Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GIZI DAN EKONOMI

OLEH:

SITTI KHADIJAH (70200117024)

PEMINATAN GIZI

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya. Atas ridho-Nya lah saya dapat

menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini saya menjelaskan tentang “Gizi Dan Ekonomi” yang telah

saya susun secara sistematis dan materi yang disajikan kami ambil dari sumber-

sumber terpercaya. Laporan ini saya susun berdasarkan hasil pendataan di lapangan.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

laporan ini. Demikian laporan ini disusun semoga dapat bermanfaat untuk berbagai

pihak.

Gowa, 26 Oktober 2019

Tim penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................

B. Rumusan Masalah .......................................................................................

C. Tujuan .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Gizi ............................................................................................

B. Pengertian Ekonomi ....................................................................................

C. Hubungan Antara Gizi dan Ekonomi ..........................................................

D. Gizi dan Ekonomi Manusia.........................................................................

E. Gizi dan Ekonomi Sosial.............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional pada hakekatnya, seperti yang digariskan dalam
GBHN, adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang menyangkut
seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya
mengejar kemajuan lahiriah atau kepuasan batiniah saja, namun perlu adanya
keselarasan,keserasian dan kesinambungan antara keduanya. Dalam kaitan inilah
pembangunankesehatan dibutuhkan dan merupakan salah satu unsur dari kemajuan
lahiriah dan kepuasan batiniah tersebut.
Selain itu kita juga harus menegaskan bahwa tujuan utama pembangunan
nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara
berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan
kesehatan yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat sesuai dengan
target MDGs. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar
gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal.
Pembangunan kesehatan khususnya gizi sebagai bagian dari pembangunan
nasional sangat erat kaitannya dengan pembangunan sosial budaya dan ekonomi
dalam artian pengaruh timbal baliknya yang sangat nyata. Sebagai contoh, tingkat
pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat yang meningkat akan diikuti oleh
semakin meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya, peningkatan
derajat kesehatan dapat meningkatkan tingkat kecerdasan dan tingkat pendapatan
masyarakat.
Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan
yang erat kaitanya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga,
juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola
hidup sehat (Depkes RI, 2002: 12). Gambaran perilaku gizi yang belum baik juga
ditunjukkan dengan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan oleh
masyarakat.
Permasalahan pangan dan gizi berkembang sangat cepat dan kompleks karena
berbagai perubahan di tingkat global dan nasional. Di dalam negeri, tantangan
yang sampai saat ini belum juga terselesaikan adalah akses terhadap pangan yang
cukup, bergizi, bermutu, aman, dan dalam harga yang dapat dijangkau yang
tercermin dengan munculnya masalah pangan dan gizi kurang di beberapa daerah
Indonesia. Selain itu, tuntutan konkret yang segera harus diatasi adalah penyediaan
pangan untuk 247 juta jiwa pada tahun 2015 dan 261 juta jiwa tahun 2020.
Jelas bahwa tuntutan yang harus dipenuhi dalam era industri ini lebih besar
bila dibandingkan tuntutan pada era sebelumnya. Untuk memenuhi tuntutan
tersebut, sudah saatnyalah untuk lebih memusatkan perhatian pada upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam kaitannya meningkatkan
produktifitas kerja dan salah satu upaya yang cukup mendasar adalah upaya
peningkatan gizi pekerja. Dengan meningkatkan gizi pekerja diharapkan daya
tahan tubuh mereka akan meningkat dan sebagai konsekwensinya akan meningkat
pulalah produktifitas kerjanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang menjadi hubungan antara gizi dan ekonomi?
2. Apakah yang menjadi hubungan antara gizi dan ekonomi manusia?
3. Apakah yang menjadi hubungan gizi dan ekonomi sosial?
C. Tujuan
1. Mengetahui hubungan antara gizi dan ekonomi
2. Untuk mengetahui hubungan antara gizi dan ekonomi manusia
3. Untuk mengetahui hubungan antara gizi dan ekonomi sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi
Gizi seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting yang terkandung di
dalam makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap orang harus makan makanan dan minum minuman
yang mengandung tiga zat gizi utama, yaitu :
1. Sumber Tenaga
Zat sumber pembangkit tenaga dalam tubuh bisa kita dapatkan dari padi-
padian, tepung-tepungan, umbi-umbian, dan lain sebagainya. Berfungsi
sebagai pemberi energi/ tenaga untuk kegiatan hidup manusia.
2. Zat Pengatur
Zat pengatur dalam tubuh bisa kita dapatkan dari sayur-mayur dan buah-
buahan. Fungsi utama dari zat pembangun adalah untuk memberi tubuh
perlindungan maksimal terhadap serangan penyakit.
3. Zat Pembangun
Zat pembangun di dalam tubuh bisa kita dapatkan dari protein hewani dan
nabati seperti kacang-kacangan, susu, keyu, yoghurt, dan lain-lain. Zat
pembangun sangat berguna untuk meregenerasi sel-sel yang mati agar bisa
berganti dengan yang baru
B. Pengertian Ekonomi
Dalam kaitannya, ekonomi merupakan salah satu faktor penentu gizi.
Dikarenakan salah satu faktor ekonomi yaitu konsumsi barang dan jasa. Manusia
sebagai makhluk ekonomi mendapatkan keuntungan demi memenuhi
kebutuhannya dan hal paling dasar yang harus dipenuhi adalah pangan yang
merupakan sumber gizi bagi tubuh. Sehingga tidak dapat kita ragukan lagi ketika
ekonomi baik maka gizipun akan terpenuhi dengan baik.
C. Hubungan Antara Gizi dan Ekonomi
1. Gizi Dalam Ekonomi
Gizi sangat menentukan keadaan social ekonomi. Secara langsung,
kesehatan dan gizi berpengaruh pada kapasitas inteligensia dan kapasitas
produksi baik pada tingkat individual maupun penduduk. Secara makro,
kesehatan dan gizi menentukan mutu modal manusia human capital) dalam
pembangunan,yang bersama-sama dengan faktor stabilitas dan peluang-peluang
kegiatan ekonomi seperli transportasi dan deregulasi, akan memacu
pertumbuhan ekonomi.
Secara awam kita dapat mengaitkan ekonomi dengan produktifitas kerja
indvidu karena berkembangnya ekonomi tergantung pada produktifitas, dan
efektifitas kerja. Sementara itu, Pada usia produktif, masalah gizi masih cukup
prevalent. Diperkirakan sekitar 40% tenaga kerja dan buruh menderita anemia.
Dernikian juga, hasil survey di Yogyakarta menemukan bahwa 44% tenaga
kasar dan 23% mahasiswa mengalami defisiensi vitamin B1 (thiamin). Seperti
yang telah diketahui anemia sangat mempengaruhi produktivitas. Jadi paling
tidak dapat dikatakan bahwa 4 dari 10 tenaga kerja sebetulnya tidak mampu
melakukan kerja berat.
Dalam melakukan pekerjaan, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja yang
sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat
mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat dibayangkan
apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling tidak akan mengurangi
konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam melakukan kerja; kondisi ini
tentunya sangat membahayakan keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebut
bekerja dengan menggunakan alat-alat yang dalam penggunaannya sangat
membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi karena kalau tidak berhati-
hati dapat menimbulkan kecelakaan.
Peran sumber daya manusia yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pertumbuhan perekonomian. Makin baik status gizi seseorang semakin baik
kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan
dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan
status gizi baik.
Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan
oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas yang
dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi.
Sebagai contoh, seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan membutuhkan
energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan pekerja dengan pekerjaan yang
berat membutuhkan 3.800 kilokalori. Selain energi, tentu keseimbangan zat gizi
lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral sangat penting diperhatikan
untuk mendapatkan kondisi kesehatan dan kinerja yang baik.
Dari penjelasan di atas kita sudah dapat mengerti bahwa gizi dalam ekonomi
sangat berpengaruh, karena dengan baiknya gizi seseorang produktifitasnya
akan semakin baik dan pertumbuhan ekonomi individu akan semakin
meningkat yang diiringi dengan ekonnomi bangsa.
2. Ekonomi Dalam Gizi
Keadaan sosial ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang
menentukan jumlah makanan yang tersedia dalam keluarga sehingga turut
menentukan status gizi keluarga tersebut. Yang termasuk dalam faktor sosial
adalah (Supariasa, 2002):
a. Keadaan penduduk suatu masyarakat
b. Keadaan keluarga.
c. Tingkat pendidikan orang tua
d. Keadaan rumah
Sedangkan data ekonomi dari faktor sosial ekonomi meliputi :
a. Pekerjaan orang tua
b. Pendapatan keluarga
c. Pengeluaran keluarga
d. Harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim
Banyak faktor sosial ekonomi yang sukar untuk dinilai secara kuantitatif,
khususnya pendapatan dan kepemilikan (barang berharga, tanah, ternak) karena
masyarakat enggan untuk membicarakannya kepada orang yang tidak dikenal,
termasuk ketakutan akan pajak dan perampokan. Tingkat pedidikan termasuk
dalam faktor sosial ekonomi karena tingkat pendidikan berhubungan dengan
status gizi yaitu dengan meningkatkan pendidikan kemungkinan akan dapat
meningkatkan pendapatan sehingga meningkatkan daya beli makanan untuk
mencukupi kebutuhan gizi keluarga (Achadi, 2007).
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan pemanfatan sumber daya
masyarakat mempengaruhi faktor sosial ekonomi keluarga, termasuk kurangnya
pemberdayaan wanita dan tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua
khususnya ibu dalam mengasuh anaknya juga termasuk faktor sosial ekonomi
yang akan mempengaruhi status gizi keluarga (Arifin. T, 2005).
D. Gizi dan Ekonomi Manusia
Krisis ekonomi yang telah berlangsung lama telah meningkatkan angka
kemiskinan dan diikuti dengan penurunan kualitas gizi masyarakat. Indikatornya,
di berbagai daerah terus ditemukan kasus busung lapar, gizi buruk, dan aneka
penyakit rakyat karena melemahnya fisik serta menurunnya daya tahan tubuh
karena kualitas gizi yang rendah, yang disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan
dan ketidakberdayaan ekonomi. Banyak keluarga menghabiskan uang untuk rokok
daripada untuk susu bagi anaknya.
Kualitas pangan rakyat kita selama ini telah meningkat cukup baik melalui
kampanye intensif 4 Sehat 5 Sempurna. Empat sehat: nasi, jagung, ubi kayu
(sumber karbohidrat), daging, telur, ikan (sumber protein dan lemak), sayur dan
buah-buahan (sumber serat, vitamin dan mineral); dan sempurna dengan ditambah
susu. Namun, bangsa-bangsa lain asupan gizinya meningkat jauh lebih baik,
akibatnya secara relatif kualitas pangan rakyat kita menjadi kurang baik jika
dibandingkan dengan banyak negara lain.
Di mana pun, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan
oleh kualitas pangan yang dikonsumsi rakyat yang akan menentukan tingkat
pertumbuhan fisiknya, termasuk kecerdasannya, di samping pendidikan yang
bermutu dan pelayanan kesehatan yang baik.
Penyediaan Pangan di Indonesia adalah bahan-bahan yang di makan sehari-
hari untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja,
dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Sektor pangan sebagai sumber zat gizi
merupakan sector strategis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk pangan sebagai sumber zat
gizi:
a. Kandungan Gizi, kandungan gizi setiap produk pangan berbeda-beda
b. Penanganan pangan yang masih belum mencapai taraf yang diinginkan
karena banyaknya bahan makanan hasil panen yang telah rusak saat
penyimpanan pengangkutan
c. Penyimpanan bahan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu terutama
bahan yang mudah rusak
d. Pengawetan pangan yang bertujuan agar bahan makanan dapat tahan lebih
lama.
e. Pengolahan Pangan. Dalam pengolahannya harus selektif agar tidak kehilangan
sebagian zat gizi terutama vitamin.
E. Gizi dan Ekonomi Sosial
Tidak terpenuhinya gizi, yang kerap kali disebabkan oleh kondisi sosial-
ekonomi yang kurang baik, sering dianggap sebagai faktor terbesar penyebab
ketidak maksimalan pertumbuhan badan seorang anak, khususnya tinggi badan.
Akan tetapi, benarkah demikian? Selain terpenuhinya gizi dengan baik, yang
sering kali dapat tercapai dengan adanya kondisi sosial-ekonomi yang baik,
tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak hal antara lain, faktor genetis
(keturunan), kondisi psikologis yang baik, situasi politik yang stabil di negara
tempat tinggal, kondisi kesehatan, jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam
satu rumah, dll. (Bogin, 1997). Kondisi sosial-ekonomi yang baik memberi
kemungkinan agar kebutuhan gizi anak dapat terpenuhi. Yang dimaksud dengan
terpenuhinya kebutuhan gizi adalah tersedianya berbagai zat yang diperlukan
untuk mempertahankan stabilitas fungsi-fungsi tubuh, dan sekaligus untuk
kebutuhan pertumbuhan badan si anak; seperti misalnya kalori, karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, kalsium dan mikronutrien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gizi dan ekonomi merupakan dua hal yang saling memperngaruhi dengan baik.
Gizi tidak akan terpenuhi tanpa adanya materi yang diperoleh dari kegiatan
ekonomi dan ekonomi tidak akan berjalan dengan baik jika gizi dari pelaku
ekonomi tidak dicukupi.
2. Kualitas sumber daya manusia (SDM) ditentukan oleh kualitas pangan yang
dikonsumsi rakyat yang akan menentukan tingkat pertumbuhan fisiknya,
termasuk kecerdasannya, di samping pendidikan yang bermutu dan pelayanan
kesehatan yang baik. Dengan meningkatnya kualitas SDM kegiatan ekonomi
akan berjalan dan berkembang pesat.
3. Kondisi sosial-ekonomi yang baik memberi kemungkinan agar kebutuhan gizi
anak dapat terpenuhi. Yang dimaksud dengan terpenuhinya kebutuhan gizi
adalah tersedianya berbagai zat yang diperlukan untuk mempertahankan
stabilitas fungsi-fungsi tubuh, dan sekaligus untuk kebutuhan pertumbuhan
badan si anak; seperti misalnya kalori, karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
kalsium dan mikronutrien.
B. Saran
1. Setiap individu harus memperhatikan, memilih, dan menjaga agar pangan yang
dikonsumsinya mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh sehingga dia dapat
beraktifitas dan melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Peningkatan ekonomi akan diiringi dengan peningkatan gizi oleh karena itu
individu harus menyadari pentingnya nilai gizi.
3. Pemerintah melalui instansi terkait seharusnya memberikan pendidikan
mengenai gizi seimbang kepada masyarakat sehingga kualitas SDM dapat
terbentuk maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Djaeni, Ahmad Sediaoetama. 1996. Ilmu Gizi. Dian Rakyat: Jawa Timur

BPS.Hasil Susenas, 1999. BPS Jakarta, 1999

Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara: Jakarta.

Sagung, Seto, dkk. 2001. Pangan dan Gizi, Ilmu Teknologi, Industri dan
Perdagangan. Fakultas Teknologi Pertanian:Bogor.

Anda mungkin juga menyukai