Makalah
Disusun oleh:
RAHADATUL ‘AISY
HUSNI NIM : P07131223085
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata baik dan
sempurna, maka dari itu penulis berharap agar para pembaca makalah ini untuk
dapat memberikan kritik dan sarannya sebagai bahan perbaikan makalah penulis
untuk kedepan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3
A. Kesimpulan..........................................................................................14
B. Saran....................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Kurangnya pengetahuan gizi akan menimbulkan banyak
dampak, salah satunya adalah menyebabkan pola makan yang salah. Pola
makan merupakan perilaku yang penting karena memengaruhi keadaan gizi
seseorang. Pola makan yang salah akan menyebabkan ketidakseimbangan
energi karena kuantitas dan kualitas makanan maupun minuman yang
dikonsumsi akan berpengaruh terhadap asupan gizi dan berdampak pada status
gizi serta kesehatan (Yubanci et al., 2014).
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan
gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang
masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi
jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI, 2017) .
Sebagaimana telah ditetapkan untuk memperoleh sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, telah dikembangkan visi pembangunan kesehatan
yaitu Indonesia sehat 2010 yang diantaranya mengharapkan peningkatan
perilaku yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Seluruh upaya di atas
memiliki kaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, karena perbaikan gizi
dapat diandalkan sebagai tindakan promotif dan preventif, yang merupakan
jiwa dan visi Indonesia sehat 2010 (Depkes, 2002).
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan
pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana
kekeringan,
1
2
perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah, yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan
mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja (Supariasa, dkk., 2001).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan faktor
kesehatan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental. Tingkat keadaan gizi
mental terpenuhi, namun demikian perlu diketahui bahwa keadaan gizi
seseorang dalam suatu waktu bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi
masa lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti konsumsi gizi pada
masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa
(Budiyanto, 2002).
Gizi kurang terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan energi atau
zat gizi. Di negara maju masalah yang umum adalah obesitas yang diakibatkan
oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, tetapi kurang aktivitas fisiknya. Gizi
kurang menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah,
miskin dan pangan tidak tersedia cukup. Selain itu gizi kurang menyebabkan
daya tahan tubuh (resistensi) terhadap penyakit menjadi rendah (Suhardjo,
2002). Upaya perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dari
pembangunan kesehatan nasional, merupakan bagian dari kebijaksanaan
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah gizi kurang akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal aspek dalam pengurangan kemiskinan, apabila saling
mendukung maka akan terjadi integrasi yang saling mendukung misalnya
kesehatan, pertanian, pendidikan dalam suatu kelompok masyarakat yang
saling membutuhkan (Suparman, 2004). Rendahnya pendapatan merupakan
rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan
dalam jumlah yang diperlukan, rendahnya pendapatan itu mungkin terjadi
akibat menganggur/setengah menganggur, karena susahnya
3
B. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi
terhadap mahasiswa RPL /Alih Jenjang D-IV Gizi dan Dietetika Poltekkes
Kemenkes Aceh tahun 2023.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan
pelatihan gizi terhadap mahasiswa RPL / Alih Jenjang D-IV Gizi dan
Dietetika Poltekkes Kemenkes Aceh tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui deskripsi dari pendidikan dan pelatihan gizi
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan program pendidikan dan
pelatihan gizi
c. Untuk mengetahui peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan gizi
d. Untuk mengetahui unsur – unsur dalam pendidikan dan pelatihan gizi
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendidikan dan
pelatihan gizi
f. Untuk mengetahui proses perencanaan pendidikan dan pelatihan gizi
g. Untuk mengetahui jenis dan bentuk pendidikan dan pelatihan gizi
h. Untuk mengetahui beberapa jenis program pendidikan dan pelatihan
gizi (khusus diklat gizi).
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menjadi dasar bagi penulis guna memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
dibidang konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi.
4
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini memberi ilmu dan pengembangan teori-teori konsep dasar
pendidikan dan pelatihan gizi.
3. Bagi Institusi
Menjadi tambahan informasi dan menerapkan teori terbaru tentang konsep
dasar Pendidikan dan pelatihan gizi sesuai teori sumber pustaka atau
sumber artikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dalam bidang gizi dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Mengingat program gizi merupakan bagian dari program kesehatan,
pendidikan kesehatan perlu juga diketahui. Dengan semakin disadari
program kesehatan bersifat holistik, pendidikan kesehatan (health
education) sebagai salah satu komponennya dirasa sangat penting dan
strategis, terutama untuk mengubah perilaku mengarah ke pola hidup
sehat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang berdimensi luas
untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga norma hidup sehat dapat
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat perbedaan penekanan
yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:
5
6
B. Pelatihan
Istilah pelatihan digunakan untuk menunjukkan pengembangan bakat,
keterampilan, dan kemampuan seseorang guna menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Pelatihan merupakan suatu pendidikan nonformal.
Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan
standar kompetensi, pengenbangan sikap kewirausahaan, serta
pengenbangan kepribadian professional (UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan menurut Santoso (2013) pelatihan
adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan praktik dari pada teori
yang dilakukan seseorang atau selompok dengan menggunakan pendekatan
berbagai pembelajaran dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu
atau beberapa jenis keterampilan.
7
pasal 31 mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pegawai yaitu untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar - besarnya, diadakan pengaturan
dan penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan Pegawai
(Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999).
a. Dengan adanya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maka jangka waktu yang
digunakan pegawai untuk memperoleh keterampilan akan lebih cepat, pegawai
akan lebih cepat pula menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dihadapinya.
Alasan saya mengambil beberapa jenis program diklat gizi di rumah sakit
karena peminatan dan tempat tugas (bekerja) saya di gizi klinik (dietisien).
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah:
1. Pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang lebih luas dan dalam
dibandingkan dengan pelatihan.
2. Pelatihan lebih menekankan pada keterampilan, sedangkan pendidikan
diarahkan pada pengetahuan yang bersifat umum.
3. Aspek jangka waktu pendidikan lebih bersifat jangka panjang (long term),
sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short term).
4. Materi yang disampaikan pada pendidikan bersifat umum, sedangkan pelatihan
lebih bersifat khusus.
B. Saran
Bagi pihak rumah sakit diharapkan dapat mengetahui pemahaman tentang diklat
kesehatan, khususnya ahli gizi dapat menciptakan program pendidikan dan
pelatihan gzi dengan inovasi terbaru yang akan dilaksanakan untuk diklat gizi
kedepannya atau di masa mendatang, guna menciptakan ahli gizi (nutritionist)
yang kreatif dan cemerlang atas ide-ide materi ilmu yang di dapatkan.
14
15
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata baik dan
sempurna, maka dari itu penulis berharap agar para pembaca makalah ini untuk
dapat memberikan kritik dan sarannya sebagai bahan perbaikan makalah penulis
untuk kedepan.
i
16
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang......................................................................................1
F. Rumusan Masalah.................................................................................3
G. Tujuan...................................................................................................3
H. Manfaat.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
C. Kesimpulan..........................................................................................14
D. Saran....................................................................................................14
ii
17
BAB I
PENDAHULUAN
E. Latar Belakang
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Kurangnya pengetahuan gizi akan menimbulkan banyak
dampak, salah satunya adalah menyebabkan pola makan yang salah. Pola
makan merupakan perilaku yang penting karena memengaruhi keadaan gizi
seseorang. Pola makan yang salah akan menyebabkan ketidakseimbangan
energi karena kuantitas dan kualitas makanan maupun minuman yang
dikonsumsi akan berpengaruh terhadap asupan gizi dan berdampak pada status
gizi serta kesehatan (Yubanci et al., 2014).
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Namun, berbagai penyakit gangguan
gizi dan gizi buruk akibat tidak baiknya mutu makanan maupun jumlah
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang
masih sering ditemukan diberbagai tempat di Indonesia. Rendahnya status gizi
jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia (Kemenkes RI, 2017) .
Sebagaimana telah ditetapkan untuk memperoleh sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, telah dikembangkan visi pembangunan kesehatan
yaitu Indonesia sehat 2010 yang diantaranya mengharapkan peningkatan
perilaku yang proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Seluruh upaya di atas
memiliki kaitan erat dengan perbaikan gizi masyarakat, karena perbaikan gizi
dapat diandalkan sebagai tindakan promotif dan preventif, yang merupakan
jiwa dan visi Indonesia sehat 2010 (Depkes, 2002).
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan
pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan
pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana
kekeringan,
1
2
perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah
ketahanan pangan di tingkat rumah, yaitu kemampuan rumah tangga
memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu,
peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan
mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah
kesempatan kerja (Supariasa, dkk., 2001).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan faktor
kesehatan manusia. Keadaan gizi dikatakan baik bila terdapat keseimbangan
dan keserasian antara perkembangan fisik dan mental. Tingkat keadaan gizi
mental terpenuhi, namun demikian perlu diketahui bahwa keadaan gizi
seseorang dalam suatu waktu bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi
masa lampau bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti konsumsi gizi pada
masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi masa dewasa
(Budiyanto, 2002).
Gizi kurang terjadi karena defisiensi atau ketidakseimbangan energi atau
zat gizi. Di negara maju masalah yang umum adalah obesitas yang diakibatkan
oleh konsumsi zat gizi yang berlebihan, tetapi kurang aktivitas fisiknya. Gizi
kurang menurunkan produktivitas kerja sehingga pendapatan menjadi rendah,
miskin dan pangan tidak tersedia cukup. Selain itu gizi kurang menyebabkan
daya tahan tubuh (resistensi) terhadap penyakit menjadi rendah (Suhardjo,
2002). Upaya perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dari
pembangunan kesehatan nasional, merupakan bagian dari kebijaksanaan
penanggulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk
menderita masalah gizi kurang akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal aspek dalam pengurangan kemiskinan, apabila saling
mendukung maka akan terjadi integrasi yang saling mendukung misalnya
kesehatan, pertanian, pendidikan dalam suatu kelompok masyarakat yang
saling membutuhkan (Suparman, 2004). Rendahnya pendapatan merupakan
rintangan yang menyebabkan orang tersebut tidak mampu membeli pangan
dalam jumlah yang diperlukan, rendahnya pendapatan itu mungkin terjadi
akibat menganggur/setengah menganggur, karena susahnya
3
F. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi
terhadap mahasiswa RPL /Alih Jenjang D-IV Gizi dan Dietetika Poltekkes
Kemenkes Aceh tahun 2023.
G. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran konsep dasar pendidikan dan
pelatihan gizi terhadap mahasiswa RPL / Alih Jenjang D-IV Gizi dan
Dietetika Poltekkes Kemenkes Aceh tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui deskripsi dari pendidikan dan pelatihan gizi
b. Untuk mengetahui sejarah perkembangan program pendidikan dan
pelatihan gizi
c. Untuk mengetahui peran dan fungsi pendidikan dan pelatihan gizi
d. Untuk mengetahui unsur – unsur dalam pendidikan dan pelatihan gizi
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendidikan dan
pelatihan gizi
f. Untuk mengetahui proses perencanaan pendidikan dan pelatihan gizi
g. Untuk mengetahui jenis dan bentuk pendidikan dan pelatihan gizi
h. Untuk mengetahui beberapa jenis program pendidikan dan pelatihan
gizi (khusus diklat gizi).
H. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menjadi dasar bagi penulis guna memperkaya khazanah ilmu pengetahuan
dibidang konsep dasar pendidikan dan pelatihan gizi.
4
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini memberi ilmu dan pengembangan teori-teori konsep dasar
pendidikan dan pelatihan gizi.
3. Bagi Institusi
Menjadi tambahan informasi dan menerapkan teori terbaru tentang konsep
dasar Pendidikan dan pelatihan gizi sesuai teori sumber pustaka atau
sumber artikel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dalam bidang gizi dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Mengingat program gizi merupakan bagian dari program kesehatan,
pendidikan kesehatan perlu juga diketahui. Dengan semakin disadari
program kesehatan bersifat holistik, pendidikan kesehatan (health
education) sebagai salah satu komponennya dirasa sangat penting dan
strategis, terutama untuk mengubah perilaku mengarah ke pola hidup
sehat. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang berdimensi luas
untuk mengubah perilaku masyarakat sehingga norma hidup sehat dapat
dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat perbedaan penekanan
yang dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu:
5
6
D. Pelatihan
Istilah pelatihan digunakan untuk menunjukkan pengembangan bakat,
keterampilan, dan kemampuan seseorang guna menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Pelatihan merupakan suatu pendidikan nonformal.
Pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan
standar kompetensi, pengenbangan sikap kewirausahaan, serta
pengenbangan kepribadian professional (UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Sedangkan menurut Santoso (2013) pelatihan
adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan praktik dari pada teori
yang dilakukan seseorang atau selompok dengan menggunakan pendekatan
berbagai pembelajaran dan bertujuan meningkatkan kemampuan dalam satu
atau beberapa jenis keterampilan.
7
pasal 31 mengatur tentang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pegawai yaitu untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar - besarnya, diadakan pengaturan
dan penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) jabatan Pegawai
(Undang- Undang Nomor 43 Tahun 1999).
g. Dengan adanya Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) maka jangka waktu yang
digunakan pegawai untuk memperoleh keterampilan akan lebih cepat, pegawai
akan lebih cepat pula menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dihadapinya.
Alasan saya mengambil beberapa jenis program diklat gizi di rumah sakit
karena peminatan dan tempat tugas (bekerja) saya di gizi klinik (dietisien).
BAB III
PENUTUP
C. Kesimpulan
Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan adalah:
1. Pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran yang lebih luas dan dalam
dibandingkan dengan pelatihan.
2. Pelatihan lebih menekankan pada keterampilan, sedangkan pendidikan
diarahkan pada pengetahuan yang bersifat umum.
3. Aspek jangka waktu pendidikan lebih bersifat jangka panjang (long term),
sedangkan pelatihan lebih bersifat jangka pendek (short term).
4. Materi yang disampaikan pada pendidikan bersifat umum, sedangkan
pelatihan lebih bersifat khusus.
D. Saran
Bagi pihak rumah sakit diharapkan dapat mengetahui pemahaman tentang
diklat kesehatan, khususnya ahli gizi dapat menciptakan program pendidikan
dan pelatihan gzi dengan inovasi terbaru yang akan dilaksanakan untuk diklat
gizi kedepannya atau di masa mendatang, guna menciptakan ahli gizi
(nutritionist) yang kreatif dan cemerlang atas ide-ide materi ilmu yang di
dapatkan.
14