Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

LOMPAT TINGGI

Disusun oleh :

Dany Kristianto (X MIPA 3/09)

SMAN 1 GRABAG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Pengertian Lompat Tinggi

Lompat tinggi adalah salah satu jenis olahraga cabang atletik dimana sang atlet
harus melakukan lompatan setinggi-tingginya melewati mistar tanpa bantuan alat
dengan berbagai jenis gaya yang diperbolehkan (gaya gunting, guling sisi, guling
straddle, dan flop) atau gaya baru yang tidak bertentangan dengan aturan
internasional.
Dari keempat gaya tersebut, semuanya cenderung membuat atlet lompat tinggi
melompat dari sisi sebelah kiri atau kanan untuk meloloskan kaki dari halangan
mistar.
Hal ini tentunya berbeda dengan lompat batu tradisional Nias yang masih
tergolong sebagai olah raga lompat tinggi.
Lompat batu Nias sayangnya tidak termasuk sebagai cabang atletik yang
diperlombakan dalam kancah olimpiade, melainkan sebuah upacara adat untuk
memberikan gelar dewasa pada anak lelaki yang berani melakukannya.
Meski demikian, dalam lompat batu Nias seorang pelompat harus bisa melompati
batu yang disusun sedemikian rupa hingga setinggi 2-3 meter dengan alat bantu
tumpuan dari batu yang ditempatkan sekitar setengah meter dari susunan batu
dan mendarat tanpa bantuan matras.
Tentunya tujuan dari lompat tinggi dan lompat batu berbeda.
Jika dalam lompat tinggi seorang atlet harus berhasil melewati mistar dan menjadi
juara, maka dalam lompat batu seorang lelaki Nias harus bisa dan berani
melompati batu agar mendapatkan gelar sebagai lelaki dewasa.
Tentunya resiko cidera akibat lompat batu ini jauh lebih besar daripada lompat
tinggi sehingga hingga sekian tahun lompat batu ini tidak termasuk sebagai cabang
olah raga, melainkan sebuah upacara adat.
Lompat tinggi merupakan salah satu olah raga tertua, meski dalam rekam sejarah,
olah raga ini resmi dinilai sebagai cabang atletik baru dan diperlombakan pada
olimpiade Skotlandia di abad ke 19.
Dengan bergantinya era demi era, olah raga ini berkembang mulai dari teknik,
peraturan, hingga sarana dan prasarananya.

Sejarah Lompat Tinggi


via olympic.org
Lompat tinggi disinyalir telah ada dan dipertandingkan dalam olimpiade Yunani
kuno pada tahun 776 SM.
Sayangnya catatan sejarah kurang lengkap untuk memastikan narasi sejarah kuno
dari lompat tinggi ini untuk mendapatkan beberapa informasi tentang bentuk,
gaya, lapangan, peraturan dan segala seluk beluk lompat tinggi sebagaimana yang
telah ada sejak era modern.
Oleh karenanya, lompat tinggi dianggap sebagai cabang atletik modern yang dibuat
dan dipertandingkan dalam olimpiade Skotlandia untuk pertama kalinya pada ke
19.
Dan sejak saat itu, pada olimpiade berikutnya, lompat tinggi menjadi salah satu
nomor dalam cabang atletik yang dipertandingkan.
Pada abad ke 19 itulah lompat tinggi masih bisa dibilang tradisional, tanpa sarana
dan prasarana yang aman untuk menjamin keselamatan atletnya.
Betapa tidak, waktu itu lompat tinggi diperlombakan tanpa menggunakan matras
sebagai alas pendaratan dan hanya berupa tanah datar berumput. Tentu saja
banyak atlet yang cidera akibat olah raga tersebut.
Rekor terbaik pada waktu itu adalah lompatan setinggi 1,68 meter yang dilakukan
dengan gaya gunting (satu-satunya gaya dan merupakan gaya pertama dalam
lompat tinggi yang berhasil dipergunakan untuk melompat dengan ketinggian lebih
dari 1,5 meter).
Selanjutnya pada abad ke 20, lompat tinggi telah dimodernisasi dan telah
diorganisasikan dalam organisasi atletik internasional IAAF (international Athletic
Amateur Federation) yakni pada tahun 1912.
Sejak saat itu atletik lompat tinggi tak lagi menggunakan tanah dan rumput sebagai
tempat pendaratan, melainkan matras sehingga atlet lompat tinggi bisa mendarat
dengan menggunakan punggungnya atau bagian tubuh yang lain.
Dengan adanya matras ini tingkat keamanan terjaga dan atlet lebih berani lagi
untuk mengembangkan teknik dan gaya lompat tinggi (Gaya Fosbury Flop) untuk
menghasilkan rekor baru.
Selain gaya gunting yang telah bertahan beberapa tahun sebagai gaya klasik dalam
lompat tinggi, akhirnya pada tahun 1895 seorang atlet dari Irlandia, Michael
Sweeney berhasil menciptakan gaya baru, yakni gaya gunting eastern cut off.
Gaya ini sedikit berbeda dengan gaya gunting, meski pengambilan lompatan masih
bisa disamakan dengan gaya gunting, namun dalam gaya ini atlet melakukan
awalan dari sisi samping mistar sehingga posisi tubuh menjadi dengan posisi
sejajar dengan mistar sehingga menghasilkan lompatan yang lebih ekonomis dan
lebih tinggi dari gaya sebelumnya.
Selanjutnya dalam perkembangannya, telah lahir gaya baru dalam lompat tinggi,
yakni gaya guling sisi (wetern roll) yang diciptakan oleh George Horine dan pada
tahun 1912 ia berhasil melompat dengan ketinggian 2, 03 meter.
Selain gaya guling western roll, ada lagi satu jenis gaya guling yang masih
dipergunakan hingga sekarang, yakni gaya guling straddle yang dipelopori oleh
Charles Dumas (rekor 2,13 meter, pada tahun 1956), John Thomas (rekor 2,23
meter, pada tahun 1960), dan Valeriy Brumel (rekor 2, 28 meter pada tahun 1964).
Gaya yang terbaru setelah adanya matras adalah gaya fosbury flop dimana atlet
lompat tinggi mendaratkan tubuhnya dengan tumpuan punggung.
Gaya ini masih banyak dipakai terutama oleh atlet yang berbada tinggi dinilai cukup
efektif untuk menghasilkan lompatan tinggi.
Gaya ini dirintis oleh Dick Ricarod Fosbury yang memenangkan kejuaraan lompat
tinggi pada olimpiade Mexico di tahun 1968. Sejak saat itu gaya ini dipergunakan
oleh banyak atlet karena dinilai cukup unik dan efisien.

Gaya Lompat Tinggi


via iaaf.org
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian sebelumnya, gaya dalam lompat tinggi
ada 4 macam yang akan dibahas selengkapnya sebagai berikut ini:
1. Lompat Tinggi Gaya Gunting
Gaya gunting merupakan gaya yang paling klasik dalam lompat tinggi. Gaya ini
muncul seiring dengan hadirnya olah raga atletik lompat tinggi di olimpiade
Skotlandia di abad 19.
Pada gaya ini, sebagaimana dinamai sebagai gaya gunting, posisi kaki yang
melompat, mengayun dan melewati mistar tampak seolah-olah seperti gerakan
gunting.
Gaya gunting diawali dengan lompatan yang berasal dari tolakan kaki terkuat dan
dilanjutkan dengan ayunan kaki satunya ketika tubuh mendekati mistar sehingga
akhirnya kedua kaki dan seluruh tubuh bisa lolos melewati mistar pada ketinggian
tertentu.
Selanjutnya gaya gunting ini disempurnakan oleh Michael Sweeney dan
perbedaannya terletak pada awalan untuk melakukannya.
Pada gaya gunting klasik, gaya lompat yang dilakukan merupakan gaya jongkok dan
posisi tubuh berada di depan mistar, sementara Sweeney mengubahnya menjadi
awalan dengan posisi tubuh berada di samping mistar segingga gerakan gunting ini
dilakukan dengan posisi tubuh yang miring atau sejajar dengan mistar.
2. Lompat Tinggi Gaya Guling Sisi
Gaya guling sisi atau dikenal juga sebagai gaya western roll merupakan sebuah gaya
dimana ketika atlet melompat, ia melakukannya dari sisi samping mistar,
mengangkat tubuhnya dan memposisikannya sedemikian rupa hingga melayang
terlentang diudara, lalu memutar tubuh hingga melewati mistar.
Sayangnya dalam gaya ini posisi kepala menjadi lebih rendah dari pinggul dan hal
ini dinilai sebagai diskualifikasi sehingga gaya ini tak lagi di pakai. Selama beberapa
tahun, sebelum akhirnya peraturan tersebut dicabut karena atlet hanya
menggunakan gaya yang ada sebelumnya.
3. Lompat Tinggi Gaya Straddle
Gaya straddle ini sedikit banyak mirip dengan gaya guling sisi atau bisa dibilang
sebagai penyempurnaan gaya guling sisi yang mana dalam gaya ini posisi kepala
tak lagi menjadi lebih rendah dari pinggul.
Gaya ini diciptakan dan dipergunakan untuk pertamakalinya oleh Charles Dumas
yang telah mempertahankan rekor 2,23 meter dalam kurun waktu 4 tahun.
Rekor tersebut bisa dibilang fantastis dalam dunia lompat tinggi dan setelah Dumas
berhasil menang dengan gaya tersebut, pada akhirnya gaya straddle banyak
dipergunakan oleh para atlet lompat tinggi.
Sampai sejauh ini rekor lompat jauh tertinggi yang diciptakan oleh Valeriy Brumel
dengan gaya straddle berhasil memecahkan rekor setelah ia berhasil melompat
dengan ketinggian 2,28 meter
4. Lompat Tinggi Gaya Flop
Gaya flop atau dikenal juga dengan istilah gaya Fosbury Flop, pertamakali diciptakan
oleh atlet lompat tinggi asal Amerika, Dick Ricarod Fosbury yang memenangkan
kejuaraan lompat tinggi pada olimpiade Mexico di tahun 1968.
Gaya ini sangatlah unik karena ketika melakukan lompatan, posisi tubuh
membelakangi mistar dan kemudian melewati mistar dengan mengedepankan
punggung atlet.
Sekilas gaya ini tampak seperti orang salto karena awalan untuk melakukannya
mirip, namun tidak demikian karena dari awal melompat hingga mendarat, posisi
tubuh tidak berjungkir berjungkir balik layaknya orang salto, melainkan tetap
konstan dengan mengedepankan punggung dan menggunakan punggung untuk
tumpuan jatuh.

Teknik Dasar Lompat Tinggi

via iaaf.org
Dalam melakukan lompatan ada 4 teknik dasar lompat tinggi yang harus dikuasai
oleh seorang atlet, yakni seperti yang akan diuraikan pada bagian berikut ini:

1. Awalan
Dalam lompat tinggi tak ada ketentuan untuk atlet dalam melakukan awalan,
namun demikian sebagian besar atlet lompat tinggi melakukan awalan dengan cara
berlari.
Dimulai dari lari dengan kecepatan rendah hingga kecepatan tertentu sesuai
dengan strateginya untuk melakukan ancang-ancang dalam melompat.
2. Tolakan
Tolakan atau melompat dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat agar seluruh
tubuh terangkat hingga menuju dan melewati mistar.
Tugas kaki tak hanya melakukan tolakan (dengan kaki terkuat) namun juga
melakukan ayunan (dengan kaki satunya) sehingga lompatan ini berhasil dilakukan
untuk melewati mistar sebagaimana lompat dan mengayun ini dilakukan dalam
permainan lompat tali.
3. Melayang
Melayang dalam hal ini merupakan kondisi ketika tubuh atlet mulai terangkat untuk
melewati mistar. Pada tahap ini, atlet bisa melakukan teknik tertentu sesuai dengan
gaya yang ia gunakan dalam lompat tinggi.
4. Mendarat
Mendarat merupakan momen ketika tubuh telah melewati tiang mistar dan jatuh
ke matras.
Ada dua bentuk pendaratan yang paling umum, yakni mendarat dengan
menggunakan kedua kaki atau mendarat dengan menggunakan tubuhnya.
Teknik Lompat Tinggi
Tercatat, ada empat teknik lompat tinggi yang pernah digunakan dalam olimpiade.
Keempat teknik tersebut, yaitu:
1. Teknik Lompat Tinggi Gaya Gunting

via wikimedia.org
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya gunting, maka ada tahap-tahap
yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan untuk memulai lompat tinggi dengan gaya gunting bisa dilakukan dengan
cara berlari agak menyerong dari mistar, yakni menyerong ke kanan atau ke kiri
sesuai dengan tumpuan kaki yang akan dipergunakan untuk melakukan tolakan.
Jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka awalan dilakukan dengan berlari
dari arah yang agak serong ke kiri.
b. Tolakan
Tolakan biasanya dilakukan dengan kaki terkuat, baik kanan ataupun kiri sehingga
arah lari awalan menyesuaikan.
Tolakan dalam gaya gunting dilakukan ketika posisi tubuh sudah hampir mendekati
mistar, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh agar posisi kaki yang akan
mengayun mendapatkan ruang yang pas.
c. Melayang
Setelah melakukan tolakan dan tubuh terangkat ke atas, maka kaki yang berperan
untuk melakukan ayunan segera diangkat melewati mistar.
Segera setelah kaki ayun melampaui mistar, kaki tolakan melakukan ayunan
susulan dan posisi tubuh diputar pada arah yang sama dengan demikian seluruh
tubuh berhasil melalui mistar.
Gerakan kaki tersebut dilakukan dengan cara cepat dan hampir bersamaan
sehingga terlihat seperti gerakan gunting.
d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan menggunakan kaki yang sampai duluan pada matras
dengan posisi tubuh menghadap ke arah mistar.
Jika pendaratan berhasil dilakukan dengan berdiri, maka pendaratan ini merupakan
pendaratan sempurna.
Namun jika pendaratan dilakukan dengan posisi tubuh terjatuh maka pendaratan
tersebut masih sah dilakukan dan lompatan tetap dinilai.
2. Teknik Lompat Tinggi Gaya Guling Sisi (Western Roll)

via pinterest.com
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya guling sisi, maka ada tahap-tahap
yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan dilakukan dari samping mistar dengan sudut serong sekitar 30-40 derajad.
Arah awalan ini, baik kiri ataupun kanan, bergantung pada kaki yang dipergunakan
untuk melakukan tolakan.
Jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka awalan yang dipergunakan dari
arah serong kanan dan begitu pula sebaliknya.
b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat dengan jarak yang dekat
dengan mistar.
Setelah kaki melakukan tolakan, segera kaki ayun mulai beraksi, bergerak
mengayun ke atas dan menyilang melewati mistar dan segera disusul dengan kaki
tolakan.
c. Melayang
Setelah melakukan tolakan dan ayunan hingga tubuh melewati mistar, maka posisi
tubuh dibuat terlentang-melayang sejajar dengan mistar dan saat itu pula kepala
segera diturunkan agar seluruh tubuh mengikuti jatuhnya posisi kepala.
Posisi inilah yang sempat membut gaya guling sisi sempat dilarang karena posisi
kepala lebih rendah dari pinggul pada saat melayang.
d. Mendarat
Pendaratan dilakukan dengan menggunakan tumpuan kedua tangan yang segera
disusul dengan kaki untuk mengurangi beban tangan.
Posisi pendaratan ini merupakan posisi yang sulit dan berbahaya sehingga bagi
pemula, pendaratan dengan gaya ini baiknya dilakukan dengan menggunakan
tumpan kaki.
3. Teknik Lompat Tinggi Gaya Straddle

via pinterest.com
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya struddle, maka ada tahap-tahap
yang harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan lompat gaya guling sisi, yakni
jika tolakan dilakukan dengan kaki kanan, maka arah serong yang dipergunakan
untuk awalan juga dari kanan dan begitupula sebaliknya.
b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan kaki terkuat dengan jarak yang dekat dengan mistar.
Sementara kaki satunya diayunkan keatas dan disilangkan mengangkang hingga
melewati mistar. Hal ini bersamaan dengan pundak dan kepala yang juga melewati
mistar.
c. Melayang
Pada saat kaki ayun, kepala, bahu melewati mistar, kaki tolakan diangkat dengan
posisi lururs sejajar dengan tubuh dan mistar.
Pada posisi ini, kepala dan bahu telah terlebih dahulu melewati mistar dan telah
berada dalam posisi meluncur ke bawah.
Selanjutnya, bagian tubuh atas yakni kepala, bahu dan dada diluncurkan ke bawah
dan sisanya seluruh anggota tubuh lainnya akan mengikutinya dan bersiap untuk
melakukan pendaratan.
d. Mendarat
Dalam gaya ini, pendaratan dilakukan dengan menggunakan punggung sebagai
tumpuan. Pada posisi jatuh, seluruh anggota tubuh yang telah melewati mistar
dibalikkan menghadap ke atas hingga tubuh kemudian mendarat di matras.

4. Teknik Lompat Tinggi Gaya Flop


via pinterest.com
Untuk melakukan teknik lompatan dengan gaya flop, maka ada tahap-tahap yang
harus dilalui sebagai berikut ini:
a. Awalan
Awalan dalam gaya flop dilakukan dengan cara berlari dengan kecepatan tinggi.
Arah lari adalah setengah lingkaran, yakni dari sudut pojok depan berlari serong
menuju mistar. Arah lari menuju mistar ini bisa dari sisi kiri atau kanan jalur awalan
dan tidak bergantung pada kaki yang akan melakukan tolakan.
Kecepatan lari menjadi penentu untuk ketinggian lompatan.
b. Tolakan
Tolakan dilakukan dengan kaki terkuat. Ketika kaki melakukan tolakan, posisi tubuh
masih sejajar dengan arah lari atau sejajar dengan mistar.
Tentu tolakan ini tidak dilakukan di tengah mistar, melainkan agak ke pinggir dari
arah lari sehingga nantinya tubuh akan jatuh pada bagian tengah matras dengan
kecepatan tinggi.
Tolakan kaki ini akan membuat tubuh melayang keatas melewati mistar.
c. Melayang
Pada saat melakukan tolakan, tubuh secara bersamaan diputar hingga
membelakangi mistar, posisi ini sejalan dengan posisi tubuh yang melayang
sehingga tepat ketika tubuh berada diatas mistar, posisi tubuh telah menghadap ke
atas dan diikuti dengan kedua kaki yang diangkat naik agar tidak menyenggol
mistar.
d. Mendarat
Pendaratan pada gaya ini merupakan pendaratan yang paling berbahaya karena
seluruh teknik mulai dari awalan hingga mendarat dilakukan dengan kecepatan
tinggi.
Usahakan untuk memilih tempat mendarat pada posisi tengah matras dan ketika
tubuh telah jatuh dengan menggunakan punggung sebagai tumpuan, bisa langsung
dilanjutkan dengan berguling kebelakang untuk meredam kecepatan.
Atletik Lompat Tinggi
Lompat tinggi merupakan olah raga cabang atletik yang telah dirilis dalam
international Athletic Amateur Federation (IAAF) dan menjadi cabang olah raga
yang selalu dipertandingkan dalam olimpiade.
Atletik lompat tinggi ini telah ada sejak zaman kuno dan dari waktu ke waktu telah
banyak mengalami perubahan hingga pada abad ke 19 bentuk baku dari lompat
tinggi ini telah diakui dan bisa masuk dalam olimpiade modern untuk
pertamakalinya.
Cara Melakukan Lompat Tinggi
via pinterest.com
Olah raga atletik lompat tinggi tidak bisa dan tidak disarankan untuk dilakukan
secara sembarangan.
Seorang atlet lompat tinggi membutuhkan teknik tertentu agar bisa melompat
melewati mistar dan mendarat dengan mulus tanpa mengalami cidera apapun.
Oleh karenanya, tiap-tiap atlet harus menguasai gaya lompat tinggi dan teknik
lompat tinggi sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Cara Agar Lompatan Tinggi
Seorang atlet lompat tinggi harus rajin mengolah tubuhnya terutama pada bagian
otot perut dan kaki agar bisa melakukan lompatan yang tinggi.
Selain latihan lompat, tentu ada serangkaian latiihan lain yang harus dijalani, yakni
latihan lari dan gerakan dasar lain seperti push up, sit up, back up, dan squat jam.
Para atlet lompat tinggi juga harus mempelajari semua gaya dalam lompat tinggi
untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan pada tubuhnya dan menentukan gaya
mana yang paling pas baginya sehingga ia bisa melakukan lompatan maksimal.
Materi Lompat Tinggi

Beberapa hal penting yang bisa dijadikan materi dalam pembelajaran lompat
tinggi, selain pada praktik yang mendapatkan porsi utama, tentu pemahaman
teoritis juga diperlukan.
Oleh karena itu materi lompat tinggi bisa dibagi menjadi beberapa poin
pembahasan, diantaranya adalah pengertian lompat tinggi, sejarah lompat tinggi,
lapangan lompat tinggi, gaya dalam lompat tinggi, teknik pada gaya dalam lompat
tinggi dan aturan permainan dalam lompat tinggi.
Materi-materi ini telah dipaparkan dengan cukup lengkap pada keseluruhan artikel
ini.
Peraturan Lompat Tinggi
Berikut ini merupakan peraturan umum dalam pertandingan lompat tinggi:
1. Dalam pertandingan, atlet lompat tinggi akan bertanding untuk melewati mistar
hingga batas tertinggi yang bisa dicapai. Peserta akan satu-persatu berguguran
hingga bertahan satu atlet yang bisa melewati mistar tertinggi.
2. Setiap atlet lompat memiliki 3 kesempatan untuk melompati mistar pada
ketinggian yang sama. Jika pada 3 kesempatan tersebut atlet gagal melewati batas
yang ditentukan, maka ia akan gugur.
3. Tolakan hanya boleh dilakukan dengan menggunakan satu kaki.
4. Peserta tidak boleh menjatuhkan mistar
5. Peserta mengenakan seragam dan segala atributnya sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan panitia, misalnya tentang jenis sol sepatu yang diperbolehkan.
Lapangan Lompat Tinggi

via pinterest.com
Lapangan lompat tinggi terbagi menjadi empat, yakni jalur awalan, daerah tolakan,
mistar dan penyangganya, serta matras untuk mendarat. Berikut penjelasan
selengkapnya.
1. Jalur atau area untuk awalan dibuat berbentuk bujur sangkar atau setengah
lingkaran dengan jarak tepi ke titik pusat sejauh 15 meter. Jarak ini merupakan
jarak minimal untuk melakukan awalan. Oleh karenanya, atlet berhak melakukan
awalan dari area yang lebih jauh lagi selama hal tersebut tidak berlebihan.
2. Daerah tolakan merupakan area disekitar depan dan bawah mistar. Area ini benar-
benar harus dibuat sedatar mungkin, bersih, tidak menggelincirkan atlet saat
melakukan tolakan.
3. Mistar dibuat dengan panjang sekitar 3,98-4,02 meter dengan berat maksimal 2 kg
dan disangga dengan dua penyangga mistar yang ditempatkan sejajar dan berjarak
sama dengan panjang mistar. Tiang penyangga ini minimal salah satunya memiliki
ukuran untuk menentukan tinggi mistar.
4. Mistar ditopang dengan penopang mistar yang terdapat pada masing-masing tiang
penyangga, ukuran penopang mistar adalah 4x6cm.
5. Tempat pendaratan berukuran 3x5 meter yang terbuat dari busa dengan ketebalan
60 cm dan bagian atasnya tertutup matras dengan ketebalan 10-20 cm.

Tujuan Lompat Tinggi

Lompat tinggi merupakan olah raga yang bertujuan untuk mengembangkan


ketrampilan atlet untuk melompat.
Tentu tujuan dari lompat tinggi adalah untuk menghasilkan lompatan setinggi-
tingginya melewati dan tanpa menjatuhkan mistar dengan berbagai gaya yang
mungkin dilakukan baik gaya yang telah ada sebelumnya atupun gaya baru (selama
gaya tersebut tidak menyalahi aturan yang berlaku).
Sarana dan Prasarana Lompat Tinggi
Dalam lompat tinggi tidak ada alat bantu apapun untuk melompat, namun
tentunya ada fasilitas pengaman yang dipasang untuk menghindari cidera pada
atlet lompat tinggi, yakni matras yang ditaruh di bagian pendaratan tepat setelah
mistar.
Mula-mula lompat tinggi, sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya,
dilakukan di atas tanah berumput tanpa tambahan alas untuk mendarat.
Hasilnya, banyak atlet yang cidera dan tidak lagi bisa bertanding. Oleh karena itu
matras yang terbuat dari bahan busa dan bahan lainnya dengan tekstur empuk
tersebut wajib ada dalam lapangan lompat tinggi.
Pengertian Mistar (Lompat Tinggi)

via hartsport.com.au
Mistar secara harafiah dapat diartikan sebagai penggaris ukur.
Sementara itu, dalam lompat tinggi ada juga istilah mistar, yakni bilah lompat yang
terbuat dari kayu (atau bahan lainnya) dengan panjang antara 3,98 -4,2 meter yang
ditempatkan di dua bilah penyangga mistar.
Justru tangga penyangga mistar inilah yang memiliki ukuran sebagai mana
penggaris ukur (mistar dalam arti harafiah).
Meskipun mistar yang dipergunakan berukuran lumayan panjang, yakni maksimal
4,2 meter, namun berat maksimal yang harus digunakan untuk membuat mistar
hanyalah 2 kg saja sehingga bahan pembuat mistar harus benar-benar dipilih
untuk mendapatkan mistar yang ringan, kuat, dan tidak melengkung.
Kenapa harus memiliki berat maksimal 2 kg?
Karena setiap pelompat yang melompati bilah mistar ini seringkali menyenggol dan
menjatuhkan mistar tersebut.
Apabila dibuat dengan bobot yang lebih, dikhawatirkan bilah mistar tersebut akan
menciderai atlet lompat tinggi jika mistar tersebut jatuh dan menimpa tubuh
terutama bagian kepala.
Mistar dipasang secara horizontal dipenampang kecil yang terdapat pada masing-
masing penyangga mistar yang dipasang dengan panjang sesuai dengan panjang
mistar.
Penampang kecil ini tidaklah terlalu luas ukurannya, yakni hanya 4x6 cm sehingga
mistar akan jatuh apabila tersenggol oleh atlet lompat tinggi.
Penyangga mistar ini bisa dibuat naik dan turun sesuai dengan ukuran pajang
(tinggi) yang tertera pada penyangga mistar.

Anda mungkin juga menyukai