Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

ANGKA KECUKUPAN GIZI DAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG


Dosen Pengampu: Guruh Amir Putra, S.Gz., M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Kasih Heni Wulan Dari (200304500008)


Nurul Husnaeni (200304502020)
Silvia Bungge (200304502026)
Nurhalisa (200304502031)
Nur Alifia Salsabila (200304501013)
Nurhidayanti (200304501018)
Hafnu (200304502037)

ADMINISTRASI KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah


menganugerahkan nikmat kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga makalah
ini bisa terselesaikan dengan baik. Tak lupa kita panjatkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing dan
menjadi teladan dalam menuntut ilmu.
Makalah ini berisi tentang Angka Kecukupan Gizi, mencakup mengenai
penjelasan kecukupan pangan, kegunaan Angka Kecukupan Gizi, faktor yang
mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi, dan prinsip Pedoman Umum Gizi
Seimbang. Dalam tulisan ini, memuat penjelasan mengenai Angka Kecukupan Gizi
itu sendiri dan gizi seimbang yang sesuai untuk berbagai kelompok, serta
bagaimana makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dalam mata kuliah Gizi
Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari setiap pembaca demi perbaikan makalah ini. Terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, semoga dapat
menambah pengetahuan serta wawasan yang bermanfaat bagi para pembacanya
khususnya di bidang kesehatan.

Makassar, 22 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan Pembahasan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Gizi .................................................................................... 3
2.2. Angka Kecukupan Gizi ....................................................................... 3
2.2.1. Kecukupan Angka Gizi pada Individu ....................................... 4
2.3. Kegunaan Angka Kecukupan Gizi ...................................................... 6
2.4. Faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi .......................... 7
2.4.1. Faktor Eksternal ......................................................................... 7
2.4.2. Faktor Informal .......................................................................... 8
2.5. Pedoman Umum Gizi Seimbang ......................................................... 9
2.6. Prinsip Gizi Seimbang ........................................................................ 9
2.6.1. Mengonsumsi Makanan Beragam ............................................. 9
2.6.2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih ........................................ 10
2.6.3. Melakukan Aktivitas Fisik ......................................................... 10
2.6.4. Mempertahakan dan Memantau Berat Badan ............................ 11
2.7. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok ......................................... 11
2.8. Pola Makan untuk Memenuhi Kebutuhan Gizi Seimbang .................. 14
2.9. Dampak dan Cara Mengatasi Kekurangan Gizi .................................. 18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ......................................................................................... 20
3.2. Saran ................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kecukupan gizi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor dan saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Pada tingkat rumah tangga, dipengaruhi oleh
kemampuan suatu rumah tangga untuk menyediakan makanan yang cukup baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya, pola asuh anak, pengetahuan gizi dan faktor
sosial budaya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan erat antara konsumsi pangan
dengan status gizi dan kesehatan masyarakat. Jika masih terdapat kelompok
masyarakat yang mengalami kekurangan gizi maka mencerminkan masalah yang
besar pada sumber daya manusia di Indonesia.
Semakin baik konsumsi pangan yang diterima oleh seorang anak maka
status gizinya akan semakin baik, dan sebaliknya (Suhardjo, 2003). Kekurangan
gizi pada awal kehidupan dapat berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia
di masa depan. Hal ini dikarenakan kurang gizi akan menyebabkan kegagalan
pertumbuhan, berat badan lahir rendah (BBLR), kecil, pendek, kurus, serta daya
tahan tubuh yang rendah. Kekurangan zat gizi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya yaitu konsumsi pangan yang kurang baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya dan pola pengasuhan anak menentukan status gizi anak
tersebut.
Permasalahan gizi di Indonesia saat ini telah memasuki masalah gizi ganda
yaitu masalah gizi kurang yang masih belum teratasi sepenuhnya, namun terdapat
masalah baru yang muncul yaitu masalah gizi berlebih. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dapat diketahui bahwa satu dari sepuluh anak di dunia
telah mengalami kegemukan (obesitas). Upaya promosi kesehatan melalui
pendekatan pendidikan dengan media promosi sebagai alat bantu untuk mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para masyarakat dan menjadi pedoman
bagi masyarakat dalam merubah perilaku ke arah gizi seimbang. Maka pemerintah
mengeluarkan sebuah Pedoman Gizi Seimbang dalam upaya menurunkan dan
menjaga status gizi masyarakat. Tanggal 27 Januari 2014 Pedoman Gizi Seimbang
mengalami pembaharuan dengan penambahan media promosi “Tumpeng Gizi
Seimbang” dan “Isi Piringku”.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa itu Angka Kecukupan Gizi?
2. Apa kegunaan Angka Kecukupan Gizi?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi?
4. Bagaimana Pedoman Umum Gizi Seimbang?
5. Bagaimana Pedoman Gizi Seimbang berdasarkan kelompok?

1
6. Apa dampak dan cara mengatasi kekurangan gizi?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


1. Untuk mengetahui apa itu Angka Kecukupan Gizi.
2. Mengetahui kegunaan Angka Kecukupan Gizi.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi.
4. Mengetahui Pedoman Umum Gizi Seimbang.
5. Mengetahui Pedoman Gizi Seimbang berdasarkan kelompok.
6. Mengetahui dampak dan cara mengatasi kekurangan gizi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gizi


Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahakan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Kata gizi merupakan kata yang relatif baru dikenal sekitar
tahun 1857. Kata gizi berasal dari Bahasa Arab ghidza yang berartimakanan. Dalam
Bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan, bahan makanan (Kuspriyanto
Susilowati, 2016).
Recommended Dietary Allowances (RDA) adalah suatu istilah yang
digunakan di Amerika yang merupakan standar berisi kebutuhan rata-rata zat gizi
per hari yang dianjurkan sehingga suatu masyarakat dapat hidup sehat. Di Canada
RDA dikenal dengan istilah Recommended Nutrient Intakes (RNI). Sementara itu,
di Indonesia dikenal dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang ditetapkan
melalui Kongres Widya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG). AKG merupakan
kecukupan pada tingkat konsumsi sedangkan pada tingkat produksi dan penyediaan
pangan perlu diperhitungkan kehilangan dan penggunaan lainnya dari tingkat
produksi sampai tingkat konsumsi.

2.2. Angka Kecukupan Gizi (AKG)


AKG di Indonesia pertama kali ditetapkan pada WKNPG yang
diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia pada tahun 1968.
Tahun 1978 AKG ditinjau, sejak saat itu secara berkala lima tahun sekali ditinjau
kembali. AKG dari tahun ke tahun mengalami perubahan maupun tambahan
disesuaikan dengan hasil penelitian maupun kenyataan di lapangan. AKG adalah
kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua orang menurut golongan umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat
badan untuk masing-masing kelompok umur, gender dan aktivitas fisik. Patokan
berat badan tersebut didasarkan pada berat badan orang-orang yang mewakili
sebagian besar penduduk yang mempunyai derajat kesehatan yang optimal.
Rata-rata kecukupan energi dan protein bagi penduduk Indonesia masing-
masing 2150 Kkal dan 57 gram perorang perhari pada tingkat konsumsi. Berbagai
zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan lemak maupun kelompok zat gizi
mikro seperti vitamin dan mineral merupakan kelompok bahan makanan. Tidak
kurang dari 50 jenis zat gizi dibutuhkan manusia setiap hari meliputi 10 macam
asam amino, 3 macam asam lemak, 14 macam vitamin, dan 15-19 macam mineral.

3
Anak usia 7-9 tahun dengan berat badan 25 kg dan tinggi 120 cm,
memerlukan energi sebanyak 1800 kkal dan protein 45 gram. Anak usia 10-12
tahun (pria) dengan berat badan 35 kg dan tinggi 138 cm, memerlukan energi
sebanyak 2050 kkal dan protein 50 gram. Kebutuhan gizi pada usia dewasa berubah
sesuai kelompok usia tersebut. Peranan gizi pada usia dewasa adalah untuk
pencegahan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih sehat. Makanan
merupakan salah satu kesenangan dalam kehidupan, pemilihan makanan secara
bijak di masa usia ini dapat menunjang kemampuan seseorang dalam menjaga
kesehatan fisik, emosional, mental dan mencegah penyakit. Tujuan utama
kesehatan dan gizi usia dewasa adalah meningkatkan kesehatan secara menyeluruh,
mencegah penyakit dan memperlambat proses menua .Untuk melakukan evaluasi,
perencanaan konsumsi dan ketersediaan.
Salah satu faktor penting tercapainya sumberdaya manusia (SDM) yang
berkualitas adalah kecukupan zat gizi dan pangan. Kecukupan zat gizi ini harus
mulai diperhatikan sejak anak, remaja sampai dewasa. Remaja merupakan salah
satu SDM yang perlu diperhatikan secara serius, terutama mengenai asupan
gizinya. Kualitas masa depan Indonesia dipandang dari sisi pembangunan sangat
dipengaruhi oleh keberadaan remaja sebagai penerus bangsa. Perkembangan remaja
berlangsung mulai umur tigabelas sampai delapanbelas tahun. Kelompok umur
remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat, yang disebut “adolescence
growth spurt”. Kebutuhan gizi remaja relatif besar, karena masih mengalami
pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak.
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh
kembang. Hal ini bisa disebabkan kurangnya asupan zat gizi karena pola makan
yang salah, serta pengaruh dari lingkungan pergaulan (berkeinginan untuk
langsing). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan, prevalensi
anemia pada perempuan (>15 tahun) sebesar 20 persen. Remaja putri yang kurang
gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek, dan pertumbuhan
tulang tidak proporsional), kurang zat besi dan zat gizi lain yang penting untuk
tumbuh kembang. Data Riskesdas (2010) menyebutkan bahwa 54,4 persen remaja
di Indonesia mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal (< 70% Angka
Kecukupan Gizi). Remaja merupakan penentu kualitas SDM yang diharapkan dapat
meneruskan cita-cita pembangunan. Untuk itu aspek kesehatan dan gizi pada masa
remaja perlu diperhatikan.
2.2.1. Kecukupan Angka Gizi pada Individu
Keterbatasan pertama untuk memperkirakan apakah seseorang
mematuhi rekomendasi nutrisi adalah ketidakpastian memiliki estimasi
yang benar dari asupan sebenarnya karena variabilitas asupan makanan
sehari-hari. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, pengumpulan data
asupan makanan akan memerlukan pendaftaran jangka panjang
(beberapa recall diet 24 jam, catatan makanan beberapa hari, dll),

4
selama 400 hari untuk makanan tertentu yang kaya vitamin. Karena
praktik yang benar dalam konsultasi ahli gizi adalah asupan makanan
terdaftar berdasarkan satu atau tidak lebih dari 3 hari (catatan diet 3 hari,
beberapa penarikan 24 jam), estimasi kecukupan pada tingkat individu
didasarkan pada probabilitas bahwa asupan gizi yang cukup untuk
orang tersebut.
Menurut panduan IOM, metodologi untuk memperkirakan
probabilitas tersebut akan tergantung pada nutrisi yang dipelajari dan
nilai referensi yang tersedia untuk nutrisi tersebut. dari individu. EAR
saja bukanlah titik potong yang valid untuk menilai kecukupan pada
tingkat individu. Intake di bawah EAR memiliki kemungkinan
kecukupan yang rendah (kurang dari 50%). Tetapi asupan di atas EAR
tidak memiliki probabilitas kecukupan yang tinggi.
Angka kecukupan gizi yang sudah ditetapkan untuk orang
Indonesia meliputi energi, protein, vitamin A, vitamin D, vitamin E,
vitamin K, vitamin C, tiamin, riboflavin, niacin, piridoksin, vitamin
B12, asam folat, kalsium, fosfor, magnesium, besi, seng, iodium,
mangan, selenium, dan fluor. Angka kecukupan energi tingkat nasional
yang pada taraf konsumsi 2000 kkal dan taraf persediaan 2200 kkal.
Sedangkan angka kecukupan protein tingkat nasional pada taraf
konsumsi 52 gram dan taraf persediaan 57 gram. Kecukupan gizi untuk
pelabelan produk makanan yang dikemas disebut dengan acuan label
gizi (ALG).

Tabel Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat dan Air
yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang per hari).
Karbohidrat Serat Air
Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g)
(g) (g) (mL)
umur (kg) (cm) (kkal) (g)
Total n-6 n-3
Bayi/Anak
0 – 6 bulan 6 61 550 12 34 4,4 0,5 58 0 -
7 – 11 bulan 9 71 725 18 36 4,4 0,5 82 10 800
1-3 tahun 13 91 1125 26 44 7,0 0,7 155 16 1200
4-6 tahun 19 112 1600 35 62 10,0 0,9 220 22 1500
7-9 tahun 27 130 1850 49 72 10,0 0,9 254 26 1900
Laki-laki
10-12 tahun 34 142 2100 56 70 12,0 1,2 289 30 1800
13-15 tahun 46 158 2475 72 83 16,0 1,6 340 35 2000
16-18 tahun 56 165 2675 66 89 16,0 1,6 368 37 2200
19-29 tahun 60 168 2725 62 91 17,0 1,6 375 38 2500
30-49 tahun 62 168 2625 65 73 17,0 1,6 394 38 2600

5
50-64 tahun 62 168 2325 65 65 14,0 1,6 349 33 2600
65-80 tahun 60 168 1900 62 53 14,0 1,6 309 27 1900
80+ tahun 58 168 1525 60 42 14,0 1,6 248 22 1600
Perempuan
10-12 tahun 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800
13-15 tahun 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000
16-18 tahun 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100
19-29 tahun 54 159 2250 56 75 12,0 1,1 309 32 2300
30-49 tahun 55 159 2150 57 60 12,0 1,1 323 30 2300
50-64 tahun 55 159 1900 57 53 11,0 1,1 285 28 2300
65-80 tahun 54 159 1550 56 43 11,0 1,1 252 22 1600
80+ tahun 53 159 1425 55 40 11,0 1,1 232 20 1500
Hamil (+an)
Timester 1 +180 +20 +6 +2,0 +0,3 +25 +3 +300
Trimester 2 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300
Trimester 3 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300
Menyusui
(+6 bln +330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +800
pertamaan)
6 bln kedua +400 +20 +13 +2,0 +0,2 +55 +6 +650

2.3. Kegunaan Angka Kecukupan Gizi


AKG berguna sebagai patokan dalam penilaian dan perencanaan konsumsi
pangan, serta basis dalam perumusan acuan label gizi.
Lebih lanjut kegunaan Angka Kecukupan Gizi, sebagai berikut:
1. AKG berguna untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat regional atau
nasional. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi rata-rata tingkat
regional atau nasional perlu diketahui juga pola makannya. Dengan
demikian, dapat dirancang penyediaan pangan yang cukup untuk penduduk.
AKG merupakan kecukupan tingkat faali. Oleh sebab itu, dalam merancang
produksi pangan perlu diperhitungkan kehilangan bahan pangan setelah
pasca panen mulai dari produksi sampai tingkat konsumsi.
2. AKG berguna untuk menilai data konsumsi makanan perorangan atau
kelompok masyarakat. Bila hasil survei menunjukkan penyimpangan berat
badan dari berat badan patokan, perlu dilakukan penyesuaian angka
kecukupan. Demikian juga untuk nilai asam amino dan nilai cerna bila
berbeda dengan nilai yang digunkan dalam penetapan AKG yang
dianjurkan.
3. AKG berguna untuk perencanaan pemberian makanan bagi institusi seperti
rumah sakit, perkantoran, industri, sekolah, panti sosial, dan lembaga
permasyarakatan perlu diperhatikan berat badan rata-rata dan aktivitas.

6
Khusus rumah sakit diperhitungkan juga kecukupan gizi untuk
penyembuhan.
4. AKG berguna untuk menetapkan standar bantuan pangan dalam keadaan
darurat seperti bencana alam, perang, kekeringan, kerusuhan, transmigran;
serta untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) golongan rawan (balita,
anak sekolah, ibu hamil, dan lain-lain).
5. AKG berguna untuk menetapkan pedoman keperluan label gizi makanan
yang dikemas. Biasanya dicantumkan persentase dari AKG yang diajurkan
untuk satu porsi makanan tersebut.
6. AKG berguna untuk bahan penyuluhan atau pendidikan gizi yang berkaitan
dengan kebutuhan gizi menurut kelompok umur dan kegiatan maupun jenis
kelamin.
2.4. Faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi
Di samping kegunaan Kecukupan gizi tersebut yang mempunyai beberapa
keterbatasan. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu factor
eksternal dan internal.
2.4.1. Faktor Eksternal
1. Pendidikan dan Pendapatan
Faktor pendidikan dan pendapatan merupakan dua faktor di samping
kesehatan yang merupakan penentu bagi kualitas/mutu sumber daya
manusia yang ada. Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya
adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli
yang dimiliki keluarga tersebut
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah yang paling penting untuk menunjang kebutuahah
hidup tiap keluarga.
3. Budaya
Budaya berperan karena ada beberapa kepercayaan, seperti tabu
mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang
sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh
kelompok umur tersebut. Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi
ikan.
4. Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan
makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil akan
terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya tanpa
mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak
dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka.
5. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja
terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah,

7
karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan
pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan
gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan
makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip
pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan
gizi.
6. Pendidikan dan pengetahuan
Sering masalah gizi timbul karena ketidaktahuan atau kurang
informasi tentang gizi yang memadai. Pendidikan sangat diperlukan
agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi.
Pentingnya pengetahuan gizi terhadap konsumsi didasari atas tiga
kenyataan :
a. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan
b. Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang
optimal, pemeliharaan, dan energi.
c. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu ,sehingga
penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi
perbaikan gizi.
7. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja
terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah,
karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan
pengaturan pembatasan makanan secara keliru. Sehingga kebutuhan
gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan sekali sehari atau makan
makanan seadanya, tidak makan nasi merupakan penerapan prinsip
pemeliharaan gizi yang keliru dan mendorong terjadinya gangguan
gizi.
2.4.2. Faktor Internal
1. Usia
Usia seseorang juga akan memicu tingkat konsumsi makanan dan
intake zat gizi dan kalori makanan yang dibutuhkan semakin besar.
Sehingga dalam pemenuhan angka kecukupan gizi mulai dari balita
hingga dewasa memiliki porsi yang berbeda.
2. Jenis kelamin
Kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan dan
biasanya lebih tinggi anak laki-laki karena memiliki aktifitas fisik
yang lebih tinggi. Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa
kekurangan gizi lebih banyak terdapat pada anak perempuan dari
pada anak laki-laki.
3. Kondisi fisik

8
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang
lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status
kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang
kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup
ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat.
4. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan
atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan,
kesulitan makanan ini selain dipicu oleh infeksi oleh bakteri patogen
tertentu misalnya, juga disebabkan karena faktor sakit atau karena
pasca keracunan obat yang hanya menimbulkan pinsan atau demam
endemik.
2.5. Pedoman Umum Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Gizi seimbang adalah susunan asupan makanan sehari-hari berdasarkan jenis dan
jumlah zat gizinya disesuaikan dengan kebutuhan harian tubuh. Kebutuhan gizi ini
dipenuhi dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal. Hal ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya gangguan gizi.
Berbagai definisi atau pengertian mengenai Gizi Seimbang (Balanced Diet)
telah dinyatakan oleh berbagai institusi atau kelompok ahli, tetapi pada intinya
definisi Gizi Seimbang mengandung komponen-komponen yang lebih kurang
sama, yaitu: cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas, mengandung berbagai
zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk tumbuh
(pada anak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk melakukan aktivitas dan
fungsi kehidupan sehari-hari (bagi semua kelompok umur dan fisiologis), serta
menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan
tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan.

2.6. Prinsip Gizi Seimbang


Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan
zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.
2.6.1. Mengonsumsi Makanan Beragam
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan
mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi
baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber
utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-

9
buahan pada umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi
miskin kalori dan protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi
sedikit kalori. Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan
makanan tunggal yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat
mencukupi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal,
serta sesuai dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya
dalam tubuh.
2.6.2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih
Hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang,
dengan penjelasan sebagai berikut: Penyakit infeksi merupakan salah
satu faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara
langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang menderita penyakit
infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan
jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan
infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk
memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang menderita
infeksi terutama apabila disertai panas.
Pada orang yang menderita penyakit diare, berarti mengalami
kehilangan zat gizi dan cairan secara langsung akan memperburuk
kondisinya. Demikian pula sebaliknya, seseorang yang menderita
kurang gizi akan mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena
pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh seseorang menurun,
sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan berkembang. Kedua
hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang gizi dan penyakit
infeksi adalah hubungan timbal balik. Dengan membiasakan perilaku
hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap
sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum
menyiapkan makanan dan minuman, dan setelah buang air besar dan
kecil, akan menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari
kuman penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2)
menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan
dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa
berbagai kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila
bersin, agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu
menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.
2.6.3. Melakukan Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan
antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi
dalam tubuh.Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas
fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk

10
metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam
menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam
tubuh.
2.6.4. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan (BB) Normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa
telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya
Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi
Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh
(IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang
harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan ‘Gizi Seimbang’,
sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan
apabila terjadi penyimpangan maka dapat segera dilakukan langkah-
langkah pencegahan dan penanganannya.
2.7. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok
a. Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui mengindikasikan
bahwa konsumsi ibu hamil harus memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan
untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu ibu
hamil dan ibu menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil atau tidak menyusui, tetapi
konsumsi pangannya tetap beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan
proporsinya. Janin tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan
yang dikonsumsi oleh ibunya dan dari simpanan zat gizi yang berada didalam
tubuh ibunya.
Selama hamil atau menyusui seorang ibu harus menambah jumlah dan
jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan bayi
dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayinya serta untuk
memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung
zat gizi yang dibutuhkan, maka janin atau bayi akan mengambil persediaan
yang ada didalam tubuh ibunya. Misalnya sel lemak ibu sebagai sumber
kalori; zat besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi
janin/bayi. Demikian juga beberapa zat gizi tertentu tidak disimpan di dalam
tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang banyak terdapat di dalam
sayuran dan buah buahan. Sehubungan dengan hal itu, ibu harus mempunyai
status gizi yang baik sebelum hamil dan mengonsumsi makanan yang
beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya.
b. Gizi Seimbang untuk Bayi 0-6 bulan
Gizi seimbang untuk bayi 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI
merupakan makanan yang terbaik untuk bayi oleh karena dapat memenuhi
semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan
perkembangan sistem pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu

11
setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan
hanya diberi ASI saja.
c. Gizi Seimbang untuk Anak 6-24 bulan
Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat gizi
semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada
usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat,
mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga
kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan
aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka
perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara
ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi
mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat,
makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat bayi
berusia 1 tahun.
d. Gizi Seimbang untuk Anak usia 2-5 tahun
Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena masih
berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya tinggi. Demikian juga
anak sudah mempunyai pilihan terhadap makanan yang disukai termasuk
makanan jajanan. Oleh karena itu jumlah dan variasi makanan harus
mendapatkan perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama
dalam “memenangkan” pilihan anak agar memilih makanan yang bergizi
seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar rumah sehingga
mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan, sehingga perilaku hidup
bersih perlu dibiasakan untuk mencegahnya.
e. Gizi Seimbang untuk Anak 6-9 tahun
Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah memasuki
masa sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga pengaruh kawan, tawaran
makanan jajanan, aktivitas yang tinggi dan keterpaparan terhadap sumber
penyakit infeksi menjadi tinggi. Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai
memasuki masa pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan
terhadap zat gizi mulai meningkat secara bermakna. Oleh karenanya,
pemberian makanan dengan gizi seimbang untuk anak pada kelompok usia
ini harus memperhitungkan kondisi-kondisi tersebut diatas. Risiko masalah
gizi, seperti gizi buruk, tinggi pada anak usia sekolah, yang oleh makanan
jajanan merupakan kelompok rentan. Periode ini dimulai ketika seorang anak
sekolah usia 6 tahun dan berlanjut sampai anak mencapai 12 tahun. Di luar
rumah, kebiasaan makan anak sekolah banyak yang sering didominasi
makanan cepat saji berupa makanan dan minuman yang diolah oleh
makanan.
Menurut data surveilans makanan jajanan yang dikonsumsi anak
sekolah tahun 2007, 45% jajanan sekolah PJAS (Pangan Jajanan Anak
Sekolah) mengandung bahan kimia berbahaya (formalin, boraks, dan

12
rhodamin), zat makanan buatan (pemanis dan pengawet) secara berlebihan.
batas aman, dan cemaran mikrobiologi (Escherichia coli) . Dilaporkan juga
bahwa wabah keracunan makanan di sekolah dasar termasuk yang tertinggi
di berbagai tingkat pendidikan. Survei terhadap 40 SD Islam di Depok tahun
2012 melaporkan bahwa 52% bahan makanan dan 60% minuman yang dijual
di sekolah mengandung bakteri, 4% jajanan jajanan mengandung formalin,
dan 10% bahan makanan mengandung pemanis buatan.
Konsumsi makanan merupakan hasil dari motivasi (kebutuhan,
dorongan, dan keinginan), yang ditentukan oleh berbagai proses kognitif,
termasuk persepsi, ingatan, pemikiran, dan keputusan untuk bertindak.
Preferensi makanan muncul sebagai akibat dari frekuensi paparan. Semakin
sering suatu makanan dipersepsikan, semakin besar kemungkinan makanan
tersebut disukai, dan semakin sering makanan tersebut dipilih. Dalam hal ini,
ibu memainkan peran penting dalam kebutuhan nutrisi anak, status sosial
ekonomi dan pengasuhan orang tua secara signifikan berkontribusi dalam
membentuk perilaku anak sekolah termasuk pengetahuan, sikap, dan praktik.
f. Gizi Seimbang untuk Remaja (10-19 tahun)
Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik
di masa mendatang. Masa remaja atau adolescent adalah waktu terjadinya
perubahan-perubahan yang berlangsungnya cepat dalam hal pertumbuhan
fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku. Remaja dapat dikategorikan
rentan terhadap masalah gizi sehingga berisiko terhadap kesehatan. Pertama,
usia remaja percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan
energi lebih banyak. Kedua, pada remaja terjadi perubahan gaya hidup dan
kebiasaan suka mencoba-coba makanan (Marmi, 2013).
Masalah gizi remaja antara lain gizi kurang, gizi lebih, obesitas,
anemia serta masalah yang berhubungan dengan gangguan perilaku makan
berupa anoreksia nervosa dan bulimia (Sulistyoningsih, 2012). Masalah gizi
yang terjadi pada remaja umumnya disebabkan oleh satu sumber utama yaitu
pola makan yang kurang tepat. Pola makan yang kurang tepat pada remaja,
secara garis besar dipengaruhi dua hal, yaitu faktor lingkungan dan faktor
personal atau individu dari remaja itu sendiri. Perilaku makan yang kurang
tepat dapat membawa dampak negatif terhadap kesehatan atau status gizi
remaja. Masalah gizi pada remaja dapat menyebabkan kelebihan berat badan
atau obesitas, kekurangan berat badan, anemia zat besi atau kurang darah,
hiperlipidemia, hipertensi, anorexia dan bulimia nervosa, diabetes mellitus
dan gangguan kesehatan reproduksi.
Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak menjadi
remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang berpengaruh terhadap
kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah pertumbuhan cepat memasuki usia
pubertas, kebiasaan jajan, menstruasi dan perhatian terhadap penampilan
fisik “Body image” pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan

13
terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan
kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian harus lebih
ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum menikah.
Permasalahan gizi pada remaja akan menimbulkan dua masalah gizi
yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada remaja tersebut dapat
dicegah dengan menggunakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) dan
penerapan PUGS dapat dimulai dengan pemahaman tentang pola hidup sehat
yang didukung dengan menerapkan konsumsi makanan yang bergizi
seimbang. Pendidikan gizi di lingkungan sekolah dapat memberikan
dukungan yang positif terhadap pengetahuan, sikap dan tendakan remaja.
Pendidikan mengenai gizi seimbang perlu disosialisasikan mengingat masih
banyak remaja yang belum paham tentang gizi seimbang.
g. Gizi Seimbang untuk Dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu oleh
pola kegiatan kelompok usia dewasa saat ini yaitu persaingan tenaga kerja
yang ketat, ibu bekerja diluar rumah, tersedianya berbagai makanan siap saji
dan siap olah, dan ketidak-tahuan tentang gizi menyebabkan keluarga
dihadapkan pada pola kegiatan yang cenderung pasif atau “sedentary life”,
waktu di rumah yang pendek terutama untuk ibu, dan konsumsi pangan yang
tidak seimbang dan tidak higienis. Oleh karena itu, perhatian terhadap
perilaku konsumsi pangan dengan gizi seimbang, termasuk kegiatan fisik
yang memadai dan memonitor BB normal, perlu diperhatikan untuk
mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.
h. Gizi Seimbang untuk Usia Lanjut
Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi
berbagai perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai
organ dan jaringan tubuh, oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan
kesehatan lebih sering muncul pada kelompok usia ini. Perubahan tersebut
meliputi antara lain organ pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga
dapat menurunkan nafsu makan; melemahnya sistem organ pencernaan
sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif terhadap makanan
tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada gigi sehingga mengganggu
fungsi mengunyah; melemahnya kerja otot jantung; pada wanita memasuki
masa menopause dengan berbagai akibatnya; dan lain-lain. Hal tersebut
menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan terhadap berbagai penyakit,
termasuk terlalu gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit jantung,
diabetes mellitus, osteoporosis, osteoartritis dll. Oleh karena itu kebutuhan
zat gizi pada kelompok usia lanjut agak berbeda pada kelompok dewasa,
sehingga pola konsumsi agak berbeda, misalnya membatasi konsumsi gula,
dan garam.
2.8. Pola Makan untuk Memenuhi Kebutuhan Gizi Seimbang

14
Pemerintah mengeluarkan sebuah Pedoman Gizi Seimbang dalam upaya
menurunkan dan menjaga status gizi masyarakat. Tanggal 27 Januari 2014
Pedoman Gizi Seimbang mengalami pembaharuan dengan penambahan media
promosi “Tumpeng” dan “Piring Makanku”.
1. Tumpeng Gizi Seimbang
Tumpeng Gizi Seimbang adalah rancangan untuk memperbaiki prinsip lama
“4 sehat 5 sempurna” yang dianggap tidak lagi sesuai. Gambar tumpeng ini tidak
hanya berisi panduan sehat, melainkan juga panduan pola hidup secara
keseluruhan. Berikut adalah gambar tumpeng gizi:

Panduan Isi Tumpeng Gizi Seimbang


a. Makanan Pokok
Makanan pokok adalah lapisan terbawah tumpeng dengan gambar
jagung, nasi, singkong, ubi, dan umbi-umbian lainnya. Jenis-jenis makanan
tersebut menggambarkan makanan pokok orang Indonesia. Normalnya, porsi
makanan pokok yang dianjurkan adalah 3 – 4 porsi dalam satu hari. Jumlah
takaran per porsi akan tergantung dari jenis makanan pokok Anda. Sebagai
contoh, satu porsi nasi idealnya berukuran sekitar 100 gram. Jumlah tersebut
setara dengan 1 buah ubi ukuran sedang (135 gram) dan 1 potong singkong (120
gram). Sementara itu, satu porsi nasi tersebut juga sama dengan 2 buah kentang
berukuran sedang (210 gram). Anda tidak harus selalu makan nasi untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat dan serat sebagai makananapatkan menu
makanan gizi seimbang.
b. Buah dan Sayuran
Setelah makanan pokok, lapisan dari Tumpeng Gizi Seimbang yang juga
membutuhkan jumlah banyak yaitu buah-buahan dan sayur-sayuran. Pada
dasarnya, hampir semua jenis buah dan sayur mengandung berbagai vitamin

15
dan mineral. Vitamin dan mineral dalam buah dan sayur berperan penting
dalam proses metabolisme atau bekerjanya fungsi tubuh. Anjuran konsumsi
sayur yaitu 3 – 4 porsi dalam satu kali makan. Sementara itu, porsi buah
disarankan untuk dikonsumsi sebanyak 2 – 3 porsi dalam satu hari.
c. Protein
Protein adalah zat pembangun yang penting bagi kesehatan tubuh.
Selain itu, protein juga menjadi sumber energi yang dapat menghasilkan sekitar
4 kkal (kilokalori) dari 1 gram protein. Maka dari itu, sumber nutrisi yang satu
ini tidak boleh dilewatkan.
d. Garam, Gula, dan Lemak
Pada puncak piramida makanan tumpeng, Anda akan melihat gambar
sendok gula, garam, dan lemak. Area gambar yang sempit menandakan bahwa
Anda tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi ketiga jenis makanan tersebut.
e. Air putih
Terakhir, komponen yang tidak kalah penting dalam merencanakan
pola makan yang sehat yaitu air putih. Air adalah salah satu zat gizi yang sangat
penting bagi kesehatan karena memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh,
meliputi:
• Membentuk tubuh,
• Mengatur suhu tubuh,
• Melarutkan zat-zat tertentu,
• Media pembuangan racun, serta sisa metabolisme.
Umumnya, setiap orang direkomendasikan untuk minum air putih
sekitar 8 gelas per hari. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah dehidrasi yang
nantinya bisa berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.
2. Isi Piringku
Isi Piringku merupakan program bagi masyarakat dalam memahami
bagaimana porsi makan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi. “Isi
Piringku adalah pengganti konsep 4 Sehat 5 Sempurna. Konsep lama tersebut
kini tidak lagi mengakomodasi pemenuhan gizi seimbang. Berikut adalah
gambar isi piringku:

16
Panduan Isi Piringku
a. Makanan pokok
Makanan pokok merupakan makanan yang mengandung karbohidrat
yang cukup untuk menanmbah energi. Ada ragam makanan pokok sesuai tempat
dan budaya, sperti beras, jagung, singkong, ubi, talas, sagu, dan roti, produk
olahannya misalnya roti, pasta mie, dll.Sebagai panduan makan gizi seimbang,
dalam satu piring, disarankan mengonsumsi makanan pokok sekitar 150 gram
nasi yang setara 3 centong nasi, atau 3 buah kentang ukuran sedang dengan berat
total 300 gram, atau 75 gram mie.
b. Lauk pauk
Lauk-pauk terdiri dari protein hewani dan nabati. Beberapa jenis
sumber protein hewani misalnya seperti daging sapi, dan kambing, ayam,
bebek, ikan dan makanan laut lainnya, telur, susu dan hasil olahannya yang
berasal dari hewan. Sementara, lauk-pauk nabati berupa tahu, tempe, dan
kacang-kacangan yang mana semua makanan tersebut berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Dalam satu piring, panduan makan gizi seimbang, disarankan makan
lauk hewani:
• 75 gram ikan kembung
• potong ayam tanpa kulit ukuran sedang (80 gram)
• potong sapi ukuran sedang (70 gram)
• Untuk protein nabatinya, bisa dengan tahu 100 gram
• 2 potong tempe ukuran sedang (50 gram)
c. Sayur-sayuran
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama
mengandung zat karoten, vitamin A, vitamin C, zat besi, dan fosfor yang sangat
berguna bagi tubuh. Sebagian vitamin dan mineral dalam sayuran berperan
sebagai antioksidan. Ada beberapa sayuran yang bisa langsung dikonsumsi
mentah, dan ada yang perlu dimasak terlebih dahulu dengan cara direbus,
ditumis, atau dikukus. Beberapa contoh sayuran yang biasanya banyak

17
dikonsumsi seperti terong, timun, selada air, labu siam, rebung, kangkung,
lobak, buncis, brokoli, daun singkong, tomat, wortel, bayam, dan lain
sebagainya. Sebagai panduan makan gizi seimbang, disarankan dalam satu
piring mengonsumsi 150 gram sayur, atau sama dengan ukuran satu mangkuk
ukuran sedang.
d. Buah-buahan
Pedoman Isi Piringku Kemenkes RI Buah-buahan memiliki banyak
vitamin seperti vitamin A, B, B1, B6, dan C, mineral, serta serat yang juga
berperan sebagai antioksidan. Mengonsumsi buah secara rutin dapat mencegah
ragam penyakit, seperti jantung, serangan kerusakan hati dan stroke, mencegah
kanker dan tekanan darah tinggi, meningkatkan imunitas tubuh, dan masih
banyak lagi. Jadi jangan sampai lupa makan buah-buahan dengan porsi yang
cukup. Beberapa contoh buah-buahan yang umum dikonsumsi seperti pisang,
melon, semangka, rambutan, durian, salak, pepaya, jambu, mangga, belimbing,
apel, jeruk, dan masih banyak lagi. Sebagai panduan makan gizi seimbang
dalam satu piring, konsumsi di antaranya:
• 2 potongan pepaya ukuran sedang (150 gram), atau
• 2 buah jeruk sedang (110 gram), atau
• 1 buah kecil pisang Ambon (50 gram)
e. Minum air putih yang cukup dan aktivitas kebersihan serta olahraga
Tidak hanya makanan, panduan makan gizi seimbang "Isi Piringku"
yang dibuat oleh Kemenkes juga meliputi minum air putih 8 gelas per hari,
mencuci tangan, dan berolahraga fisik. Minum gelas 8 hari dalam sehari dapat
memelihara fungsi ginjal, menghindari dehidrasi, mengurangi risiko kanker
kandung kemih, memperlancar pencernaan, merawat kulit, dan dapat
mengontrol kalori. Sebelum dan sesudah makan, disarankan juga untuk
mencuci tangan menggunakan sabun, selama 20 detik di bawah air mengalir
dengan cara yang benar. Hal ini agar dapat mencegah dari kuman, virus dan
bakteri yang berbahaya yang bisa menyerang tubuh sehingga tubuh mudah
jatuh sakit.
Mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir dapat mencegah
penyakit seperti diare, hepatitis A, dan cacingan.Itulah gerakan hidup sehat
yang dianjurkan oleh Kemenkes untuk mencegah berbagai macam penyakit
dan meningkatkan daya tahan tubuh terutama bagi anak-anak. Meskipun Anda
sudah makan makanan gizi seimbang dengan porsi sesuai, penting untuk
melakukan aktivitas fisik selama 30 menit setiap hari. Hal ini tidak hanya untuk
membakar kalori, tetapi juga memiliki banyak manfaat untuk tubuh dalam
mencegah penyakit dan kesehatan mental.
2.9. Dampak dan Cara Mengatasi Kekurangan Gizi
Kekurangan gizi atau biasa di sebut malnutrisi merupakan gangguan
kesehatan yang terjadi saat tubuh tidak mendapatkan asupan nutisri yang cukup.
Jika Kekurangan gizi berlangsung dalam waktu yang lama maka akan
menyebabkan tubuh tidak dapat berfungsi menjalankan tugasnnya dengan baik.
Meski banyak makan seseorang bisa saja kekurangan gizi jika apa yang di makan

18
tidak sesuai dengan porsinya dan tidak mengandung zat, seperti protein,
karbohidrat, vitamin dan mineral.
Berikut penyakit yang timbul jika seseorang kekurangan gizi:
1. Penyakit Beri-beri yang di akibatkan kekurangan vitamin B dalam tubuh,
ada dua jenis yaitu basah dan kering.
2. Penyakit anemia.
3. Penyakit kwashiorkor atau penyakit dengan gejala mudah lapar, hilangnya
massa otot dan pembekakan pada bawah kulit.
4. Marasmus atau kekurangan nutrisi dan kalori.
5. Penyakit scurvy atau kekurangan vitamin C.
6. Osteoporosis atau kekurangan vitamin D.

Berikut cara mengatasi dan mencegah gizi buruk:


1. Perbaikan Pola makan dengan mengkonsumi aneka makanan tinggi protein,
lemak sehat dan karbohidrat. Mengkonsumi buah dan sayur 3-4 porsi
perhari, batasi makanan asin, manis dan berlemak, serta minum air 8 gelas
perhari.
2. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan ideal.
3. Menerapkan PHBS (CTPS)
4. Biasakan sarapan pagi.
5. Biasakan membaca label pada kemasan makanan.
6. Menerapkan PUGS dan pemantauan status gizi buruk oleh tenaga ahli.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat
gizi yang diperlukan untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua penduduk
menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis, seperti kehamilan
dan menyusui. AKG berguna untuk perencanaan penyediaan pangan tingkat
regional atau nasional dan untuk menetapkan standar bantuan pangan dalam
keadaan darurat seperti bencana alam, perang, kekeringan, kerusuhan, transmigrant
serta untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) golongan rawan (balita, anak
sekolah, ibu hamil, dan lain-lain). Adapun Faktor yang Mempengaruhi Angka
Kecukupan Gizi yaitu, tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ukuran dan
komposisi tubuh, jenis kelamin, keadaan kesehatan tubuh. keadaan fisiologis tubuh,
kegiatan fisik, lingkungan, pengetahuan, mutu makanan dan gaya hidup.
Gizi seimbang adalah Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Pedoman umum gizi seimbang yang digunakan saat ini adalah Tumpengku dan
Piringku. Tumpeng Gizi Seimbang dan Isi Piringku adalah rancangan untuk
memperbaiki prinsip lama “4 sehat 5 sempurna” yang dianggap tidak lagi sesuai.
Adapun pola makanan untuk memenuhi gizi seimbang yaitu, buah, sayuran,
protein, garam, gula, lemak, dan air putih. Pola makanan isi piringku yaitu,
makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan air putih.

3.2. SARAN
1. Orang tua diharapkan mengetahui bahwa gizi yang tepat untuk bayi 0-6
bulan adalah ASI Eksklusif yang merupakan makanan terbaik untuk bayi
pada usia tersebut.
2. Orang tua diharapkan memperhatikan asupan makanan dan takaran gizi
sesuai dengan usia perkembangan anak.
3. Menerapkan PHBS dan menjaga asupan makanan sebagai upaya dalam
melaksanakan prinsip kecukupan gizi.
4. Diharapkan seluruh masyarakat paham dan dapat melaksanakan cakupan
gizi untuk keluarga dan diri sendiri dengan pedoman yang tepat.

20
DAFTAR PUSTAKA
BlancaRoman-ViñasabLluísSerra-Majemabcd. Nutritional Adequacy Assessment.
sciencedirect. doi:https://doi.org/10.1016/B978-0-08-100596-5.22037-4
DEWI ASTUTI. Makalah Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Dewi Astuti.
scribd. https://id.scribd.com/document/362034372/Makalah-Angka-
Kecukupan-Gizi-Yang-Dianjurkan-Dewi-Astuti
Handayani S. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Pedoman Umum Gizi
Seimbang dan Asupan Protein dengan Status Gizi Remaja Putri Di SMA
Muhamadiyah 1 Sragen. J Kesehat. Published online 2018:15.
Jafar N, Nusu AC, Suriah S. The implementation of balanced nutrition using “piring
Makanku” on food consumption of orphanage children in Makassar city.
Open Access Maced J Med Sci. 2020;8(T2):75-80.
doi:10.3889/oamjms.2020.5202
Kementrian dan lembaga regulasi. Kemenkes – Permenkes No 28 Tahun 2019
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Published 2021.
https://stunting.go.id/kemenkes-permenkes-no-28-tahun-2019-angka-
kecukupan-gizi-yang-dianjurkan/
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 10 Pedoman Gizi Seimbang. 10
Pedoman Gizi Seimbang. 2019;(http://p2ptm.kemkes.go.id/).
Maulid Doni. Download Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan.
linisehat.com. Published 2017. https://linisehat.com/download-pedoman-
gizi-seimbang-kementerian-kesehatan/
Nurzihan NC. Peningkatan Pengetahuan Remaja Tentang Pedoman Umum Gizi
Seimbang dengan Permainan Ular Tangga Gizi di SMP PGRI 1 Surakarta. J
Pengabdi Masy Kesehat. 2020;6(2):95-101. doi:10.33023/jpm.v6i2.593
PEDOMAN GIZI SEIMBANG 2014 (TERBARU). PERGIZI PANGAN
INDONESIA. Published 2014. https://pergizi.org/pedoman-gizi-seimbang-
2014-terbaru/
Pratiwi Y, Irmansyah, Juansah J, Rahmat M. Gorontalo Agriculture Technology
Journal. J Agric Technol. 2019;3(1):23-30.
Rahayu Astuti Sufianti Binatanah &Carto. Sumbangan Energi Dan Protein Makan
Pagi Terhadap Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan (Akg) Berdasarkan
Pola Asuh Anak. Kesehat Masy Indones. 2007;4.
Tamalum A, Kapantow NH, Sanggelorang Y. Gambaran Penerapan Pedoman
Umum Gizi Seimbang Mahasiswa Semester Ii Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi di Masa Pandemi Covid-19. J
KESMAS. 2021;10(2):50-57.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/32275
Yosephin B. Tuntunan Praktis Menghitung Kebutuhan Gizi. Perpust Tenas Effendy
Kota Pekanbaru. Published online 2018:202p.
https://pustaka.pekanbaru.go.id/inlislite3/opac/detail-opac?id=28395

Anda mungkin juga menyukai