Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BIOGRAFI RA KARTINI

Disusun oleh :
- TRI LESTARI
- LUNA SASMITA
- WAHYU TRI REJEKI
- DESITA AZAHRA

SMP NEGERI 3 GRABAG


TAHUN PELAJARAN 2022/2023
R.A. Kartini Sebagai Pahlawan Emansipasi Kaum
Wanita Indonesia 

R.A Kartini merupakan salah satu tokoh wanita yang terkenal di Indonesia. Raden
Ayu Kartini atau R.A.Kartini adalah sosok wanita pahlawan Nasional yang dikenal
dengan kegigihannya memperjuangkan emansipasi wanita kala hidupnya. Untuk
mengenal lebih jauh mengenai biografinya, berikut ini adalah biografi R.A.Kartini.
Biografi Singkat
Nama : Kartini
Nama Lain : Raden Ayu Kartini
Lahir : Jepara , 21 April 1879
Wafat : Rembang, 17 September 1904
Agama : Islam
Pasangan : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Orangtua : R.M. Sosroningrat (Ayah), M.A. Ngasirah (Ibu)
Gelar : Pahlawan Emansipasi Wanita

Biografi Lengkap R.A. Kartini


Kelahiran R.A.Kartini
R.A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Kota Jepara, karena kegigihannya
itulah hari lahirnya kemudian diperingati sebagai hari Kartini untuk menghormati
jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir ditengah-tengah keluarga yang
berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Karena itulah ia
memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) didepan namanya. Gelar Raden Ajeng
digunakan Kartini sebelum ia menikah, jika sudah menikah maka gelar
kebangsawanan diganti menjadi Raden Ayu menurut tradisi Jawa.

Keluarga R.A.Kartini
Ayah Kartini yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang
diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini Lahir. Kartini merupakan putri
pertama dari istri pertama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat namun bukan dari
istri utama. Ayahnya merupakan putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV,
seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara, beliau ini merupakan
kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang
terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara kala Kartini dilahirkan.

Ibunya yaitu M.A.Ngasirah merupakan anak dari seorang Kiyai atau guru agama di
Telukawur, kota Surabya. Jika ditelisik lebih dalam Kartini merupakan keturunan dari
Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa Ayahnya
berasal dari kerajaan Majapahit.

M.A.Ngasirah merupakan bukanlah putri dari keturunan bangsawan, melainkan


hanya dari rakyat biasa saja. Karena pada peraturan kolonial Belanda yang ketika itu
mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan, akhirnya ayah
Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan
yang merupakan seorang Bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura pada
masanya. Setelah perkawinan itu, kemudian ayah Kartini diangkat menjadi Bupati
Jeparaa menggantikan posisi ayah kandung dari Raden Adjeng Woerjan yaitu
R.A.A. Tjitrowikromo.

Kehidupan R.A.Kartini dan Pemikirannya tentang emansipasi Wanita


Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan kiri. Dari saudara
sekandungnya, Kartini merupakan putri tertua. Kakeknya adalah Pangeran Ario
Tjondronegoro IV diangkat menjadi Bupati diusia 25 Tahun dan dikenal pada
pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi
pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak kartini yaitu Sosrokartono seorang
yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere


School). Disana Ia belajar bahasa Belanda. Namun pada umur 15 tahun ia harus
tinggal dirumah karena sudah bisa dipingit.

Karena kepandaiannya dalam berbahasa Belanda, maka dirumah ia mulai belajar


sendiri dan menulis surat untuk teman-teman korespondensi yang berasal dari
Belanda. Salah satu teman yang mendukunya adalah Rosa Abendanon.Dari
sanalah Kartini mulai tertarik dengan pola pikir yang dimiliki oleh perempuan Eropa
dari surat kabar, majalah, serta buku yang ia baca.

Hingga kemudian ia mulai berpikir dan berusaha untuk memajukan perempuan


pribumi karena dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh
atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu.

R.A. Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah dari kebudayaan
Eropa yang menjadi langganannya denga barbahasa Belanda. Di usianya yang
masih 20 Tahun ia bahkan sudah banyak membaca buku karya Louis Coperus yang
berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-
roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga
membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.

Ketertarikannya dalam membaca membuat ia memiliki pengetahuan yang cukup


luas tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. R.A.Kartini memberi perhatian
khusu pada masalah emansipasi wanita dengan melihat perbandingan antara wanita
eropa dan wanita pribumi. Selain itu ia juga menaruh perhatiannya pada masalah
sosial yang terjadi. Menurutnya seorang wanita perlu mmeperoleh persamaan,
kebebasan , otonomi serta kesetaraan hukum.

Pernikahan R.A.Kartini 
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan Bupati Rembang yaitu K.R.M.
Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang telah memiliki tiga orang istri. Kartini
menikah pada tanggal 12 November 1903. Suami memberikan pengertian terhadap
keinginan dari Kartini dan memberika kebebasan serta didukung untuk mendirikan
sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks perkantoran Rembang, atau
saat ini gedung tersebut digunakan sebagai gedung pramuka.

Kelahiran Putra dan Wafatnya R.A.Kartini


R.A. Kartini melahirkan seorang Putra yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat,
lahir pada tanggal 13 September 1904. Namun 4 hari setelah melahirkan, tepatnya
pada tanggal 17 September 1904 Kartini meninggal pada usia 25 Tahun, dan
jasadnya dimakamkan di Desa Bulu, kecamatan Bulu, Rembang.

Didirikannya Yayasan Kartini


Berkat kegigihannya, kemudian didirikanlah Sekolah wanita oleh Yayasan Kartini di
semarang pada tahun 1912, dan kemudian di dirikan di Surabaya, Yogyakarta,
Malang, Madiun, Cireboh dan daerah lainnya. Sekolah tersebut diberi nama
“Sekolah Kartini”, Yayasan tersebut didirikan oleh keluarga Van Deventer. seorang
tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri
kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia-Belanda mengumpulkan dan
membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan oleh R.A Kartini kepada teman-
temannya di Eropa. Bukunya diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti
harfiahnya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini
diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan
terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Penghargaan untuk R.A.Kartini


Dengan terbitnya surat-surat Kartini yang hanya seorang perempuan pribumi, sangat
menarik perhatian masyarakat Belanda. Pemikiran-prmikian Kartini mulai mengubah
pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan Pribumi di Jawa. Selain itu
atas pemikiran-pemikirannya pula yang menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh
kebangkitan nasional Indonesia, seperti W.R Soepratman yang menciptakan lagu
berjudul Ibu Kita Kartini. Lagu tersbut kini sangat populer dikalangan siswa di
Indonesia, lagu ini menggambarkan inti perjuangan wanita untuk merdeka.
Hingga pada tanggal 2 Mei 1964 presiden Soekarno mengeluarkan instruksi berupa
keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, yang berisi penetapan
Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari
lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai
sekarang ini.

Terdapat banyak perdebatan dan kontrovesi mengenai keaslian surat-surat yang


ditulis oleh R.A.Kartini, karena hingga kini sebagian besar naskah asli surat kartini
tidak dapat ditemukan, dan jejak keturuan J.H.Abendanon pun sulit untuk dilacak
oleh pemerintahan Belanda. Hingga banyak kalangan yang meragukan kebenaran
dari surat-surat Kartini.

Selain itu penetapan tanggal kelahiran R.A Kartini sebagai hari besar juga banyak
diperdebatkan. Terdapat pihak yang tidak begitu menyetujuinya, mereka
mengusulkan agar tidak hanya ada hari kartini, namun harus ada juga hari Ibu yang
jatuh pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka mengusulkan hal tersebut agar tidak ada pilih kasih, karena masih
ada pahlawan wanita lain yang ikut gigih memperjuangkan kemerdekaan untuk
negara seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, dan lain-
lain.

Buku-Buku R.A.Kartini
1. Habis Gelap Terbitlah Terang
2. Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya
3. Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904
4. Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer)
5. Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya
6. Aku Mau … Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella
Zeehandelaar 1899-1903.
Keturunan R.A.Kartini
Sebelum wafatnya R.A.Kartini memiliki seorang putra yang bernama R.M Soesalit
Djojoadhiningrat hasil pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat.

Putra Kartini sempat menjabat sebagai Mayor Jenderal pada masa kependudukan
Jepang, kemudian ia memiliki putra yang bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu
R.A Kartini) yang kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Ray. Sri
Biatini Boedi Setio Soesalit.

Dari pernikahannya, RM. Boedi Setiyo Soesalit memiliki lima anak bernama RA.
Kartini Setiawati Soesalit, kemudian RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini
Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit.

Anda mungkin juga menyukai