Anda di halaman 1dari 79

USULAN PROPOSAL PBL PERENCANAAN PROGRAM GIZI

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan Pendamping


ASI (MP-ASI) Dengan Status Gizi Balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk
Pakam

DISUSUN OLEH

Mahasiswa Tingkat 3 S.Tr Gz

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Proposal, yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan
Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dengan Status Gizi Balita
di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam ”.

Dalam penyusunan Proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :

1. Berlin Sitanggang, SST, M.Kes


2. Lusyana G. Doloksaribu SKM,M.Kes
3. Dr. Haripin Togap, MCN
4. Dr. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes
5. Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM
6. Urbanus Sihotang, SKM, M.Kes
7. Berlin Sitanggang, SST, M.Kes
8. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes
9. Dr. Ratna Zahara, M.Kes
10. Riris Oppusunggu, S.Pd, M.Kes

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini masih


belum sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak dalam penyempurnaan usulan penelitian ini.

Penulis
Daftar isi
Halaman Judul…………………………………………..………………………………….i

Kata Pengantar......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
Bab I.......................................................................................................................................................1
Pendahuluan.........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. RUANG LINGKUP MASALAH.......................................................................................................2
D. TUJUAN......................................................................................................................................2
E. HIPOTESIS..................................................................................................................................2
F. MANFAAT HASIL........................................................................................................................2
G. KETERBATASAN PENELITIAN......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................4
A. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)..........................................................................................4
B. STATUS GIZI ANAK.....................................................................................................................7
C. HIPOTESIS................................................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................11
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...............................................................................11
A. KERANGKA KONSEP.................................................................................................................11
B. DEFINISI OPERASIONAL............................................................................................................12
BAB IV..................................................................................................................................................14
Metode Penelitian...............................................................................................................................14
A. RUANG LINGKUP......................................................................................................................14
B. RANCANGAN PENELITIAN........................................................................................................14
C. POPULASI DAN SAMPEL...........................................................................................................15
D. JENIS PENGUMPULAN DATA....................................................................................................15
E. CARA PENGUMPULAN DATA……………………………………………………………………………………………………16

F. CARA PENGOLAHAN DATA………………………………………………………………………………………………………16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
LAMPIRAN...........................................................................................................................................19
A. KUESIONER..............................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia, upaya perbaikan gizi menduduki peranan penting dalam membangun
kesehatan. Upaya perbaikan gizi bertujuan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat resiko tinggi yaitu golongan
bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta usia lanjut. Upaya
perbaikan gizi perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna menuju tercapainya sumber daya manusia yang
memadai (Depkes RI, 2005 dalam Kulas, 2013).
Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk di atas
angka prevalensi nasional yaitu bekisar antara 21,2 persen sampai 33,1 persen.
Urutan ke 19 provinsi tersebut dari yang tertinggi sampai terendah adalah (1) Nusa
Tenggara Timur; (2) Papua Barat; (3) Sulawesi Barat; (4) Maluku; (5) Kalimantan
Selatan; (6) Kalimantan Barat; (7) Aceh; (8) Gorontalo; (9) Nusa Tenggara Barat; (10)
Sulawesi Selatan; (11) Maluku Utara; (12) Sulawesi Tengah; (13) Sulawesi Tenggara;
(14) Kalimantan Tengah; (15) Riau; (16) Sumatera Utara; (17) Papua; (18) Sumatera
Barat; (19) Jambi (Riskesdas, 2013).
Masalah gizi buruk pada balita merupakan masalah kesehatan masyarakat sejak
dahulu. Krisis ekonomi yang terjadi sejak tahun 1997 sampai saat ini masih belum
dapat ditanggulangi dengan baik. Hal ini menyebabkan jumlah keluarga miskin
semakin banyak dan daya beli terhadap pangan menurun. Lebih lanjut, ketersediaan
bahan makanan dalam keluarga menjadi terbatas yang pada akhirnya berpotensi
menimbulkan terjadinya gizi kurang bahkan gizi buruk (Depkes RI, 2004 dalam
Septiana, 2010). Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut
hingga dewasa. Usia 0 - 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
Periode emas dapat terwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh
asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan
anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka
periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh
kembang bayi dan anak, baik pada masa ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI,
2006 dalam Kusumaningsih, 2009).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategi For Infrant
And Young Child Feeding, World Health Organization (WHO) dan United International
Childrens Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan empat hal penting yang
harus dilakukan yaitu : Pertama, memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera dalam
waktu 30 menit setelah lahir. Kedua, memberikan hanya Air Susu Ibu (ASI) saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia enam bulan. Ketiga,
memberikan makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia enam
bulan sampai 24 bulan. Keempat, meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih (Depkes, 2006 dalam Kusumaningsih, 2009) .
ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah untuk diterima
bayi. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. ASI
merupakan zat gizi yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat
gizi yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berusia enam bulan
(Suhardjo, 2007 dalam Kusumaningsih, 2009) Pasca enam bulan pemberian ASI saja
tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makanan bayi. Pemberian ASI saja
pada usia pasca enam bulan hanya akan memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi.
Sedangkan yang 30-40% harus dipenuhi dari makanan pendamping atau makanan
tambahan. Sementara itu pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat
dalam kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan bayi menderita gizi kurang
(Indriarti,2008 dalam Kusumaningsih, 2009)
Terwujudnya kwalitas sumber daya manusia yang memadai harus ditata sedini
mungkin dan telah dilaksanakan sejak janin masih dalam kandungan ibu, selama
proses persalinan, perawatan segera setelah bayi lahir dengan pemberian air susu ibu
(ASI) secara eksklusif dan dilanjutkan dengan pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI). Makanan pendamping ASI (MP-ASI) harus diberikan pada umur yang tepat
sesuai kebutuhan dan daya cerna bayi. Adanya kebiasaan masyarakat untuk
memberikan nasi, bubur dan pisang pada usia terlalu dini ada bahayanya, karena
saluran pencernaan pada bayi belum sempurna. Makanan pendamping (MP-ASI)
sebaiknya diberikan pada bayi diatas umur 6 bulan karena sistem pencernaannya
sudah relatif sempurna. (Madjid, 2009 dalam Kulas, 2013). Keadaan kurang gizi pada
bayi dan balita disebabkan karena kebiasaan pola pemberian makanan pendamping
ASI yang tidak tepat. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak
serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak
langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan RI, 2000 dalam Dewi, 2010)
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dan Pola Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) Dengan Status Gizi Balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk
Pakam”

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian dan pembagian bentuk makanan MP-ASI?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI?
3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan pemberian MP-ASI?
4. Bagaimanakah merancang edukasi yang tepat dalam pemberian MP-ASI
kepada para Ibu?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup materi pada penelitian ini yaitu banyaknya masalah
pengetahuan ibu dan pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) gizi
yang terjadi pada masyarakat Indonesia sehingga membuat penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai masalah gizi yang terjadi pada Bayi 6-24
Bulan. Disini penulis mengambil permasalahan mengenai bentuk makanan MP-
ASI,pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI.

1.4 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan dan pola pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita di desa sekip kecamatan
lubuk pakam
2. Tujuan Khusus :
1. Mengidentifikasi karakteristik anggota keluarga yang meliputi : umur
(anggota keluarga), pendidikan (anggota keluarga),pekerjaan (orang tua),
suku, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan kematian.
2. Menilai karakteristik penduduk desa, jumlah pendidikan, jumlah Ibu hamil,
Jumlah Bayi (0 – 1 tahun), Baduta ( 0 – 24 bulan), dan Balita ( 0 – 5 tahun),
jumlah WUS, Jumlah Usila
3. Menilai fasilitas sarana pendidikan ( Paud, SD, SMP,SMA) dan kesehatan
(posyandu,klinik,praktek bidan,puskesmas)
4. Menilai status gizi anthropometri balita dan anak sekolah (BB/U, TB/U,
BB/TB, lila, lingkar kepala dan IMT).
5. Menilai Status Gizi orang tua / dewasa ( IMT, Lila)
6. Menilai asupan gizi balita dan anggota keluarga
7. Menilai jenis penyakit infeksi ( Cacingan, Diare, Malaria, ISPA) dalam 3
bulan terakhir
8. Menilai tingkat pendapatan dan pengeluaran untuk pangan dan non pangan
9. Menilai status kesehatan anggota keluarga termasuk imunisasi dan penyakit
infeksi
10. Menilai upaya yang dilakukan keluarga dalam mencegah penyakit dan
pengobatan
11. Menilai status lingkungan tempat tinggal seperti keadaan rumah ( Bangunan,
Ventilasi, Lantai rumah ), Sanitasi lingkungan ( pembuangan limbah ,
sampah) dan sumber air
12. Menilai perilaku ( Pengetahuan, sikap, dan tindakan) Ibu tentang
pemantauan pertumbuhan, kandungan gizi makanan, makanan ibu hamil,
ASI Ekslusif, dan MP- Asi
13. Menilai perilaku ( Pengetahuan sikap dan tindakan dalam mengolah
makanan dan pemberian makan anak).
14. Menilai asupan gizi ( Kalori, Karbohidrat, Lemak, Protein, Vitamin C, Zat
Besi, dan Zinc ) dan Food Frequensi balita dan anggota keluarga lain.
15. Menilai pola asuh anak seperti pola makan termasuk makan jajanan,
kebersihan anak, kebersihan ibu
16. Menilai status gizi anggota keluarga, menggunakan indeks antropometri
( BB/U, TB/U, BB/TB, Lingkar kepala (Balita), IMT, Lingkar pinggang dan
panggul (Remaja tergolong gemuk dan dewasa), Lila ( WUS dan Bumil ) ,
Usia tubuh.
17. Menilai asupan gizi anggota keluarga
18. Menilai partisipasi ibu ke posyandu dan keterlibatan sebagai kader
kesehatan
19. Mengidentifikasi sumber pangan keluarga termasuk pemanfaatan
pekarangan
20. Menilai jenis makanan lokal / Herba Food yang digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
21. Menilai program KB yang diikuti oleh ibu disetiap keluarga
1.5 Hipotesis

1. Pola Asuh
Ha : ada hubungan antara pola asuh ibu dengan penyebab masalah
pengetahuan ibu dan pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dengan status gizi balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

H0 : Tidak ada hubungan antara pola asuh ibu dengan penyebab masalah
pengetahuan ibu dan pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dengan status gizi balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

2. Pendidikan Ibu
Ha : ada hubungan antara pendidikan ibu dengan penyebab masalah
pengetahuan ibu dan pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dengan status gizi balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

H0 : Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan penyebab masalah


pengetahuan ibu dan pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
dengan status gizi balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
3. Penyakit Infeksi
Ha : ada hubungan antara penyakit infeksi dengan pengetahuan ibu dan pola
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita di
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

H0 : Tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan pengetahuan ibu dan
pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita di
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
4. Asupan Zat Gizi
Ha : ada hubungan antara asupan zat gizi dengan pengetahuan ibu dan pola
pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita di
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

H0 : Tidak ada hubungan antara asupan zat gizi dengan pengetahuan ibu dan
pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita di
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam
5. Sanitasi Lingkungan
Ha : ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan pengetahuan ibu dan
pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita di
Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

H0 : Tidak ada hubungan antara sanitasi lingkungan dengan pengetahuan ibu


dan pola pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi
balita di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam

1.6 Manfaat Hasil

1. Manfaat bagi masyarakat


Dengan penelitian ini agar masyarakat lebih memahamiPengetahuan Ibu dan
Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status gizi balita.
2. Manfaaat bagi penulis
Dapat menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam praktek,
khususnya pengetahuan tentang faktor penyebab masalah Pada Pengetahuan
Ibu dan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status
gizi balita.
3. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Sebagai Referensi dan sumber bacaan bagi mahasiswa program studi gizi,
bidang gizi masyarakat
4. Manfaat bagi pembaca
Dengan membaca penelitian ini pembaca jadi lebih mengerti tentang faktor
faktor masalah gizi yang terjadi di masyrakat

1.7 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur,
namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku responden dalam penelitian ini, yaitu


konsumsi makanan yang ditentukan oleh orang tua sangat dipengaruhi pada
pendapatan, pengetahuan,kualitas makanan,serta pola asuh. Pola asuh orang
tua jika sang ibu melakukan pekerjaan diluar rumah kemungkinan anak tidak
terpantau dengan baik dan lingkungannya bisa mempengaruhi status gizi sang
anak. Serta pemberian ASI yang memiliki hambatan saat sang ibu tidak bisa
atau sulit mengeluarkan ASI yang baik dan sebagainya.
2. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan responden melalui
kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang
sebenarnya, hal ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan dan
pemahaman yang berbeda tiap responden, juga faktor lain sepertiga faktor
kejujuran dalam pengisian pendapat responden dalam kuesionernya.
3. Dalam proses pengambilan data hanya didapatkan melalui kuesioner yang
diberikan terhadap responden,sehingga untuk melengkapi sebuah data,
hendaknya melakukan juga melalui metode wawancara, dan butir pertanyaan
terbuka diberikan kepada para responden, untuk mendukung data kuesioner,
sehingga data yang didapatkan lebih banyak dan saling mendukung satu sama
lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


ASI adalah makanan bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah untuk diterima
bayi. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. ASI
merupakan zat gizi yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat
gizi yang penting untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berusia enam bulan
(Suhardjo, 2007 dalam Kusumaningsih, 2009) Pasca enam bulan pemberian ASI saja
tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan makanan bayi. Pemberian ASI saja
pada usia pasca enam bulan hanya akan memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan bayi.
Sedangkan yang 30-40% harus dipenuhi dari makanan pendamping atau makanan
tambahan. Sementara itu pemberian makanan pendamping 3 ASI yang tidak tepat
dalam kualitas dan kuantitasnya dapat menyebabkan bayi menderita gizi kurang
(Indriarti,2008 dalam Kusumaningsih, 2009)

Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung


gizi diberikan kepada bayi berusia 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Sebelum bayi berusia 24 bulan, sebaiknya ASI tetap diberikan dengan memberikan
ASI terlebih dahulu baru kemudian memberikan MP-ASI. (Kemenkes RI, 2011)
Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan hanya untuk
melengkapi ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan
keluarga. Pengenalan dan pemberian makanan pendamping ASI harus dilakukan
secara bertahap baik jenis, porsi, frekuensi, bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
usia dan kemampuan pencernaan bayi/anak. Makanan pendamping ASI dapat berupa
bubur, tim, sari buah, biskuit. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup
kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini (Sulistyoningsih, 2011).

Salah satu peran pemerintah untuk menjamin kesehatan warganya adalah


dengan mengeluarkan kebijakan yang mengatur mengenai pemberian ASI Eksklusif
dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Misalnya Per-menkes
No.450/Menkes/SK/IV/2004 dan PP No.33/2012 mengenai pemberian ASI Ekslusif dan
PP No.237/1997, mengenai Makanan Pendamping ASI. MP-ASI adalah Makanan
Pendamping ASI bukanlah Makanan Pengganti ASI. Perannya hanyalah mendampingi
pemberian ASI saja, ASI tetaplah dilanjutkan hingga usia 2 tahun atau lebih.Makanan
pendamping ASI dapat berupa bubur, tim, sari buah, biskuit. Pemberian makanan
pendamping ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan
fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periodeini.

2.1.1 Tujuan Pemberian MP-ASI

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk melengkapi zat gizi
ASI yang sudah berkurang, Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima
bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, Mengembangkan
kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, Mencoba adaptasi terhadap
makanan yang mengandung kadar energitinggi. MP-ASI hendaknya memenuhi kriteria
bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan, dan sehat, seperti

a. Berada dalam derajatkematangan, Bebas dari pencemaran pada saat


menyimpan makanan tersebut dan menyajikan hingga menyuapi pada bayi
atauanak.
b. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat
dari pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit
dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan, danpengeringan.
c. Bebas dari mikro organisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan olehmakanan
d. Harus cukup mengandung kalori danvitamin
e. Mudah dicerna oleh alat pencernaan

2.1.2Prinsip Pemberian MP-ASI


Pemberian MP-ASI diberikan pada anak yang berusia 6-24 bulan secara
berangsur-angsur untuk mengembangkan kemampuan mengunyah dan menelan serta
menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian
MP-ASI harus bertahap dan bervariasi , mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur
kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya makanan
padat
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:(Notoatmodjo,
2007 dalam Florence, 2017)
A. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
B. Mass media/informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat 6 tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah, dan lainlain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
C. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekomoni ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseorang.

D. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
E. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari 7 keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
F. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin
bertambah usia akan berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu
akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju
usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
waktu untuk membaca.

2.1.4 Faktor - faktor yang mempengaruhi pola pemberian MP-ASI


Sulistyoningsih (2011) mengemukakan beberapa faktor yang
mempengaruhiMP-ASI:
A. Pendapatan : pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak karena orang tua menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun yang sekunder
B. Pengetahuan gizi : Kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber-
sumber zat gizi dalam mengolah bahan makanan yang merupakan sumber-sumber
zat gizi dalam mengolah bahan pangan yang diberikan. Tingkat pengetahuan gizi
yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dibanding dengan tingkat
pengetahuan gizi yang baik.
C. Besar keluarga : Keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah
anak yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya kasih sayang dan
perhatian anak, juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang dan
perumahanpun tidak terpenuhi oleh karena itu keluarga berencana tetap diperlukan.
D. Pembagian dalam keluarga : Ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan
jenis makanan tertentu dalam keluarga. Untuk anak-anak selama penyapihan,
pengaruh pendamping/tambahan dari pembagian pangan yang tidak merata dalam
unit keluarga, dapat merupakan bencana, baik bagi kesehatan maupun kehidupan.
Perilaku pemberian MP ASI yang baik kepada bayi ditentukan oleh pengetahuan ibu
tentang MP ASI.
Hal sebagaimana dikemukakan oleh Prabandari (2006) yang menyatakan
bahwa mutu makanan pendamping ASI yang diberikan pada bayi sangat ditentukan
oleh banyak faktor, di antaranya krisis ekonomi yang berdampak pada peningkatan
jumlah keluarga miskin di Indonesia dan berpengaruh secara langsung pada daya
beli pangan keluarga. Tingkat pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang
rendah dan disebabkan karena kurangnya informasi yang diterima ibu khususnya
mengenai makanan pendamping ASI.

2.1.4 Jenis MP-ASI

Peningkatan tekstur, frekuensi dan porsi makanan secara bertahap seiring


dengan pertumbuhan anak antara 6 sampai 24 bulan, maka sesuaikan tekstur.
Kebutuhan gizi tersebut terdiri dari :

A. Jenis MP-ASI Usia 6-9 bulan

Berikut makanan yang tepat untuk usia ini yaitu,

1. Sumber karbohidrat bermanfaat sebagai penghasil energi. Misalnya beras,


beras merah, kentang dapat diberikan sebagai makanan pokok.
2. Sumber Protein, misalnya daging, ikan, telur, tahu, tempe, atau kacang.
Pilihlah daging ternak yang mengandung lemak, daging ikan tanpa duri,
serta daging ayam tanpa tulang dan kulit. Berikan dalam bentuk cincang
atau giling. Kebutuhan protein juga dapat dipenuhi dari tumbuh-tumbuhan
seperti kacang, tahu,tempe.
3. Sumber lemak, misalnya minyak sayur, santan, margarin atau mentega.
Pilih jenis lemak atau minyak yang banyak mengandung asam lemak tak
jenuh, misalnya minyak jagung, minyak wijen dan minyak bungamatahari.
4. Sumber vitamin dan mineral, misalnya sayuran dan buah. Sayuran yang
bisa diberikan antara lain bayam, brokoli, labu kuning, buncis, jagungmanis.
B. Jenis MP-ASI Usia 9-12 bulan

Berikan makanan selingan 1 kali sehari, pilihlah makanan selingan yang bernilai
gizi tinggi seperti bubur kacang ijo, buah. Usahakan agar makanan selingan dibuat
sendiri agar kebersihan terjamin. Berikan jenis makanan yang bervariasi guna
memenuhi kebutuhan gizi, yaitu :
1. Sumber karbohidrat, misalnya bubur, nasi tim, kentang, biskuit aneka jenis
bubur serealia khusus bayi, aneka jenis rotigandum.
2. Sumber protein dapat berupa pure alam tekstur yang lebih kasar. Berbagai
sumber protein misalnya daging sapi tanpa lemak, daging ayam, ikan, telur,
tahu, tempe ataukacang-kacangan.
2.1.5 Hubungan Pola Pemberian MP-ASI dengan status gizi

Gangguan gizi yang berkibat pada gangguan pertumbuhan anak


disebabkan karena kekurangan gizi pada masa janin, tidak taat terhadap
pemberian ASI ekslusif, terlalu dini memberikan makanan pendamping ASI (MP –
ASI) dan umumnya tidak cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.
Disamping itu ditinjau dari pola pengasuhan makanan anak oleh ibu, masih banyak
ditemukan ibu-ibu anak yang memberikan makanan prelaktal atau memberikan MP
– ASI terlalu dini dan bahkan ada yang terlalu lambat, serta jumlah dan kualitas zat
gizi MP – ASI yang diberikan sering tidakmemadai.

Pengetahuan dan perilaku ibu yang memiliki anak tentang pemberian


makanan pendamping ASI memegang peranan yang sangat penting. Selain
penyakit infeksi, status gizi jugadipengaruhi secara langsung oleh mutu dan jumlah
asupan gizi.

Status gizi yang kurang pada saat anak berusia dua tahun berkontribusi
44% terhadap terjadinya prestasi verbal yang rendah dan berkontribusi 80%
terhadap prestasi numeric yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa usia dua
tahun merupakan usia yang sangat krusial dalam perkembangan jaringan otak
manusia.
Pemberian MP – ASI dini terbukti berpengaruh pada gangguan
pertambahan berat bayi walaupun setelah dikontrol oleh faktor lainnya. Gangguan
pertumbuhan berat bayi akibat pengaruhi pemberian MP – ASI dini terjadi sejak
bayi berumur 2 tahun dan berlanjut pada interval umur berikutnya. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena
pemberian MP – ASI yang tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak
hanya penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif
sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu, umur
pertama kali pemberian ASI sangat penting dalam menentukan status gizi bayi.
Makanan prelaktal maupun MP – ASI dini mengakibatkan kesehatan bayi menjadi
rapuh. Secara nyata, hal ini terbukti dengan terjadinya gagal tumbuh (growth
faltering) yang terus kontinyu terjadi sejak umur 3 bulan sampai anak umur 18
bulan.
Makanan pendamping ASI (MP – ASI) dini dan makanan prelaktal akan
berisiko diare dan infeksi (ISPA) pada bayi. Dengan terjadinya infeksi, tubuh akan
mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi dan energi semakin meningkat
sedangkan asupan makanan akan menurun yang berdampak pada penurunan
daya tahan tubuh. Dengan pemberian MP – ASI dini maka konsumsi energi zat gizi
dari ASI akan menurun yang berdampak pada kegagalan pertumbuhan bayi dan
anak.
2.2 Pola Pemberian Makan

2.2.1 Pengertian Pola pemberian makan

Merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal
ini disebabkan oleh kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan
mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Gizi optimal sangat
penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan
seluruh kelompok umur. Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang
buruk, yaitu yang memiliki faktor resiko penyakit tidak menular dan penyakit
kardiovaskular, diabetes, serta kanker yang merupakan penyebab kematian di
Indonesia (PGS Kemenkes RI, 2014 dalam Geswar, 2017).

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan

Pola kebiasaan makan dipengaruhi pula oleh agama dan adat kepercayaan. Ada
pantang makan pada waktu-waktu tertentu, ada jenis makanan yang tidak boleh
dimakan karena agama atau karen adat. Kebiasaan pantang mengkonsumsi jenis
makanan tertentu tidak menguntungkan bagi golongan rawan gizi, anak balita, ibu
hamil dan menyusui (Situmorang, 2015) Pola konsumsi makan masyarakat pedesaan
di Indonesia diwarnai oleh jenis-jenis bahan makanan yang umum dan dapat
diproduksi masyarakat setempat. Di daerah dengan pola pangan pokok besar
biasanya belum puas atau mengatakan belum makan apabila belum makan nasi,
meskipun perut sudah kenyang oleh makanan lain non beras. Dalam susunan
hidangan harus terlihat adanya:

A. Makanan pokok

B. Lauk pauk

C. Sayur

D. Buah pencuci mulut (Situmorang, 2015)


2.3 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

2.3.1 Pengertian Makanan pendamping ASI (MP-ASI)

Adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan pada bayi dan
atau anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI ini diberikan bersamaan
dengan ASI mulai usia 6 bulan hingga 24 bulan. Seiring bertambahnya usia bayi,
setelah bayi berusia 6 bulan, mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping untuk
memenuhi kebutuhan gizinya (Riksani, 2012) Setelah bayi berusia 6 bulan, ASI hanya
mampu memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan gizi bayi. Keterampilan makan bayi pun
sudah berkembang. Pada usia ini, bayi sudah memperlihatkan minat dan ketertarikan
pada makanan lain selain ASI. Pertumbuhan bayi justru akan terganggu jika ia tidak
mendapatkan makanan pendamping setelah berusia 6 bulan karena tidak
terpenuhinya gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan (Riksani,
2012).

2.3.2 Tujuan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Adapun tujuan pemberian makanan pendamping ASI (menurut: Marmi, 2017),


yaitu:

a. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang

b.Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacammacam makanan


dengan berbagai rasa dan bentuk

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.

2.3.3.Syarat Makanan Pendamping ASI

Beberapa hal penting dalam pemberian makanan pendamping ASI kepada bayi,
yaitu:

a. Makanan apapun yang diberikan kepada bayi mesti memenuhi standar kecukupan
gizi.

b. Meskipun bayi makan lebih dari satu kali sehari sebagai komplemen terhadap ASI,
namun karena kapasitas perutnya masih kecil, maka jumlah (porsi) makanan yang
diberikan jangan terlalu besar.

c. Porsi makan seorang bayi berumur Makanan tambahan untuk bayi harus
mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak.
Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan baik sebaiknya mudah disiapkan
dengan waktu pengolahan yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi
persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein,
energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya (Nadesul, 2007).
Makanan yang dianjurkan menurut Riksani (2012) :

a. Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan menggunakan cairan
atau kaldu daging dan sayuran, susu formula (ASI) atau air.

b. Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti papaya, pisang,


apel, melon dan alpukat.

c. Sayur-sayuran dan kacang-kacangan yang direbus kemudian dihaluskan


menggunakan blender.

d. Daging pilihan yang tidak berlemak kemudian di blender.

e. Ikan yang di blender sebaiknya ikan yang digunakan adalah ikan yang tidak berduri.

Makanan yang tidak dianjurkan menurut Riksani (2012) :

a. Makanan yang mengandung protein gluten yaitu tepung terigu barley, biji gandum
dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan tersebut dapat membuat perut bayi
kembung, mual dan diare pada bayi. Hal ini disebabkan karena reaksi gluten
intolerance.

b. Hindari pemberian gula, garam, bumbu masak atau penyedap rasa.

c. Makanan terlalu berlemak.

d. Buah-buahan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak.

e. Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam.

f. Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak. Sayuran


yangmengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak. Kedua makanan tersebut dapat
membuat perut bayi kembung.

g. Kacang tanah dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan pada tenggorokan


sehingga bayi sulit bernafas.

h. Kadangkala telur dapat memicu alergi, berikan secara bertahap dan dengan porsi
kecil. Jika bayi alergi segera hentikan.

i. Madu dapat mengandung spora yang sangat membahayakan bayi


Tahap Pemberian Makanan Pendamping ASI Selain banyak alasan yang
menyebabkan seorang mengkonsumsi makanan tambahan (MP-ASI), selain agar
kecukupan gizinya terpenuhi, yang paling penting adalah agar pertumbuhan dan
perkembangan anak bisa tumbuh dengan baik (Clark, 2012 dalam Uli, 2017)

Tabel 2. Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur, Jenis


Makanan dan Frekuensi Pemberian

Umur Bayi Jenis Makanan Frekuensi


6 Bulan ASI Buah lunak/sari buah 10-12 kali sehari kapan
Bubur : bubur tepung diminta 1-2 kali sehari
beras merah, bubur
kacang hijau
7-8 Bulan ASI Buah-buahan Hati Kapan diminta 4-6 kali
ayam atau kacang-
kacangan Beras merah
atau ubi Sayuran
Minyak/santan/alpukat
9-11 Bulan ASI Buah-buahan Bubur Kapan diminta 4-6 kali
atau roti,Daging/kacang-
kacangan/ayam/ikan
Kacang tanah
12-24 bulan ASI Makanan pada Kapan diminta 4-6 kali
umumnya, termasuk telur
dengan kuning telurnya
dan jeruk
Sumber: Waryana (2010) dalam Uli (2017)

2.3.4 Jenis Makanan Pendamping ASI

A. MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti : tempe,
kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayor dan buah-buahan. Jenis-
jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah: Makanan Lumat adalah makanan yang
dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari
makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok,
papaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll.

B. Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak
berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dll.
C. Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak tampak berair biasanya disebut
makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biskuit, dll (Prasetyono,
2017)

2.3.5 Cara Mengolah dan Menyimpan MP-ASI

A. Cara mengolah MP-ASI

Pada prinsipnya cara mengolah MP-ASI tak jauh berbeda dengan makanan
keluarga. Cucilah bersih bahan-bahan yang akan dimasak. Untuk memudahkan bayi
mencerna makanannya, maka sayuran, daging atau ikan harus dimasak terlebih
dahulu. Teknik yang dapat digunakan adalah direbus, dikukus, atau dengan
menggunakan microwave. Selanjutnya makanan dapat dihaluskan dengan blender
atau saringan. Tambahkan ASI atau susu atau jus buah. Gunakan air bekas merebus
sayuran untuk mengencerkan.

B. Cara menyimpan dan menyajikan MP-ASI

1) Makanan siap saji atau makanan instan

i. Simpan makanan jauh dari uap, suhu panas dan produk dengan aroma menyengat.
Hindari tempat yang lembab.

ii. Dengarkan bunyi penutup saat membuka kemasannya (umumnya dalan bentuk
botol selai). Jika tidak ada bunyi jangan berikan pada bayi. Ini pertanda telah
kemasukan udara sehingga ada kemungkinan kemasukan bakteri.

iii. Jangan memberikan makanan pada bayi langsung dari kemasannya, gunakan
piring, jangan pula mengembalikan sisa makanan yang belum dimakan ke dalam
kemasan. iv. Tutup kembali kemasan dan simpan dikulkas maksimum 3 hari.

v. Hati-hati saat akan memanaskan makanan instan untuk bayi. Bisa-bisa makanan
jadi terlalu panas.

2.2.6 Makanan hasil olahan

i. Dinginkan dalam waktu singkat sebelum disimpan dilemari es. Makanan yang
disimpan dengan cara ini bisa tahan selama 24 jam.

ii. Simpan dalam wadah untuk sekali makan. Bila ingin dikonsumsi untuk 3 kali. Bagi
menjadi 3 bagian dan masing-masing ditaruh dalam wadah tertutup, kemudian simpan
dalam lemari es.

iii. Cukup panaskan satu kali. Hindari pemanasan berulang kali. 16


iv. Sisa makanan dipiring bayi sebaiknya segera dibuang karena kemungkinan sudah
terkontaminasi bakteri (Lituhayu R, 2008 dalam Uli, 2017)

2.4 Status Gizi Anak


2.4.1 PengertianStatus Gizi

Gizi adalah segala sesuatu yang dikonsumsi oleh manusia yang mengandung
unsur-unsur zat gizi yaitu karbohidrat, vitamin, mineral, lemak, protein dan air yang
dipergunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
dari organ-organ tubuh manusia (Mitayani, 2010).

Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta
mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2009).

Status gizi adalah keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi dari


keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke tubuh dan yang diperlukan. Keadaan gizi
merupakan gambaran apa yang dikonsumsi oleh seseorang dalam jangka waktu yang
cukup lama. Karena itu, ketersediaan zat gizi didalam tubuh seseorang (termasuk
anak) menentukan apakah orang tersebut berstatus gizi buruk, kurang, baik, dan lebih
(Maryunani, 2010).

2.4.2 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat, yaitu (Supariasa, 2016)

2.4.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

1) Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang


berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh
seseorang. Metode antropometri sangat berguna untuk melihatketidakseimbangan
energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk
mengidentifikasi zatzat gizi yang spesifik.

2) Klinis Pemeriksaan klinis

Merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang terjadi yang
berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit,
rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar
tiroid).

3) Biokimia Pemeriksaan

Biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia pemeriksaan


yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih
parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat
diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan jaringan yang paling sensitive terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji
gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi
fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik. Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya
digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional.

4) Biofisik Pemeriksaan

Biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan dalam
keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja.

2.4.2.2 Penilaian Tidak Langsung

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yangdikonsumsi oleh individu maupun keluarga.
Data yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif
dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif
dapat diketahui frekuensi makanan dan cara seseorang maupun keluarga dalam
memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi

2) Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-
data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka
kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik
pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan
gizi.

3) Faktor Ekologi

Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi
dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor
fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk
mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang
nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi

2.4.3 Indeks Antropometri

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks


antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi (Damansyah, 2015).
Penentuan klasifikasi status gizi menggunakan Z-skor atau

Standar Deviasi Unit (SD) sebagai batas ambang kategori dan digunakan untuk
meneliti dan memantau perubahan serta mengetahui klasifikasi status gizi Z-skor
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Z Scor = Nilai individu subyek – Nilai median baku rujukan/ Nilai simpangan
baku rujukan.

2.4.4 Penilaian Status Gizi dengan Metode Antropometri

Adapun keunggulan antropometri adalah alatnya mudah didapat dan mudah


digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif,
pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga oleh
tenaga lain setelah dilatih untuk itu, biayanya relatif murah, hasilnya mudah
disimpulkan, dan diakui kebenarannya. Sedangkan kelemahan antropometri adalah
tidak sensitif untuk mendeteksi status gizi dalam waktu singkat, faktor di luar gizi
(penyakit, genetic, dan penurunan penggunan energi) dapat menurunkan spesifikasi
dan sensitifitas pengukuran antropometri. Kesalahan yang terjadi pada saat
pengukuran (Supariasa, 2002 dalam Damansyah, 2015) Antropometri digunakan untuk
mengetahui keseimbangan antara asupan protein dan energi. Keseimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot,
dan jumlah air dalam tubuh.

Metode antropometri terdiri dari berbagai indeks yang dapat digunakan untuk
menilai status gizi, diantaranya berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2002
dalam Damansyah, 2015) Indeks berat badan menurut umur (BB/U) mencerminkan
status gizi saat ini, karena berat badan menggambarkan massa tubuh (otot danlemak)
yang sensitive terhadap perubahan yang mendadak, seperti infeksi otot dan tidak
cukup makan.
Berat badan merupakan indicator yang sangat labil. Indeks ini dapat digunakan
untuk mendeteksi underweight dan overwight (Supariasa, 2002 dalam Damansyah,
2015) Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) mencerminkan status
gizi masa lalu, karena pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitive terhadap
masalah kurang gizi dalam waktu pendek. Defisit TB/U menunjukkan ketidakcukupan
gizi dan kesehatan secara kumulatif dalam jangka panjang.

Stunting merefleksikan proses kegagalan untuk mencapai pertumbuhan linear


sebagai akibat dari keadaan gizi dan atau kesehatan yang subnormal (Supariasa,
2002 dalam Damansyah, 2015) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan
tinggi badan. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) merupakan indicator
yang baik untuk menilai status gizi saat ini, karena pada keadaan normal
perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan
kecepatan tertentu. Wasting secara luas digunakan untuk menjelaskan proses yang
mengarah pada terjadinya kehilangan berat badan, sebagai konsekuensi dari
kelaparan akut dan atau penyakit berat (Supariasa, 2002 dalam Damansyah, 2015)

E. Kerangka teori
Faktor predisposisi
(Predisposing Factor)
 Pengetahuan
 Sikap
 Faktor ekonomi
 Pekerjaan Ibu

Faktor Pendukung
(Enabing Factors)
 ketersediaan

Pemberian
MP-ASI

sumber
informasi
tentang MP-ASI
 Ketersediaan
bahan MP-ASI

Faktor Pendorong
(Reinforcing factors)
 Sikap dan
perilaku tokoh
masyarakat
 Sikap dan
perilaku tenaga
Gambar 1. Kerangka Teori berdasarkan
modifikasi Teori Lawrence Green
( Dalam Notoatmodjo, 2012 ) Perilaku Pemberian
MP-ASI menurut :

 Usia Pemberian
F. Kerangka Konsep
MP-ASI
 Frekuensi
Pemberian MP-
Pendidikan Ibu ASI
 Variasi
Pemberian MP-
ASI
 Jumlah
Pekerjaan Ibu Pemberian MP-
ASI
 Tekstur
Pemberian MP-
ASI
Jumlah anak hidup

Gambar 2. Kerangka Konsep Perilaku Pemberian Makanan Pendamping

ASI ( MP-ASI)
BAB IV

Metode Penelitian

A. RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Tepat


Penelitian ini berlokasi di Desa Sekip Kecamatan Lubuk Pakam. Objek
penelitian ini adalah Ibu yang memiliki Balita. Materi penelitian ini dibatasi
pada pembahasan mengenai hubungan antara pengetahuan ibu tentang MP-
ASI dengan perilaku dalam pemberian MP-ASI di Desa Sekip Kecamatan
Lubuk Pakam.

2. Ruang Lingkup Waktu


Penelitian ini diperkirakan akan menghabiskan waktu selama 1 bulan dimulai
dari proses penyiapan proposal, pengumpulan data awal, melakukan studi
kepustakaan, mendesain model penelitian pengumpulan data dari kuesioner
dan melakukan uji validitas terhadap kuesioner yang digunakan, lalu
menganalisa data dan penulisan laporan yang diperkirakan pada bulan
Desember 2021.

B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional. Menurut Kasiram dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, penelitian kuantitatif adalahsuatu proses menemukan pengetahuan
yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan
mengenai apa yang ingin diketahui. Penelitian menggunakan rancangan
kuantitatif observasional dengan pendekatan cross-sectional study, yaitu suatu
pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti terus -
menerus dalam kurun waktu tertentu. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengumpulan data terhadap variabel dependen dan independen. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 60 anak, menggunakan metode total sampling. Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel ini digunakan jika jumlah
populasi relatif kecil, total sampling disebut juga sensus, di mana semua anggota
populasi dijadikan sebagai sampel
Pendekatan Cross Sectional memungkinkan kita untuk mengumpulkan data
dari banyak subjek dan membandingkan perbedaan antar kelompok. Pada
penelitian ini yang menggunakan pendekatan Cross Sectional juga relatif murah
dan tidak memakan wakttu dibandingkan menggunakan penelitian yang lain.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang
gizi dan pola pemberian MP-ASI dan variabel dependen adalah status gizi anak.
Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang gizi dan pola
pemberian MP-ASI.Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel dependen adalah
status gizi anak.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependennya adalah
Keputusan Pembelian (Y). Analisis data menggunakan analisis statistik Chi
square.Adapun maksud analisis data menggunakan analisis statistik Chi square
yaitu membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan.

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki
anak balita yang berasal dari keluarga yang tinggal di desa Sekip , yaitu
berjumlah 60 orang balita. Jika ada lebih dari satu anak maka yang diambil
adalah anak yang termuda.
2. Cara Pengambilan Sampel
Menggunakan teknik total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana
jumlah sampel sama dengan populasi. Total sampling adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Sampel ini digunakan jika jumlah populasi relatif kecil, total sampling disebut
juga sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.
3. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian iniadalah berjumlah 60 orang balita. Jika ada lebih
dari satu anak maka yang diambil adalah anak yang termuda

JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA


1. Jenis data

Data Primer meliputi :


Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari obyek yang
akan diteliti atau data yang langsung memberikan kepada peneliti.Data
primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden dengan
menggunakan panduan wawancara penelitian dan kuesioner. Data yang
dikumpulkan adalah identitas responden, riwayat  pemberian ASI eksklusif
dan pemberian MP-ASI dan parameter status gizi balita.
Data sekunder meliputi :
Data sekunder yaitu data yang tidak di dapatkan langsung dari objek
yang akan diteliti atau data yang didapatkan dari orang lain atau dari
dokumen. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari
puskesmas /posyandu desa sekip lubuk pakam meliputi jumlah balita di desa 
sekip.
2. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner kepada ibu yang memili
bayi usia 6-24 bulan, kemudian menjelaskan bagaimana tata cara pengisian
kuesioner tersebut. Responden diminta untuk mengisi lembar kuesioner yang
telah disediakan kemudian dikumpulkan kepada peneliti. Kuesioner dibuat
sendiri oleh peneliti yang mengacu di Bab II dan untuk pilihan jawaban telah
disediakan didalamkuesioner tersebut yaitu benar, salah, dan tidak tahu. Tata
cara pengambilannya yaitu peneliti datang kerumah masing masing
responden dan membagikan lembar persetujuan menjadi responden dan
menjelaskan tentang tujuan dari penelitian serta menjelaskan isi dari
kuesioner yang dibagikan peneliti. Kuesioner yang dibagikan kepada
responden terlebih dahulu telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas

 Wawancara (interview) 
  Kuesioner (angket) 
  Observasi (pengamatan) 

D. JENIS PENGUMPULAN DATA


2. Kuisoner(wawancara)
3. Obesrvasi
4. Wawancara(interview)

E. Cara pengumpulan data


Data Primer meliputi :
Data primer adalah data yang langsung didapatkan dari obyek yang akan
diteliti atau data yang langsung memberikan kepada peneliti.Data primer dalam
penelitian ini diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan panduan
wawancara penelitian dan kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah identitas
responden, riwayat  pemberian ASI eksklusif dan pemberian MP-ASI dan parameter
status gizi balita.
Data sekunder meliputi :
Data sekunder yaitu data yang tidak di dapatkan langsung dari objek yang
akan diteliti atau data yang didapatkan dari orang lain atau dari dokumen. Data
sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari puskesmas /posyandu
desa sekip lubuk pakam meliputi jumlah balita di desa  sekip.
Cara pengolahan data
1. Tabulasi

Padatahapinimdilakukanpemberianskorterhadapsetiapjawabanrespondenkemudianmemasukan
data tersebutkedalambentuk table.Kemudian data disajikanberbentukangka(numeric)
2. Editing data
Editing data
dilakukanuntukmemeriksaulangjumlahdanmenelitikelengkapanpengisiankuisoner,apakahsetiapp
ernyataansudahterjawabdenganbenar

3. Pengkodean/Coding.
Dilakukanpemberiankodeterhaap data yang terdiriatasbeberapakategori

4. Entri data

Data dimasukkankedalam computer denganmenggunakanaplikasi computer


dalambentuk master data

F. Cara analisa data


Analisanaratif
DAFTAR PERTANYAAN (KUESIONER)
A. Karakteristik Responden

No. Responden :
Agama :
Pendapatan :
Alamat :
RT/RW :
Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :
Jenis Wilayah
Nama Hubungan Tanggal Jenis
Umur Pendidikan Pekerjaan
Lengkap Keluarga Lahir Kelamin

B. Pengukuran Anthropometri

Nama BB TB Lingkar Kepala Lingkar Dada LILA Lingk


BB/TB
Lengkap (kg) (cm) (cm) (cm) (cm) Pinggang

Penentuan Status Gizi Balita


Nama STATUS GIZI
Lengkap BB/U TB/U BB/TB LILA/U LILA L.KEP/U RATIO
WUS/ L.
PING/L.
DEWASA
PANG

STATUS GIZI
RATIO
Nama LILA
L.
Lengkap BB/U TB/U BB/TB LILA/U WUS/ L.KEP/U
PING/L.
DEWASA
PANG

C. Penentuan Status Gizi Orang Tua/Dewasa

STATUS GIZI
RATIO
Nama LILA
L.
Lengkap BB/U TB/U BB/TB LILA/U WUS/ L.KEP/U
PING/L.
DEWASA
PANG
STATUS GIZI
RATIO
Nama LILA
L.
Lengkap BB/U TB/U BB/TB LILA/U WUS/ L.KEP/U
PING/L.
DEWASA
PANG

D.Penilaian Asupan Zat Gizi

Nama Pengumpul Data :


Tanggal Pengumpul Data :
Tanda Tangan Pengumpul Data :

KONSUMSI FOOD RECALL 24 JAM KELUARGA


No Nama Jumlah
Nama Rincian
. Anggota Konsumsi
Waktu Hidangan Bahan
Keluarga
Makan Makanan / Makanan / Berat
Yang Ikut URT
Minuman Minuman (Gr)
Makan
F. KONSUMSI FOOD RECALL 24 JAM BALITA
No Nama Jumlah
Nama Rincian
. Anggota Konsumsi
Waktu Hidangan Bahan
Keluarga
Makan Makanan / Makanan / Berat
Yang Ikut URT
Minuman Minuman (Gr)
Makan

KUISONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian :
1) Semua Pertanyaaan dibawah ini adalah pengetahuan tentang pemberian
MP-ASI
2) Beri tanda (×) pada jawaban yang benar

G. PENYAKIT INFEKSI
BIODATA RESPONDEN
Nama :
Alamat :
Umur :

1) Apakah anak anda dalam 3 bulan terakhir pernah di diagnosis oleh tenaga
kesehatan / dokter mengalami diare ?
a. Ya
b. Tidak
2) Apakah anak anda pernah menderita buang air besar lebih dari 3 kali sehari
dengan kotoran / tinja dalam bentuk lembek atau cair selama 3 bulan terakhir ?
a. Ya
b. Tidak
3) Apakah anak anda dalam 3 bulan terakhir pernah di diagnosis tenaga
kesehatan / dokter mengalami suhu badan anak yang sangat tinggi?
a. Ya
b. Tidak
4) Apakah anak anda dalam 3 bulam terakhir pernah mengalami batuk disertai
demam ?
a. Ya
b. Tidak
5) Apakah anak anda mengalami batuk-batuk dalam 3 bulan terakhir ?
a. Ya
b. Tidak
6) Apakah anak anda mengalami sesak napas dalam 3 bulan terakhir ?
c. Ya
d. Tidak
7) Apakah anak anda dalam 3 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan / dokter mengalami ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) ?
a. Ya
b. Tidak
8) Apakah anak anda dalam 3 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan / dokter mengalami panas disertai batuk berdahak / kering atau
pilek ?
a. Ya
b. Tidak
9) Apakah anak anda dalam 3 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan / dokter mengalami panas disertai menggigil atau panas naik turun
secara berkala dan berkeringat, mual serta muntah ?
a. Ya
b. Tidak
47
10)Apakah anak anda dalam 3 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan / dokter mengalami gejala penyakit demam, batuk, kesulitan
bernapas dengan atau tanpa nyeri di dada ?
a. Ya
b. Tidak
11)Apakah anda membiasakan anak anda mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan ?
a. Ya
b. Tidak
12)Apakah anda membiasakan anak anda mencuci tangan dengan sabun setelah
selesai bermain ?
a. Ya
b. Tidak
13)Apakah anda rutin membersihkan kuku anak anda dalam satu minggu sekali ?
a. Ya
b. Tidak
14)Apakah anak anda meminum obat cacing 6 bulan sekali secara teratur ?
a. Ya
b. Tidak
15)Apakah anda bersedia memeriksakan kedokter secara rutin perihal kecacingan
pada anak anda ?
a. Ya
b. Tidak

H.KUESIONER SOSIAL EKONOMI

Kuesioner Tentang Pendapatan

1. Berapa pendapatan bapak/ibu setiap bulan ?


2. Apakah Bapak/Ibu memiliki usaha laiin disamping pekerjaan utama Bapak/Ibu

a. Ya (jika ada sebutkan jenis usahanya)


b. Tidak

3. Berapa biasanya yang dapat Bapak /Ibu hasilkan perbulannya dari usaha
tersebut?
Rp . . . . . . . . . . . . . . . . . (Jika tidak tetap sebutkan rata-ratanya)

4. Dengan pendapatan yang Bapak/Ibu miliki setiap bulannya apakah cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari?
a. Ya
b. Tidak

Kuesioner Tentang Pengeluaran

 Pengeluaran Untuk Kebutuhan Pangan


Jumlah Pengeluaran
No. Jenis Pengeluaran
Hari Minggu Bulan Tahun
1. Padi-padian/Umbi-
umbian
2. Lauk pauk
3. Sayuran
4. Buah-buahan
5. Bumbu (bawang, cabai,
tomat, minyak, gula, dll)
6. Jajan / snack
7. Suplemen / Vitamin

 Pengeluaran Untuk Kebutuhan Non Pangan

Jumlah Pengeluaran
No. Jenis Pengeluaran
Hari Minggu Bulan Tahun
1. Perumahan dan
Fasilitas Rumah Tangga
(listrik, air, telepon, dll)
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Pakaian
5. Pajak
6. Asuransi
7. Pesta
8. Tembakau / Sirih /
Rokok
9. Transportasi
 Ongkos
 Bensin/Solar

I. Kuesioner Status Kesehatan Anggota Keluarga termasuk Penyakit


Infeksi dan Imunisasi

 Penyakit
1. Apakah anggota keluarga 1 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga
kesehatan atau dokter mengalami hipertensi?
a. Ya
b. Tidak

2. Apakah anggota keluarga pernah menderita buang air besar lebih dari tiga kali
dalam sehari deengan kotoran atau tinja lembek atau cair 1 bulan terakhir?
a. Ya
b. Tidak

3. Apakah anggota keluarga 1 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga


kesehatan atau dokter mengalami suhu badan sangat tinggi?
a. Ya
b. Tidak

4. Apakah anggota keluarga 1 bulan terakhir pernah mengalami batuk diseertai


demam?
a. Ya
b. Tidak

5. Apakah anggota keluarga pernah batuk berdahak 1 bulan terakhir?


a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anggota keluarga 1 bulan terakhir pernah mengalami gejala penyakit
kesulitan bernapas dengan nyeri pada dada?
a. Ya
b. Tidak

7. Apakah anggota keluarga 1 bulan terakhir pernah didiagnosis oleh tenaga


kesehatan atau dokter mengalami asam urat?
a. Ya
b. Tidak

J. Status Imunisasi

Ibu diharapkan memberikkan jawaban yang sesuai dialami pada balita


- Anak balita yang paling terkecil dalam KK
- Data diambil dari buku KMS atau buku KIA

Nama Balita :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Nama Ibu :

No Jenis Imunisasi Tanggal Kunjungan Imunisasi


.
1. Hepatitis B 0
2. BCG
3. DPT-HB COMBO 1
4. DPT-HB COMBO 2
5. DPT-HB COMBO 3
6. Polio 1
7. Polio 2
8. Polio 3
9. Polio 4
10. Campak

Keterangan :
Apabila imunisasi tidak lengkap atau tidak penuh sesuai umur anak maka
dikattegorikan tidak lengkap.
Katagori :
- Lengkap
- Tidak Lengkap

K. Kuesioner Hygiene dan Sanitasi di Wilayah Tahun 2021

Kuesioner Tentang Personal Hygiene

1. Apa yang digunakan untuk mencuci tangan dengan benar?


a. Air yang tergenang
b. Air bersih saja cukup
c. Air bersih mengalir dan sabun
2. Apakah anda mengosok gigi setiap hari?
a. Jarang menggosok gigi atau tidak sama sekali
b. Ya, kurang dari 2x sehari
c. Ya, minimal 2x sehari
3. Apakah anda selalu membersihkan (menyampo) rambut anda ketika mandi?
a. Jarang, misalnya + 1x / minggu
b. Tergantung jarak waktu, misalnya + 3x / minggu
c. Selalu misalnya 1x /hari
4. Apakah anda selalu menggunakan alas kaki setiap kali keluar rumah ?
a. Tidak
b. Kadang-kadang
c. Ya
5. Apakah anda menyetrika baju anda ?
a. Jarang sekali
b. Tergantung jenis pakaiannya
c. Selalu sebelum memakainya
6. Berapa kalikah anda mengganti pakaian anda dalam sehari ?
a. Tak menentu
b. 1x sehari
c. 2x sehari
7. Seberapa seringkah anda mengganti seprei anda ?
a. Lainnya................................(sebutkan!)
b. + 1x/minggu
c. + 3x/minggu

8. Dimanakah anda menjemur pakaian anda?


a. Didalam ruangan dan hanya di angin-anginkan
b. Didalam ruangan tertentu namun terkena sedikit sinar matahari
c. Diluar rumah terkena sinar matahari
9. Seberapa seringkah anda menjemur kasur anda?
a. Lainnya...............(sebutkan!)
b. + 1x /bulan
c. + 1x minggu
10. Dimana anda biasa buang air besar ?
a. Sungai/danau, selokan
b. Lubang tanah
c. Jamban

Kuesioner tentang sanitasi

1. Jenis sumber air yang utama untuk seluruh keperluan rumah tangga :
a. Sumur bor/pompa, air sungai/danau
b. Sumur gali, mata air, penampungan air hujan
c. Air ledeng/ PDAM
2. Jenis sumber air utama untuk kebutuhan air minum?
a. Sumur bor/pompa, air sungai/danau
b. Sumur gali, mata air, penampungan air hujan
c. Air kemasan/isi ulang, PDAM
3. Bagaimana cara pengolahan air sebelum diminum/konsumsi oleh rumah
tangga?
a. Ditambah larutan tawas/klorin
b. Disaring/filtrasi saja
c. Dengan pemanasan/dimasak
4. Bagaimana kualitas fisik air minum ?
a. Berwarna, berasa, berbau
b. Tidak berwarna, tidak berasa, barbau
c. Tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
5. Apa jenis tempat pengumpulan/penampungan sampah basah (organik) di
dalam rumah?
a. Tidak ada
b. Tempat sampah terbuka
c. Tempat sampah tertutup
6. Bagaimana cara penanganan sampah rumah tangga?
a. Dibuang kekali/parit, dibuang sembarangan dibakar
b. Ditimbun dalam tanah
c. Diangkut petugas, dibuang kompos
7. Dimana tempat pembuangan air limbah dari kamar mandi/ tempat cuci/ dapur
a. Langsung ke got/sungai
b. Penampungan diluar penkarangan/ditanah
c. Penampungan tertutup di luar perkarangan / SPAL
8. Bagaimana sarana pembuangan air limbah dari kamar mandi/tempat cuci/
dapur ?
a. Tidak ada
b. Bersama/ komunal
c. Sendiri/ rumah tangga
9. Apa jenis bahan bakar/energi utama yang digunakan untuk memasak?
a. Arang/kayu bakar
b. Minyak tanah
c. Gas
10. Seberapa sering anda menguras bak mandi dalam seminggu ?
a. Tidak pernah
b. Jarang
c. Sering

L. Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekslusif dan MP-ASI

Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang ASI Ekslusif


1. Apa pengertian ASI ekslusif menurut ibu?
a. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
b. Makanan alamiyah bagi bayi sampai usia 2 tahun
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau mkanan padat sampai
usia 6 bulan
2. Menurut ibu kapankah seorang bayi harus diberikan ASI pertamanya ?
a. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
b. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan mengisap, barulah bayi
diberikan ASI ekslusif
c. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 setelah lahir
3. Manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI
a. ASI sebagai obat penurun demam bayi
b. Bayi menjadi sehat ( tidak gampang sakit) ; cerdas, kuat dan lincah
c. Memberi nutrisi
4. Apa pengertian kolostrum menurut ibu
a. ASI yang warna nya kuning dan mengandung zat beracun
b. ASI yang pertama keluar
c. ASI yang mengandung zat kekebalan tubuh
5. Manfaat kolostrum bagi bayi
a. Membuat kenyang
b. Menyehatkan
c. Memberi kekebalan tubuh
6. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif
a. ASI Ekslusif dapat menyebabkan anak diare
b. ASI Ekslusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. ASI Ekslusif membuat anak cerdas dan mandiri
7. Berapa kali frekuensi pemberian ASI pada bayi ?
a. Sekehendaknya
b. 5-10 kali
c. Setiap menit
8. Kapan anak sebaiknya diberikan makanan pendamping ASI
a. > 6 bulan
b. < 6 bulan
c. Setelah lahir
9. Apa yang ibu lakukan jika bayi diare?
a. ASI diberhentikan
b. ASI dikurangin
c. ASI tetap diberikan

M. Kuesioner Tentang Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI

1. Menurut ibu, apa yang ibu ketahui tentang MP-ASI?


a. Makanan Pokok ASI
b. Makanan Pengganti ASI
c. Makanan Pendamping ASI
2. Menurut ibu, kapan sebaiknya memberikan MP-ASI pada bayi (air jeruk, bubur,
susu, dll) ?
a. Sesegera mungkin
b. Saat bayi berumur diatas 3 bulan
c. Saat bayi berumur diatas 6 bulan

3. Menerut ibu, jika bayi yang sudah mulai mengenal makanan pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI), apakah tidak perlu lagi diberikan ASI ?
a. Tidak perlu
b. Perlu
c. Sangat perlu
4. Menurut ibu, mengapa bayi perlu diberikan makanan pendamping ASI ?
a. Agar anak tidak rewel dan canggung
b. Agar anak terhindar dari penyakit
c. Agar kebutuhan bayi akan zat gizi bertambah sesuai dengan pertambahan
umurnya
5. Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6
bulan terhadap kesehatan bayi ?
a. Anak jadi sering nangis
b. Tidak ada pengaruhnya
c. Anak jadi sering mencret karena pencernaannya terganggu
N.Kuesioner Tentang Pola Pemberian ASI dan MP-ASI

Kuesioner Tentang Pola Pemberian ASI


1. Bagaimana cara ibu saat pertama kali mengenalkan ASI pada bayi ibu ?
a. Puting susu ibu diperas dengan alat untuk diambil ASInya, kemudian
diberikan kepada bayi
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu yang tidur telentang kemudian
diarahkan puting susu kemulut bayi
c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu yang tidur telentang kemudian
dibiarkan bayi mencari puting susu ibunya
2. Pada saat bagaimana ibu harus memberikan ASI pada bayi ?
a. 3 kali sehari atau lebih sesuai jadwal
b. Saat bayi rewel dan nangis
c. Sesuai dengan firasat ibu (ASI keluar sendirinya)
3. Berapa kali dalam sehari ibu memberikan ASI Eksklusif pada anak ibu ? (0-6
bulan)
a. 1 kali sehari atau diberhentikan
b. 2 kali sehari atau lebih
c. 4 kali atau lebih sehari / sesuai kebutuhan bayi
4. Berapa kali dalam sehari ibu memberi ASI pada anak ibu ? (6-12 bulan)
a. Diberhentikan
b. 1 kali sehari atau lebih
c. 3 kali sehari atau lebih
5. Berapa kali dalam sehari ibu memberi Asi pada anak ibu ? (12-24 bulan)
a. Diberhentikan
b. 1 kali sehari atau lebih
c. 3 kali sehari atau lebih
O. Kuesioner Tentang Pola Pemberian MP-ASI
1. Pada umur berapa (hari/bulan) mulai diberikan minuman (cairan) atau makanan
kepada bayi selain ASI ?
a. 3 - <4 bulan
b. 4 - <6 bulan
c. >6 bulan
2. Setelah pemberian MP-ASI apakah bayi masih menerima ASI dari ibu ?
a. 2 kali/hari
b. 3 kali/hari
c. 4 kali/hari atau lebih
3. Bagaimana frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi berumur 6-9 bulan?
a. 3-4 kali makan keluarga
b. 3-4 kali sehari makanan lumat
c. 3-4 kali sehari makanan saring
4. Bagaimana frekuensi pemberian MP-ASI pada bayi usia 9-12 bulan ?
a. 3-4 kali sehari makanan saring
b. 3-4 kali sehari makanan keluarga secara bertahap
c. 3-4 kali sehari makanan lembut/lumat/tim
5. Bagaimana frekuensi pemeberian MP-ASI pada bayi usia 12-24 bukan ?
a. 3-4 kali sehari makanan saring
b. 3-4 kali sehari makanan lembut/lumat/tim
c. 3-4 kali makanan keluarga dengan porsi separuh makanan orang dewasa
setiap hari makan.
P. Kuesioner Tentang Perilaku Mengolah dan Pemberian Makanan

No Item Jawaban
SL S K T
1 Apakah ibu memasak sendiri makanan untuk
balitanya?
2 Apakah ibu mengetahui komposisi zat gizi dalam
makanan anak balitanya?
3 Sebelum menyuapi anaknya, ibu mencuci
tangan
dengan sabun
4 Apakah ibu mengetahui dan mempraktekkan
makanan
yang sesuai selera anaknya?
5 Dalam memberikan makanan pokok anak balita,
apakah
ibu menyuapi sendiri ?
6 Apakah makanan anak balita bervariasi dari pagi
hingga
sore hari?
7 Ibu memilih makan mie instan/ nasi dan krupuk
tanpa lauk seperti tempe atau telur dan
sayuranuntuk
makanan pokok anak balitanya
8 Selain diberikan makanan pokok apakah anak
balita gizi buruk juga diberi makanan tambahan
lain, misalnya
kacang hijau, kue dan sebagainya?
9 Apakah setiap hari anak diberi buah?
10 Apakah anak balita setiap hari diberi susu
(ASI/PASI)?
11 Ibu memasak makanan yang banyak mengandung
bumbu penyedap makanan dan digoreng
12 Bila mencuci beras air cucian beras sampai jernih
13 Sayuran dipotong-potong dahulu
kemudiandimasak
sampai lembek
14 Apakah ibu menimbangkan anaknya ke posyandu?
Bila
setiap bulan berarti selalu
15 Ibu berkonsultasi dengan bidan desa atau dokter
atau ke
puskesmas bila berat badan anaknya turun
dibandingkan bulan lalu.
16 Ibu berkonsultasi ke puskesmas atau bidan desa
bila
anaknya sakit

Keterangan : SL bila selalu, S bila Sering, K bila kadang-kadang,


T bila tidak pernah.

Q.Kuesioner Tentang Asupan Gizi


Pilihlah jawaban yang anda anggap paling tepat dengan memberikan tanda
(X).
1. Pemberian makanan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan.....
a. Usia dan kebutuhan gizianak
b. Kesenangananak
c. Kesenanganibu
2. Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan terdiri atas....
a. Karbohidrat, protein, vitamin, mineral, danair
b. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, danair
c. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, danair
3. Tubuh mendapatkan energi dari 3 jenis zat gizi, yaitu.....
a. Karbohidrat, lemak danvitamin
b. Karbohidrat, protein danvitamin
c. Karbohidrat, protein danlemak

4. Bahan makanan berikut yang tidak banyak mengandung


karbohidratadalah....
a. Agar-agar danjelly
b. Makaroni danmie
c. Kentang danubi
5. Anak usia 1-3 tahun membutuhkan kalori sebanyak.....
a.1000kkal/hari b.1700kkal/hari c. 2200 kkal/hari

6. Makanan 4 sehat 5 sempurna terdiri dari.....


a. Makanan pokok, lauk-pauk, buah, susu,vitamin
b. Makanan pokok, sayur, lauk-pauk, buah,vitamin
c. Makanan pokok, sayur, lauk-pauk, buah,susu
7. Berikut ini yang bukan termasuk fungsi proteinadalah.....
a. Mengganti sel-sel jaringan tubuh yangrusak
b. Membantu dalam proses pembekuandarah
c. Memberi daya tahan tubuh terhadappenyakit
8. Zat yang dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K adalah.....
a. Karbohidrat b.Lemak c. Protein
9. Zat yang dapat melarutkan vitamin A, D, E, dan K adalah.....
a. Karbohidrat b.Lemak c. Protein
10. Sayuran dan buah-buahan merupakan bahan makanan sumber......
a.Vitamindanmineral b. Mineraldan air c. Protein danvitamin
11. Bahan pangan di bawah ini yang banyak
mengandung karoten/pro vitamin A adalah.....
a. Cumi-cumi, udang,ikan
b. Tahu, tempe kedelai,bakso
c. Pepaya, labu kuning danbrokoli
12. Asam lemak esensial omega-3 yang baik untuk perkembangan
otak anak- anak banyak terdapatpada...
a. Ikan, sayuran berwarna kuning danmerah
b. Minyak ikan, kacang-kacangan dan vitamin Bkompleks
c. Minyak kelapa, buah-buahan dan vitaminC

13. Berapakah berat badan ideal untuk anak usia 1 tahun?


a. 8 kg b. 11 kg c.15 kg
14. Berapa banyak susu sebaiknya diberikan kepada anak balita
dalamsehari?
a. 2gelas b.5gelas c. 7gelas
15. Merebus sayuran terlalu lama akan menyebabkan hilangnya
vitamin dalam sayuran terutama.....
a. Vitamin A dan vitaminD
b. Vitamin B dan vitaminC
c. Vitamin E dan vitaminK

R.Kuesioner Tentang Pola Makan

N Pernyataa YA TIDAK
o n
1. Anak saya makan dalam porsi
normal (5-8 sendok
makan
dewasa) sekali makan
2. Anak saya selalu
menghabiskan
makanannya setiap kali makan
3. Anak saya
selalumengkonsumsi
nasi setiap kali makan
4. Anak saya suka sayur
setiap
Makan
5. Setiap makan anak saya selalu
ada
sumber protein hewani
(ayam, daging, ikandll)
6. Setiap makan anak saya selalu
ada
sumber protein nabati (tahu,
tempe dll)
7. Saya rutin memberikan
buah minimal 1x
dalamsehari
8. Di sela waktu makan pagi dan
siang saya selalu memberikan
makanan ringan kepada anak
(kue
dll)
9. Anak saya makan secara
teratur pada pagi, siang, sore
10 Anak saya selalu minum susu
. setiap hari
11 Anak saya minum air mineral
. minimal 1 liter dalam sehari
 Menilai status gizi anggota keluarga dengan antropometri
1. Apakah ibu/bapak mengetahui berapa BB yang seharusnya untuk diri sendiri
dan anggota keluarga ?

2. Apakah ibu/bapak mengetahui berapa TB yang seharusnya untuk diri sendiri


dan anggota keluarga ?

3. Apakah ibu/bapak tahu jika TB yang seharusnya tidak sesuai dengan umur
itu disebut dengan stunting ?

4. Apakah ibu/bapak tau jika berat badan berlebihan yang disebut obesitas itu
sangat berbahaya bagi kesehatan ?

5. Apakah ibu/ bapak sering melakukan pengukuran Tb/Bb pada diri sendiri
ataupun anggota keluarga ?
S.KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI

1.apakah ibu pernah medapatkan penyuluhan mengenai gizi untuk keluarfa?


a.Tidak
b.Pernah,jika pernah tentang apa……….

2.apakah penyuluhan menyapaikan dengan baik.?


a.ya
b.tidak

3.apakah ibu mengetahui gizi apa saja yang dibutuhkan oleh keluarga ?
a.tidak
b.ya,jika ya jelaskan………

4.apakah ibu menegtahui mengenai gizi keluarga


a.tidak
b.ya, jika ya jelaskan

5.apakah ibu tahu manfaat mengkonsumsi sayur dan buah


a. tidak
b.ya, jika ya jelaskan……….

6.Apa yang ibu ketahaui tentang makanan sehat?


a.makanan yang mahal
b.makanan yang mengandung zat-zat gizi yang baik
c.makanan yang enak
d.makanan yang cepat saji
 Menilai status gizi anggota keluarga dengan antropometri
6. Apakah ibu/bapak mengetahui berapa BB yang seharusnya untuk diri sendiri
dan anggota keluarga ?

7. Apakah ibu/bapak mengetahui berapa TB yang seharusnya untuk diri sendiri


dan anggota keluarga ?

8. Apakah ibu/bapak tahu jika TB yang seharusnya tidak sesuai dengan umur
itu disebut dengan stunting ?

9. Apakah ibu/bapak tau jika berat badan berlebihan yang disebut obesitas itu
sangat berbahaya bagi kesehatan ?

10. Apakah ibu/ bapak sering melakukan pengukuran Tb/Bb pada diri sendiri
ataupun anggota keluarga ?
T.KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI

1.apakah ibu pernah medapatkan penyuluhan mengenai gizi untuk keluarfa?


a.Tidak
b.Pernah,jika pernah tentang apa……….

2.apakah penyuluhan menyapaikan dengan baik.?


a.ya
b.tidak

3.apakah ibu mengetahui gizi apa saja yang dibutuhkan oleh keluarga ?
a.tidak
b.ya,jika ya jelaskan………

4.apakah ibu menegtahui mengenai gizi keluarga


a.tidak
b.ya, jika ya jelaskan

5.apakah ibu tahu manfaat mengkonsumsi sayur dan buah


a. tidak
b.ya, jika ya jelaskan……….

6.Apa yang ibu ketahaui tentang makanan sehat?


a.makanan yang mahal
b.makanan yang mengandung zat-zat gizi yang baik
c.makanan yang enak
d.makanan yang cepat saji
7.makanan yang bergizi adalah?
a.makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna
b.makanan yang lezat
c.makan yang mengandung pengawet
d.makanan yang miemiliki rasa yg enak

8.makanan yang sehat mengandung zat-zat gizi dibawah ini kecuali


a.karbhoditrat
b.protein,vitamin
c.zat pengawet
d. semua benar

9. pada waktu memasak garam apakah yang digunakan?


a.garam grasal
b.garam yodium
c,garam batang
d.garam kasar

10.dalam mencuci beras ibu melakukan pencucian sebanyak


a.1 kali
b.2.kali
c.3 kali
d.sampai airnya jernih
 Menilai partisipasi ibu ke posyandu

1. Apakah tujuan ibu datang ke posyandu?


a) Memeriksa kesehatan balita
b) Menimbang dan mengukur balita
c) Jadwal imunisasi balita
d) Dll

2. Dari manakah ibu mengetahui adanya posyandu?


A. Keluarga
B. Tetangga
C. Tokoh masyarakat
D. Dll

3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk anda sampai ke posyandu


a) >5 menit
b) <5 menit

4. Apakah anda memiliki KMS bagi balita?


a) Ya
b) Tidak

5. Menurut ibu apakah penimbangan rutin dapat mengetahui tingkat gizi balita?
a) Ya
b) Tidak
c) Tidak tahu
6. Apakah menurut ibu melakukan imunisasi balita di posyandu itu aman?
a) Ya
b) Tidak

7. Menurut ibu apakah imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu?


a) Ya
b) Tidak
c) Tidak tahu

8. Menurut ibu apakah Posyandu itu bermanfaat bagi ibu?


a) Bermanfaat
b) Tidak bermanfaat
9. Apakah ibu berniat menjadi kader posyandu?
a) Ya
b) Tidak

 Mengidentifikasi sumber pangan keluarga termasuk pemanfaatan perkarangan


1. Jenis makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari ____
a) Beras
b) Beras diselingi ___
c) Non-beras (umbi, jagung, tepung terigu)

2. Bahan makanan pokok mentah, diperoleh dari: _____


a) Dibeli dari warung/pasar
b) Dibeli dari supermarket
c) Dibeli langsung ke petani/koperasi
d) Diperoleh dari panen sendiri
3. Bahan makanan pokok matang, diperoleh dari: _____
a) Warung makan
b) Pasar tradisional
c) Restoran
d) Supermarket
e) Masak sendiri
f) Lainnya, ___

4. Bahan makanan sayur matang, diperoleh dari: _____


a) Warung makan
b) Pasar tradisional
c) Restoran
d) Supermarket
e) Masak sendiri
f) Lainnya, ___
5. Bahan makanan sayur (mentah), diperoleh dari: ____
a) Dibeli dari warung/pasar
b) Dibeli dari supermarket
c) Dibeli dari tukang sayur keliling
d) Diperoleh dari panen sendiri
e) Lainnya, ___
 Menilai jenis makanan lokal/herbal food yang digunakan untuk meningkatkan daya
tahan tubuh
1. Apa manfaat utama dari konsumsi sayur?
1. Menambah energi
2. Menjaga daya tahan tubuh
3. Mengatur suhu tubuh

2. Apakah penting untuk mengonsumsi sayur setiap kali makan?


a) Penting
b) Biasa saja
c) Tidak penting

3. Apakah kamu tahu jenis makanan lokal/herbal food yang digunakan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh?
a) Ya
b) Tidak

4. Apakah kamu suka makan makanan lokal/herbal food?


a) Ya
b) Tidak

5. Apakah kamu sering makan makanan lokal/herbal food?


a) Ya
b) Tidak
U. Kuisoner tentang KB

1. Jenis-jenis alat kontersepsi apa saja yang ibu ketahui : (lingkarijawaban)


Alat kontrasepsi Ya Tidak
Pil 2 1
IUD / Spiral 2 1
Suntikan 2 1
Implant / Susuk KB 2 1
Kondom 2 1
Sterilisasi / Metode operasi 2 1
Lain-lain :...................................................... 2 1
Tidak tahu 2 1
2. Sepengetahuan ibu, dimana ibu bisa memperoleh pelayanan KB ? (lingkari
jawaban)
Tempat pelayanan KB Ya Tidak
RSU / RS Bersalin 2 1
Puskesmas 2 1
Posyandu 2 1
Klinik KB 2 1
Dokter / Bidan praktek swasta 2 1
Lain-lain :.................................................... 2 1
Tidak tahu 2 1

3. Menurut ibu, efek samping apa yang dapat timbul dari pemakaian alat
kontrasepsi? (lingkarijawaban)
Efek samping Ya Tidak
Perdarahan 2 1
Infeksi 2 1
Gangguan haid 2 1
Keputihan 2 1
Perubahan berat badan 2 1
Sakit kepala / pusing 2 1
Mual / muntah 2 1
Sakit perut / mules-mules 2 1
Lain-lain :.................................................... 2 1
Tidak tahu 2 1

SIKAP
1.Bagaimana pendapat ibu terhadap pepatah yang mengatakan ”Banyak anak banyak
rejeki”?
1. Tidaksetuju
2. Tidaktahu
3. Sejutu
2. Sampai saat ini Ibu Y tidak mau ber-KB, meskipun telah memiliki 5 orang anak
yang kesemuanya laki-laki, alasannya karena balum memiliki anak perempuan.
Bagaimana pendapat ibu terhadap kasus tersebut?
1. Tidaksetuju
2. Tidaktahu
3. Sejutu
3. Memiliki 2 orang anak sudah cukup, laki-laki maupun perempuan. Bagaimana
pendapat ibu?
1.Tidaksetuju
2.Tidaktahu
3.Sejutu
4. Ibu Z tidak mau ber-KB, karena menurutnya dengan menggunakan alat
kontrasepsi membuat seseorang tidak dapat memiliki anak lagi. Bagaimana
pendapat ibu mengenai kasus ibu?
1.Tidaksetuju
2.Tidaktahu
3.Sejutu
5.Apakah saat ini ibu ber-KB?
1.Tidak
2.Ya
6.Jika “Tidak”, apa alasannya ?
1.Usia sudah tidak mudalagi
2.Ingin memilikianak
3.Belum memilikianak
4.Ingin punya anak perempuan
5.Ingin punya anak laki-laki
7. Lain-lain : ………………………………………….
7.Sejak kapan ibu ber-KB ? …………………………….
8.Alat KB apa yang ibu gunakan?
1.Pil
2.IUD /Spiral
3.Suntikan
4.Implant / SusukKB
5.Kondom
6.Sterilisasi / Metodeoperasi
7.Lain-lain:.......................................

 Menilai partisipasi ibu ke posyandu

10. Apakah tujuan ibu datang ke posyandu?


e) Memeriksa kesehatan balita
f) Menimbang dan mengukur balita
g) Jadwal imunisasi balita
h) Dll

11. Dari manakah ibu mengetahui adanya posyandu?


A. Keluarga
B. Tetangga
C. Tokoh masyarakat
D. Dll

12. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk anda sampai ke posyandu
c) >5 menit
d) <5 menit

13. Apakah anda memiliki KMS bagi balita?


c) Ya
d) Tidak

14. Menurut ibu apakah penimbangan rutin dapat mengetahui tingkat gizi balita?
d) Ya
e) Tidak
f) Tidak tahu
15. Apakah menurut ibu melakukan imunisasi balita di posyandu itu aman?
c) Ya
d) Tidak

16. Menurut ibu apakah imunisasi bertujuan untuk mencegah penyakit tertentu?
d) Ya
e) Tidak
f) Tidak tahu

17. Menurut ibu apakah Posyandu itu bermanfaat bagi ibu?


c) Bermanfaat
d) Tidak bermanfaat

18. Apakah ibu berniat menjadi kader posyandu?


c) Ya
d) Tidak
 Mengidentifikasi sumber pangan keluarga termasuk pemanfaatan perkarangan
1. Jenis makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari ____
d) Beras
e) Beras diselingi ___
f) Non-beras (umbi, jagung, tepung terigu)

2. Bahan makanan pokok mentah, diperoleh dari: _____


e) Dibeli dari warung/pasar
f) Dibeli dari supermarket
g) Dibeli langsung ke petani/koperasi
h) Diperoleh dari panen sendiri

3. Bahan makanan pokok matang, diperoleh dari: _____


g) Warung makan
h) Pasar tradisional
i) Restoran
j) Supermarket
k) Masak sendiri
l) Lainnya, ___

4. Bahan makanan sayur matang, diperoleh dari: _____


g) Warung makan
h) Pasar tradisional
i) Restoran
j) Supermarket
k) Masak sendiri
l) Lainnya, ___
6. Bahan makanan sayur (mentah), diperoleh dari: ____
f) Dibeli dari warung/pasar
g) Dibeli dari supermarket
h) Dibeli dari tukang sayur keliling
i) Diperoleh dari panen sendiri
j) Lainnya, ___

 Menilai jenis makanan lokal/herbal food yang digunakan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh
6. Apa manfaat utama dari konsumsi sayur?
1. Menambah energi
2. Menjaga daya tahan tubuh
3. Mengatur suhu tubuh

7. Apakah penting untuk mengonsumsi sayur setiap kali makan?


d) Penting
e) Biasa saja
f) Tidak penting

8. Apakah kamu tahu jenis makanan lokal/herbal food yang digunakan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh?
c) Ya
d) Tidak

9. Apakah kamu suka makan makanan lokal/herbal food?


c) Ya
d) Tidak

10. Apakah kamu sering makan makanan lokal/herbal food?


c) Ya
d) Tidak
Cara Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini kemudian dikumpulkan dan selanjutnya diolah dengan
lagkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengolahan
2. Tes
3. Keterampilan
4. Mengajukan
5. Pertanyaan
6. Berkomunikasi
Untuk mengetahui hasil tes yang diperoleh, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung skor dari setiap jawaban pada pretest dan posttest sesuai kriteria penilaian yang
telah ditentukan sebelumnya (keterampilan mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi)
b) Menghitung skor total yang diperoleh setiap siswa dengan menggunakan rumus perhitungan
sebagai berikut (keterampilan mengajukan pertanyaan dan berkomunikasi)
c) Menghitung persentase kemampuan berkomunikasi setiap siswa
d) Menghitung presentasitiap indikator dari kemampuan berkomunikasi dengan rumus
Uji Instrumen Pengolahan data hasil ujicoba instrumen terdiri dari beberapa faktor yang akan menjadi
syarat kelayakan soal dapat digunakan atau tidak faktor-faktor tersebut adalah:

a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen (arikunto:2006,168) suatu instrumen dinyatakan baik jika validitasnya tinggi. Untuk validitas
tiap soal dalam instrument dapat menggunakan rumus:

∑ √* ∑
Keterangan:
Validitas suatu butir soal N = jumlah peserta tes X = nilai suatu butir soal Y = nilai total
Setelah hasil perhitungan diketahui berupa validitas butir soal, bandingakan dengan hasil tersebut dengan
tabel berikut untuk mendapatkan parameter tinggi atau rendahnya validitas soal.

b. Reabilitas
Reabilitas menujukan kepada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik(Arikunto, 2006:178).
Secara bahasa reabilitas artinya dapat dipercaya namun perlu diperhatikan maksud dapat dipercaya
disini bukanlah soal dalam instrumen melainkan data yang diperoleh dari instrument
tersebut. Ketika suatu data dinyatakan realiable maka data tersebut akan tetap sama berapakalipun data
diambil. Untuk mencari reabilitas suatu instrument, kita dapat menggunakan rumus spearman-brown yaitu

Keterangan :
Variable X dan Y disini adalah pembagian butir soal menurut ganjil dan genap dengan N adalah
jumlah butir soal. Variable X dan Y juga bias didapat dengan membagi 2 total soal sehingga didapatkan
setengah soal bagian awal dan setengah soal bagian akhir.
Pada prakteknya pembagianganjil-genapatauawal-akhir dapatmenghasilkan nilai berbeda namun dapat
dipilih salah satu yang hasilnya sesuai dengan harapan (arikunto:2006,185). Setelah mendapatkan nilai
reabilitas instrument cocokanhasil

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

A. Pengolahan data

1. Karakteristik responden

Data
Kode
Jenis kelamin Pendidikan Pekerjaan
1 Laki-laki SD-SMP IRT
2 Perempuan SMA/SMK Wirausaha
3 D3,D4,S1 Wiraswasta
4 Petani
5 Guru
6 Pendeta
7 PNS
8 BUMN

2. Status gizi

Kod Data
BB/U TB/U BB/TB LILA L.Kep L.
ping/pang
e
1 Sangat <- Sangat <- Gizi <-
kurang 3 pendek 3 buruk 3
SD SD SD
2 Kuran - 3 Pendek - 3 Gizi -3
g S S kurang SD
D D sd
sd sd <-
<- <- 2
2 2 SD
SD SD
3 Norma -2 Normal -2 Gizi baik -2
l S S SD
D D sd
sd sd +1
+1 +3 SD
SD SD
4 Lebih > Tinggi > Berisiko >
+1 +3 gizi lebih +
SD SD 1
SD
sd
+
2
SD
5 Gizi >
lebih +
2
SD
sd
+
3
SD
Obesitas >
+
3
SD
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2002) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Amin, L. Z. (2015) ‘Tatalaksana Diare Akut’, Cdk-230, 42(7), pp. 504–508.

Anwar, F. et al. (2014) MASALAH DAN SOLUSI STUNTING AKIBAT KURANG GIZI
KRONIS DI WILAYAH PEDESAAN. PT Penerbit IPB Press,.

Aritonang, E. (2004) ‘Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition)’, Bagian


Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, pp. 1–8.

Bambang Mardisantosa, Daman Huri, Y. E. (2011) ‘FAKTOR FAKTOR KEJADIAN


KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) PADA ANAK BALITA’, KESEHATAN, 6(2). doi:
10.37048/kesehatan.v6i3.14.

Bina, D. et al. (no date) ‘Kemajuan konvergensi percepatan penurunan prevalensi


stunting di tingkat kabupaten/kota’.

Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, K. K. and RI. (2018) ‘Strategi


Pemberian Makanan Bayi dan Anak’, KESEHATAN.

Didit Damayanti, M.Sc., DrPH., Pritasari, S.K.M., M.Sc. , Nugraheni Tri L, S.K.M., M.
(2017) GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN.

Fallis, A. . (2013) ‘Hubungan Keaktifan Keluarga Dalam Kegiatan Posyandu Dengan


Status Gizi Balita Di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.

Fithriyana, R. (2018) ‘HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A


DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI DESA KUANTAN SAKO
TAHUN 2016’, Dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, 2(January), p. 6.

Gallacher, L.-A. and Gallagher, M. (2008) ‘Methodological Immaturity in Childhood


Research?: Thinking through `participatory methods’’, Childhood, 15(4), pp. 499–
516. doi: 10.1177/0907568208091672.

Harjatmo, T. P., Par’i, H. M. and Wiyono, S. (2017) PENILAIAN STATUS GIZI.


Kementeriana Kesehatan Republik Indonesia. Available at:
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/PENILAIAN-
STATUS-GIZI-FINAL-SC.pdf.

Herman, S. (2012) ‘Masalah Kurang Vitamin a (Kva) Dan Prospek


Penanggulangannya’, Masalah Kurang Vitamin a (Kva) Dan Prospek
Penanggulangannya, 17(4), pp. 40–44. doi: 10.22435/mpk.v17i4Des.824.

Hidayanti, I. (2019) ‘Kajian Kejadian Kep Balita Berdasarkan Karakteristik Keluarga


Di Desa Sentolo, Sentolo, Kulon Progo’, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta., (2004),
pp. 12–14.

I DEWA NYOMAN SUPARIASA , BACHYAR BAKRI, I. F. (2018) PENILAIAN


STATUS GIZI.

Jelliffe, D. B. (1989) Community Nutritional Assessment : With Special Reference to


Less Technically Developed Countries. New York: Oxford Medical Publication.

Kemenkes RI (2016) ‘Situasi Balita Pendek Di Indonesia’, Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia, pp. 1–10.

Kemenkes RI (2018) ‘Buletin Stunting’, Kementerian Kesehatan RI, 301(5), pp.


1163–1178.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2020) ‘Peraturan Menteri Kesehatan


tentang Standar Antropometri Anak’, Journal of Chemical Information and Modeling,
2(1), pp. 5–7. Available at:
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/83/65%
0Ahttp://www.embase.com/search/results?
subaction=viewrecord&from=export&id=L603546864%5Cnhttp://dx.doi.org/10.1155/
2015/420723%0Ahttp://link.springer.com/10.1007/978-3-319-76.

Kementerian PPN/Bappenas (2019) Kajian Sektor Kesehatan Pembangunan Gizi di


Indonesia, Kementerian PPN/Bappenas.

Kuczmarski, R. J. (2002) 2000 CDC Growth Charts for the United States: methods
and development, Revista Brasileira de Zootecnia. DEPARTMENT OF HEALTH
AND HUMAN SERVICES Centers for Disease Control and Prevention National
Center for Health Statistics. doi: 10.1590/S1516-35982002000600018.

Kusharto, P. C. M. et al. (2011) ‘Oleh : Clara M. Kusharto’, DISEMINASI HASIL


RISET BISKUIT FUNGSIONAL DAN PENERAPANNYA UNTUK PERCEPATAN
PENANGGULANGAN MASALAH GIZI MAKRO (KEP) BALITA DI KABUPATEN
SUKABUM.

Muliah, N., Wardoyo, A. S. and Mahmudiono, T. (2018) ‘Hubungan Frekuensi


Penimbangan, Penggunaan Garam Beryodium, Dan Pemberian Vitamin a Dengan
Kejadian Underweight Pada Balita Di Provinsi Jawa Timur’, Media Gizi Indonesia,
12(1), p. 40. doi: 10.20473/mgi.v12i1.40-46.

Pradnyawati, L. G., Kartinawati, K. T. and Ratna Juwati, D. A. P. (2019) ‘Parenting


pattern of feeding in stunting toddlers at the working area of Tegallalang I Primary
Health Centre’, Journal of Community Empowerment for Health, 2(2), pp. 208–216.
doi: 10.22146/jcoemph.47019.

Prasetyaningsih and Depkes RI, 2012 (2019) ‘Hubungan pengetahuan dan sikap ibu
dengan pemberian vitamin A pada anak balita di puskesmas pariaman kota
pariaman tahun 2017’, Jurnal Kesehatan Komunitas, 5(2), pp. 106–109.

Pratiwi, Y. S. (2013) ‘KEKURANGAN VITAMIN A (KVA) DAN INFEKSI Yunita Satya


Pratiwi*’, The Indonesian Journal Of Health Science, 3(2), pp. 207–210.

Prendergast, A. J. et al. (2014) ‘Stunting is characterized by chronic inflammation in


zimbabwean infants’, PLoS ONE, 9(2). doi: 10.1371/journal.pone.0086928.

Pritasari; Damayanti, Didit; Lestari, N. T. (2017) ‘Gizi Dalam Daur Kehidupan’, 148,
pp. 148–162.

RI, U. (2003) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN


2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.

Rohani, S., Wahyuni, R. and Veronica, S. Y. (2021) ‘PENYULUHAN MENGENAL


STUNTING DAN EFEK PADA PERTUMBUHAN ANAK DI DESA WONODADI
TAHUN 2021’, 3(2), pp. 79–83.

Sari Fatimah dkk (2008) ‘Vol 10 No. XVIII Maret 2008 – September 2008 Hal - 37’,
10(Xviii).

Silvia, N. (2018) ‘Gambaran Sikap Ibu Tentang Vitamin A Pada Balita Usia 12-59
Bulan Di Puskesmas Senapelan Pekanbaru Tahun 2017’, Jurnal Ilmu Kebidanan,
7(2), pp. 30–33.

Supariasa, I. D. N., Bakri, B. and Fajar, I. (2016) Penilaian Status Gizi.pdf. 2nd edn.
Edited by E. Rezkina and Cahya Ayu Agustin. Jakarta: BUKU KEDOKTERAN EGC.

Suyadi, E. S. (2009) ‘Kejadian KEP pada Balita di Kelurahan Pancoran Mas Depok’,
Fkm Ui, pp. 1–30.

Taufiq Rohman (2019) ‘BAB II Tinjauan Pustaka ESI’, Psikologi Perkembangan,


(October 2013), pp. 1–224.

Taufiqurrahman et al. (2009) ‘Defisiensi Vitamin A dan Zinc sebagai Faktor Risiko
terjadinyaStunting pada Balita di NTB’, Media Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.

Tim Indonesiabaik.id (2019) Bersama Perangi Stunting, Direktorat Jenderal


Informasi dan Komunikasi Publik.

TNP2K (2017) 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).

WINDI HAPSARI (2018) ‘HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA,


PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI, TINGGI BADAN ORANG TUA, DAN
TINGKAT PENDIDIKAN AYAH DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK
UMUR 12-59 BULAN’, SKRIPSI, 6(1)p. 1–8.

https://www.kompas.com/skola/read/2021/07/08/153000869/variabel-bebas-dan-
terikat--pengertian-ahli-serta-perbedaannya

Anda mungkin juga menyukai