Anda di halaman 1dari 25

Proposal Diklat

“Pelatihan Pembuatan PMT Bergizi Pada Kader Posyandu Di


Wilayah Aceh”

D
I
S
U
S
U
N
Oleh :

YAUMUL NUZULLIFA
P07131218037
TK III REG A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN AJARAN 2020/2021
Kata pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata
kuliah Proposal Diklat tentang “Pelatihan Pembuatan PMT Bergizi Pada Kader Posyandu Di
Wilayah Aceh”
Tugas ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas diklat ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banda Aceh, 24 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ..................................................................................................... 1


Daftar isi ................................................................................................................... 2
Lembar Pengesahan ................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Tujuan Kegiatan ............................................................................................... 6
C. Nama Kegiatan ................................................................................................ 6
D. Manfaat Kegiatan ............................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................


A. Pengertian dan Tugas Kader ............................................................................ 8
B. Karakteristik Balita .......................................................................................... 10
C. Tingkat Kehadiran Balita di Posyandu ............................................................ 10
D. Permasalahan Gizi Pada Balita ........................................................................ 11
E. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ........................................................... 12

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ...............................................................


A. Sasaran ............................................................................................................. 14
B. Metode Kegiatan .............................................................................................. 14
C. Langkah Pencapaian Tujuan ............................................................................ 14
H. Anggaran Dana ................................................................................................ 17

BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 19

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas
SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perhatian utamanya
terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa
muda. Bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah menumbuh
kembangkan Posyandu (Depkes RI, 2007).
Unsur gizi merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan SDM yang
berkualitas yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Kebutuhan balita berbeda
dengan kebutuhan orang dewasa karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
anak diperiode selanjutnya (Sutomo, 2010).
Masa balita merupakan masa kritis karena dapat menimbulkan dampak yang
sangat serius dan tidak akan dapat diperbaiki lagi dengan pemberian makanan
tambahan pada masa berikutnya, jika pada masa tersebut kebutuhan akan gizinya tidak
terpenuhi secara seimbang. Aspek gizi merupakan salah satu masalah yang sampai saat
ini masih dihadapi sektor kesehatan masyarakat, karena penanggulangannya tidak dapat
dilakukan hanya dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan status gizi balita yaitu dengan
mengadakan program pemberian makanan tambahan (Winarno, 1987)
Pemberian makanan tambahan (PMT) merupakan program perbaikan gizi dengan
upaya peningkatan mutu gizi konsumsi pangan sehingga berdampak pada perbaikan
status gizi balita. Makanan tambahan yang diberikan hendaknya terdiri dari bahan-
bahan makanan yang ada atau dapat dihasilkan setempat dengan mengutamakan bahan
makanan sumber kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat gizi lain.
Pengetahuan kader Posyandu dalam penyelenggaraan makanan tambahan sangat
berperan dalam penyusunan menu yang baik untuk balita. Semakin baik pengetahuan
gizi seseorang maka akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang
diperoleh untuk dikonsumsi (Djaeni, 2000).

5
Pemberian makanan tambahan penyuluhan pada balita di Posyandu tergantung
oleh kader Posyandu. Menurut Teori Lawrence Green (Soekidjo, 2012), perilaku kader
Posyandu dalam menyusun menu PMT Penyuluhan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin (enabling
factor), dan faktor pendorong (reinforcing factor). Ketiga faktor tersebut memiliki
hubungan yang erat dalam pengadaan makanan tambahan agar PMT Penyuluhan dapat
terselenggara dengan baik.
Sampai akhir tahun 2012 telah dikembangkan sekitar 330 ribu posyandu di 33
propinsi se-Indonesia yang digerakkan oleh kader secara sukarela. Namun demikian,
hasil riskesdas 2010 mengungkapkan bahwa masih sekitar 50% balita tidak melakukan
penimbangan secara teratur di posyandu. Riset tersebut juga mengungkapkan adanya
kecenderungan semakin bertambah umur anak balita, maka tingkat kunjungan ke
posyandu untuk melakukan penimbangan semakin menurun. Kunjungan posyandu
secara nasional rata-rata mencapai 75,1 % pada tahun 2012, masih dibawah Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 85 % (Kemenkes RI, 2012).
Di Aceh terdapat posyandu. Dimana, sebagian besar kader posyandu memiliki
latar belakang pendidikan SMA dan belum memiliki keterampilan dalam melakukan
variasi menu PMT balita yang bergizi. Bubur kacang hijau masih menjadi primadona di
posyandu tiap bulannya. Dengan alasan tersebut, kami bermaksud mengadakan
kegiatan pelatihan mengenai pembuatan PMT balita pada kader di Kecamatan Genuk.
Evaluasi dari kegiatan ini harapannya kader posyandu mampu memberikan variasi
menu PMT balita. Sehingga kebutuhan gizinya dapat terpenuhi, dapat meningkatkan
ketrampilan kader dan partisipasi (D/S) karena adanya PMT yang lebih menarik.

2. Tujuan Kegiatan
a. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta dapat meningkatkan keterampilan dalam
pembuatan PMT bergizi untuk balita di posyandu.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Tujuan khusus dilaksanakannya pelatihan ini adalah :
1) Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu menjelaskan bahan
makanan PMT balita yang bergizi sesuai dengan konsep dasar pembuatan
PMT balita

6
2) Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu membuat PMT balita
berbasis pangan lokal sesuai dengan konsep dasar pembuatan PMT balita
3) Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu memilih bahan makanan
lokal untuk PMT balita sesuai dengan bahan pangan lokal yang berkualitas
4) Setelah mengikuti pelatihan kader posyandu mampu menerapkan variasi
PMT balita bergizi pada posyandu sesuai dengan persyaratan pembuatan
PMT

3. Nama Kegiatan
“Pelatihan Pembuatan PMT Bergizi Pada Kader Posyandu Di Wilayah Aceh”

4. Manfaat Kegiatan
a. Manfaat bagi peserta
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam
variasi menu PMT balita di wilayah di Aceh
b. Manfaat bagi panitia
Dapat memberikan pengalaman menyelenggarakan pelatihan pembuatan PMT
yang mana merupakan bagian dari ruang lingkup keilmuan bidang gizi

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Tugas Kader


1. Pengertian Kader Posyandu
Kader kesehatan atau Posyandu adalah anggota masyarakat yang dipilih dari
dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan
kemasyarakatan secara sukarela. Terdapat beberapa syarat menjadi Kader menurut
Depkes RI tahun 2003 yaitu:
a. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat
b. Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela
c. Bisa membaca dan menulis huruf latin
d. Sabar dan memahami usia lanjut
Kader merupakan seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Pelatihan
kader adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka persiapan alih
teknologi kepada masyarakat. Pelatihan kader merupakan proses pembelajaran
yang diberikan kepada kader Posyandu oleh petugas Puskesmas maupun Dinas
Kesehatan yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau sikap
untuk meningkatkan kinerja kader (Simamora,2006).

2. Tugas Kader

a. Persiapan hari buka posyandu.

1) Menyiapkan alat dan bahan: timbangan bayi, meja posyandu, LILA, dll

2) Mengundang dan menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu

3) Menghubungi pokja posyandu, menyampaikan rencana kegiatan.

4) Melaksanakan pembagian tugas untuk persiapan atau pelaksanaan kegiatan

b. Melaksanakan pelayanan 5 meja.


1) Meja 1: Pendaftaran bayi, balita, bumil, menyusui dan PUS.
2) Meja 2: Penimbangan balita dan mencatat hasil penimbangan
3) Meja 3: Mengisi buku KIA / KMS

8
4) Meja 4:
- Menjelaskan data KIA / KMS berdasarkan hasil timbang
- Menilai perkembangan balita sesuai umur berdasarkan buku KIA. Jika
ditemukan keterlambatan, kader mengajarkan ibu untuk memberikan
rangsangan dirumah
- Memberikan penyuluhan sesuai dengn kondisi pada saat itu
- Memberikan rujukan ke Puskesmas, apabila diperlukan
5) Meja 5: Bukan merupakan tugas kader, melainkan pelayanan sector yang
dilakukan oleh petugas kesehatan, PLKB, PPL, antara lain :
- Pelayanan imunisasi
- Pelayanan KB
- Pemeriksaan kesehatan bayi, balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui
- Pemberian Fe / pil tambah darah, kapsul vitamin A, kapsul yodium dan
obat-obatan lainnya

c. Tugas kader setelah hari buka posyandu.


a. Memindahkan catatan dari KMS ke buku registrasi atau buku kader.
b. Mengevaluasi hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan posyandu.
c. Melaksanakan penyuluhan kelompok (kelompok dasa wisma)
d. Melakukan kunjungan rumah (penyuluhan perorangan)

B. Karakteristik Balita
Usia balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik
anak. Berdasarkan karakteristiknya anak usia balita dibedakan menjadi usia batita (>1 -
3 tahun), dan usia prasekolah (>3 - 5 tahun). Anak usia 1 – 3 tahun merupakan
konsumen pasif dimana anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Saat
itu gigi – geligi anak sudah tumbuh dan gigi susunya akan lengkap pada usia 2 – 2,5
tahun. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak pada usia tersebut diperkenalkan
dengan berbagai makanan yang teksturnya tidak terlalu keras karena walaupun giginya
sudah tumbuh, kemampuan untuk mengerat dan mengunyah masih belum terlalu kuat.

9
Sedangkan pada usia prasekolah, anak adalah konsumen aktif karena mereka
memilih makanan yang disukainya. Anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah seperti play group sehingga mengalami beberapa perubahan dalam perilaku.
Anak mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan ”tidak”
terhadap setiap ajakan. Perilaku ini disebut negativistic. Akibat pergaulan dengan
lingkungannya terutama dengan anak – anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan.
Jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya
sehingga anak kurang gizi. Sebaliknya, jika jajanan tersebut dimakan terus menerus
dengan kandungan energi berlebihan dapat menyebabkan anak over weight, bahkan
obesitas.

C. Tingkat Kehadiran Balita di Posyandu


Tingkat kehadiran balita di posyandu dapat dilihat dari D/S merupakan tingkat
partisipasi masyarakat yang diperoleh melalui perbandingan jumlah balita yang
ditimbang dengan jumlah balita yang ada di suatu wilayah. Tingkat kehadiran anak
balita di posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Aktifitas Kader
Keaktifan kader sebagai pelaksana kegiatan posyandu merupakan kunci keberhasilan
posyandu karena kader posyandu merupakan penghubung antara program dengan
masyarakat serta memerlukan berbagai persyaratan tertentu agar keberadaannya
diakui dan diterima masyarakat.
b. Kelengkapan Sarana
Sarana dalam kegiatan posyandu akan membantu kelancaran kegiatan posyandu.
Sarana yang lengkap, jelas akan membantu kelancaran kegiatan posyandu
c. Tingkat Pengetahuan Ibu Balita tentang Posyandu
Pengetahuan tentang posyandu yang baik pada ibu balita akan memberikan respon
yang positif yaitu hadir di posyandu untuk menimbangkan balitanya.
d. Keaktifan Petugas Pembina
Salah satu strategi perubahan perilaku menurut WHO adalah dengan pemberian
informasi. Dengan keaktifan petugas pembina memberikan informasi-informasi
tentang posyandu akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang posyandu
dan hal ini menyebabkan masyarakat mau berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki, yaitu hadir menimbangkan anak balitanya ke posyandu.
e. Tingkat Pendidikan (Ibu Balita dan Kader Posyandu )

10
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi partisipasi dan peran serta masyarakat
dalam terselenggaranya posyandu.

D. Permasalahan Gizi Pada Balita


Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010, persentase BBLR di Indonesia sebesar
8,8 %, balita pendek sebesar 35,6 %, balita kurus sebesar 13,3 %, balita gizi kurang
sebesar 17,9 %, dan balita gizi lebih sebesar 12,2 %. Dengan demikian Indonesia
menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami kekurangan gizi di pihak lain
mengalami kelebihan gizi.
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) atau yang disebut sebagai periode
emas kehidupan adalah periode yang sangat penting dalam pertumbuhan anak. Seribu
hari ini mencakup waktu sejak pembuahan, atau sejak janin dalam kandungan sampai
anak berusia 2 tahun. Sebaiknya periode ini harus menjadi prioritas karena kebanyakan
kerusakan atau terhambatnya partumbuhan disebabkan oleh kurangnya gizi selama
periode tersebut. Secara medis, periode sejak pembuahan (dalam kandungan) dan
bahkan beberapa minggu setelahnya, sistem saraf bayi mulai bertumbuh atau
berbentuk. Oleh karena itu, ibu hamil sudah harus memerhatikan asupan gizinya karena
pada ujungnya pemenuhan gizi di 1000 HPK akan menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia.
Dampak jangka pendek dari kekurangan gizi di 1000 HPK yaitu, perkembangan
otak lambat, pertumbuhan massa tubuh melambat ditandai dengan stunting atau pendek
dibandingkan standar tinggi anak seusianya, dan metabolism seperti: glukosa, lipids,
protein, hormone/receptor/gen juga terganggu.
Sedangkan dampak jangka panjang dari kekurangan gizi di 1000 HPK yaitu:
karena otaknya tidak tumbuh dengan optimal, perkembangan kognitifnya juga akan
terhambat. Hasilnya, kecerdasannya akan mengurang serta ketangkasan berpikirnya
sehingga anak tidak berprestasi di sekolah dan tidak produktif saat bekerja. Berikutnya,
anak yang kekurangan gizi atau stunting juga berisiko terkena penyakit kronis, atau
penyakit tidak menular saat dewasa. Contohnya adalah diabetes, obesitas, penyakit
jantung, hipertensi, kanter, stroke dan disabilitas saat lansia. Ini tentu sangat merugikan
bukan hanya untuk kehidupannya, tapi juga untuk Negara. Jika anak kekurangan gizi,
apalagi ditambah dengan lingkungan atau perilaku yang tidak bersih, anak pasti akan
sering sakit. Oleh karena itu, orang tua pasti akan membawanya ke rumah sakit.
Ditambah dengan produktifitas kerja yang turun saat dewasa.

11
E. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
PMT Balita adalah suplementasi gizi berupa makanan tambahan dalam bentuk
biskuit dengan formulasi khusus dan difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang
diberikan kepada bayi dan anak balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi
dan anak berumur 6-24 bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Pemberian makanan tambahan merupakan program atau kegiatan Posyandu yang
dilakukan dengan pemberian zat gizi yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi
balita dengan memberikan makanan tambahan dengan kandungan gizi yang cukup
sehingga kebutuhan gizi balita terpenuhi (Cahyo, 2010). PMT Penyuluhan yaitu
sebagai sarana penyuluhan yang merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi
berupa makanan dari luar keluarga. Manfaat dari PMT diantaranya:
a. Memberikan kelengkapan zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan karena
kebutuhan balita akan gizi meningkat.
b. Meningkatkan kemampuan balita untuk mengunyah dan menelan.
c. Mengembangkan kemampuan balita untuk menerima bermacam-macam makanan
dengan berbagai rasa dan bentuk.
d. Melakukan penyesuaian terhadap makanan yang mengandung kadar energi dan
protein yang tinggi.

Menurut Departemen Kesehatan RI bahwa syarat pemberian makanan tambahan


penyuluhan pada balita meliputi:
a. Nilai gizi berkisar 200-300 kkal dan protein 5-8 gram, diberikan dengan porsi kecil.
b. Menggunakan bahan makanan setempat yang diperkaya protein nabati/hewani
(misalnya telur/ ikan/ daging/ ayam, kacang-kacangan atau penukar) dan sumber
vitamin dan mineral yang terutama berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan,
serta menggunakan resep daerah atau dimodifikasi.
c. Disiapkan, dimasak dengan cara yang benar sehingga keadaan fisik dan zat gizinya
tidak rusak, dikemas dengan baik, bentuk serta warnanya beragam dan menarik.
d. Aman dengan tidak menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan
dan memenuhi syarat kebersihan serta kesehatan.
e. Sajikan makanan dalam bentuk sederhana, beraroma sedang, dan sudah dikenal
dengan mengutamakan makanan basah daripada kering.

12
13
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Sasaran
Kriteria Peserta
Peserta pelatihan meliputi Kader Posyandu di wilayah Aceh
Jumlah peserta : 30 orang

B. Metode Kegiatan
Metode pelatihan meliputi : ceramah, tanya jawab, dan praktik langsung.

C. Langkah Pencapaian Tujuan


1. Tahap persiapan
a. Membentuk panitia pelatihan Kader Posyandu
b. Menyusun proposal (Pre-planning) pelatihan Kader Posyandu
c. Menyusun rencana anggaran
d. Melakukan koordinasi dan perizinan untuk peserta dengan Dinas Kesehatan
e. Menyiapkan undangan peserta dan mendistribusikannya
f. Menyiapkan pemateri/narasumber
g. Menyiapkan modul pelatihan Kader Posyandu untuk peganganan peserta
h. Menyiapkan soal pre/post tes
i. Menyiapkan ATK peserta (note book, pulpen, map)
j. Menyiapkan sertifikat untuk peserta pelatihan, narasumber dan fasilitator.
k. Menyiapkan perlengkapan (meja, kursi, sound, proyektor, LCD, dll)

2. Tahap pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 26 Juni 2018
Waktu : 07.30 - 14.00 WIB
Tempat : Auditorium Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh

14
3. Narasumber
Pemateri I : Yaumul Nuzullifa
Waktu : 30 menit
Materi : Konsep 1000 HPK dan Tumbuh Kembang Anak

Pemateri II : Yaumul Nuzullifa


Waktu : 30 menit
Materi : Deteksi Dini Permasalahan Gizi Pada Balita

Pemateri III : Yaummul Nuzullifa


Waktu : 45 menit
Materi : Variasi Pembuatan PMT Bergizi untuk Balita

4. Strategi/langkah Pelaksanaan
A. KEGIATAN
a. Kegiatan Pendahuluan :
 Registrasi Peserta
 Pembukaan
 Penjelasan tujuan Pelatihan Kader Posyandu
 Dinamika Kelompok (Perkenalan)
 Pre test
b. Kegiatan inti :
 Pemaparan materi
 Praktik langsung pembuatan PMT Balita

15
c. Kegiatan penutup :
 Post test
 Penutupan

B. METODE DAN MEDIA


a. Metode Pelatihan :
Metode pelatihan meliputi : ceramah, tanya jawab, dan praktik langsung.
b. Media Pelatihan:
- Power point
- Kuesioner pelatihan
- Booklet materi pelatihan
- Dapur Penyelenggaraan Makanan sebagai tempat praktik PMT
- Modul resep PMT balita.

C. EVALUASI
1) Evaluasi Struktur : semua tahap persiapan sudah disiapkan dengan baik.
2) Evaluasi Proses : pelaksanaan pelatihan berjalan dengan lancar.
3) Fasilitator: informatif dan komunikatif.
4) Peserta: mengikuti jalananya acara dengan antusias.
Aspek-aspek yang dinilai selama pelatihan:
a) Proses pelaksanaan
 Penilaian untuk mngetahui proses penyelenggaraan
pelatihan
 Komponen yang dinilai :
- Penerimaan panitia
- Akomodasi dan konsumsi peserta
- Penyediaan materi pelatihan
- Penyediaan ruang
- Penyediaan alat bantu
- Kegunaan materi pelatihan
b) Pelatih
 Penilaian untuk mengetahui tingkat kemampuan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap pelatih dalam memberikan pembelajran.
 Komponen yang dinilai :

16
- Kemampuan pelatih dalam membuka pelatihan
- Kemampuan pelatih dalam menggunakan metoda pembelajaran
- Kemampuan pelatih dalam menyampaikan materi
- Kemampuan pelatih dalam menanggapi pertanyaan
- Kemampuan pelatih dalam menguasai materi
- Kemampuan pelatih dalam membuat rangkuman
- Kemampuan pelatih dalam mengatur waktu presentasi

c) Peserta
 Penilaian untuk mengetahui tingkat penyerapan materi oleh peserta
latih dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap.
 Komponen yang dinilai adalah kemampuan peserta menerima materi :
- Pertanyaan-pertanyaan lisan atau tertulis
- Penilaian praktik

D. ANGGARAN DANA DIKLAT

ANGGARAN DANA DIKLAT

A. PEMASUKAN
Kas Kelas : 37 x @Rp 25.000 = Rp 925.000,00
Dana Kampus : 37 x @Rp 100.000 = Rp 3.700.000,00 +
Total Pemasukan = Rp 4.625.000,00

B. PENGELUARAN
NO KEGUNAAN RINCIAN BIAYA
1. Transport
  Transport Kepala Puskesmas   Rp 100.000,00
  Transport Pendamping kader 1 orang x @Rp 100.000 Rp 100.000,00
  Transport Peserta 30 orang x @Rp 50.000 Rp 1.500.000,00
  Fee Pembicara 1   Rp 100.000,00
  Fee Pembicara 2   Rp 100.000,00
  Fee Pembicara 3   Rp 100.000,00
2. Kesekretariatan
Proposal & LPJ   Rp 30.000,00
Print formulir kegiatan   Rp 100.000,00
3. Sie. Konsumsi 
  Snack box 85 orang x @Rp 8.000 Rp 680.000,00

17
Lunch box 85 orang x @Rp 15.000 Rp 1.275.000,00
  Air mineral 600 ml (3 box) 3 dus x @Rp 45.000 Rp 136.000,00
  Air mineral 250 ml (2 box) 3 dus x @25.000 Rp 50.000,00
4. Sie. Acara
Praktik Pembuatan PMT 10 resep x @Rp 25.000 Rp 250.000,00
Doorprize 3 buah x @Rp 20.000 Rp 60.000,00
4. Sie. Dekdok
  Sertifikat 33 orang x @Rp 3.000 Rp 99.000,00
  Co card panitia 37 orang x @Rp 2.000 Rp 74.000,00
  Co card peserta 30 orang x @Rp 2.000 Rp 60.000,00
  MMT Rp 100.000,00

18
BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan dari
semua pihak terkait dengan kegiatan ini Sehingga terselenggaranya kegiatan ini dapat
membawa manfaat bagi semua pihak terutama Mahasiswa DIV Reguler A Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Aceh, kader posyandu di Aceh dan pihak-pihak yang telah membantu
mensukseskan acara ini. Semoga kita semua selalu mendapat ridho dari Allah SWT. Atas
perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama, 2000, Ilmu Gizi I, PT. Dian Rakyat, Jakarta.

Briawan, Dodik. Optimalisasi posyandu dan posbindu dalam upaya perbaikan gizi
masyarakat. Bogor; KKP Ilmu Gizi; 2012.

Depkes RI, 2000, Tata Laksana Penanggulangan Gizi Buruk, Depkes, Jakarta.

Depkes RI, 2005, Balita BGM, Depkes, Jakarta.

Dinkes Provinsi Jateng, 2012, Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Dinkes Provinsi
Jateng, Semarang.

Kemenkes RI. 2011. Buku panduan kader Posyandu mneuju keluarga sadar gizi. Jakarta.

Kemenkes RI. 2012.Pokjanal Posyandu Pusat, Kurikulum dan modul pelatihan kader
posyandu. Jakarta.

Kemenkes RI. 2017. Petunjuk Teknis Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta.

Khotimah. Evaluasi pelayanan program gizi dan posyandu tahun 2007 pada 4 Puskesmas di
Palembang. Yogyakarta: Universitas Gadja mada; 2010.

Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Saya bangga dengan kader Posyandu.
Jakarta: Depkes; 2009.

Soehardjo, 1996, Perencanaan Pangan dan Gizi, Bumi Aksara, IPB Bogor

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Sugianti, E. (2017). EVALUASI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN


(PMT-P). Jurnal Cakrawala , 218

Supriasa, I Desa Nyoman, 2001, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta.

Sutomo B. Dan Anggraini D. Y., 2010, Makanan Sehat Pendamping ASI, Demedia, Jakarta

20
i
iii
iv
v
17

Anda mungkin juga menyukai