Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

GAMBARAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN SISA MAKANAN


PASIEN DI RSD IDAMAN BANJARBARU

Disusun Oleh:

Aulia Rostia Rini P07131218052


Dhea Rizka Ananda P07131218054
Fatimah P07131218055
Hesty Yuliana Dewi P07131218059
Ismawati P07131218061
Kahfina Sarra Soraya P07131218062
Luth Alwashila Hamda P01731218064
Yuni Rahmina P07131218083

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
GAMBARAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN SISA MAKANAN
PASIEN DI RSD IDAMAN BANJARBARU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas Praktek Kerja
Lapangan Bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi
di RSD Idaman Banjarbaru

Disusun Oleh:

Aulia Rostia Rini P07131218052


Dhea Rizka Ananda P07131218054
Fatimah P07131218055
Hesty Yuliana Dewi P07131218059
Ismawati P07131218061
Kahfina Sarra Soraya P07131218062
Luth Alwashila Hamda P01731218064
Yuni Rahmina P07131218083

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
GAMBARAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DAN SISA MAKANAN
PASIEN DI RSD IDAMAN BANJARBARU

Telah Disetujui Pada Bulan September 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Instalasi Gizi Pembimbing
RSD Idaman Banjarbaru

Hj. Mashul Halipah, SST Adies Riyana, M.Gz


NIP. 19681202 199003 2 006 NIP. 19791006 200112 2 001

i
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan Gambaran Standar Pelayanan Minimal dan Sisa
Makanan Pasien di RSD Idaman Banjarbaru
Telah mendapat persetujuan dari :

Kepala Instalasi Gizi Pembimbing


RSD Idaman Banjarbaru

Hj. Mashul Halipah, SST Adies Riyana, SST


NIP. 19681202 199003 2 006 NIP. 19791006 200112 2 001

Ketua Jurusan Gizi, Koordinator PKL

Rijanti Abdurrachim, DCN., M.Kes Rusmini Yanti, SKM., MS


NIP. 19631110 198703 2 001 NIP. 19700215 199103 2 001

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan
Karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga laporan besar ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Penelitian Terapan di RSD Idaman Banjarbaru.
Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari kendala dan hambatan.
Dukungan, partisipasi, dan bimbingan berbagai pihak menjadi salah satu motivasi
penulis dapat menyelesaikan secara tepat waktu. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan tersebut kepada:
1. Direktur Politeknik Kesehatan Banjarmasin, Dr. H. Mahpolah, M.Kes.,
2. Direktur RSD Idaman Banjarbaru, dr. Endah Labati S., M.HKes.,
3. Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin, Rijanti Abdurrachim,
DCN., M.Kes.,
4. Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin,
Sajiman, SKM.,M.Gizi.,
5. Kepala Instalasi Gizi RSD Idaman Banjarbaru, Mashul Halipah, S.ST.,
6. Seluruh staff dan karyawan Instalasi Gizi RSD Idaman Banjarbaru.
7. Teman sejawat mahasiswa yang telah memberikan dukungan serta masukan.
8. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna
dalam penyusunan proposal ini. Untuk itu kritik dan saran konstruksif sangat
diharapkan. Penulis berharap semoga laporan besar ini dapat berguna bagi kita
semua.
Banjarbaru, September 2021

Penulis

DAFTAR ISI
iii
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................................v

DAFTAR TABEL............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................4

C. Tujuan Penelitian.............................................................................4

1. Tujuan Umum............................................................................4

2. Tujuan Khusus...........................................................................4

D. Manfaat Penelitian...........................................................................4

1. Manfaat Teoritis.........................................................................4

2. Manfaat Praktis..........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6

A. Standar Pelayanan Minimal.............................................................6

B. Pelayanan Gizi Rumah Sakit..........................................................9

C. Penilaian Mutu Pelayanan Rumah Sakit.........................................18

D. Sisa Makanan..................................................................................19

E. Metode Taksiran Visual..................................................................20

F. Ketepatan Diet dan Waktu Distribusi.............................................21


iv
G. Cita Rasa Makanan.........................................................................23

H. Kerangka Teori...............................................................................27

I. Kerangna Konsep............................................................................28

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................29

A. Jenis dan Penelitian.........................................................................29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................29

C. Populasi dan Sampel.......................................................................29

D. Definisi Oprasional dan Variabel Penelitian.................................31

E. Teknik Pengumpulan Data.............................................................34

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data............................................35

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................39
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional.........................................................................31

v
Tabel 3.2 Blanko Ketepatan Diet Pasien Ruang Rawat Inap...........................37

Tabel 3.3 Blanko Ketepatan Waktu Distribusi Ruang Rawat Inap..................37

Tabel 3.4 Blanko Cita Rasa Pasien Ruang Rawat Inap....................................38

Tabel 3.5 Blanko Sisa Makanan Pasien Ruang Rawat Inap.............................38

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Kesesuaian Order Diet dengan Etiket Pasien


Lampiran 2. Form Ketepatan Waktu Distribusi Makanan
Lampiran 3. Formulir Cita Rasa Makanan
Lampiran 4. Formulir Metode Taksiran Visual
Lampiran 5. Form Survei Kepuasan Pelayanan Pasien

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan
status metabolisme tubuh. Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari
perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus diperhatikan agar
pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan
fungsi metabolisme. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Salah satu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
oleh rumah sakit adalah pelayanan gizi. Pelayanan gizi di rumah sakit adalah
pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan
keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh dengan ruang lingkup
meliputi pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap, penyelenggaraan makanan,
serta penelitian dan pengembangan gizi.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018
menyatakan standar pelayanan minimal (SPM) sebagai ketentuan tentang jenis
dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) Nomor 4 Tahun 2019 tentang standar teknis pelayanan dasar pada
standar pelayanan minimal bidang kesehatan menyebutkan bahwa pelayanan
dasar pada SPM kesehatan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan
baik milik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun swasta.

1
2

Oleh karena itu, setiap rumah sakit di Indonesia wajib memberikan


pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai standar pelayanan minimal yang
telah ditentukan.
Indikator SPM adalah tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian suatu SPM tertentu, yaitu berupa masukan, proses, hasil, dan
manfaat pelayanan. Sasaran mutu dalam pelayanan gizi yang berdasarkan SPM
rumah sakit meliputi tiga indikator, yaitu ketepatan waktu pemberian makanan
kepada pasien, sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien, dan tidak
adanya kesalahan pemberian diet (Muliawardani, 2016). Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 menyebutkan standar persentase ketepatan
waktu penyajian makanan yaitu lebih dari atau sama dengan 90%, sisa
makanan pasien kurang dari atau sama dengan 20%, dan ketepatan pemberian
diet sebesar 100% (Kemenkes RI, 2008).
Studi di beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa ketepatan
waktu penyajian makanan merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan gizi (Nurqisthy, 2016).
Selain itu, ketepatan waktu pemberian diet sangat penting untuk pasien dengan
diet tertentu yang harus tepat jadwal makan. Studi observasional ketepatan diet
terapeutik pada pasien rumah sakit di Australia menemukan bahwa 19,9% dari
347 diet yang disajikan tidak tepat dan penyebab terbesar inakurasi tersebut
adalah kesalahan sistem penyelenggaraan makanan (food service errors)
(Larby, 2016). Kesalahan pemberian diet pasien dapat disebabkan oleh
kesalahan dokter dalam menentukan diet, kesalahan ahli gizi dalam
menerjemahkan diet, hingga kesalahan tenaga distribusi (Benowati, 2016).
Sisa makanan pasien juga merupakan salah satu indikator optimalnya
penyelenggaraan makanan rumah sakit. Sisa makanan mencerminkan asupan
nutrisi pasien tidak adekuat dan secara ekonomis menunjukkan banyaknya
biaya yang terbuang. Jika pasien dengan asupan energi tidak cukup dibiarkan
dalam jangka waktu yang lama, akan berisiko 2,4 kali untuk terjadi malnutrisi.
Hal ini mengindikasikan bahwa penilaian sisa makanan penting untuk
3

mengevaluasi asupan pasien agar risiko malnutrisi dapat dikendalikan. Sisa


makanan dapat dipengaruhi oleh cita rasa, variasi menu serta faktor lingkungan
termasuk jadwal makan, makanan dari luar rumah sakit, alat makan, dan
petugas distribusi makanan.
Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (2005) sisa makanan adalah
jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang disajikan rumah
sakit menurut jenis makanannya. Di Indonesia, sisa makanan di berbagai rumah
sakit cukup tinggi dengan melihat banyaknya pasien yang meninggalkan sisa
makanan 17,67% (Aula, 2011 dalam Lestari, 2021). Faktor-faktor yang
mempengaruhi sisa makanan yang berakibat pada asupan makanan yaitu
faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal meliputi keadaan
psikis, keadaan fisik, dan kebiasaan makan pasien. Sedangkan faktor
eksternal yang mempengaruhi sisa makanan adalah penampilan makanan,
citarasa makanan, cara penyajian, waktu pemberian makan, sikap petugas
penyaji, dan adanya makanan tambahan dari luar rumah sakit (Aula, 2011
dalam Rahmawati, 2018).
Penelitian SPM Gizi di Rumah Sakit RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Kota Banjarmasin pada tahun 2018 menunjukkan bahwa persentase ketepatan
pemberian diet pada pasien (88,9%), ketepatan waktu distribusi makan pasien
(>90%), sisa makan (waste) pasien (23%), dan kepuasan pelanggan (80%). Hal
ini dapat menjadi gambaran pelayanan gizi rumah sakit di Kalimantan Selatan
yang cenderung belum mencapai standar minimal. Namun, belum pernah
dilakukan kajian mengenai SPM Gizi di RSD Idaman Banjarbaru sehingga
belum diketahui apakah pelayanan gizi di rumah sakit ini telah memenuhi
standard minimal yang ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengkaji dan mengetahui implementasi SPM gizi yang meliputi waktu
distribusi makanan pasien, sisa makanan, ketepatan pemberian diet pasien,
ketepatan waktu distribusi dan cita rasa terhadap makanan pasien di RSD
Idaman Banjarbaru.
4

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah “Bagaimana Gambaran Standar Pelayanan Minimal
Gizi Di Rumah Sakit Daerah (RSD) Idaman Banjarbaru?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran standar pelayanan minimal gizi di Rumah Sakit
Daerah (RSD) Idaman Banjarbaru
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui sisa makanan pasien di RSD Idaman Banjarbaru
b. Untuk mengetahui ketepatan diet pasien di RSD Idaman Banjarbaru
c. Untuk mengetahui ketepatan waktu distribusi pasien di RSD Idaman
Banjarbaru
d. Untuk mengetahui cita rasa terhadap makanan pasien di RSD Idaman
Banjarbaru
e. Untuk mengetahui kepuasan pelayanan pasien di RSD Idaman
Banjarbaru
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti dan
memberi informasi kepada staff instalasi gizi, masyarakat dan mahasiswa
Jurusan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Banjarmasin mengenai
gambaran standar pelayanan minimal gizi di Rumah Sakit Daerah (RSD)
Idaman Banjarbaru, yaitu:
a. Ketepatan diet pasien di Instalasi Gizi RSD Idaman
b. Ketepatan waktu distribusi makanan di Instalasi Gizi RSD Idaman
c. Sisa makanan pasien di Instalasi Gizi RSD Idaman
d. Kepuasan pelayanan pasien di RSD Idaman
e. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
atau referensi terutama bagi mahasiswa Jurusan Gizi dan Dietetika yang
memerlukan dalam pelaksanaan PKL
5

2. Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lanjutan,
maupun digunakan bagi pemerintah untuk melaksanakan program gizi dan
dietetika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Pelayanan Minimal


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS) adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga
merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang
diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. Sehingga, SPM
RS digunakan sebagai pedoman bagi Rumah Sakit dalam menjamin
pellaksanaan pelayanan kesehatan berdasarkan PMK No 129 tahun 2008
(Rizkiyah et al., 2020).
SPM juga digunakan sebagai tolok ukur pengukuran mutu pelayanan
rumah sakit (KARS, 2017 dalam Adhi dan Ningsih, 2020). Indikator SPM
RS tersebut merupakan suatu tolak ukur pencapaian prestasi yang dinilai
secara kuantitatif maupun kualitatif, dengan tujuan memberikan gambaran
pencapaian sasaran indikator SPM tertentu, yang meliputi input, proses,
output maupun outcome dari pelayanan tertentu. Oleh karena itu, rumah
sakit dituntut untuk menunjukkan akuntabilitasnya dengan senantiasa
memenuhi SPM RS (Adhi dan Ningsih, 2020).
Dua puluh satu indikator SPM RS disusun mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 129/Menkes/SK/II/2008
Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, 2008 yang meliputi:
1) Pelayanan gawat darurat
2) Pelayanan rawat jalan
3) Pelayanan rawat inap
4) Pelayanan bedah
5) Pelayanan persalinan dan perinatology
6) Pelayanan intensif
7) Pelayanan radiologi

6
7

8) Pelayanan laboratorium patologi klinik


9) Pelayanan rehabilitasi medik
10) Pelayanan farmasi
11) Pelayanan gizi
12) Pelayanan transfusi darah
13) Pelayanan keluarga miskin
14) Pelayanan rekam medis
15) Pengelolaan limbah
16) Pelayanan administrasi manajemen
17) Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18) Pelayanan laundry
19) Pelayanan pemeliharaan sarana rumah
20) Pencegah Pengendalian Infeksi. (Adhi dan Ningsih, 2020).
Konsep layanan gizi di rumah sakit ialah adalah pelayanan yang
diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan
klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh. Menurut Kemenkes (2013)
bahwa keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap
keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh.
Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit
dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus,
penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan
terapi gizi untuk membantu penyembuhannya (PGRS, 2013).
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit
atau kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak
melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme.
Terapi gizi harus selalu disesuaikan dengan perubahan fungsi organ.
Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan
perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien
8

rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan
kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan
tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi.
(PGRS,2013).
Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit Mengacu pada SK
Menkes Nomor 983 than 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan
Peraturan Menkes Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi Rumah sakit di lingkungan Departemen Kesehatan. Kegiatan
Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Meliputi :
1) Asuhan Gizi Rawat Jalan
Pelayanan kepada klien/pasien rawat jalan atau kelompok dengan
membantu mencari solusi masalah gizinya melalui nasihat gizi mengenai
jumlah asupan makanan yang sesuai, jenis diet yang tepat, jadwal makan
dan cara makanserta jenis diet dengan kondisi kesehatanya ((PGRS,
2013).
2) Asuhan Gizi Rawat Inap
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelyanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan, penyediaan
makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi serta monitoring dan
evaluasi gizi yang bertujuan untuk memberikan pelayanan gizi kepada
pasien rawat inap agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi
kesehatanya dan meningkatkan status gizi (PGRS,2013).
3) Penyelenggaraan Makanan
Penyelenggaraan makanan Rumah Sakit merupakan rangkaian kegiatan
dimulai dari perencanaan menu, perencanaan kebtuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan, penerimaan
dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribsi dan pencatatan
dan pelaporan serta evaluasi. Tujuan aialah untuk menyediakan
makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman dan dapat
diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit terutama untuk pasien
9

rawat inap. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan
penyelenggaraan makanan bagi karyawan. Ruang lingkup
penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan distribsi
makanan (PGRS,2013).
4) Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan gizi terapan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guna menghadapi tantangan dan masalah
gizi terapan yang kompleks. Ciri suatu penelitian adalah proses yang
berjalan terus menerus dan selalu mencari, sehingga hasilnya selalu
mutahir. Tujuan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah untuk
mencapai kualitas pelayanan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan
berhasil guna dibidang pelayanan gizi, penyelenggaraan makanan rumah
sakit, punyuluhan, konsultasi, konseling dan rujukan gizi sesuai
kemampuan institusi. Hasil penelitian dan pengembangan gizi terapan
berguna sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan, evaluasi,
pengembangan teori, tatalaksana atau standar pelayanan gizi rumah sakit
(PGRS,2013).
B. Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis. status gizi.
dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada
proses penyembuhan penyakit. sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien
yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk
perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk
dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih
dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes
melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker,
memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya. (PGRS, 2013).
Pada penyelenggaraan makanan di rumah sakit, bentuk-bentuk
penyelanggaraannya dapat berupa sistem swakelola yaitu instalasi gizi
10

bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan


makanan termasuk sumber daya manusia yang diperlukan disediakan oleh
pihak rumah sakit dengan pelaksanaannya sesuai fungsi manajemen dan
mengacu pada pedoaman pelayanan gizi rumah sakit yang berlaku serta
menerapkan standar prosedur yang digunakan. Sistem atau bentuk yang lain
yaitu sistem diborongkan ke jasa boga (out-sourcing) dan sistem kombinasi.
Sistem out-sourcing yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan
perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan makanan rumah sakit
dengan kategori diborongkan secara penuh (full out-sourcing) atau
diborongkan hanya sebagian (semi out-sourcing). Sistem kombinasi yaitu
bentuk system penyelenggaraan makanan yang merupakan kombinasi dari
system swakelola dan sistem diborongkan sebagai upaya memaksimalkan
sumberdaya yang ada (Depkes, 2013 dalam Rizkiyah et al., 2020).
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit meliputi asuhan gizi rawat
jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta penelitian
dan pengembangan. Asuhan gizi rawat jalan merupakan serangkaian proses
kegiatan asuhan gizi yang dimulai dari asesmen/pengkajian, pemberian
diagnosis, intervensi gizi dan monitoring evaluasi kepada pasien rawat jalan
yang pada umumnya meliputi kegiatan konseling gizi dan dietetik atau
edukasi/ penyuluhan gizi, sedangkan asuhan gizi rawat inap pada intervensi
gizi meliputi perencanaan dan penyediaan makanan. (Rizkiyah et al., 2020).
Tujuan pelayanan gizi di rumah sakit adalah untuk dapat empercepat
proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, dan
menghemat biaya perawatan. Pelayanan.Pelayanan gizi dirumah sakit
meliputi pelayanan gizi rawat jalan, rawat inap, penyelenggaraan makanan,
penelitian dan pengembangan gizi.
Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit (PPMRS) adalah suatu
pedoman yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan makanan pada pasien dan karyawan yang sekurang-
kurangnya mencakup:
1. ketentuan macam konsumen yang dilayani,
11

2. kandungan gizi
3. pola menu dan frekuensi makan sehari,
4. jenis menu.
Penyusunan penentuan pemberian makanan rumah sakit berdasarkan
(Kemenkes, 2013 dalam A Velita, 2016):
1. Kebijakan rumah sakit setempat;
2. Macam konsumen yang dilayani;
3. Kebutuhan gizi untuk diet khusus, dan Angka Kecukupan Gizi yang
mutakhir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Standar makanan sehari untuk makanan biasa dan diet khusus;
5. Penentuan menu dan pola makan;
6. Penetapan kelas perawatan; dan
7. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku
12

a) Pelayanan Gizi Rawat Inap


Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi. diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi
perencanaan. penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi. dan konseling
gizi. serta monitoring dan evaluasi gizi. Tujuan dari pelayanan gizi rawat
inap ialah untuk memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap
agar memperoleh asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya
dalam upaya mempercepat proses penyembuhan. mempertahankan dan
meningkatkan status gizi.
Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut:
1) Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan
skrining/penapisan gizi oleh perawat ruangan dan penetapan order
diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter. Skrining gizi bertujuan
untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, dan tidak berisiko
malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah
pasien dengan kelainan metabolik; hemodialisis; anak; geriatrik;
kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar; pasien dengan imunitas
menurun; sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 × 24 jam setelah
pasien masuk RS. Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien
berisiko malnutrisi. maka dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan
dilanjutkan dengan langkah- langkah proses asuhan gizi terstandar
oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko
malnutrisi dilakukan skrining ulang setelah 1 minggu. Jika hasil
skrining ulang berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi
terstandar.
13

2) Proses Asuhan Gizi Terstandar


Proses Asuhan gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang
berisiko kurang gizi, sudah mengalami kurang gizi, dan atau kondisi
khusus dengan penyakit tertentu. Proses ini merupakan serangkaian
kegiatan yang berulang (siklus). Langkah PAGT terdiri dari yang
pertama adalah Assesmen/Pengkajian gizi: Assesmen gizi
dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu Antropometri, Biokimia,
Klinis, Dietary history, dan riwayat personal. Langkah kedua yaitu
diagnosa gizi. Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data
yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah
masalah gizi yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara
singkat dan jelas menggunakan terminologi yang ada. Penulisan
diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem, Etiologi
dan Signs/ Symptoms.
Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan
dengan asupan energi, zat gizi, cairan, dan substansi bioaktif dari
makanan baik yang melalui oral maupun parenteral dan enteral.
Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi
medis atau fisik/fungsi organ. Domain Perilaku/lingkungan adalah
masalah gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan.
Langkah ketiga adalah perencanaan intervensi gizi dibuat
merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Output dari intervensi
ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi
pelaksanaan (implementasi). Perencanaan intervensi meliputi
penetapan tujuan intervensi. Langkah keempat ialah monitoring dan
evaluasi dilakukan untuk mengetahui respon pasien terhadap
intervensi dan tingkat keberhasilannya (PGRS, 2013)
14

Ketepatan diet merupakan terlaksananya pemberian makanan


terhadap pasien sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien secara
tepat dan benar. Ketepatan diet sangat berpengaruh dalam pemulihan
pasien. Selain itu, ketepatan diet merupakan standar dari asuhan gizi
yang harus dilaksanakan. Ketepatan Diet yang disajikan sesuai
dengan diet order dan rencana asuhan. Persentase ketepatan diet
100%. (PGRS, 2013)
Indikator keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit adalah
terwujudnya penentuan kebutuhan gizi, terselenggaranya evaluasi
terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan keadaan
klinis, status gizi dan status laboratorium dan terwujudnya
penterjemahan preskripsi diet (Depkes RI, 2004). Panjangnya alur
pemenuhan kebutuhan gizi dari mulai anamnesis status gizi hingga
konsumsi memungkinkan adanya ketidaksesuaian dari kebutuhan gizi
yang telah ditetapkan dengan asupan gizi pasien.
b) Penyelenggaraan Makanan
Penyelegaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, hingga pendistribusian makanan kepada
konsumen, termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
yang bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui
pemberian makan yang tepat. Penyelengaraan makanan di institusi
bertujuan untuk menyediakan makanan yang berkualitas baik,
bervareasi, memenuhi kecukupan gizi, dapat diterima konsumen
dengan tetap memperhatikan standar hygiene dan sanitasi termasuk
pada macam peralatan dan sarana yang digunakan.(Rotua dan Siregar,
2015).
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan
penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi
konsumen/pasien yang dilayani. Distribusi makanan bertujuan agar
konsumen/pasien mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang
berlaku (PGRS, 2013)
15

Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang


berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan
jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai
dengan yang diperlukan baik dari jenis, jumlah, harga, tempat, serta
waktu yang dibutuhkan. Proses distribusi harus mampu dalam
menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran
yang dapat merealisasikan kegunaan/utilitas bentuk, tempat, waktu,
dan kepemilikan. Selain itu mampu memperlancar pemasaran baik
secara fisik dan non-fisik. Arus pemasaran tersebut meliputi arus
barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus
negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan
risiko, dan arus pemesanan.
Pendistribusian makanan di rumah sakit merupakan kegiatan
menyalurkan makanan yang telah diproduksi, dibagikan sesuai porsi
berdasarkan jumlah dan jenis diet pasien. Tujuan pendistribusian
makanan adalah agar makanan yang telah diproduksi dapat disalurkan
ke pasien sesuai dengan diet pasien. Terdapat 3 (tiga) sistem distribusi
makanan di rumah sakit, yaitu sistem yang dipusatkan (sentralisasi),
sistem yang tidak dipusatkan (desentralisasi), dan kombinasi antara
sentralisasi dengan desentralisasi.
a. Distribusi makanan sentralisasi merupakan kegiatan pembagian
makanan dipusatkan pada suatu tempat.
b. Distribusi makanan yang tidak dipusatkan umumnya disebut
dengan sistem distribusi “desentralisasi”. Makanan pasien dibawa
ke ruang perawatan pasien dalam jumlah banyak kemudian
dipersiapkan ulang dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai
dengan dietnya.
c. Distribusi makanan kombinasi dilakukan dengan cara sebagian
makanan ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien
sejak dari tempat produksi dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam
wadah besar yang distribosinya dilaksanakan setelah sampai di
16

ruang perawatan.
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan
sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan
saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi dapat juga
menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip
hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1) Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup. Tujuannya adalah agar tidak terjadi
terkontaminasi silang pada makanan, bila satu tercemar yang lain
dapat diamankan, memperpanjang masa simpan dan masa saji
makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2) Makanan yang mengandung kadar air tinggi seperti kuah atau susu,
dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah
kerusakan pada makanan.
3) Bahan yang disajikan dalam penyajian merupakan bahan makanan
yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang
membahayakan kesehatan seperti streples besi, tusuk gigi atau
bunga plastik.
4) Makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan
dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis
makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi
kontaminasi silang.
5) Setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Alat terbaik untuk
mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak
penyaji panas).
6) Peralatan yang digunakan sepeti wadah dan tutupnya, dus, pring,
gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya
sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak
rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah
17

penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.


Penyelenggaraan makanan di rumah sakit sangat bergantung dari
higiene dan sanitasi agar makanan tersebut tidak menjadi sumber
penularan penyakit bagi manusia yang mengkonsumsi makanan
tersebut. pada kegiatan sanitasi makanan misalnya kebersihan bahan
makanan yang diolah sebagai makanan untuk pasien rawat inap yang
ada di rumah sakit.
a. Pengadaan Bahan Makanan
Kesehatan makanan selain ditentukan oleh proses pembuatan
dan orang yang membuat makanan, juga dipengaruhi oleh bahan
makanannya sendiri. Dalam pembuatan makanan dan pada
penyelenggaraan makanan pada rumah sakit yang harus di
perhatikan adalah bahan makanan harus dalam kondisi yang baik,
tidak rusak, dan tidak membusuk. Setiap bahan makanan yang
mengalami kerusakan, terutama kerusakan disebabkan
mikrobiologis akan memberikan ciri-ciri menurut jenis bahannya.
Meskipun demikian terdapat ciri-ciri umum yang mencirikan
perubahan komponen utama penyusun bahan makanan. Dengan
demikian, bahan makanan yang tinggi kandungan proteinnya akan
memiliki tanda kerusakan yang berbeda dengan bahan makanan
yang tinggi kandungan lemak atau karbohidratnya.
b. Penyajian Makanan
Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi,
yaitu bebas dari kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat
memenuhi kebutuhan diet pasien di rumah sakit. Adapun
persyaratan penyajian makanan. (PERMENKES no.1204 tahun
2004) antara lain makanan harus terhindar dari bahan pencemar,
peralatan yang digunakan untuk menyajian harus terjaga
kebersihannya, makanan jadi yang siap saji harus ditempatkan
pada peralatan yang bersih, penyajian dilakukan dengan perilaku
yang sehat dan prilaku yang bersih, makanan yang disajikan dalam
18

keadaan hangat di tempatkan pada fasilitas penghangat makanan


dengan suhu minimal 60 °C.
C. Penilaian Mutu Pelayanan Makanan
Penilaian mutu pelayanan makanan dapat dilakukan melalui evaluasi
secara menyeluruh kegiatan penyelenggaraan makanan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan produk makanan yang dihasilkan sampai
kepada pasien. Standar mutu makanan terdiri dari dua aspek utama yaitu
aspek penampilan makanan dan rasa makanan. Penampilan makanan terdiri
dari warna makanan, bentuk makanan, besar porsi dan cara menyajikan
makanan. Rasa makanan dipengaruhi oleh suhu dari setiap jenis hidangan
yang disajikan, bumbu yang digunakan, aroma masakan, keempukan atau
kerenyahan serta tingkat kematangan. Dalam penyajian makanan,
penampilan dan rasa makanan harus diperhatikan sedemikian rupa, sehingga
menimbulkan kesan yang menarik bagi pasien untuk dapat menghabiskan
makanan yang disajikan (Moehyi, 1995). Penilaian mutu makanan dapat
dilakukan dengan mencatat jumlah sisa makanan yang tidak dikonsumsi
(Depkes RI, 2007). Menurut Kepmenkes no. 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, indikator sisa makanan
yang tidak termakan oleh pasien sebesar ≤20%. Sisa makanan yang kurang
atau sama dengan 20% menjadi indikator keberhasilan pelayanan gizi di
setiap rumah sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2012).
Penilaian/evaluasi sisa makanan secara umum didefinisikan sebagai
suatu proses menilai jumlah/kuantitas dari porsi makanan yang sudah
disediakan oleh penyelenggara makanan yang tidak dihabiskan. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk menilai sisa makanan yaitu
metode penimbangan dan metode taksiran visual. Penelitian yang dilakukan
mengenai penggunaan skala comstock 6 poin untuk menaksir secara visual
sisa makanan pada program pemberian makan siang pada anak sekolah,
pertama kali dikembangkan oleh Comstock tahun 1981, menunjukkan
adanya hubungan yang kuat antara taksiran visual skala Comstock dan
penimbangan (r = 0,93). Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan
19

oleh Murwani (2001), di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta memperoleh hasil


antara taksiran sisa makanan dengan hasil penimbangan menunjukkan
adanya korelasi yang sangat kuat dan positif, dengan rata- rata 0,93 (dengan
rentang 0,91-0,95) sehingga taksiran visual dapat digunakan untuk
menentukan sisa makanan menggantikan metode penimbangan. Susyani
(2005), dalam penelitiannya mengenai akurasi petugas dalam penentuan sisa
makanan pasien rawat inap menggunakan metode taksiran visual skala
Comstock 6 poin, memperoleh kesimpulan penentuan sisa makanan dengan
metode taksiran visual Comstock dapat dilakukan oleh siapa saja baik oleh
petugas perawat ataupun petugas pramusaji.
D. Sisa Makanan
Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap di evaluasi
dengan pengamatan sisa makanan yang tidak di konsumsi setelah makanan
disajikan (Sutarjo, 1999 dalam Nida, 2011).
Sisa makanan merupakan suatu dampak dari sistem pelayanan gizi di
rumah sakit. Hal ini merupakan suatu implementasi dari pelayanan gizi dan
aspek perilaku pasien. Banyaknya sisa makanan dalam piring pasien
mengakibatkan masukan gizi kurang selama pasien dirawat. Kebutuhan gizi
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan atau dipertimbangkan
dalam menyusun menú pasien karena untuk orang sakit kebutuhan gizinya
akan meningkat. Pemberian makanan sehat yang terdiri dari makanan
pokok, lauk, sayur-sayuran dan buah dalam jumlah yang cukup, dan dapat
dihabiskan oleh pasien (Moehyi, 1992 dalam Nida, 2011).
Pasien yang menjalani rawat inap dalam waktu yang cukup lama,
makanan yang disajikan dari rumah sakit seringkali tidak habis. Hal ini
dimungkinkan akan berakibat terjadinya kekurangan zat gizi pada pasien.
Kekurangan zat gizi tersebut sangat memudahkan terjadinya infeksi dan
mendorong terjadinya malnutrisi.
Sisa makanan dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Waste yaitu makanan yang hilang karena tidak dapat diperoleh/diolah
atau makanan hilang karena tercecer.
20

2. Platewaste yaitu makanan yang terbuang karena setelah dihidangkan


tidak habis dikonsumsi.
Menurut ilmu kesehatan keseluruhan dari benda atau hal-hal yang tidak
digunakan, tidak dipakai , tidak disenangi atau harus dibuang disebut benda-
benda bekas (waste). Sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah
membusuk dalam ilmu kesehatan lingkungan disebut garbage (Azwar, 1996
dalam Nida, 2011).
Dalam memberikan makanan di rumah sakit ada beberapa faktor
bagaimana seseorang memilih makanannya. Faktor-faktor tersebut adalah
kesenangan serta ketidaksenangan, kebiasaan, daya beli serta ketersediaan
makanan , kepercayaan serta ketahayulan, aktualisasi diri, faktor agama serta
psikologis dan yang paling tidak dianggap penting, pertimbangan gizi serta
kesehatan (Hartono,2000 dalam Nida, 2011). Menurut Almatsier (1992)
dalam Nida (2011), sisa makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis
kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur, cita rasa makanan, kelas
perawatan, lama perawatan dan penyakit mempengaruhi sisa makanan pasien.
Jika faktor-faktor ini baik, maka persepsi pasien terhadap makanan
yang disajikan akan baik sehingga makanan yang disajikan dikonsumsi habis.
Jika persepsi pasien terhadap makanan yang disajikan kurang, maka makanan
yang disajikan tidak dikonsumsi habis dan akan meninggalkan sisa (Nida,
2011).
E. Metode Taksiran Visual
Prinsip dari metode taksiran visual adalah para penaksir
(enumenator) menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada
untuk setiap golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut
bisa dalam bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam bentuk gram atau
dalam bentuk skor bila menggunakan skala pengukuran.
Metode taksiran visual dengan menggunakan skala pengukuran
dikembangkan oleh comstock dengan menggunakan skor skala 6 poin
dengan kriteria sebagai berikut :
 0 : Jika tidak ada porsi makanan yang tersisa (100% dikonsumsi)
21

 1 :Jika tersisa ¼ porsi ( hanya 75% yang dikonsumsi)


 2 : Jika tersisa ½ porsi ( hanya 50% yang dikonsumsi)
 3 : Jika tersisa ¾ porsi (hanya 25% yang dikonsumsi)
 4 : Jika tersisa hampir mendekati utuh ( hanya dikonsumsi sedikit atau
5%)
 5 : Jika makanan tidak dikonsumsi sama sekali (utuh)
Skala comstock tersebut pada mulanya digunakan para ahli biotetik
untuk mengukur sisa makanan. Untuk memperkirakan berat sisa makanan
yang sesungguhnya, hasil pengukuran dengann skala comstock tersebut
kemudian dikonversi kedalam persen dan dikalikan dengan berat awal. Hasil
dari penelitian tersebut juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara
taksiran visual dengan persentasi sisa makanan (Comstock,1991).
Metode taksiran visual mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari metode taksiran visual antara lain: waktu yang diperlukan
relatif cepat dan singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit,
menghemat biaya dan dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya.
Sedangkan kekurangan dari metode taksiran visual antara lain diperlukan
penaksir (estimator) yang terlatih, teliti, terampil, memerlukan kemampuan
menaksir dan pengamatan yang tinggi dan sering terjadi kelebihan dalam
menaksir (over estimate) atau kekurangan dalam menaksir (under estimate)
(Comstock, 1991).
F. Ketepatan Diet dan Waktu Distribusi Makanan
Ketepatan diet pasien berarti tidak adanya kesalahan dalam pemberian
diet, baik jumlah maupun jenis. Berdasarkan PMK NO 129 Tahun 2008,
SPM ketepatan pemberian diet yakni sebesar 100%. Pasien yang dirawat di
rumah sakit berarti memisahkan diri dari kebiasaan hidup sehari-hari
terutama dalam hal makan, bukan saja macam makanan yang disajikan tetapi
juga cara makanan dihidangkan, tempat, waktu makan, rasa makanan, besar
porsi, dan jenis makanan yang disajikan (Rizkiyah et al., 2020)
Jenis makanan yang disajikan disesuaikan dengan kondisi pasien,
jenis diet tersebut antara lain : diet rendah garam, diet rendah protein, diet
22

luka bakar, diet penyakit hati, diet jantung, dan diet-diet lainnya. Jenis-jenis
diet tersebut diberikan dengan bentuk makanan yang berbeda sesuai dengan
kondisi pasien. Bentuk-bentuk makanan di rumah sakit sesuai standar rumah
sakit meliputi :
1. Makanan Biasa
2. Makanan Lunak
3. Makanan Saring
4. Makanan Cair
Mengingat ruang lingkup pelayanan gizi di rumah sakit yang
kompleks meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,
penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan makan setiap
rumah sakit perlu menetapkan dan mengembangkan indikator mutu
pelayanan gizi agar tercapai pelayanan gizi yang optimal yakni dengan
pengawasan dan pengendalian mutu pelayanan (PGRS, 2013 dalam
Rizkiyah et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan La Supu dkk (2014) dalam (Rizkiyah et
al., 2020) mengenai ketepatan pemberian diet, sebagian besar tidak tepat
diet disebabkan berbagai faktor di lapangan seperti pemberian menu yang
berlaku untuk seluruh pasien. Di samping itu pengadaan belanja bahan
makanan basah ditenderkan pada pihak ke tiga sehingga unutk penerapan
sesuai menu terutama pada diet khusus sangat terkendala pengadaan bahan
makanan yang dipesan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian,
peralatan masak yang belum memadai juga mempengaruhi terhadap
ketepatan pemberian diet, hal ini berhubungan terhadap hasil dan waktu
bahan yang akan dimasak.
Cara pengukuran Ketepatan Diet pasien dengan Pengecekan kembali
antara bon permintaan makan pasien ruang rawat inap dengan makanan
pasien yang dikeluarkan ruang administrasi. Klasifikasi ketepatan diet
pasien sebagai berikut:
100% = Sesuai
<100% = Tidak Sesuai
23

Waktu distribusi makanan atau waktu penyajian adalah waktu


dimulainya proses distribusi makanan dari dapur ruangan sampai makanan
diterima oleh pasien (Aritonang & Priharsiwi, 2015). Kegiatan distribusi
makanan akan mempengaruhi kualitas pelayanan pasien, kepuasan pasien
dan safety. Jika distribusi makan pasien dilakukan tidak sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan maka kepuasan pasien tidak baik, makanan
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi dan tentu saja kualitas pelayanan
makan menjadi buruk. Ketepatan waktu adalah kesesuaian terhadap waktu
makanan di sajikan berdasarkan peraturan yang telah di tetapkan oleh
rumah sakit.
Penyajian makanan dikatakan tepat waktu apabila 100% sesuai
dengan jadwal yang ditentukan (Kemenkes RI, 2013). Menurut Kepmenkes
No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit, indikator ketepatan waktu pemberian makanan sebesar ≥ 90% karena
waktu penyajian yang terlalu lambat dapat mempengaruhi selera makan
pasien dan menyebabkan sisa makanan. Waktu menjadi salah satu faktor
penting dalam menentukan kualitas penyelenggaran makanan karena waktu
dapat mempengaruhi sisa makanan dan kepuasan pasien sehingga
berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit pasien dan biaya rawat
inap pasien (Depkes RI, 2015).
Cara pengukuran Ketepatan waktu distribusi dengan cara mengecek
waktu distribusi dari ruang instalasi gizi ke ruang perawatan pasien
berdasarkan rentang waktu yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Klasifikasi ketepatan waktu distribusi makanan pasien sebagai berikut
(Mardianingsih, 2020):
Tepat waktu = ≤ rentang waktu distribusi
Tidak tepat waktu = > rentang waktu distribusi
H. Cita Rasa Makanan
Cita rasa makanan ditimbulkan oleh rangsangan pada berbegai
indra yang ada dalam tubuh manusia, terutama indra penglihatan, indra
penciuman, maupun indra pengecapan. Makanan yang memiliki cita rasa
24

yang tinggi adalah makanan yang disajikan menarik, menyebarkan bau


yang sedap, dan memberikan rasa yang lezat. Cita rasa makanan memiliki
dua aspek utama, yaitu penampilan makanan ketika dihidangkan dan rasa
makanan saat dimakan. Kedua aspek tersebut perlu diperhatikan agar
menghasilkan makanan yang memuaskan bagi yang mengonsumsinya
(Siregar , dkk, 2016 dalam Wahidiyaningsih, 2019).
a. Beberapa faktor yang berkaitan dengan penampilan makanan, antara
lain :
1) Warna makanan
Warna makanan berperan penting dalam penampilan makanan,
dikarenakan merupakan rangsangan pertama yang ditimbulkan oleh
indra penglihatan. Warna makanan yang menarik dapat
mempengaruhi selera makan seseorang.
2) Tekstur makanan
Tekstur makanan merupakan struktur makanan yang dirasakan
didalam mulut. Gambaran dari tekstur makanan meliputi renyah,
empuk, halus, keras dan kenyal. Kempukan maupun kerenyahan
ditentukan oleh mutu bahan makanan dan teknik membuat makanan
yang digunakan.
3) Bentuk makanan yang disajikan
Untuk membuat makanan yang lebih menarik biasanya disajikan
dalam bentuk-bentuk tertentu. Bentuk makanan yang serasi dapat
menambah daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan.
4) Porsi makanan
Besaran porsi makanan merupakan jumlah ukuran makanan yang
disajikan. Porsi yang disajikan pada setiap individu berbeda
tergantung kebutuhan makan. Porsi makanan yang disajikan terlalu
besar atau terlalu kecil akan mempengaruhi sisa makanan. Porsi
makanan juga berkaitan dengan perencanaan dan hidangan yang
disajikan.
5) Penyajian makanan
25

Penyajian makanan atau cara menghidangkan makanan merupakan


faktor penentu dalam penampilan hidangan yang disajikan. Jika
penyajian makanan tidak dilakukan dengan baik, seluruh upaya yang
telah dilakuan untuk menampilkan makanan dengan cita rasa tinggi
akan sia-sia. Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam
penyajian makanan adalah pemilihan alat, cara penyusunan
makanan, dan penghias hidangan.
b. Rasa makanan
Rasa masakan merupakan faktor yang kedua yang menentukan cita
rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Jika penampilan
makanan yang disajiakan merangsang syaraf melalui indra penglihatan,
sehingga mampu memebangkitkan selera untuk mencicipi makanan
tersebut, pada tahap berikutnya cita rasa makanan itu ditentukan oleh
rangsangan terhadap individu penciuman dan indra pengecapan.
Berbagai macam rempah-rempah digunakan sebagai bumbu makanan
untuk memberikan rasa pada makanan. Jenis rempah-rempah yang
umum di gunakan sebagai bumbu makanan adalah bawang merah,
bawang putih, ketumbar, jahe, kunyit dsb. (Siregar, dkk, 2016 dalam
Wahidiyaningsih, 2019).
Dalam seteiap resep masakan sudah ditentukan jenis dan jumlah
bumbu yang akan digunakan. Beberapa komponen yang berperan dalam
penentuan rasa makanan adalah sebagai berikut:
1) Aroma makanan
Merupakan suatu keadaaan makanan yang mempunyai daya tarik
sanggat kuat dan mampu merangsang indra penciuman, sehingga
dapat membangkitkan selera makan.
2) Bumbu dapur
Bumbu dapur maupun rempah- rempah dapat digunakan untuk
membangkitkan selera makan, dikarenakan menghasilkan bau yang
sedap dan memberikan rasa yang khas pada makanan. Rasa makanan
dapat ditingkatkan dengan menambah bahan penyadap kedalama
26

makanan. Bahan penyedap yang sering diguakan yaitu cabe, bawang


merah, ketumbar, jahe, lengkuas, kunyit, dsb.
3) Kempukan makanan
Merupakan makanan yang masuk kedalam mulut dan dikunyah
menyebabkan pengeluaran air liur yang kemudian merangsang saraf
pengecapan pada lidah, kempukan selain ditentukan oleh mutu
makanan yang digunakan juga ditentukan oleh dari cara pemasakan .
4) Tingkat kematangan
Tingkat kematangan makanan dalam masakan Indonesia perlu
mendapat perhatian karena pada umumnya masakan Indonesia harus
dimasak hingga benar-benar matang, kecuali makanan yang
dibedanakan setengah matang dan yang benar-benar matang.
5) Temperatur makanan/Suhu
Temperatur makanan ketika disajikan berperan penting dalam
penetuan cita rasa makanan. Dikarenakan makanan yang disajikan
terlalu panas maupun terlalu dingin dapat mengurangi sensivitas
saraf pengecap terhadap rasa makanan, oleh sebab itu temperatur
makanan harus disesuaikan dengan waktu penyajianya disajikan
(Siregar dkk, 2016 dalam Wahidiyaningsih, 2019). Suhu makanan
dibedakan menurut perlakuanya, makanan kering disimpan dalam
suhu kamar 25-30˚C. Makanan basah (berkuah) segera disajikan
pada suhu diatas 60˚ C, makanan dingin disajikan pada suhu 5-10˚C
(Kemenkes RI, 2013 dalam Wahidiyaningsih, 2019).
Cara mengukur cita rasa atau persepsi pasien ruang rawat inap
dengan makanan pasien yang dikeluarkan ruang produksi dengan
memberikan angkat kepada pasien berupa kuisioner. Klasifikasi cita
rasa sebagai berikut :
Kurang : Nilai individu sampel < nilai rata-rata semua sampel
Baik : Nilai individu sampel ≥ nilai rata-rata sampel
(Sugiyono,2011)
27

I. Kerangka Teori

Status Gizi Pasien

Ketepatan Diet Makanan/


ASUPAN
dan Waktu Intake
Distribusi

Kondisi Pasien Sisa Makanan

Cita Rasa
Makanan

Penampilan Rasa Makanan


Makanan

Sumber: Modifikasi Dela Aristi (2011)


28

J. Kerangka Konsep

Ketepatan Diet
dan Waktu
Distribusi

Penampilan
Makanan
Kondisi Pasien

Rasa Makanan

Sisa Makanan
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif yaitu suatu
pendekatan yang sifatnya sesaat pada suatu waktu dan tidak diikuti terus
menerus dalam kurun waktu tertentu di Instalasi Gizi RSD Idaman
Banjarabaru. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross
Sectional, dimana variabel diamati pada saat yang bersamaan.
B. Lokasi dan Tempat Penelitian
1. Tempat
Tempat pengumpulan data dasar yang diambil adalah di RSD Idaman
Banjarabaru.
2. Waktu
Pengumpulan data dasar dilaksanakan dari tanggal 1 Oktober 2021.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dewasa di bangsal
kelas I, II, III dan pasien covid non perawatan intensif di RSD Idaman
Banjarbaru.
2. Sampel
Sampel penelitian ini pasien dewasa yang mendapat diet bentuk
makanan biasa sebanyak 30 sampel. Pengambilan sampel pada
penelitian ini accidental sampling, yaitu pengambilan sampel secara
kebetulan ada atau tersedia.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien berusia >18 – 50 tahun dan bersedia menjadi responden
b. Pasien yang telah dirawat selama ≥2 hari
c. Pasien dalam keadaan sadar
d. Seluruh pasien di bangsal kelas I, II dan III

30
31

e. Pasien covid non perawatan intensif


Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Pasien yang diberikan makanan cair (Bubur saring, bubur cair dan
cairan putih telur
32

D. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian


1. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur dan Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Ketepatan Diet Pengecekan kembali antara daftarCara ukur : mengecek  100% = Sesuai Ordinal
permintaan makan pasien ruang kesesuaian jenis diet pasien  <100%= Tidak Sesuai
rawat inap dengan makanan dengan makanan pasien
pasien yang dikeluarkan ruang Alat ukur :
instalasi gizi  Daftar permintaan
makan pasien
 Etiket diet
Ketepatan Waktu Ketepatan jam distribusi makanan Cara ukur : mengecek  Tepat waktu = ≤ Ordinal
Distribusi sesuai dengan jadwal yang telah ketepatan waktu distribusi rentang waktu
ditentukan pada makan pagi, pasien dari ruang instalasi distribusi
siang dan sore gizi ke ruang rawat inap.  Tidak tepat waktu = >
Alat ukur : rentang waktu
 Kuesioner distribusi
(Mardianingsih, 2020)
Cita Rasa Penilaian penampilan makanan Cara ukur : memberikan  Baik = ≥ mean Ordinal
meliputi (warna, bentuk dan angket kepada pasien  Kurang = < mean
tekstur) rasa makanan terhadap Alat ukur : (Sugiyono,2011)
makanan pasien yang dikeluarkan  Kuisioner
dari ruang produksi diruang rawat
33

inap
Sisa Makanan Bagian dari makanan yang tidak Cara Ukur: Observasi dan 0% = jika tidak ada Ordinal
habis dimakan atau tidak dimakan wawancara makanan yang tersedia
oleh pasien, terdiri atas bubur/nasi, Alat Ukur: 25% = jika makanan
lauk hewani, lauk nabati, dam  Kuesioner tersisa ¼ porsi
sayur. 50% = jika makanan
tersisa ½ porsi
75% = jika makanan
tersisa ¾ porsi
95% = jika hanya
dikonsumsi sedikit (kira-
kira 1 sendok makan)
100% = jika makanan
tidak dikonsumsi sama
sekali (utuh)
34

2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah ketepatan diet, ketepaan
waktu distribusi, cita rasa dan sisa makanan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data.
1. Fomulir kesesuaian jenis diet dengan permintaan makanan pasien
Fomulir ini digunakan dalam pengecakan kesesuaian antara jenis diet
dengan permintaan makanan pasien.
2. Formulir ketepatan waktu distribusi makanan pasien
Formulir ini digunakan untuk mengetahui rentang waktu distribusi
makanan dari ruang instalasi gizi ke ruang rawat inap pasien.
3. Fomulir cita rasa pasien rawat inap dengan makanan pasien
Fomulir ini digunakan untuk mengetahui antara cita rasa pasien dengan
makanan pasien yang dikeluarkan ruang produksi.
4. Formulir sisa makanan pasien
Formulir ini digunakan untuk mengetahui sisa makanan pasien, terdiri atas
bubur/nasi, lauk hewani, lauk nabati, dan sayur.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
a. Data ketepatan diet pasien yang diambil dari hasil pengecekan daftar
permintaan makan pasien dengan etiket diet
b. Data ketepatan waktu yang diambil dari hasil pengecekan waktu
distribusi makanan dari instalasi gizi ke ruang rawat inap pasien
c. Data cita rasa pasien yang diambil dari kuesioner yang diisi pasien
atau keluarga pasien.
d. Data sisa makanan yang diambil dari hasil observasi terhadap sisa
makanan pasien
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah bersumber dari ruang inap RSD
Idaman Banjarbaru, yaitu daftar permintaan makan pasien.
35

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


1. Teknik Pengolahan
Data yang telah dikumpulkan (data mentah) kemudian diolah. Pengolahan
data dimaksudkan sebagai suatu proses untuk memperoleh data ringkasan
dari data mentah dengan menggunakan cara atau rumus tertentu. Data
tersebut bisa berupa jumlah (total), rata-rata (average), persentasi
(percentage) dan sebagainya (Sugiyono, 2011). Dalam melakukan
pengolahan data meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Penyuntingan (Editing)
Penyuntingan data dilakukan sebelum pemasukan data ke dalam
komputer. Untuk informasi yang belum lengkap ditanyakan kembali.
Memeriksa data dengan cara melihat kembali hasil pengumpulan data
yang didapatkan melalui form.
b. Coding Data
Mengklasifikasikan data tiap variabel yang dikategorikan sesuai
jumlah skor/nilai masing-masing variabel. Kemudian pemberian
kode pada data menurut jenisnya, yaitu memberikan kode pada
ketepatan diet terhadap makanan pasien dan cita rasa pasien terhadap
makanan pasien.
1) Data ketepatan diet terhadap makanan pasien
Kesesuaian data ketepatan diet terhadap makanan pasien dengan
cara mengkategorikan sesuai atau tidak sesuai.
Pengkategorikan berdasarkan rumus :
jumlah yang disurvey− jumlah yang salah diet
x 100 %
jumlah yang disurvey

Kategori dikodekan menjadi :


 1 = sesuai
 2 = tidak sesuai
36

2) Data Ketepatan Waktu Distribusi Makanan


Ketepatan jam distribusi makanan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan pada makan pagi (pukul 07.15-08.00), siang (pukul
11.00-11.45) dan sore (17.00-17.45) dengan rentang waktu 45
menit dan dikategorikan menjadi tepat waktu dan tidak tepat
waktu.
Kategori dikodekan menjadi:
 Tepat waktu = ≤ rentang waktu distribusi
 Tidak tepat waktu = > rentang waktu distribusi
3) Data cita rasa pasien terhadap makanan pasien
Kesesuaian data cita rasa pasien terhadap makanan pasien dengan
cara mengkategorikan 4 : sangat puas, 3 : puas, 2 : cukup puas, 1 :
tidak puas.
Pengkategorikan berdasarkan rumus :
nilai semua sampel dijumlahkan
Nilai rata-rata semua sampel =
jumlah semua sampel
Kategori dikodekan menjadi :
 1 = Baik
 2 = Kurang
4) Data sisa makanan pasien
Kesesuaian data sisa makanan pasien dengan cara
mengkategorikan makanan pasien menjadi makanan habis,
makanan sisa 25% (tersisa ¼ porsi), makanan sisa 50% (tersisa ½
porsi), makanan sisa 75% (tersisa ¾ porsi), makanan sisa 95%
(tersisa 1 sendok makan) dan makanan sisa 100% (makanan utuh)
Kategori dikodekan menjadi:
 1 = 0%
 2 = 25%
 3 = 50%
 4 = 75%
 5 = 95%
37

 6 = 100%
c. Entry Data
Setelah diberi kode, kemudian data dimasukan ke dalam software di
komputer
d. Cleaning Data
Pengecekkan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan
kode, missing data, dan dilakukan pembenaran data lalu dikoreksi.
e. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah membuat penyajian data, sesuai dengan tujuan
penelitian dengan menggunakan tabel dalam tabel distribusi.
1) Data Ketepatan Diet Terhadap Makanan Pasien
Tabel 3.2 Blanko Ketepatan Diet Pasien Ruang Rawat Inap
Terhadap Makanan Pasien di RSD Idaman Banjarbaru
No Ketepatan Diet n %
1. Sesuai
2. Tidak Sesuai
Total

2) Data Ketepatan Waktu Distribusi Makanan Pasien


Tabel 3.3 Blanko Ketepatan Waktu Distribusi Ruang Rawat Inap
Terhadap Makanan Pasien di RSD Idaman Banjarbaru
No Ketepatan n %
Waktu
1. Tepat Waktu
2. Tidak Tepat
Waktu
Total

3) Data Cita Rasa Terhadap Makanan Pasien


38

Tabel 3.4 Blanko Cita Rasa Pasien Ruang Rawat Inap Terhadap
Makanan Pasien di RSD Idaman Banjarbaru
No Cita Rasa n %
1. Baik
2. Kurang
Total

4) Data sisa makanan pasien


Tabel 3.5 Blanko Sisa Makanan Pasien Ruang Rawat Inap di RSD
Idaman Banjarbaru
No Sisa Makanan n %
1. 0%
2. 25%
3. 50%
4. 75%
5. 95%
6. 100%
Total

2. Analisis Data
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan ketepatan distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel penelitian. Hasil ini berupa
distribusi dan persentase setiap variabel.
DAFTAR PUSTAKA

A Velita, S. (2016) ‘PENGARUH PENYAJIAN DAN CITA RASA MAKANAN


TERHADAP SISA MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DELI SERDANG TAHUN 2016’, in TESIS. PROGRAM ST.
Available at:
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/726/147032093.pdf
?sequence=1&isAllowed=y.

Adhi, S. N. and Ningsih, K. P. (2020) ‘Manajemen Data Standar Pelayanan


Minimal Rumah Sakit’, Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-
ISSN 2622-7614, Volume 3 N. doi:
https://doi.org/10.31983/jrmik.v3i2.6288.

Kemenkes RI (2013) Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kementerian


Kesehatan RI 2013. Dirjen Bin.

PGRS (2013) Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kementerian


Kesehatan RI.

Rizkiyah, A. et al. (2020) ‘LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)


PENELITIAN ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI MAKANAN
TERHADAP KETEPATAN DIET PASIEN (Studi di Instalasi Gizi RSUD
Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda)’, in. KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
BANJARMASIN PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA 2020.
Available at:
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/1PoA4NvRGtFMZuPca6j65DV
azALxgQ-mm.

Wahidiyaningsih, R. (2019) ‘KAJIAN SISA MAKANAN DAN CITA RASA

39
MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RSUD PROF. DR. MARGONO
SOEKARJO’, in TUGAS AKHIR. PRODI D-III GIZI JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA 2019. Available at:
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1331/4/4.Chapter 2.pdf.

40
LAMPIRAN
Lampiran 1

FORM KESESUAIAN ORDER DIET DENGAN ETIKET DIET PASIEN


Kesesuaian order diet dengan etiket diet pasien adalah pengecekan antara daftar
permintaan makan pasien dari ruang rawat inap dibandingkan dengan etiket diet
pasien.
Ruang :
Hari, Tanggal, Waktu :

Order Diet Diet yang Disajikan


Inisial Diagnosa Jenis
No Tidak Tidak
Pasien Penyakit Diet Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai
Lampiran 2.

FORM KETEPATAN WAKTU DISTRIBUSI MAKANAN


Ruang :
Hari, Tanggal, Waktu :

N Inisia Tangga Waktu Makan Jam Ketepatan Keteranga


o l l (Pagi/Siang/Sor Makana Waktu n
Pasie e) n Tepa Tida
n Sampai t k
Lampiran 3.
FORMULIR CITA RASA
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Ruang :
Lama dirawat :
1. Jenis penyakit/keluhan apa yang sedang dialami?
2. Apa jenis diet yang sedang dijalani ?

No Petanyaan Tidak Cukup Puas Sangat puas Alasan


. Puas puas /komentar
1. Bagaimana sajian
makanan/tampilan makanan
(warna, bentuk, tekstur) yang
diberikan?
- Makanan pokok (nasi/bubur)
- Lauk (hewani dan nabati)
- Sayur
- Buah
2. Bagaimana rasa makanan terhadap
makanan yang diberikan?
- Lauk (hewani dan nabati)
- Sayur
- Buah
Lampiran 4.
FORMULIR METODE TAKSIRAN VISUAL
SKALA COMSTOCK

Nama Pasien :
Ruang :
Tanggal/Hari Pengamatan :
Petugas :

Waktu %Sisa Makanan


Jenis Makanan
Makan 0% 25% 50% 75% 95% 100%
Bubur/Nasi            
Lauk Hewani            
Pagi
Lauk Nabati            
Sayur            
Bubur/Nasi            
Lauk Hewani            
Siang
Lauk Nabati            
Sayur            
Bubur/Nasi            
Lauk Hewani            
Sore
Lauk Nabati            
Sayur            
Lampiran 5.
FORM SURVEI KEPUASAN PELAYANAN PASIEN

Tanggal survey :
Nama/inisial :
I. Profil
Jenis kelamin : Laki-laki
Perempuan
Usia :
Pendidikan : SD SMP SMA Diploma

S1 S2
Pekerjaan : PNS TNI POLRI Swasta

Wirausaha Pelajar/Mahasiswa
Lainnya
Diagnosa medis :
Keluhan pasien :

II. Pendapat Responden Tentang Layanan


(lingkari kode huruf sesuai jawaban responden)
1. Bagaimana pendapat saudara tentang kesesuaian waktu pemberian
makanan?
a. Tidak sesuai
b. Kurang sesuai
c. Sesuai
d. Sangat sesuai
Alasan/komentar :

2. Bagaimana pendapat saudara tentang kesesuaian diet yang tercantum di


etiket dengan makanan yang disajikan?
a. Tidak sesuai
b. Kurang sesuai
c. Sesuai
d. Sangat sesuai
Alasan/komentar :

3. Apakah selama dirawat, ahli gizi melakukan kegiatan pelayanan gizi (visit
dan konsultasi gizi) ?
a. Tidak pernah
b. 1x seminggu
c. 2 hari sekali
d. Setiap hari
Alasan/komentar :

4. Bagaimana pendapaat saudara mengenai sikap ahli gizi dalam pelayanan


gizi?
a. Tidak sopan dan tidak ramah
b. Kurang sopan dan tidak ramah
c. Sopan dan ramah
d. Sangat sopan dan sangat ramah
Alasan/komentar :

5. Bagaimana pendapat saudara mengenai sikap pramusaji saat memberikan


makanan?
a. Tidak sopan dan tidak ramah
b. Kurang sopan dan tidak ramah
c. Sopan dan ramah
d. Sangat sopan dan sangat ramah
Alasan/komentar :

6. Bagaimana pendapat saudara mengenai kesesuaian alat makan dengan


kelas pelayanan?
a. Tidak sesuai
b. Kurang sesuai
c. Sesuai
d. Sangat sesuai
Alasan/komentar :

Anda mungkin juga menyukai