Anda di halaman 1dari 7

Lompat Tinggi

Disusun Oleh :
Nama : FAHAD HAMDANI
Kelas : X IPA 4
Absen : 14

SMA Negeri 1 Grabag


Tahun Pelajaran 2018/2019
LOMPAT TINGGI
PENGERTIAN LOMPAT TINGGI
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian dari lompat tinggi. Berikut ini adalah
beberapa ahli yang akan menjelaskan pengertiannya.
Giri Wiarto (2013:36) menyatakan bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki
depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat dengan setinggi mungkin dan
secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu
kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu".
Senada dengan Munasifah (2008:25) berpendapat bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara
mengangkat kaki ke depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi
mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan cara melakukan tolakan pada
salah satu kaki mencapai ketinggi tertentu".
Pengertian lompat tinggi oleh Muhajir (2006:131) mengatakan bahwa:
"Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan mengangkat
kaki kedepan atas dalam upaya membawa titik berat badan setinggi dan secepat
mungkin jatuh (mendarat). Lompat tinggi dilakukan tolakan pada salah satu kaki
untuk mencapai ketinggian tertentu".
Berkaitan dengan lompat tinggi Feri Kurniawan (2012:41) menyatakan bahwa:
"Suatu jenis keterampilan untuk melewati mistar yang berada di antara kedua tiang".
Menurut Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf & Adang Suherman (2000:15) berpendapat,
"Tujuan dari lompat tinggi yaitu, memindahkan jarak vertikal titik berat badan
setinggi mungkin".
Sesuai dengan namanya, lompat tinggi bertujuan untuk melewati mistar yang
setinggi-tingginya. Untuk memperoleh lompatan yang lebih tinggi dipengaruhi oleh
kekuatan dan kecepatan tungkai tolak, posisi tubuh ketika melewati mistar, dan
kemampuan melakukan lari awalan yang menunjang terhadap tolakan yang efektif.

SEJARAH SINGKAT LOMPAT TINGGI


Lompat tinggi tercatat pertama kali diadakan pada olimpiade Skotlandia pada abad
ke 19. Lompatan tertinggi pada saat itu tercatat adalah 1,68 meter. Gaya lompat pada
saat itu adalah gaya gunting.
Sekitar abad ke 20, gaya lompat tinggi telah dimodernisasi oleh Michael Sweeney.
Pada tahun 1895, ia berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter gaya eastern
cut-off, dimana mengambil off seperti gunting, tapi memperpanjang punggungnya
dan mendatar di atas bar.
Teknik lompat yang lebih efesien bermana Western Roll dikembangkan oleh George
Horine. Melalui teknik ini, Horine mencapai lompatan setinggi 2,01 meter pada tahun
1912.
Kemudian pada olimpiade Berlin tahun 1936, teknik lompatan ini menjadi dominan
dilakukan untuk cabang lompat tinggi yang dimenangkan oleh Cornellus Johnson
yang mencapai ketinggian 2,03 meter.
Empat dekade setelahnya, pelompat dari Amerika dan Soviet merintis evolusi
teknik straddle. Orang pertama yang menggunakan teknik ini adalah Charles Dumas
mencapai ketinggian 2,13 meter, pada tahun 1956.
Kemudian seorang warga Amerika bernama John Thomas mencapai rekor dunia
dengan ketinggian 2,23 meter pada tahun 1960. Selanjutnya Valeriy Brumel
mengambil alih pencapaian rekor dunia dengan mencatat ketinggian lompatan
hingga 2,28 meterdan berhasil memenangkan kejuaraan olimpiade pada tahun 1964.
Berawal dari Brumel inilah para atlet mencoba untuk mengembangkan olahraga
lompat tinggi sehingga saat ini terdapat empat gaya dalam lompat tinggi.

JENIS/MACAM GAYA LOMPAT TINGGI


Dalam lompat tinggi ada beberapa gaya yang sering digunakan dalam pertandingan.
Tri Minarsih, Acep Hadi, dan Hanjaeli (2010:78) menyebutkan,
"Ada empat jenis gaya yang ada dalam lompat tinggi, yaitu gaya gunting (scissors),
gaya guling perut (straddle), gaya guling samping (western roll), dan gaya telentang
(flop)".
Lanjut menurut Giri Wiarto (2013:40) menjelaskan bahwa,
"Gaya dalam lompat tinggi itu ada 4 yaitu: Gaya guling perut (the straddle style),
Gaya gunting (the scissors style), Gaya guling sisi (western roll), dan Gaya
membelakangi atau gaya flop (the fosbury flop).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan ada 4 gaya yang sering
digunakan dalam lompat tinggi yaitu: gaya gunting, gaya guling perut, gaya guling
sisi, dan gaya flop.
1. Gaya gunting (Scissors)

Adapun cara melakukan gaya gunting menurut Munasifah (2008:32) adalah sebagai


berikut:
1. Pelompat tinggi mengambil awalan dari samping. Jika pelompat melakukan
tolakan dengan menggunakan kaki kiri, maka awalan dilakukan dari samping kiri
pula. Akan tetapi, jika tolakannya menggunakan kaki kanan, maka awalan yang
dilakukan adalah dari samping kanan.
2. Pada saat kaki diayun (kaki yang dekat mistar) mencapai ketinggian
maksimum, kaki yang menolak (kaki yang terjauh dari mistar) diangkat lurus ke
depan atas untuk melewati mistar.
3. Saat kaki yang diayun sudah menurun melewati mistar dan badan hampir
tegak, serta mistar berada di bawah pinggul, kaki tolak mendarat dengan badan
menghadap ke samping.

2. Gaya guling perut (Straddle)


Munasifah (2008:34) menjelaskan pelaksanaan gaya guling perut sebagai berikut:
1. Pelompat mengambil awalan dari samping, awalan antara 35 derajat sampai
45 derajat. Jarak awalan tergantung si pelompat itu sendiri. Biasanya menggunakan
langkah ganjil. Tiga langkah terakhir harus lebih panjang dan lebih cepat.
2. Melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar sekuat-kuatnya ke
atas, dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki ayun) ke depan atas dan dibantu
oleh ayunan kedua tangan ke belakang atas.
3. Setelah kaki ayun mencapai ketinggian maksimum, segera lewatkan di atas
mistar. Lengan kiri hendaknya jangan sampai menyentuh mistar. Setelah kaki ayun
melewati mistar, segera badan diputar ke kiri dengan kepala mendahului melewati
mistar. Putarkan badan sehingga dada dan perut menghadap ke bawah pada saat di
atas mistar. Kaki kiri yang digunakan untuk menolak segera lututnya dilipat ke
samping kiri agak ke atas dan agak ke belakang. Lengan kanan harus ke bawah
dengan santai.
4. Jika kaki kanan yang digunakan untuk kaki ayun, maka yang mendarat
pertama kali pada matras adalah kaki kanan dan tangan kanan secara bersama-sama.
Kemudian berguling ke samping ke depan dengan badan dibulatkan dan bertumpu
pada bahu sebelah kanan.

3. Gaya guling sisi (Western roll)

Cara melakukannya:
1. Awalan dari samping atau seorang sekitar 35-40 derajat. Bila bertumpu
dengan kaki kanan, awalan dari serong kanan bertumpu dengan kaki kiri, awalan
dari serong kiri. Tumpuan dengan kaki yang terdapat dengan mistar (kaki dalam).
2. Kaki bebas di ayun kedepan atas menyilang mistar. Melayang diatas mistar
sikap badan miring dan sejajar dengan mistar. 
3. Saat itu pula kepala segera diturunkan, sehingga posisi kepala lebih rendah
dari pinggul, terus berguling meluncur kebawah. 
4. Setelah berkembang beberapa lama, saat diatas mistar posisi badan tidak
sejajar dengan mistar, tetapi kepala, badan dan kedua lengan melintasi mistar
terlebih dahulu terus menukik kebawah seperti menyelam, sehingga gaya ini disebut
juga "dive western". 
5. Pendaratan dengan salah satu tangan dan kaki tumpu hampir bersamaan, atau
dengan kedua tangan terlebih dahulu terus berguling menjadi mistar. (Petunjuk
atletk, 1985:97). 
4. Gaya Flop

Cara melakukannya:
1. Awalan langkah panjang dan cepat, dengan posisi sikap tegak. Kaki tolakan
adalah kaki dominan atau yang bisa digunakan untuk menumpu. Jarak antara kaki
tolakan dengan mistar kira-kira 22-35 cm. Dimulai dengan melakukan awalan,
jalan, lari, melangkah. Kemudian kaki menekan untuk melewati ketinggian mistar.
Sudut awalan, dari tempat tolakan ketempat permulaan melakukan awalan, kira-kira
45-50 derajat. Langkah dari tempat awalan ketempat tolakan harus cepat.
2. Tolakan, gerakan kaki tumpu yang kokoh dan pada saat menolak gunakan
salah satu kaki dengan posisi badan agak condong kebelakang. Setelah melakukan
tolakan, kaki diluruskan, kedua tangan selalu berada disamping untuk menjaga
keseimbangan.
3. Sikap badan diatas mistar, lentingan pinggang sehingga benar-benar sejajar
punggung dengan mistar. Kedua kaki semula berada dibawah badan, tetapi saat
badan melewati mistar kedua kaki harus cepat diangkat, seiring dengan posisi badan
yang turun kepermukaan matras.
4. Mendarat jatuh seluruh anggota badan dari mulai punggung, kedua kaki
hingga lengan pada matras, jatuhan harus dalam posisi terlentang. (Dasar- dasar
keterampilan atletik, 2001:65).

Teknik Dasar Lompat Tinggi


Hans Themer (1996) menyatakan teknik pada lompat tinggi terbatas atas beberapa
gerakan yang meliputi: awalan, tolakan, saat melewati mistar dan yang tidak kalah
pentingnya adalah mendarat.
Berdasarkan kutipan diatas dijelaskan sebagai berikut.
1. Awalan
Awalan merupakan kunci pertama bagi pelompat tinggi dalam usahanya dan
melampaui suatu ketinggian. Untuk menguasai dengan baik cara melakukan awalan
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Titik awalan dan sudut awalan harus tepat, yang dimaksud dengan titik
awalan adalah tempat berpijak atau berdiri permulaan sebelum pelompat mulai
melakukan lari awalan. 
2. Arah awalan tergantung dari kaki tumpuan secara teknik kaki kiri kanan yang
dipakai untuk bertumpu akan menentukan dari arah mana pelompat harus
mengawali awalan, ini pun tergantung pula dari gaya yang dipakai.
3. Langkah kaki dari pelan semakin dipercepat, dilakukan secara wajar dan
lancar. Kecepatan lari pada akhir awalan tidak perlu dilakukan dengan kecepatan
penuh (100%), karena awalan pada tingkat tinggi yang dilakukan secara full speed
akan mempersulit atau mengurangi timbulnya daya tolakan kaki untuk membawa
badan melambung keatas.
4. Banyaknya langkah tidak ada ketentuan yang pasti. Namun pada umumnya
banyaknya langkah berkisar 9-15 langkah.
2. Tumpuan
Tumpuan dilakukan dengan kaki yang kuat. Saat bertumpu harus tepat pada titik
tumpu.
Titik tumpu adalah tempat berpijaknya kaki tumpu pada saat melakukan lompatan,
untuk memperoleh titik tumpu yang tepat harus dicari dengan cara mencoba berulang
kali sejak dari menentukan awalan, sudut awalan, irama, serta banyaknya langkah.
Titik awalan dikatakan tepat, apabila saat badan melayang di udara titik ketinggian
maksimal benar-benar tepat di atas dan di tengah-tengah mistar.
Apabila titik tumpuan terlalu dekat, akibatnya mistar akan tersentuh badan saat
pelompat masih bergerak melambung ke atas. Sebaliknya apabila titik tumpuan
terlalu jauh, akan berakibat mistar tersentuh badan saat pelompat sudah bergerak
turun.
Disamping itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
tumpukan.
1. Menurunkan titik berat badan dengan cara menekuk lutut kaki tumpuan
sedemikian rupa (130-160) sehingga menimbulkan daya tolakan yang besar. 
2. Saat akan bertumpu posisi badan agak dicondongkan ke belakang (kecuali
gaya flop kecondongan kebelakang ini relative sangat kecil atau dihindari sama
sekali).
3. Tumpuan dilakukan dengan kuat sehingga, cepat dan meledak (explosive).
4. Menapak pada bagian tumit, terlebih dahulu seluruh tapak kaki-ujung kaki,
akhir tumpuan, kaki tumpuan harus lurus pada bagian lutut sampai pada ujung kaki.
5. Saat bertumpu kedua lengan bisa diayunkan serentak atau ayunan secara
wajar (sepihak) saja.

3. Melayang
Gerakan melayang di luar udara terjadi saat kaki tumpu lepas dari tanah. Sikap badan
gerakan kaki maupun lengan saat melayang melewati mistar tergantung dari masing-
masing gaya.
Jadi gerakan dan posisi badan saat melayang inilah yang memberikan ciri-ciri khusus
dan membedakan gaya yang satu dengan gaya yang lainnya.
Tiga prinsip yang perlu diperhatikan pada saat melayang:
1. Saat melewati kedudukan titik berat badan sebaiknya sedekat mungkin dengan
mistar. Dalam kinesiology dikatakan bahwa titik berat badan manusia terletak di
depan dataran tulang sacrum (panggul) bagian atas sekitar di bagian belakang pusat.
2. Titik ketinggian labung maksimal harus tepat diatas dan ditengah-tengah
mistar.
3. Dilakukan dengan tenaga yang sedikit mungkin secara sadar, agar
menghindari gerakan-gerakan yang tidak perlu.

4. Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari gerakan beruntun suatu lompatan. Cara
melakukan dan sikap badan saat mendarat tergantung pada masing-masing gaya,
disini ada dua prinsip yang perlu diperhatikan:
Dilakukan secara sadar.
 Posisi badan harus sedemikan rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa sakit
atau cidera.

Sarana dan Prasarana Lompat Tinggi.


Lapangan Lompat Tinggi
Lapangan lompat tinggi terbagi menjadi empat, yakni jalur awalan, daerah tolakan,
mistar dan penyangganya, serta matras untuk mendarat. Berikut penjelasan
selengkapnya.
1. Jalur atau area untuk awalan dibuat berbentuk bujur sangkar atau setengah
lingkaran dengan jarak tepi ke titik pusat sejauh 15 meter. Jarak ini merupakan jarak
minimal untuk melakukan awalan. Oleh karenanya, atlet berhak melakukan awalan
dari area yang lebih jauh lagi selama hal tersebut tidak berlebihan.
2. Daerah tolakan merupakan area disekitar depan dan bawah mistar. Area ini
benar-benar harus dibuat sedatar mungkin, bersih, tidak menggelincirkan atlet saat
melakukan tolakan.
3. Mistar dibuat dengan panjang sekitar 3,98-4,02 meter dengan berat maksimal
2 kg dan disangga dengan dua penyangga mistar yang ditempatkan sejajar dan
berjarak sama dengan panjang mistar. Tiang penyangga ini minimal salah satunya
memiliki ukuran untuk menentukan tinggi mistar.
4. Mistar ditopang dengan penopang mistar yang terdapat pada masing-masing
tiang penyangga, ukuran penopang mistar adalah 4x6cm.
5. Tempat pendaratan berukuran 3x5 meter yang terbuat dari busa dengan
ketebalan 60 cm dan bagian atasnya tertutup matras dengan ketebalan 10-20 cm.

Untuk Awalan
 Daerah awalan panjangnya. tidak terbatas minimum 15 m
 Daerah tumpuan harus datar dan tingkat kemiringanya 1 : 100
 Tiang LompatTiang lompat harus kuat dan kukuh,dapat terbuat dari apa saja
asal kuat dan kukuh.jarak kedua tiang tersebut adalah 3,98 – 4,02 m.

Bilah lompat terbuat dari kayu,metal atau bahan lain yang sesuai dengan :
 Panjang mistar lompat 3,98 – 4,02 m dan berat maksimal mistar adalah 2,00
kg
 Garis tengah mistar antara 2,50 – 3,00 m, dengan penampang mistar terbentuk
bulat dan permukaannya harus datar dengan ukuran 3cm x 15 cm x 20 cm 
 Lebar penopang bilah 4 cm dan panjang 6 cm 
 Tempat Pendaratan Tempat pendaratan tidak boleh kurang dari 3 x 5 m yang
terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cmdan di atasnya ditutupi oleh matras
yang tebalnya 10 – 20 cm.

Anda mungkin juga menyukai