XII OTKP 1
Nama : Kartini
Agama : Islam
Kelahiran R.A.Kartini
Keluarga R.A.Kartini
Ayah Kartini yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang
diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini Lahir. Kartini merupakan putri
pertama dari istri pertama Raden
Mas Adipati Ario Sosroningrat
namun bukan dari istri utama.
Ayahnya merupakan putra dari
Pangeran Ario Tjondronegoro IV,
seorang bangsawan yang menjabat
sebagai bupati jepara, beliau ini
merupakan kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang
yang terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara kala Kartini
dilahirkan.
Ibunya yaitu M.A.Ngasirah merupakan anak dari seorang Kiyai atau guru agama di
Telukawur, kota Surabya. Jika ditelisik lebih dalam Kartini merupakan keturunan dari
Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa Ayahnya
berasal dari kerajaan Majapahit.
R.A. Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah dari kebudayaan
Eropa yang menjadi langganannya denga barbahasa Belanda. Di usianya yang masih
20 Tahun ia bahkan sudah banyak membaca buku karya Louis Coperus yang berjudul
De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-roman
beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga membaca
buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta.
Pernikahan R.A.Kartini
Berkat kegigihannya,
kemudian didirikanlah
Sekolah wanita oleh
Yayasan Kartini di
semarang pada tahun
1912, dan kemudian di
dirikan di Surabaya,
Yogyakarta, Malang,
Madiun, Cireboh dan daerah lainnya. Sekolah tersebut diberi nama “Sekolah Kartini”,
Yayasan tersebut didirikan oleh keluarga Van Deventer. seorang tokoh Politik Etis.
Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri
kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia-Belanda mengumpulkan dan membukukan
surat-surat yang pernah dikirimkan oleh R.A Kartini kepada teman-temannya di
Eropa. Bukunya diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “Dari
Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911.
Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan
surat Kartini.
Penghargaan untuk R.A.Kartini
Hingga pada tanggal 2 Mei 1964 presiden Soekarno mengeluarkan instruksi berupa
keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, yang berisi penetapan
Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari
lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai
sekarang ini.
Terdapat banyak perdebatan dan kontrovesi mengenai keaslian surat-surat yang ditulis
oleh R.A.Kartini, karena hingga kini sebagian besar naskah asli surat kartini tidak
dapat ditemukan, dan jejak keturuan J.H.Abendanon pun sulit untuk dilacak oleh
pemerintahan Belanda. Hingga banyak kalangan yang meragukan kebenaran dari
surat-surat Kartini.
Selain itu penetapan tanggal kelahiran R.A Kartini sebagai hari besar juga banyak
diperdebatkan. Terdapat pihak yang tidak begitu menyetujuinya, mereka mengusulkan
agar tidak hanya ada hari kartini, namun harus ada juga hari Ibu yang jatuh pada
tanggal 22 Desember. Alasan mereka mengusulkan hal tersebut agar tidak ada pilih
kasih, karena masih ada pahlawan wanita lain yang ikut gigih memperjuangkan
kemerdekaan untuk negara seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina
Tiahahu, dan lain-lain.
Buku-Buku R.A.Kartini
Keturunan R.A.Kartini