertama di Minangkabau.
Banyak petinggi Belanda yang kagum atas kemampuan dan kiprah Rohana.
Selain menghasilkan berbagai kerajinan, Rohana juga menulis puisi dan artikel serta fasih berbahasa
Belanda. Tutur katanya setara dengan orang yang berpendidikan tinggi, wawasannya juga luas. Kiprah
Rohana menjadi topik pembicaraan di Belanda. Berita perjuangannya ditulis di surat kabar terkemuka
dan disebut sebagai perintis pendidikan perempuan pertama di Sumatera Barat.

Keinginan untuk berbagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di
kampungnya ditunjang kebiasaannya menulis berujung dengan diterbitkannya surat kabar perempuan
yang diberi nama Sunting Melayu pada tanggal 10 Juli 1912. Sunting Melayu merupakan surat kabar
perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.
Kisah sukses Rohana di sekolah kerajinan Amai Setia tak berlangsung lama pada tanggal 22 Oktober
1916 seorang muridnya yang telah didiknya hingga pintar menjatuhkannya dari jabatan Direktris dan
Peningmeester karena tuduhan penyelewengan penggunaan keuangan. Rohana harus menghadapi
beberapa kali persidangan yang diadakan di Bukittinggi didampingi suaminya, seorang yang mengerti
hukum dan dukungan seluruh keluarga. Setelah beberapa kali persidangan tuduhan pada Rohana tidak
terbukti, jabatan di sekolah Amai Setia kembali diserahkan padanya, namun dengan halus ditolaknya
karena dia berniat pindah ke Bukittinggi.
PEMIKIRAN ROHANA KUDUS DENGAN PEMIKIRAN
PENDIDIKAN SEKARANG

Apa yang bisa diteladani anak muda sekarang dari Rohana Kudus? Sama seperti Soekarno atau Tan
Malaka, Rohana Kudus juga sosok yang memiliki visi. Lewat surat kabar Soenting Melayoe ia
berjuang mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan yang saat itu masih terpinggirkan. Ia
merupakan tokoh pelopor pergerakan perempuan pada masanya. Ia juga berinisiatif membuka
sekolah dan mengajar anak-anak membaca dan mengaji.
PERGERAKAN ROHANA KUDUS

Saat Belanda meningkatkan tekanan dan serangannya terhadap kaum pribumi, Rohana bahkan turut
membantu pergerakan politik dengan tulisannya yang membakar semangat juang para pemuda.
Rohana pun mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial untuk membantu para gerilyawan.
Dia juga mencetuskan ide bernas dalam penyelundupan senjata dari Kotogadang ke Bukittinggi
melalui Ngarai Sianok dengan cara menyembunyikannya dalam sayuran dan buah-buahan yang
kemudian dibawa ke Payakumbuh dengan kereta api
Hingga ajalnya menjemput, dia masih terus berjuang. Termasuk ketika merantau ke Lubuk Pakam dan
Medan. Di sana dia mengajar dan memimpin surat kabar Perempuan Bergerak. Kembali ke Padang, ia
menjadi redaktur surat kabar Radio yang diterbitkan Tionghoa-Melayu di Padang dan surat kabar
Cahaya Sumatera. Perempuan yang wafat pada 17 Agustus 1972 itu mengabdikan dirinya kepada
bangsa dan negara, serta menjadi kebanggaan bagi kaum hawa yang diperjuangkannya.
Demikianlah Rohana Kudus menghabiskan 88 tahun umurnya dengan beragam kegiatan yang
berorientasi pada pendidikan, jurnalistik, bisnis dan bahkan politik. Kalau dicermati begitu banyak
kiprah yang telah diusung Rohana. Selama hidupnya ia menerima penghargaan sebagai Wartawati
Pertama Indonesia (1974), pada Hari Pers Nasional ke-3, 9 Februari 1987, Menteri Penerangan
Harmoko menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Dan pada tahun 2008 pemerintah
Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama.

Sembilan November 2007, Rohana Kudus kembali dapat penghargaan dari pemerintah,dengan putusan
perda nomor 068/ PK/ 2007, pengargaan 'Bintang Jasa Utama'. Penghargaan tersebut diserahkan
melalui Gubemur Sumbar, Gamawan Fauzi, diterima cucu Rohana Kudus, Juneydi Juni pada acara
puncak Hari Pers Nasional tingkat Sumbar di Istana Negara Bung Hatta, Bukittinggi, pada tanggal 16
Februari 2008.
 
Melimpah kiprah Rohana Kudus demi bangsa ini, namun bintang jasa yang diberikan untuk
menghargai jasa-jasa tersebut tidak seberapa, belum setimpal dengan perjuangannya. Pantaslah kiranya
Rohana Kudus memperoleh gelar "Pahlawan Nasional".
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai