Anda di halaman 1dari 33

KONSEP DASAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GIZI

Makalah

Disusun oleh:

RAHADATUL ‘AISY
HUSNI NIM : P07131223085

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
JURUSAN GIZI POLTEKKES KEMENKES ACEH
ACEH
BESAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT


yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunianya kepada kita hambanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep

Dasar Pendidikan Dan Pelatihan Gizi” dengan baik. Shalawat beriring


salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasullah Muhammad SAW yang
menjadi contoh panutan bagi kita ummatnya sehingga kita dapat menjalankan
hidup dengan baik dan kelak menjadi orang-orang yang berada dijalan yang lurus,
amin ya rabbal alamin.

Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai syarat untuk


memperoleh nilai pada mata kuliah Pendidikan Dan Pelatihan Gizi pada Program
Studi Diploma IV Gizi dan Dietetika (RPL / Alih Jenjang), Politeknik Kesehatan
Kemenkes Aceh.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata baik dan
sempurna, maka dari itu penulis berharap agar para pembaca makalah ini untuk
dapat memberikan kritik dan sarannya sebagai bahan perbaikan makalah penulis
untuk kedepan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang


tua penulis yaitu Ayah dan Ibu yang senantiasa mendoakan anaknya agar menjadi
anak yang bermafaat bagi banyak orang.

Aceh besar, 13 september


2023 Penyusun,

Rahadatul ‘Aisy Husni

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan dan Pelatihan.....................................................................5


B. Sejarah Perkembangan Program Pendidikan dan Pelatihan.................7
C. Peran dan Fungsi Pendidikan dan Pelatihan.........................................7
D. Unsur – Unsur Pendidikan dan Pelatihan.............................................9
E. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan dan Pelatihan.......................10
F. Proses Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan....................................10
G. Jenis dan Bentuk Pendidikan dan Pelatihan........................................11
H. Jenis Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat Gizi) di
Rumah Sakit.........................................................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Kurangnya pengetahuan gizi akan menimbulkan banyak
dampak, salah satunya adalah menyebabkan pola makan yang salah. Pola
makan merupakan perilaku yang penting karena memengaruhi keadaan gizi
seseorang. Pola makan yang salah akan menyebabkan ketidakseimbangan
energi karena kuantitas dan kualitas makanan maupun minuman yang
dikonsumsi akan berpengaruh terhadap asupan gizi dan berdampak pada status
gizi serta kesehatan (Yubanci et al., 2014).
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan
gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang
masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi
jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI, 2017) .
Sebagaimana telah ditetapkan untuk memperoleh sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, telah dikembangkan visi pembangunan kesehatan
yaitu Indonesia sehat 2010 yang diantaranya mengharapkan peningkatan
perilaku yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Seluruh upaya di atas
memiliki kaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, karena perbaikan gizi
dapat diandalkan sebagai tindakan promotif dan preventif, yang merupakan
jiwa dan visi Indonesia sehat 2010 (Depkes, 2002).
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan
pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana
kekeringan,

1
2

perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah, yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan
mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja (Supariasa, dkk., 2001).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan faktor
kesehatan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental. Tingkat keadaan gizi
mental terpenuhi, namun demikian perlu diketahui bahwa keadaan gizi
seseorang dalam suatu waktu bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi
masa lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti konsumsi gizi pada
masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa
(Budiyanto, 2002).
Gizi kurang terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan energi atau
zat gizi. Di negara maju masalah yang umum adalah obesitas yang diakibatkan
oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, tetapi kurang aktivitas fisiknya. Gizi
kurang menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah,
miskin dan pangan tidak tersedia cukup. Selain itu gizi kurang menyebabkan
daya tahan tubuh (resistensi) terhadap penyakit menjadi rendah (Suhardjo,
2002). Upaya perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dari
pembangunan kesehatan nasional, merupakan bagian dari kebijaksanaan
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah gizi kurang akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal aspek dalam pengurangan kemiskinan, apabila saling
mendukung maka akan terjadi integrasi yang saling mendukung misalnya
kesehatan, pertanian, pendidikan dalam suatu kelompok masyarakat yang
saling membutuhkan (Suparman, 2004). Rendahnya pendapatan merupakan
rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan
dalam jumlah yang diperlukan, rendahnya pendapatan itu mungkin terjadi
akibat menganggur/setengah menganggur, karena susahnya
3

memperoleh pekerjaan tetap sesuai dengan yang ditentukan (Sajogya,1994).


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis tentang
“Konsep Dasar Pendidikan dan Pelatihan Gizi”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi
terhadap mahasiswa RPL /Alih Jenjang D-IV Gizi dan Dietetika Poltekkes
Kemenkes Aceh tahun 2023.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan
pelatihan gizi terhadap mahasiswa RPL / Alih Jenjang D-IV Gizi dan
Dietetika Poltekkes Kemenkes Aceh tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui deskripsi dari pendidikan dan pelatihan gizi
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan program pendidikan dan
pelatihan gizi
c. Untuk mengetahui peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan gizi
d. Untuk mengetahui unsur – unsur dalam pendidikan dan pelatihan gizi
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendidikan dan
pelatihan gizi
f. Untuk mengetahui proses perencanaan pendidikan dan pelatihan gizi
g. Untuk mengetahui jenis dan bentuk pendidikan dan pelatihan gizi
h. Untuk mengetahui beberapa jenis program pendidikan dan pelatihan
gizi (khusus diklat gizi).

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menjadi dasar bagi penulis guna memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
dibidang konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi.
4

2. Bagi Masyarakat
Makalah ini memberi ilmu dan pengembangan teori-teori konsep dasar
pendidikan dan pelatihan gizi.
3. Bagi Institusi
Menjadi tambahan informasi dan menerapkan teori terbaru tentang konsep
dasar Pendidikan dan pelatihan gizi sesuai teori sumber pustaka atau
sumber artikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan dan Pelatihan

1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan


upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam bidang ilmu gizi,
terutama untuk peningkatan profesionalisme yang berkaitan dengan
keterampilan. Untuk meningkatkan kualitas kemampuan yang menyangkut
kemampuan kerja, berpikir dan keterampilan maka pendidikan dan pelatihan
yang paling penting diperlukan (UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

A. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dalam bidang gizi dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Mengingat program gizi merupakan bagian dari program kesehatan,
pendidikan kesehatan perlu juga diketahui. Dengan semakin disadari
program kesehatan bersifat holistik, pendidikan kesehatan (health
education) sebagai salah satu komponennya dirasa sangat penting dan
strategis, terutama untuk mengubah perilaku mengarah ke pola hidup
sehat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang berdimensi luas
untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga norma hidup sehat dapat
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat perbedaan penekanan
yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:

5
6

a. Pendidikan kesehatan dipandang sebagai suatu upaya kesehatan


tersendiri. Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan kesehatan
merupakan suatu program yang berdiri sendiri, kedudukannya sama
dengan program-program lainnya. Pendapat ini dilaksanakan pada
awal dekade ketika program kesehatan dilaksanakan
b. Pendidikan kesehatan dipandang sebagai salah satu unsur upaya
kesehatan yang sudah ada. Pendapat ini beranggapan bahwa
pendidikan kesehatan adalah salah satu unsur upaya kesehatan yang
tidak dapat dipisahkan dengan upaya kesehatan lainnya. Jadi,
pendidikan kesehatan merupakan salah satu komponen program atau
upaya kesehatan.
c. Pendidikan kesehatan dipandang sebagai suatu proses perubahan.
Pandangan ini mengadopsi arti pendidikan, yang didalamnya
terkandung suatu proses belajar mengajar untuk mencapai perubahan
yang diinginkan. Jadi, dalam pendidikan kesehatan, perubahan yang
diinginkan adalah pada aspek perilaku untuk mencapai derajat
kesehatan optimum.

B. Pelatihan
Istilah pelatihan digunakan untuk menunjukkan pengembangan bakat,
keterampilan, dan kemampuan seseorang guna menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Pelatihan merupakan suatu pendidikan nonformal.
Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan
standar kompetensi, pengenbangan sikap kewirausahaan, serta
pengenbangan kepribadian professional (UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan menurut Santoso (2013) pelatihan
adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan praktik dari pada teori
yang dilakukan seseorang atau selompok dengan menggunakan pendekatan
berbagai pembelajaran dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu
atau beberapa jenis keterampilan.
7

Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah, pertama


pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang lebih luas dan dalam
dibandingkan dengan pelatihan. Kedua, pelatihan lebih menekankan pada
keterampilan, sedangkan pendidikan diarahkan pada pengetahuan yang
bersifat umum. Ketiga, aspek jangka waktu pendidikan lebih bersifat jangka
panjang (long term), sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short
term). Kempat, materi yang disampaikan pada pendidikan bersifat umum,
sedangkan pelatihan lebih bersifat khusus.

B. Sejarah Perkembangan Program Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah suatu proses yang akan
menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran Pendidikan dan
Pelatihan(Diklat). Secara nyata perubhan perilaku itu berbentuk peningkatan
mutu kemampuan dari sasaran Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Teori
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) serta faktor yang mempengaruhi prose sdan
pendidikan dan pelatihan dibedakan menjadi 2 yaitu: perangkat lunak
(Software) dan perangkat keras (Hardware) menurut soekidjo dalam (Rikson,
2009).
Perangkat lunak dalam proses Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ini
mencakup kurikulum, organisasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), perturan-
peraturan, metode belajar mengajar dan tenaga pengajar atau pelatih itu sendiri.
Sedangkan perangkat keras juga besar pengaruhnya terhadap proses
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dalam fasilitas-fasilitas mencakup gedung,
buku-buku referensi, alat bantu pendidikan dan sebagainya (Tunggul, 2011).

C. Peran dan Fungsi Pendidikan dan Pelatihan

Secara umum Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berperan untuk memberikan


kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan
mereka, terutama dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kepemimpinan
atau manajerial yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu
sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok - pokok kepegawaian,
pada
8

pasal 31 mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pegawai yaitu untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar - besarnya, diadakan pengaturan
dan penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan Pegawai
(Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan


dan Pelatihan(Diklat) Jabatan Pegawai pasal 2 dan 3, bahwa Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) berperan agar:

a. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan


tugas jabatan secara operasional dengan didasi kepribadian etika pegawai
negeri sipil sesuai dengan kebutuhan instansi,

b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat


persatuan dan kesatuan bangsa,

c. Memantapkan sikap dan semangat kepribadian yang berorientas pada


pelayanan, pengayoman, pemberdayaan masyarakat,

d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola berpikir dalam melaksanakan


tugas pemerintahan dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang
baik.

Sedangkan Menurut Beach (Sofyandi, H., 2013), Peran Pendidikan dan


Pelatihan(Diklat) adalah sebagai berikut:

a. Dengan adanya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maka jangka waktu yang
digunakan pegawai untuk memperoleh keterampilan akan lebih cepat, pegawai
akan lebih cepat pula menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dihadapinya.

b. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja


pegawai dalam mnghadapi pekerjaan-pekerjaan yang sedang dihadapi.

c. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) diharapkan dapat membentuk sikap dan


tingkah laku para pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Dititikberatkan
pada
9

peningkatan partisipasi dari para pegawai, kerjasama antar pegawaidan


loyalitas terhadap perusahaan.

d. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) membantu memecahkan masalah-masalah


operasional perusahaan sehari-hari seperti mengurangi lecelakaan kerja,
mengurangi absen, mengurangi labor turnover, dan lain-lain.

e. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) tidak hanya mempunyai tujuan jangka


pendek tetapi juga jangka panjang yaitu mempersiapkan pegawai memperoleh
keahlian dalam bidang tertentu yang dibutuhkan perusahaan.

f. Dengan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) diharapkan para pegawai akan


mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang tinggi sehingga pegawai
tersebut akan semakin berharga bagi perusahaan.
Selanjutnya menurut (Simamora, 2004), menyebutkan fungsi yang diperoleh dari
diadakannya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), yaitu:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas,
b. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan pegawai untuk mencapai
standar- standar kinerja yang ditentukan,
c. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan,
d. Memenuhi persyaratan perencanaan sumber daya manusia,
e. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja,
f. Membantu pegawai dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

D. Unsur – Unsur Pendidikan dan Pelatihan


Unsur – unsur pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak sama pada
setiap lembaga, menurut Lynton dan Pareek (2012), yaitu:
a. Menentukan kebutuhan pelatihan yang merupakan tahapan awal yang harus
ditentukan, apa yang paling mendesak dan paling relevan dibutuhkan oleh
peserta pelatihan.
b. Menata tujuan pelatihan, hal ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan
langkah-langkah yang perlu dilakukan, yang selanjutnya dapat dijadikan
tolak ukur untuk mengevaluasi keberhasilan program pelatihan
10

c. Menyusun program pelatihan untuk menentukan tingkat capaian


d. Melaksanakan pelatihan, sebelum mulai diadakan pelatihan terlebih dahulu
harus memilih metode yang digunakan dalam pelatihan.
e. Evaluasi pelatihan, bertujuan untuk melihat berhasil tidaknya suatu pelatihan
secara efektif dan efisien.

E. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan dan Pelatihan


1. Kelebihan Pendidikan dan Pelatihan
Kelebihan dari program pendidikan dan pelatihan adalah :
1. Dapat memdidik pegawai untuk bekerja lebih trampil, cepat dan efektif.
2. Dapat mengurangi kesalahan – kesalahan dalam bekerja.
3. Dapat memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
pegawai.
4. Dapat meningkatkan percaya diri, tanggung jawab dan harga diri yang
berpengaruh terhadap semangat kerja.
5. Dapat menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik.

2. Kekurangan Pendidikan dan Pelatihan

Kelemahannya adalah bahwa program pendidikan dan pelatihan


memerlukan biaya yang cukup besar dan adanya kemungkinan
berpindahnya karyawan dari satu bagian ke bagian lain.

F. Proses Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan


Mangkunegara (2001) mengemukakan bahwa terdapat komponen –
komponen yang perlu diperhatikan dalam proses pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan (diklat), yaitu :
1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat
diukur.
2. Para pelatih (trainers) harus memiliki kualifikasi yang memadai.
3. Materi pelatihan dan pengembagan harus disesuaikan dengan yang hendak
dicapai.
11

4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat


kemampuan peserta.
5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainee) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
Sedangkan Yoder dalam As’ad (2001) mengemukakan agar training dan
pengembangan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan faktor –
faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan diklat, yaitu :
1. Perbedaan individu pegawai
2. Hubungan dengan analisis jabatan
3. Motivasi
4. Partisipasi aktif
5. Seleksi peserta diklat
6. Metode pelatihan dan pengembangan

G. Jenis dan Bentuk Pendidikan dan Pelatihan


1. Jenis Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Pasal 4 PP No. 101 Tahun 2000 menjelaskan tentang jenis
dan jenjang Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang terdiri terdiri dari:
1. Diklat Prajabatan, merupakan syarat pengangkatan menjadi Pegawai
Negeri Sipil.
2. Diklat dalam Jabatan terdiri dari :
a. Diklat kepemimpinan – dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan
jabatan struktural.
b. Diklat fungsional – dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional
masing-masing.
c. Diklat teknis – dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Pegawai Negeri
Sipil.
12

2. Bentuk Pendidikan dan Pelatihan


Sikula dalam Munandar (2011) mengemukakan bentuknya ada dalam
berbagai macam metode diklat, yaitu:
a. Bentuk metode latihan atau training terdiri dari lima cara, yaitu:
1. On The Job, pada metode ini peserta pelatihan langsung bekerja di
tempat untuk belajar dan mebiru suatu pekerjaan dibawah bimbingan
seorang pengawas
2. Vestibule, metode pelatihan dilakukan di dalam kelas yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan industri.
3. Demonstration and example, metode pelatihan dengan cara peragaan
dan penjelasan bagaimana cara-cara melakukan suatu pekerjaan
melalui contoh atau percobaan yang di demonstrasikan.
4. Simulation, suatu tekik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap
konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
5. Appreniceship, yaitu magang adalah suatu cara untuk
mengembangkan keahlian sehingga para karyawan dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaan.
b. Classroom Methods, yang terdiri dari:
1. Lecture (ceramah), metode ini banyak diberikan dalam kelas.
2. Conference (rapat), pelatih memberikan suatu masalah tertentu dan
peserta ikut berpartisipasi memecahkan masalah tersebut.
3. Program instruksi, dimana peserta dapat belajar sendiri karena
langkah-langkah pengerjaannya sudah diprogram melalui komputer,
buku-buku petunjuk.
4. Studi Kasus, dalam metode ini dimana pelatih memberikan suatu
kasus kepada peserta
5. Rol Playing, metode ini dilakukan dengan menunjuk beberapa orang
untuk memainkan suatu peranan di dalam sebuah organisasi tiruan.
6. Diskusi, melalui metode ini peserta dilatih untuk berani memberkan
pendapat dan rumusannya serta cara-cara meyakinkan orang lain
agar percaya terhadap pendapat itu.
13

7. Seminar, cara ini bertujuan untuk mengembangkan kecakapan dan


keahlian peserta dalam menilai dan memberikan saran-saran yang
konstruktif mengenai pendapat orang lain.

H. Jenis Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat Gizi) di Rumah Sakit

Beberapa jenis program diklat gizi di rumah sakit (5 buah), yaitu:

1. Memberikan Pelatihan tentang pemahaman dasar – dasar nutrisi untuk


Pasien di Rumah Sakit
2. Memberikan Pelatihan tentang pengelolaan tata gizi yang seimbang di
Rumah Sakit
3. Memberikan Pelatihan tentang cara menilai status, kandungan gizi, dan
teknik membuat menu makan di Rumah Sakit
4. Memberikan Pelatihan Khusus Pelayanan Gizi Berbasis Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit
5. Memberikan Pelatihan Implementasi Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) Sesuai Standar Akreditasi Rumah Sakit (STARKES).

Alasan saya mengambil beberapa jenis program diklat gizi di rumah sakit
karena peminatan dan tempat tugas (bekerja) saya di gizi klinik (dietisien).
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah:
1. Pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang lebih luas dan dalam
dibandingkan dengan pelatihan.
2. Pelatihan lebih menekankan pada keterampilan, sedangkan pendidikan
diarahkan pada pengetahuan yang bersifat umum.
3. Aspek jangka waktu pendidikan lebih bersifat jangka panjang (long term),
sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short term).
4. Materi yang disampaikan pada pendidikan bersifat umum, sedangkan pelatihan
lebih bersifat khusus.

B. Saran
Bagi pihak rumah sakit diharapkan dapat mengetahui pemahaman tentang diklat
kesehatan, khususnya ahli gizi dapat menciptakan program pendidikan dan
pelatihan gzi dengan inovasi terbaru yang akan dilaksanakan untuk diklat gizi
kedepannya atau di masa mendatang, guna menciptakan ahli gizi (nutritionist)
yang kreatif dan cemerlang atas ide-ide materi ilmu yang di dapatkan.

14
15

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT


yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunianya kepada kita hambanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep

Dasar Pendidikan Dan Pelatihan Gizi” dengan baik. Shalawat beriring


salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasullah Muhammad SAW yang
menjadi contoh panutan bagi kita ummatnya sehingga kita dapat menjalankan
hidup dengan baik dan kelak menjadi orang-orang yang berada dijalan yang lurus,
amin ya rabbal alamin.

Adapaun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai syarat untuk


memperoleh nilai pada mata kuliah Pendidikan Dan Pelatihan Gizi pada Program
Studi Diploma IV Gizi dan Dietetika (RPL / Alih Jenjang), Politeknik Kesehatan
Kemenkes Aceh.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata baik dan
sempurna, maka dari itu penulis berharap agar para pembaca makalah ini untuk
dapat memberikan kritik dan sarannya sebagai bahan perbaikan makalah penulis
untuk kedepan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang


tua penulis yaitu Ayah dan Ibu yang senantiasa mendoakan anaknya agar menjadi
anak yang bermafaat bagi banyak orang.

Aceh besar, 13 september


2023 Penyusun,

Rahadatul ‘Aisy Husni

i
16

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

E. Latar Belakang......................................................................................1
F. Rumusan Masalah.................................................................................3
G. Tujuan...................................................................................................3
H. Manfaat.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

I. Pendidikan dan Pelatihan.....................................................................5


J. Sejarah Perkembangan Program Pendidikan dan Pelatihan.................7
K. Peran dan Fungsi Pendidikan dan Pelatihan.........................................7
L. Unsur – Unsur Pendidikan dan Pelatihan.............................................9
M. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan dan Pelatihan.......................10
N. Proses Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan....................................10
O. Jenis dan Bentuk Pendidikan dan Pelatihan........................................11
P. Jenis Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat Gizi) di
Rumah Sakit.........................................................................................13

BAB III PENUTUP

C. Kesimpulan..........................................................................................14
D. Saran....................................................................................................14

ii
17

BAB I
PENDAHULUAN

E. Latar Belakang
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Kurangnya pengetahuan gizi akan menimbulkan banyak
dampak, salah satunya adalah menyebabkan pola makan yang salah. Pola
makan merupakan perilaku yang penting karena memengaruhi keadaan gizi
seseorang. Pola makan yang salah akan menyebabkan ketidakseimbangan
energi karena kuantitas dan kualitas makanan maupun minuman yang
dikonsumsi akan berpengaruh terhadap asupan gizi dan berdampak pada status
gizi serta kesehatan (Yubanci et al., 2014).
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan
gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang
masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi
jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI, 2017) .
Sebagaimana telah ditetapkan untuk memperoleh sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, telah dikembangkan visi pembangunan kesehatan
yaitu Indonesia sehat 2010 yang diantaranya mengharapkan peningkatan
perilaku yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Seluruh upaya di atas
memiliki kaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, karena perbaikan gizi
dapat diandalkan sebagai tindakan promotif dan preventif, yang merupakan
jiwa dan visi Indonesia sehat 2010 (Depkes, 2002).
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan
pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana
kekeringan,

1
2

perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah, yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan
mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja (Supariasa, dkk., 2001).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan faktor
kesehatan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental. Tingkat keadaan gizi
mental terpenuhi, namun demikian perlu diketahui bahwa keadaan gizi
seseorang dalam suatu waktu bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi
masa lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti konsumsi gizi pada
masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa
(Budiyanto, 2002).
Gizi kurang terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan energi atau
zat gizi. Di negara maju masalah yang umum adalah obesitas yang diakibatkan
oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, tetapi kurang aktivitas fisiknya. Gizi
kurang menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah,
miskin dan pangan tidak tersedia cukup. Selain itu gizi kurang menyebabkan
daya tahan tubuh (resistensi) terhadap penyakit menjadi rendah (Suhardjo,
2002). Upaya perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dari
pembangunan kesehatan nasional, merupakan bagian dari kebijaksanaan
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah gizi kurang akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal aspek dalam pengurangan kemiskinan, apabila saling
mendukung maka akan terjadi integrasi yang saling mendukung misalnya
kesehatan, pertanian, pendidikan dalam suatu kelompok masyarakat yang
saling membutuhkan (Suparman, 2004). Rendahnya pendapatan merupakan
rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan
dalam jumlah yang diperlukan, rendahnya pendapatan itu mungkin terjadi
akibat menganggur/setengah menganggur, karena susahnya
3

memperoleh pekerjaan tetap sesuai dengan yang ditentukan (Sajogya,1994).


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis tentang
“Konsep Dasar Pendidikan dan Pelatihan Gizi”.

F. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi
terhadap mahasiswa RPL /Alih Jenjang D-IV Gizi dan Dietetika Poltekkes
Kemenkes Aceh tahun 2023.

G. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan
pelatihan gizi terhadap mahasiswa RPL / Alih Jenjang D-IV Gizi dan
Dietetika Poltekkes Kemenkes Aceh tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui deskripsi dari pendidikan dan pelatihan gizi
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan program pendidikan dan
pelatihan gizi
c. Untuk mengetahui peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan gizi
d. Untuk mengetahui unsur – unsur dalam pendidikan dan pelatihan gizi
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendidikan dan
pelatihan gizi
f. Untuk mengetahui proses perencanaan pendidikan dan pelatihan gizi
g. Untuk mengetahui jenis dan bentuk pendidikan dan pelatihan gizi
h. Untuk mengetahui beberapa jenis program pendidikan dan pelatihan
gizi (khusus diklat gizi).

H. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menjadi dasar bagi penulis guna memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
dibidang konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi.
4

2. Bagi Masyarakat
Makalah ini memberi ilmu dan pengembangan teori-teori konsep dasar
pendidikan dan pelatihan gizi.
3. Bagi Institusi
Menjadi tambahan informasi dan menerapkan teori terbaru tentang konsep
dasar Pendidikan dan pelatihan gizi sesuai teori sumber pustaka atau
sumber artikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan dan Pelatihan

1. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk mengembangkan


upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam bidang ilmu gizi,
terutama untuk peningkatan profesionalisme yang berkaitan dengan
keterampilan. Untuk meningkatkan kualitas kemampuan yang menyangkut
kemampuan kerja, berpikir dan keterampilan maka pendidikan dan pelatihan
yang paling penting diperlukan (UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).

C. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dalam bidang gizi dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Mengingat program gizi merupakan bagian dari program kesehatan,
pendidikan kesehatan perlu juga diketahui. Dengan semakin disadari
program kesehatan bersifat holistik, pendidikan kesehatan (health
education) sebagai salah satu komponennya dirasa sangat penting dan
strategis, terutama untuk mengubah perilaku mengarah ke pola hidup
sehat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang berdimensi luas
untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga norma hidup sehat dapat
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat perbedaan penekanan
yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:

5
6

a. Pendidikan kesehatan dipandang sebagai suatu upaya kesehatan


tersendiri. Pandangan ini menganggap bahwa pendidikan kesehatan
merupakan suatu program yang berdiri sendiri, kedudukannya sama
dengan program-program lainnya. Pendapat ini dilaksanakan pada
awal dekade ketika program kesehatan dilaksanakan
b. Pendidikan kesehatan dipandang sebagai salah satu unsur upaya
kesehatan yang sudah ada. Pendapat ini beranggapan bahwa
pendidikan kesehatan adalah salah satu unsur upaya kesehatan yang
tidak dapat dipisahkan dengan upaya kesehatan lainnya. Jadi,
pendidikan kesehatan merupakan salah satu komponen program atau
upaya kesehatan.
c. Pendidikan kesehatan dipandang sebagai suatu proses perubahan.
Pandangan ini mengadopsi arti pendidikan, yang didalamnya
terkandung suatu proses belajar mengajar untuk mencapai perubahan
yang diinginkan. Jadi, dalam pendidikan kesehatan, perubahan yang
diinginkan adalah pada aspek perilaku untuk mencapai derajat
kesehatan optimum.

D. Pelatihan
Istilah pelatihan digunakan untuk menunjukkan pengembangan bakat,
keterampilan, dan kemampuan seseorang guna menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Pelatihan merupakan suatu pendidikan nonformal.
Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan
standar kompetensi, pengenbangan sikap kewirausahaan, serta
pengenbangan kepribadian professional (UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan menurut Santoso (2013) pelatihan
adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan praktik dari pada teori
yang dilakukan seseorang atau selompok dengan menggunakan pendekatan
berbagai pembelajaran dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu
atau beberapa jenis keterampilan.
7

Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah, pertama


pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang lebih luas dan dalam
dibandingkan dengan pelatihan. Kedua, pelatihan lebih menekankan pada
keterampilan, sedangkan pendidikan diarahkan pada pengetahuan yang
bersifat umum. Ketiga, aspek jangka waktu pendidikan lebih bersifat jangka
panjang (long term), sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short
term). Kempat, materi yang disampaikan pada pendidikan bersifat umum,
sedangkan pelatihan lebih bersifat khusus.

I. Sejarah Perkembangan Program Pendidikan dan Pelatihan


Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah suatu proses yang akan
menghasilkan suatu perubahan perilaku sasaran Pendidikan dan
Pelatihan(Diklat). Secara nyata perubhan perilaku itu berbentuk peningkatan
mutu kemampuan dari sasaran Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Teori
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) serta faktor yang mempengaruhi prose sdan
pendidikan dan pelatihan dibedakan menjadi 2 yaitu: perangkat lunak
(Software) dan perangkat keras (Hardware) menurut soekidjo dalam (Rikson,
2009).
Perangkat lunak dalam proses Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ini
mencakup kurikulum, organisasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), perturan-
peraturan, metode belajar mengajar dan tenaga pengajar atau pelatih itu sendiri.
Sedangkan perangkat keras juga besar pengaruhnya terhadap proses
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) dalam fasilitas-fasilitas mencakup gedung,
buku-buku referensi, alat bantu pendidikan dan sebagainya (Tunggul, 2011).

J. Peran dan Fungsi Pendidikan dan Pelatihan

Secara umum Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berperan untuk memberikan


kesempatan kepada personil dalam meningkatkan kecakapan dan keterampilan
mereka, terutama dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kepemimpinan
atau manajerial yang diperlukan dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu
sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok - pokok kepegawaian,
pada
8

pasal 31 mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pegawai yaitu untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar - besarnya, diadakan pengaturan
dan penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan Pegawai
(Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan


dan Pelatihan(Diklat) Jabatan Pegawai pasal 2 dan 3, bahwa Pendidikan dan
Pelatihan (Diklat) berperan agar:

e. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan


tugas jabatan secara operasional dengan didasi kepribadian etika pegawai
negeri sipil sesuai dengan kebutuhan instansi,

f. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat


persatuan dan kesatuan bangsa,

g. Memantapkan sikap dan semangat kepribadian yang berorientas pada


pelayanan, pengayoman, pemberdayaan masyarakat,

h. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola berpikir dalam melaksanakan


tugas pemerintahan dan pembangunan demi terwujudnya pemerintahan yang
baik.

Sedangkan Menurut Beach (Sofyandi, H., 2013), Peran Pendidikan dan


Pelatihan(Diklat) adalah sebagai berikut:

g. Dengan adanya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maka jangka waktu yang
digunakan pegawai untuk memperoleh keterampilan akan lebih cepat, pegawai
akan lebih cepat pula menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dihadapinya.

h. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja


pegawai dalam mnghadapi pekerjaan-pekerjaan yang sedang dihadapi.

i. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) diharapkan dapat membentuk sikap dan


tingkah laku para pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Dititikberatkan
pada
9

peningkatan partisipasi dari para pegawai, kerjasama antar pegawaidan


loyalitas terhadap perusahaan.

j. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) membantu memecahkan masalah-masalah


operasional perusahaan sehari-hari seperti mengurangi lecelakaan kerja,
mengurangi absen, mengurangi labor turnover, dan lain-lain.

k. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) tidak hanya mempunyai tujuan jangka


pendek tetapi juga jangka panjang yaitu mempersiapkan pegawai memperoleh
keahlian dalam bidang tertentu yang dibutuhkan perusahaan.

l. Dengan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) diharapkan para pegawai akan


mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang tinggi sehingga pegawai
tersebut akan semakin berharga bagi perusahaan.
Selanjutnya menurut (Simamora, 2004), menyebutkan fungsi yang diperoleh dari
diadakannya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), yaitu:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas,
b. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan pegawai untuk mencapai
standar- standar kinerja yang ditentukan,
c. Menciptakan sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih menguntungkan,
d. Memenuhi persyaratan perencanaan sumber daya manusia,
e. Mengurangi jumlah dan biaya kecelakaan kerja,
f. Membantu pegawai dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

K. Unsur – Unsur Pendidikan dan Pelatihan


Unsur – unsur pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tidak sama pada
setiap lembaga, menurut Lynton dan Pareek (2012), yaitu:
a. Menentukan kebutuhan pelatihan yang merupakan tahapan awal yang harus
ditentukan, apa yang paling mendesak dan paling relevan dibutuhkan oleh
peserta pelatihan.
b. Menata tujuan pelatihan, hal ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan
langkah-langkah yang perlu dilakukan, yang selanjutnya dapat dijadikan
tolak ukur untuk mengevaluasi keberhasilan program pelatihan
10

c. Menyusun program pelatihan untuk menentukan tingkat capaian


d. Melaksanakan pelatihan, sebelum mulai diadakan pelatihan terlebih dahulu
harus memilih metode yang digunakan dalam pelatihan.
e. Evaluasi pelatihan, bertujuan untuk melihat berhasil tidaknya suatu pelatihan
secara efektif dan efisien.

L. Kelebihan dan Kekurangan Pendidikan dan Pelatihan


3. Kelebihan Pendidikan dan Pelatihan
Kelebihan dari program pendidikan dan pelatihan adalah :
1. Dapat memdidik pegawai untuk bekerja lebih trampil, cepat dan efektif.
2. Dapat mengurangi kesalahan – kesalahan dalam bekerja.
3. Dapat memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
pegawai.
4. Dapat meningkatkan percaya diri, tanggung jawab dan harga diri yang
berpengaruh terhadap semangat kerja.
5. Dapat menciptakan dan mengembangkan metode kerja yang lebih baik.

4. Kekurangan Pendidikan dan Pelatihan

Kelemahannya adalah bahwa program pendidikan dan pelatihan


memerlukan biaya yang cukup besar dan adanya kemungkinan
berpindahnya karyawan dari satu bagian ke bagian lain.

M. Proses Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan


Mangkunegara (2001) mengemukakan bahwa terdapat komponen –
komponen yang perlu diperhatikan dalam proses pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan (diklat), yaitu :
6. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat
diukur.
7. Para pelatih (trainers) harus memiliki kualifikasi yang memadai.
8. Materi pelatihan dan pengembagan harus disesuaikan dengan yang hendak
dicapai.
11

9. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat


kemampuan peserta.
10. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainee) harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
Sedangkan Yoder dalam As’ad (2001) mengemukakan agar training dan
pengembangan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan faktor –
faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan diklat, yaitu :
1. Perbedaan individu pegawai
2. Hubungan dengan analisis jabatan
3. Motivasi
4. Partisipasi aktif
5. Seleksi peserta diklat
6. Metode pelatihan dan pengembangan

N. Jenis dan Bentuk Pendidikan dan Pelatihan


3. Jenis Pendidikan dan Pelatihan
Menurut Pasal 4 PP No. 101 Tahun 2000 menjelaskan tentang jenis
dan jenjang Pendidikan dan pelatihan (diklat) yang terdiri terdiri dari:
1. Diklat Prajabatan, merupakan syarat pengangkatan menjadi Pegawai
Negeri Sipil.
2. Diklat dalam Jabatan terdiri dari :
a. Diklat kepemimpinan – dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah yang sesuai dengan
jabatan struktural.
b. Diklat fungsional – dilaksanakan untuk mencapai persyaratan
kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional
masing-masing.
c. Diklat teknis – dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi
teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas Pegawai Negeri
Sipil.
12

4. Bentuk Pendidikan dan Pelatihan


Sikula dalam Munandar (2011) mengemukakan bentuknya ada dalam
berbagai macam metode diklat, yaitu:
c. Bentuk metode latihan atau training terdiri dari lima cara, yaitu:
1. On The Job, pada metode ini peserta pelatihan langsung bekerja di
tempat untuk belajar dan mebiru suatu pekerjaan dibawah bimbingan
seorang pengawas
2. Vestibule, metode pelatihan dilakukan di dalam kelas yang biasanya
dilakukan oleh perusahaan industri.
3. Demonstration and example, metode pelatihan dengan cara peragaan
dan penjelasan bagaimana cara-cara melakukan suatu pekerjaan
melalui contoh atau percobaan yang di demonstrasikan.
4. Simulation, suatu tekik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap
konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
5. Appreniceship, yaitu magang adalah suatu cara untuk
mengembangkan keahlian sehingga para karyawan dapat
mempelajari segala aspek dari pekerjaan.
d. Classroom Methods, yang terdiri dari:
1. Lecture (ceramah), metode ini banyak diberikan dalam kelas.
2. Conference (rapat), pelatih memberikan suatu masalah tertentu dan
peserta ikut berpartisipasi memecahkan masalah tersebut.
3. Program instruksi, dimana peserta dapat belajar sendiri karena
langkah-langkah pengerjaannya sudah diprogram melalui komputer,
buku-buku petunjuk.
4. Studi Kasus, dalam metode ini dimana pelatih memberikan suatu
kasus kepada peserta
5. Rol Playing, metode ini dilakukan dengan menunjuk beberapa orang
untuk memainkan suatu peranan di dalam sebuah organisasi tiruan.
6. Diskusi, melalui metode ini peserta dilatih untuk berani memberkan
pendapat dan rumusannya serta cara-cara meyakinkan orang lain
agar percaya terhadap pendapat itu.
13

7. Seminar, cara ini bertujuan untuk mengembangkan kecakapan dan


keahlian peserta dalam menilai dan memberikan saran-saran yang
konstruktif mengenai pendapat orang lain.

O. Jenis Program Pendidikan dan Pelatihan (Diklat Gizi) di Rumah Sakit

Beberapa jenis program diklat gizi di rumah sakit (5 buah), yaitu:

6. Memberikan Pelatihan tentang pemahaman dasar – dasar nutrisi untuk


Pasien di Rumah Sakit
7. Memberikan Pelatihan tentang pengelolaan tata gizi yang seimbang di
Rumah Sakit
8. Memberikan Pelatihan tentang cara menilai status, kandungan gizi, dan
teknik membuat menu makan di Rumah Sakit
9. Memberikan Pelatihan Khusus Pelayanan Gizi Berbasis Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit
10. Memberikan Pelatihan Implementasi Proses Asuhan Gizi Terstandar
(PAGT) Sesuai Standar Akreditasi Rumah Sakit (STARKES).

Alasan saya mengambil beberapa jenis program diklat gizi di rumah sakit
karena peminatan dan tempat tugas (bekerja) saya di gizi klinik (dietisien).
BAB III
PENUTUP

C. Kesimpulan
Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah:
1. Pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang lebih luas dan dalam
dibandingkan dengan pelatihan.
2. Pelatihan lebih menekankan pada keterampilan, sedangkan pendidikan
diarahkan pada pengetahuan yang bersifat umum.
3. Aspek jangka waktu pendidikan lebih bersifat jangka panjang (long term),
sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short term).
4. Materi yang disampaikan pada pendidikan bersifat umum, sedangkan
pelatihan lebih bersifat khusus.

D. Saran
Bagi pihak rumah sakit diharapkan dapat mengetahui pemahaman tentang
diklat kesehatan, khususnya ahli gizi dapat menciptakan program pendidikan
dan pelatihan gzi dengan inovasi terbaru yang akan dilaksanakan untuk diklat
gizi kedepannya atau di masa mendatang, guna menciptakan ahli gizi
(nutritionist) yang kreatif dan cemerlang atas ide-ide materi ilmu yang di
dapatkan.

14

Anda mungkin juga menyukai