Anda di halaman 1dari 10

MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF MENGGUNAKAN PADLET PADA

PEMBELAJARAN SEJARAH FASE E SMAN 1 SEWON

Ajeng Ardinal Febriana


NIM. 22418251025
Program Studi Magister Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu
Politik, Universitas Negeri Yogyakarta
ajengardinal2202@student.uny.ac.id

ABSTRAK
Pembelajaran Interaktif Sejarah di SMAN 1 Sewon dengan memanfaatkan teknologi
untuk mendukung minat dan pemahaman belajar peserta didik. Penulisan artikel ini
bertujuan untuk: (1) Mengetahui kendala dalam pembelajaran tingkat kelas X (Fase
E) di SMAN 1 Sewon; (2) Menyusun solusi pembelajaran sejarah Fase E SMAN 1
Sewon; (3) Mengetahui Potensi Keberhasilan dari solusi pembelajaran berdasarkan
penelitian terdahulu. Artikel disusun dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif kualitatif. Informasi didapat berdasarkan wawancara dengan guru mata
pelajaran pengampu Fase E, pengalaman mengajar penulis, observasi yang
dilaksanakan di kelas dan data nilai. Hasil pengamatan diperoleh bahwa (1)
Pembelajaran Sejarah Fase E masih dominan menggunakan metode ceramah, (2)
Antusiasme peserta didik dalam pembelajaran sejarah biasa saja, peserta didik
cenderung sering bertanya karena tidak sabar dengan proses literasi, (3) Model
pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan PADLET dirancang agar peserta didik
terlibat aktif dalam diskusi, (4) Penelitian Richo Budi Santoso (2022) menyebutkan
bahwa penggunakan Padlet memiliki kelebihan mampu meningkatkan minat diskusi
peserta didik, Nunuk Suryani (2010) menyebutkan bahwa Pembelajaran kolaborasi
mampu mendorong peserta didik bekerjasama dalam menyelesaikan tugas akademik
di kelas.
Kata Kunci: Pembelajaran Kolaboratif, PADLET, Pembelajaran Sejarah, Fase E

PENDAHULUAN

Pelaksanaan pembelajaran sejarah pada Implementasi Kurikulum Merdeka

cukup menantang. Dari sudut pandang kurikulum, berdasar Capaian Pembelajaran,

terjadi efisiensi materi yang diajarkan pada tingkat kelas X atau Fase F. Sedangkan

dari struktur kurikulum, jam pelajaran sejarah tiap minggunya 4jam pelajaran yang

terdiri dari 3 jam tatap muka dan 1 jam proyek. Sehingga yang terjadi kemudian, guru

berusaha melakukan elaborasi materi dengan beberapa cara, diantaranya dengan

meminta peserta didik melakukan literasi baik digital maupun non digital.

SMAN 1 Sewon adalah Sekolah Menengah Atas yang berlokasi di Jalan

Parangtritis KM 5, Sewon, Bantul. Merupakan sekolah terluas di Kabupaten Bantul


dengan luas area 2,8 hektar. SMAN 1 Sewon setiap tahunnya membuka 10 rombel di

tiap tingkat kelas. Selain melayani pembelajaran bagi peserta didik Reguler (Afirmasi,

Prestasi, Zonasi) juga membuka layanan pembelajaran inklusi bagi peserta didik

berkebutuhan khusus dan membuka program keberbakatan istimewa (Kelas Khusus

Olahraga). Pada Tahun Pelajaran 2022/2023, SMAN 1 Sewon menyelenggarakan 2

kurikulum. Kurikulum Merdeka di tingkat kelas X dan kurikulum 2013 di tingkat kelas

XI dan XII. Jumlah peserta didik yang diterima sejumlah 360 peserta didik yang terdiri

dari 72 peserta didik Kelas Khusus Olahraga, 4 Peserta didik Inklusi dengan kategori

Netra, Tuli, Slow Learner dan Daksa dan 284 peserta didik regular.

Berdasarkan pengalaman mengajar di SMAN 1 Sewon, secara umum, kendala

yang dimiliki oleh guru adalah kurangnya sumber ajar. Buku referensi yang diberikan

kepada peserta didik merupakan buku yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan

yang dari sisi materi, masih jauh dari lengkap. Lebih lanjut dalam wawancara dengan

guru pengampu mata pelajaran sejarah Fase E, dapat diuraikan lebih lanjut bahwa

kendala dalam pembelajaran sejarah lebih kompleks. Penggunaan powerpoint yang

monoton, dominannya metode ceramah oleh guru, serta rendahnya kemampuan

literasi peserta didik menjadi beberapa catatan permasalahan di pembelajaran

sejarah Fase E SMAN 1 Sewon.

Berdasarkan wawancara, observasi dan pencermatan terhadap dokumen

mengajar guru (kehadiran, jurnal/ lembar observasi dan nilai), penulis memiliki ide

untuk menerapkan model pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan aplikasi

PADLET. Pembelajaran kolaboratif dapat menjadi solusi bagi peserta didik terutama

dalam meningkatkan partisipasi mereka dalam proses pembelajaran. Peserta didik

berkolaborasi dengan teman satu kelasnya untuk membangun pemahaman atas satu

atau dua topik kajian yang diberikan oleh guru mata pelajaran. Daya pikir peserta didik
yang kritis diberi ruang yang luas dalam model pembelajaran kolaborasi. Penggunaan

teknologi dalam pembelajaran diharapkan mampu membangun minat belajar sejarah.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMAN 1 Sewon. Sumber data yang digunakan yaitu

wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran Sejarah Fase E Bapak Rendhi

Rinaldi, S.Pd. Adapun sumber data sekunder yang dipakai yaitu kumpulan artikel

dalam jurnal yang memiliki keterkaitan judul dengan penelitian ini.

Metode pengumpulan data yang digunakan selama melaksanakan penelitian

adalah Observasi dalam kelas, Wawancara dengan guru pengampu dan pencermatan

terhadap dokumen guru (daftar kehadiran peserta didik, Jurnal/ Observasi PD, dan

Daftar Nilai).

Teknik yang digunakan dalam analisis data yaitu Teknik deskriptif kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy J. Moleong (2018) pendekatan kualitatid

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Fokus penelitian ini adalah

pada fenomena social, pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan

di bawah studi.

PEMBAHASAN

A. TEMUAN MASALAH

SMAN 1 Sewon sebagai sekolah penyelenggara pembelajaran regular, inklusi

dan KKO memiliki fasilitas diantaranya perpustakaan, 3 laboratorium komputer, 1

laboratorium budaya, 1 laboratorium bahasa, 2 laboratorium kimia, 1 laboratorium

fisika dan 1 laboratorium biologi serta 1 ruang tari dan karawitan. Selain itu, untuk

sarana olahraga, SMAN 1 Sewon memiliki GOR, 1 lapangan basket, 1 lapangan

sepakbola, jogging track, area panahan, dan lapangan upacara.


Dengan jumlah peserta didik pada Tahun Pelajaran 2022/2023 sejumlah 1074

Peserta didik, SMAN 1 Sewon memiliki 65 orang guru. Sebaran jumlah beban

mengajar guru di SMAN 1 Sewon tidak merata. Dengan penerapan 2 kurikulum pada

tahun pelajaran ini, ada beberapa mata pelajaran yang jumlah beban kerja gurunya

jauh diatas 24jp per minggu. Sebagai contoh, guru mata pelajaran sejarah di SMAN 1

Sewon ada 4 orang. 2 diantaranya menjadi Wakil Kepala Sekolah bidang Humas dan

Wakil Kepala Sekolah Bidang kurikulum dengan beban mengajar masing-masing 20jp

per minggu ditambah ekuivalensi jam Waka 12 jam. Sehingga total beban kerja 32 jp

per minggu. Guru Sejarah yang mengampu di Fase F mengampu 34 jp per minggu

dengan rincian mengajar 10 kelas di fase F dan 2 kelas di kelas XI Kurikulum Merdeka.

Sebagai sekolah mandiri berubah berdasarkan keputusan Kepala BSKAP

nomor 025/H/KR/2022, SMAN 1 Sewon dalam penyelenggaraan kurikulum merdeka

tidak mendapat bantuan biaya dari pemerintah. Berbeda dengan sekolah penggerak,

dalam penyelenggaraan pembelajarannya, Sekolah Mandiri berubah sangat terbatas

baik dalam penyiapan kurikulum maupun bahan ajar. Hal ini berdampak pada

kesiapan sekolah dalam menyediakan buku ajar bagi peserta didik fase E.

Peserta didik fase E tidak memperoleh buku fisik karena keterbatasan dana

dari sekolah. Sehingga pihak sekolah hanya memberikan ebook sesuai yang

disediakan oleh pemerintah melalui Platform Merdeka Belajar. Dari sisi pelayanan

pembelajaran, hal ini signifikan berpengaruh terhadap kesiapan dan kepahaman

peserta didik terhadap materi yang dipelajari.

Pembelajaran dalam kelas yang dilakukan oleh guru mata pelajaran, seperti

yang disampaikan dalam wawancara dengan guru pengampu, Bapak Rendhi Rinaldi,

S.Pd bahwa peserta didik Fase E mengalami masa transisi belajar dari kultur SMP ke

SMA yang dari sisi logika berpikir dan daya juang, masih perlu didampingi. Dalam
pembelajaran dalam kelas, guru mengambil peran dominan dengan ceramah karena

setelah melalui proses identifikasi, ceramah memberikan hasil yang lebih baik

daripada ketika peserta didik diminta secara mandiri untuk berliterasi. Peserta didik

cenderung lebih sering bertanya kepada guru karena merasa tidak paham saat

membaca secara mandiri.

Adapun penggunaan media belajar selama pembelajaran sejarah Sebagian

besar disampaikan dengan powerpoint. Guru tidak memberikan Lembar Kerja Siswa

dengan pertimbangan bahwa pada implementasi awal kurikulum merdeka, hanya 11

sekolah di Bantul yang menggunakan kurikulum tersebut, sehingga pencetakan LKS

untuk Fase E tidak ada.

Terkait dengan capaian hasil belajar, sesuai dengan Permendikbud Nomor 21

tahun 2022 dan Panduan Penilaian dan Asesmen, KKM tidak lagi dipergunakan di

SMAN 1 Sewon. Guru Menyusun rubrik penilaian dimana peserta didik dikategorikan

dengan pencapaian Kurang, Cukup, Baik, Baik Sekali. Sehingga setiap mata

pelajaran memiliki potensi keberagaman nilai untuk dapat memperoleh predikat

Cukup. Proses pembelajaran di SMAN 1 Sewon berdasar yang disampaikan dalam

sesi wawancara, belum dapat optimal dilaksanakan.

B. RANCANGAN SOLUSI PERMASALAHAN

1. Model Pembelajaran Kolaboratif untuk Meningkatkan Minat Belajar dan

Hasil Belajar Peserta Didik.

Model pembelajaran inovatif menurut Panitz (1996) dalam (2897-7634-1-PB, n.d.)

Djoko Apriono (2013) menjabarkan bahwa pembelajaran kolaboratif merupakan

metode pembelajaran yang melibatkan beberapa peserta didik secara bersama-

sama bergabung dalam suatu kelompok yang menghargai perbedaan

kemampuan dan kontribusi dari masing-masing individu.


Pada penelitian yang dilakukan oleh (Wayan Sunita et al., n.d.) disebutkan

bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara peserta didik yang mengikuti

pembelajaran kolaboratif dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran

konvensional. Guru yang menggunakan pembelajaran kolaboratif pada peserta

didiknya, berdasarkan penelitian tersebut, memiliki pengaruh terhadap motivasi

belajar dan berdampak pada hasil belajar peserta didik.

2. Penggunaan Aplikasi PADLET

PADLET merupakan platform pembelajaran berbasis web dan aplikasi yang

memiliki fitur seperti papan tulis digital. Pengguna Padlet dapat memilih

menggunakan paket Basic maupun Berbayar yang memiliki perbedaan fitur

diantara keduanya. Menurut (Alghozi et al., 2021)Padlet dapat dijadikan

Fasilitator kolaboratif oleh guru yang menjadi admin, sehingga dapat mengawasi

kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik tidak dapat sewaktu-waktu

masuk. Guru akan mendapatkan pemberitahuan Ketika peserta didik melakukan

pengumpulan tugas.

Padlet dapat diakses dengan mudah. Adapun Langkah menggunakan Padlet

sebagai berikut:

a. User dalam hal ini guru dan peserta didik masuk menggunakan akun

pribadi. Pilih layanan Padlet terlebih dahulu. Neon (gratis), Gold (20

padlets), dan Platinum (unlimited).

b. Pada beranda Padlet, pilih menu make a padlet lalu pilih tampilan yang akan

digunakan.
Gambar 1. Tangkapan layar background Padlet pada pembelajaran Sejarah

c. Guru memberikan copy address sehingga peserta didik dapat Join Padlet

dan memberikan analisis mereka di virtual board pada Padlet.

d. Setelah proses pembelajaran selesai, guru sebagai admin menyimpan hasil

diskusi dengan memilih menu share or embed ataupun export.

e. Agar tidak dapat diakses oleh peserta didik diluar waktu pembelajaran yang

disediakan, guru menutup atau mengunci padlet dengan klik bagian change

privacy.

3. Model Pembelajaran Kolaboratif menggunakan Aplikasi PADLET

Model pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan aplikasi Padlet dapat

menjadi pembelajaran yang interaktif bagi peserta didik kelas X Fase E Mata

Pelajaran Sejarah SMAN 1 Sewon. Model pembelajaran kolaboratif ditujukan

untuk meningkatkan minat belajar peserta didik dengan peneguhan kesadaran

bahwa setiap individu memiliki kontribusi dalam pengembangan pengetahuan.

Penggunaan Padlet dalam pembelajaran sejarah sekaligus sebagai upaya

mendekatkan peserta didik dengan cara belajar mutakhir yang lekat dengan

pengembangan teknologi. Dengan menggunakan Padlet, hambatan peserta


didik dalam pembelajaran seperti rasa sungkan mengutarakan pendapat, dapat

diakomodir melalui Padlet yang memberi ruang pada peserta didik untuk

mengungkapkan secara tertulis dan mendapat feedback baik oleh guru maupun

teman sebaya.

Berikut merupakan Langkah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

TAHAP KEGIATAN GURU

Tahap 1 Guru menjelaskan pada Peserta didik menyimak


Guru memberikan peserta didik terkait materi penjelasan oleh guru terkait
apersepsi pada peserta yang akan dibahas materi yang akan dipelajari
didik dan melakukan
observasi
Tahap 2 Guru membuat Padlet. Peserta didik memperhatikan
Guru membuat canvas di Memberikan tutorial untuk memilih JOIN PADLET
Padlet dan memberikan 1 pembuatan backchannel/
topik shelf pada peserta didik
(akun BASIC).
Tahap 3 Guru membuat identitas Peserta didik melakukan
JOIN PADLET diskusi di PADLET. diskusi dan analisis terhadap
Memberikan Copy Addres topik yang diberikan oleh
agar peserta dapat JOIN Guru
Tahap 4 Guru bersama peserta didik melakukan sesi diskusi terhadap
Pembahasan topik yang dibahas
Tahap 5 Guru bersama peserta didik melakukan refleksi kaitannya
Refleksi dengan peran jalur rempah bagi peradaban Indonesia
Dengan model pembelajaran kolaboratif menggunakan aplikasi Padlet,

diharapkan pembelajaran dua arah dapat berlangsung lebih menarik, berpusat

pada siswa sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirancang oleh guru dapat

tercapai. Penggunaan Padlet juga memberikan kesempatan peserta didik

mencoba hal-hal baru yang berkaitan dengan pembelajaran.

C. POTENSI KEBERHASILAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

MENGGUNAKAN PADLET

Penggunaan Padlet dalam pembelajaran mulai marak dilakukan semenjak

pandemic Covid-19 berlangsung. Kebutuhan terhadap pembelajaran interaktif yang


mampu menghadirkan peran aktif guru dan peserta didik secara online membuat

platform ini banyak diminati. Walaupun penelitian terhadap penggunaan Padlet

pada pembelajaran sejarah masih terbatas, berikut beberapa penelitian terdahulu

yang mengulas tentang keberhasilan penggunaan padlet pada pembelajaran yang

dapat menjadi acuan potensi keberhasilan di SMAN 1 Sewon.

1. (Budi Santoso, 2022) dengan penelitian berjudul Pemanfaatan media

pembelajaran digital padlet sebagai solusi pembelajaran di masa pandemi

Covid-19 dengan hasil penelitian mampu meningkatkan belajar mahasiswa

melalui persiapan, prosedur, hasil dan penilaian belajar mahasiswa.

2. (Ketrampilan et al., n.d.) dengan penelitian berjudul “Implementasi Model

Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa”

dengan hasil penelitian bahwa manfaat pembelajaran kolaboratif yang

diterapkan di sekolah diantaranya peserta didik mampu 1) mengakui

perbedaan, 2) pengakuan secara individual, 3) memiliki rasa tanggungjawab, 4)

mampu mengembangkan Kerjasama untuk mencapai tujuan bersama, 5) Saling

membantu dan memahami persoalan yang dihadapi dan menemukan solusi

bersama, 6) memberi respon positif pada pihak lain, 7) mengembangkan

kesamaan pandangan dalam kerja kolaboratif, 8) adanya rasa saling

ketergantungan satu sama lain.

PENUTUP

Inovasi pembelajaran dikembangkan agar proses pembelajaran semakin baik

setiap harinya. Kebutuhan peserta didik akan layanan pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan zaman secara positif berdampak pada minat belajar dan

pemahaman mereka. Penggunaan model pembelajaran kolaboratif memberi ruang

bagi peserta didik untuk mengembangkan analisis berpikir yang lebih kompleks,
menanamkan karakter Kerjasama serta menumbuhkan kepercayaan antar peserta

didik bahwa masing-masing individu memiliki peran dan kontribusi dalam

pengembangan pengetahuan. Pemilihan aplikasi Padlet dalam pembelajaran sejarah

di tingkat kelas X Fase SMAN 1 Sewon diharapkan mampu menjawab kebutuhan

peserta didik pada pembelajaran yang interaktif, mutakhir dan student-centered.

Berdasarkan penelitian terdahulu, model pembelajaran kolaboratif mampu

meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman peserta didik. Sedangkan

penggunaan Padlet mampu meningkatkan minat belajar peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Lexy J. Moleong. (2018). Metodologi penelitian kualitatif / penulis, Prof. DR. Lexy J.
Moleong, M.A. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

JURNAL
2897-7634-1-PB. (n.d.).
Alghozi, A. A., Hanifah Salsabila, U., Sari, S. R., Astuti, R. T., & Sulistyowati, H. (2021).
PENGGUNAAN PLATFORM PADLET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
DARING PADA PERKULIAHAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM DI MASA
PANDEMI COVID-19. In ANWARUL : Jurnal Pendidikan dan Dakwah (Vol. 1).
https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/anwarul
Budi Santoso, R. (2022). Pemanfaatan media pembelajaran digital padlet sebagai
solusi pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Educenter : Jurnal Ilmiah
Pendidikan, 1(5), 478–485. https://doi.org/10.55904/educenter.v1i5.166
Ketrampilan, M., Siswa, S., & Suryani, N. (n.d.). IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN KOLABORATIF UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN
SOSIAL SISWA.
Wayan Sunita, N., Parmithi, N., & Putu Wahyuni Risma Yanti, N. (n.d.). Jurnal
Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains Pengaruh Model Pembelajaran
Kolaboratif Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta
Didik Kelas X IPS SMA Negeri 1 Abiansemal The Effect of Collaborative Learning
Model and Learning Motivation on The Results of Metamatic Learning
Participants in Class X SMA Negeri 1 Abiansemal.

WAWANCARA
Rinaldi, Rendhi. (2023). Pembelajaran Sejarah Fase E di SMAN 1 Sewon. Hasil
Wawancara Pribadi: 2-3 Maret 2023, SMAN 1 Sewon.

Anda mungkin juga menyukai