Anda di halaman 1dari 17

PRINSIP GIZI & FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI ANAK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:

GIZI DAN MAKANAN

Dosen Pengampu:

Syamsudin, M.Pd.

Disusun Oleh:

Uswatun Chasanah (201912126073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas anugrahNya sehingga
kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “Prinsip Gizi dan Faktor
yang Mempengaruhi Gizi Anak”. Shalawat serta salam tetap tercurahkan pada
Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan sekaligus pencerah dari jalan gelap
gulita menuju jalan yang terang benerang, yakni Addinul Islam. Semoga kita
semua mendapatkan barokah dan syafa’at Beliau di hari akhir nanti.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis telah berusaha untuk dapat
menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami
memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa yang jauh dari
kata sempurna.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta
saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama sehingga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 01 Juli 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Prinsip Gizi ...................................................................................... 3
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Anak ............................ 6
C. Akibat Masalah Gizi pada Anak ................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
Kesimpulan ...................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas
makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi asupan gizi
sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Gizi yang
optimal sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik
dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi baik
membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit
infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis
dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai
penyakit kronis atau penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan
masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi
yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi
dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab utama kematian
di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di Indonesia merupakan
akibat penyakit tidak menular.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak
janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan
fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang pada gilirannya
berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan berpikir serta terhadap
produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan
risiko terjadinya penyakit kronis pada usia dewasa, yaitu kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi, stroke dan diabetes.
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan sosialisasi
pedoman Gizi Seimbang yang bisa dijadikan sebagai panduan makan,

1
beraktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur untuk
mempertahankan berat badan normal.
Perubahan perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
sosialisasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada masyarakat serta
kegiatan konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan oleh peran Pemerintah baik
tingkat Pusat maupun Daerah dan peran serta Masyarakat secara aktif.
Keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, sumber daya,
metode, media dan berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan prinsip gizi?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gizi pada anak?
3. Bagaimana akibat dari masalah gizi pada anak?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Gizi
Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia
sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi Pangan
Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan slogan “4
Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952 namun sudah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan yang dihadapi.
Diyakini dengan mengimplementasikan Pedoman Gizi Seimbang secara
benar, semua masalah gizi dapat diatasi. 1

Gambar II.1 Tumpeng Gizi dari Kemenkes RI. Sumber: hellosehat.com

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara teratur.
Empat Pilar tersebut adalah:

1
Kemetrian Kesehatan RI, Pedoman Gizi Seimbang (Jakarta: Kementrian Keshatan RI, 2014), 16.
3
4

1. Mengonsumsi anekaragam pangan


Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat gizi
yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan mempertahankan
kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi baru lahir sampai
berusia 6 bulan. Contoh, nasi merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin
vitamin dan mineral, sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan
vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan
sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6
bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan
karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang
dengan optimal, serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi
lainnya dalam tubuh.
Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir telah
memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai dengan kebutuhan
yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih banyak
sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya.
Demikian pula jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak
yang dapat meningkatkan resiko beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan
untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah
dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air
dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.
2. Membiasakan perilaku hidup bersih
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak.
Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu
makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang.
Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih
banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang
menderita infeksi terutama apabila disertai panas.2

2
Ibid., 17.
5

Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan


zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian
pula sebaliknya, seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai
risiko terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan
tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan
berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi
dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.
Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari
keterpaparan terhadap sumber infeksi. Misalnya:
a. Orang selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan
makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan
menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman
penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri.
b. Menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan
dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai
kuman penyakit.
c. Selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan
kuman penyakit.
d. Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.3
3. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk
olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara
pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh.
Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga
memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat
gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi
yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.
4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat badan
normal

3
Ibid., 18.
6

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa telah
terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya berat badan
yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk tinggi badannya. Indikator
tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu,
pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari „Pola
Hidup‟ dengan „Gizi Seimbang‟, sehingga dapat mencegah penyimpangan
BB dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya. Bagi bayi dan balita
indikator yang digunakan adalah perkembangan berat badan sesuai dengan
pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS.4

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Anak


Pertumbuhan merupakan dasar dari antropometri gizi, dimana
antropometri digunakan untuk mengukur status gizi. Konsumsi makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi kurang terjadi bila
tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat- zat gizi esensial. Gangguan
gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila
susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas atau kualitas yang
disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah dan
sebagainya.5
Faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi
tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Misalnya faktor-
faktor yang menyebabkan tergangguanya pencernaan, seperti gigi geligi yang
tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim.6 Faktor-
faktor yang mempengaruhi keadaan gizi anak meliputi:
1. Konsumsi Makanan
Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna

4
Ibid., 19.
5
Kemenkes, Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) (Jakarta: Kemenkes RI, 2016), 62.
6
Narendra, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja (Jakarta: Sagung Seto, 2002), 49.
7

untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor yang dapat


menyebabkan malnutrisi. Beberapa hal yang berhubungan dengan
konsumsi makanan:
a. Pendapatan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan
anak baik yang primer seperti makanan maupunyang sekunder.Tingkat
penghasilan juga ikut menentukan jenis pangan yang akan dibeli
dengan adanya tambahan penghasilan.
Orang miskin membelanjakan sebagian besar untuk serealia,
sedangkan orang kaya membelanjakan sebagian besar untuk hasil
olahan susu. Jadi, penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas
dan kualitas makanan. Antara penghasilan dan gizi jelas ada
hubungannya yang menguatkan. Pengaruh peningkatan penghasilan
terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang
mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlaku hampir
universal.
Keterbatasan ekonomi sering dijadikan alasan untuk tidak
memenuhi kebutuhan gizi pada anak, sedangkan apabila kita cermati,
pemenuhan gizi pada anak tidaklah mahal, terlebih lagi apabila
dibandingkan dengan harga obat yang harus dibeli ketika berobat di
rumah sakit. Menurut Supariasa kehidupan ekonomi keluarga akan
lebih baik pada keluarga dengan ibu bekerja dibandingkan dengan
keluarga yang hanya menggantungkan ekonomi pada kepala keluarga
atau ayah.7
Kehidupan ekonomi keluarga yang lebih baik akan memungkinkan
keluarga mampu memberikan perhatian yang layak bagi asupan gizi
balita Masalah ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang
sangat dominan dialami oleh banyak keluarga. Guna mencukupi

7
Majestika Septikasari, Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi ( Yogyakarta: UNY
Press, 2018), 77.
8

kebutuhan gizi anak, banyak orangtua yang merasa kesulitan,


penyebabnya adalah keadaan ekonomi yang lemah, penghasilan dari
pekerjaan kurang mencukupi dan harga dari bahan makanan yang
mahal. Padahal masa kritis gizi kurang yang dialami anak terjadi pada
usia antara 1 sampai 3 tahun.
Hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi balita yaitu
pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan
perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat.
Rata-rata keluarga dengan pendapatan yang cukup baik akan memilih
tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu.
Penghasilan perkapita perbulan yang dihitung dari jumlah rata-rata
pendapatan yang diterima keluarga baik tetap maupuntidak tetap setiap
bulan dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam
rupiah. Keluarga dengan pendapatan lebih tinggi akan mempunyai
kesempatan untuk memperoleh atau menyediakan jenis makanan yang
lebih bervariasi baik dari aneka macam makanan maupun kualitasnya.
Pendapatan mempunyai pengaruh dalam penyediaan konsumsi
makanan keluarga.8
Bertambahnya tingkat pendapatan perkapita, diharapkan keluarga
dapat menyajikan makanan yangdianggap baik. Sebagian besar
kejadian gizi buruk terjadi oleh penyediaan konsumsi yang kurang.
Keluarga miskin tidak mampu menyediakan makanan yang bergizi
bagi seluruh anggotanya, juga tidak mampu merawat dan membina
anaknya dengan baik shingga mudah terkena penyakit infeksi.
Akibatnya status gizi keluarga menjadi rendah terutama pada usia anak
balita dan pada giliranya sulit terwujud Sumber Daya Manusia
generasi selanjutnya yang berkualitas.
Penelitian Supandi menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi balita adalah terletak pada pola asuh makan.
Sementara pola asuh makan yang diberikan ibu kepadaanak balitanya

8
Ibid., 78.
9

adalah salah satunya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Tinggi


rendahnya pendapatan keluarga memberi dampak terhadap baik
buruknya pola asuh makanyang pada akhrnya berpengaruh pada status
gizi balita.
b. Pekerjaan
Ibu yang tidak bekerja dalam keluarga dapat mempengaruhi asupan
gizi balita karena ibu berperan sebagai pengasuh dan pengatur
konsumsi makanan anggota keluarga. Ibu yang bekerja tidak memiliki
waktu yang cukup untuk mengasuh dan merawat anaknya sehingga
anaknya dapat menderita gizi kurang.
Mosley dan Chen dalam penelitian Nazmiah, menyatakan bahwa
pada masyarakat tradisional, suatu pembagian kerja yang jelas menurut
jenis kelamin cenderung memaksimalkan waktu ibu untuk merawat
anaknya. Sebaliknya dalam masyarakat yang ibunya bekerja, maka
waktu ibu mengsuh anaknya sangat kurang. Bagi keluarga miskin,
pekerjaan ibu di luar rumah menyebabkan anak dilalaikan.
Peranan ibu dalam keluarga sangatlah penting yaitu sebagai
pengasuh anak dan pengatur konsumsi pangan anggota keluarga dan
juga berperan dalam usaha perbaikan gizi keluarga terutama untuk
meningktakan status gizi anak.9
c. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun
non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan
juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung

9
Ibid., 80.
10

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun media


massa.
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tubuh kembang anak, karena dengan pendiidkan yang baik
maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik. pendidikan formal maupun
informal diharapkan dapat meningkatkanpengetahuan gizi ibu.
Pendiidkan formal sangat diperlukan oleh ibu rumah tangga dalam
meningkatkna pengetahun dalamupaya mengatur dan mengetahui
hubungan makanan dan kesehatan atau kebutuhan tubuh termasuk
kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya. Seorang ibu dengan
pendiidkan yang tinggi akan keluarga bertujuan mengubah perbuatan-
perbuatan orang yang keliru yang mengakibatkan bahaya gizi kurang.
Pendidikan yang rendah mempengaruhi tingkat pemahaman
terhadap pengasuhan anak termasuk dalam hal perawatan, pemberian
makanan dan bimbingan pada anak yang akan berdampak pada
kesehatan dan gizi yang semakin menurun.7 Menurut UU No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan formal
dikategorikan menjadi tiga yaitu, pendidikan dasar (SD/sederajat,
SMP/sederajat), pendidikanmenengah (SMA/sederajat), dan
pendidikan tinggi (diploma/sarjana/ pendidikan yang diselenggarakan
perguruantinggi). 10
d. Kemampuan Sosial
Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu masyarakat,
keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, penyimpanan makanan, air
dan kakus.
e. Kemampuan Keluarga Menggunakan Makanan
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus
dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru
membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah

10
Ibid., 81.
11

makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan


tidak mengimbanginya dengan dapat merencanakan menu makanan
yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya dalam
upayamemenuhi zat gizi yang diperlukan.
Perbaikan gizi keluarga adalah pintu gerbang perbaikan giai
masyarakat dan pendiidkna gizi keluarga merupakan kunci pembuka
pintu gerbang itu. Di dalam keluarga ibu berperan mengatur makanan
keluarga, oleh karena itu para ibu adalah sasaran utama pendidikan
gizi keluarga. Pendidikan gizi makanan sehat yang mengandung
banyak gizi. Pengetahuan ibu tentang cara memperlakukan bahan
pangan dalam pengolahan dengan tujuan membersihkan kotoran, tetapi
sering kali dilakukan berlebihan sehingga merusak dan mengurangi zat
gizi yang dikandungnya. Lingkungan yang kurang baik juga dapat
mempengaruhi gizi pada anak. Faktor lingkungan (makanan) meliputi
bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, penghidangan dan higienis
serta sanitasi makanan.11
2. Kesehatan
Salah satu hal yang menyebabkan masalah gizi adalah keadaan infeksi.
Scrimshaw menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi
(bakteri, virus dan parasit) dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa
terjadi interaksi yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi.
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara sendiri-
sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat gizi akibat
kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan kebiasaan mengurangi
makan pada saat sakit, peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat
penyakit diare, mual/muntah dan perdarahan terus menerus serta
meningkatnya kebutuhan baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit dan
parasit yang terdapat dalam tubuh.12

11
Ibid., 82.
12
Ibid., 82.
12

C. Akibat Masalah Gizi pada Anak


Menurut Sunita Almatsier, gizi yang baik merupakan modal bagi
pengembangan sumber daya manusia, namun kurang gizi dapat berakibat
terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses:
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein digunakan
sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut
mudah rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi
menengah ke atas rata-rata lebih tinggi daripada yang berasal dari keadaan
sosial ekonomi rendah.13
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seseorang
kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktifitas.
Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktifitas menurun.
3. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan
antibodi berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek,
batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak
mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat
berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis.14

13
Alimul Hidayat, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia (Jakarta: Salemba Medika, 2012), 61.
14
Ibid., 62.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

1. Prinsip gizi seimbang 4 pilar, antara lain:


a. Mengonsumsi anekaragam pangan
b. Membiasakan perilaku hidup bersih
c. Melakukan aktivitas fisik
d. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan berat
badan normal
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi anak antara lain:
a. Konsumsi makanan
1) Pendapatan
2) Pekerjaan
3) Pendidikan
4) Kemampuan sosial
5) Kemampuan keluarga menggunakan makanan
b. Kesehatan
3. Akibat masalah gizi anak secara umum dapat memnyebabkan gangguan pada
beberapa proses, antara lain:
a. Pertumbuhan
b. Produksi tenaga
c. Pertahanan tubuh
d. Struktur dan fungsi otak
e. Perilaku

13
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika, 2012.
Kemenkes, Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG). Jakarta: Kemenkes RI, 2016.
Kemetrian Kesehatan RI, Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Keshatan
RI, 2014.
Narendra, Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto, 2002.
Septikasari, Majestika, Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi.
Yogyakarta: UNY Press, 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai