Anda di halaman 1dari 19

Kegiatan/ Kontribusi Ahli Gizi dengan Segala Kewenangannya Pada Saat Bencana sesuai

dengan Kompetensi Ahli Gizi

1. Kes.Gz.01.01.01 – Melakukan praktek kegizian sesuai dengan nilai-nilai dan Kode Etik
Profesi Gizi
Peran ahli gizi dalam melakukan praktik kegizian sesuai dengan nilai-nilai dan Kode Etik
Profesi Gizi, yaitu:
1) Membuat dapur umum pada saat terjadi bencana/keadaan gawat darurat.
2) Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ), yaitu kegiatan pemberian
makanan tambahan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu, serta
bernilai gizi tinggi.
3) Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai pendistribusian untuk
menjamin higienitas dan sanitasinya.
4) Melakukan pengawasan mutu pangan dan keamanan pangan sehingga tidak akan menimbulkan
risiko terkena kontaminasi yang akan menimbulkan penyakit.
5) Melakukan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi khususnya balita dan ibu
hamil.
6) Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi.

2. Kes.Gz.01.02.01 – merujuk pasien/ klien kepada professional N/D atau disiplin lain bila
di luar kemampuan/ kewenangan
Kegaitan yang dapat dilakukan diantaranya:
Triase digunakan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan). Triase di lapangan ada tiga kondisi, yaitu triase di
tempat (triase satu), tiase medik (triase dua), dan triase evakuasi (triase tiga).
Pada triase evakuasi ditunjukan pada korban yang dapat dirujuk atau dipindahkan ke
Rumah Sakit yang telah siap menerima korban bencana masal. Jika pos medis lanjutan dapat
berfungsi efektif, jumlah korban dalam “status merah” atau korban yang membutuhkan
stabilisasi segera akan berkurang, dan akan dilakukan diperlukan pengelompokan korban
kembali sebelum evakuasi dilaksanakan. Tenaga ahli gizi dan tenaga medis lainnya akan
membuat keputusan korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, Rumah Sakit
tujuan, jenis kendaraan, dan pengawalan yang akan diperguanakan.

Contoh:
Di sebuah daerah terkena bencana banjir, ada seorang ibu membawa anak datang ke
ahli gizi untuk meminta bantuan terkait bantuan asupan makanan, kondisi anak tersebut
lemah dan kesadaran mulai menurun ditambah status gizinya sangat kurus. Ahli gizi sesuai
dnegan kewenangannya dapat merujuk anak tersebut kepada profesi kesehatan yang lain,
karena ketika seorang pasien tidak bisa mengkonsumsi makanan melalui oral, profesi gizi
perlu merujuk kepada profesi kesehatan yang berwewenang seperti Rumah Sakit.

3. Kes.Gz.01.03.01 – Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan profesi


Ahli gizi mempunyai kompetensi berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan profesi pada saat
keadaan darurat seperti melakukan kegiatan:
1) Melakukan pemberian makanan untuk para pengungsi
Ahli gizi pada saat keadaan darurat dapat berpartisipasi dengan melakukan pemberian
makanan untuk para pengungsi dengan cara menyediakan makanan yang siap untuk
dikonsumsi dan membagikannya.
2) Merencanakan menu yang akan diadakan di dapur umum
Ahli gizi berpartisipasi dengan cara merencanakan menu yang sekiranya dapat
diselenggarakan di dapur umum yang bisa segera dikonsumsi oleh para pengungsi.
3) Memilah bahan makanan yang sekiranya layak untuk dikonsumsi para pengungsi dan
memisahkan bahan makanan yang beresiko,
Ahli gizi dapat berpartisipasi dalam kegiatan profesi saat keadaan darurat dengan
melakukan memilah bahan makanan yang ada yang layak untuk dikonsumsi segera
mungkin (memillih bahan makanan yang tidak kadaluarsa), selain itu memisahkan bahan
makanan seperti susu agar tidak dikonsumsi oleh orang yang beresiko.
4) Memberdayakan bahan makanan yang ada agar dapat dikonsumsi.
Ahli gizi dapat memberdayakan bahan makanan yang ada di sekitar lahan pengungsian
agar bisa dikonsumsi dengan mengombinasikan dengan bahan makanan lain yang
sekiranya ada.

4. Kes.Gz.01.06.01 – Menggunakan teknologi mutakhir untuk kegiatan komunikasi dan


informasi
Ahli gizi mempunyai kompetensi menggunakan teknologi mutakhir dalam kegiatan
komunikasi informasi pada saat keadaan darurat, diantaranya:
1) Menggunakan aplikasi Nutrisurvey untuk mengetahui nilai gizi yang terkandung dalam
makanan yang akan diberikan pada pengungsi.
Pada saat bencana tidak semua bahan makanan tersedia di daerah bencana. maka
dari itu seorang ahli gizi dapat menggunakan aplikasi ini untuk mengetahui kandungan
gizi makanan yang akan diberikan pada para pengungsi agar dapat memenuhi kecukupan
gizinya.
2) Menggunakan aplikasi Nutriclin untuk melakukan konseling gizi pada pengungsi yang
dalam keadaan khusus.
Pada saat bencana seorang ahli gizi juga dapat melakukan konseling pada
pengungsi kategori rawan seperti bumil, busui, atau lansia. Untuk dapat memantau status
gizinya dalam keadaan normal.
3) Menggunakan video tentang informasi gizi.
Seorang ahli gizi juga dapat melakukan penyuluhan saat bencana tentang
makanan bergizi seimbang dan piring gizi melalui video yang ditayangkan di
pengungsian.
4) Menggunkan spiker untuk melakukan penyuluhan.
Seorang ahli gizi juga dapat berbagi informasi gizi melalui lagu-lagu yang
diputar memalui speaker.
Kes.Gz.02.07.01
“Mengawasi dokumentasi pengkajian dan intervensi gizi”
Dalam keadaan darurat/terjadi bencana, seorang ahli gizi berperan untuk mengawasi
dokumentasi pengkajian dan intervensi gizi. Maksudnya adalah seorang ahli gizi yang bertugas
di daerah darurat tersebut dapat mengidentiftkasi kelompok rentan pada situasi bencana atau
disebut juga penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment, contohnya ketika terjadi
permasalahan kecukupan gizi pada kelompok penduduk rentan balita dan ihu hamil, sedangkan
kondisi fisik yang memerlukan perhatian terutama dijumpai pada kelompok rentan ibu baru
melahirkan, korban cedera, serta penduduk yang berada dalam kondisi tidak sehat. Setelah
melakukan identifikasi tersebut maka ahli gizi dapat memberikan intervensi kepada masyarakat
yang tinggal di daerah darurat tersebut. Tujuan dilakukannya intervensi gizi untuk masalah gizi
di pengungsian, surveilans gizi, kualitas dan keamanan pangan, khususnya mengutamakan
kelompok rentan yang telah disebutkan pada uraian di atas
Kes.Gz.02.08.01
“Memberikan pendidikan gizi dalam praktek kegizian”
Kontribusi yang dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi ahli gizi diatas adalah
1. Memberikan bimbingan konseling kepada pasien. Konseling diberikan untuk membantu
pasien mengidentifikasi dan menganalisis masalahnya serta memberikan alternatif
pemecahan masalah terkait dengan masalh yang dihadapinya. Di dalam konseling
seorang ahli gizi akan memberikan saran mengenai makanan yang baik dikonsumsi dan
yang sebaiknya dihindari oleh pasien.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan ststus
gizi masyarakat dengan cara merubah perilaku masyarakat kearah yang lebih baik sesuai
dengan prinsip ilmu gizi.
3. Mengadakan pelatihan untuk kader posyandu. Dalam pelatihan ini kader posyandu
diberikan pengetahuan agar dapat membina masyarakat secara tepat sesuai dengan
prinsip ilmu gizi. Misalnya kader diberikan pelatihan cara menggunakan dacin sesuai
dengan SOP yang ada, diharapkan setelah pelatihan tersebut seorang kader dapat
menggunakan dacin sesuai SOP dan dapat menularkan ilmunya kepada kader lain.
Penerapan kompetensi ahli gizi S1 nomer 12 pada saat bencana
“ Berpartisipasi Dalam Penggunaan Media Massa Untuk Promosi Pangan Dan Gizi”
Kontribusi yang dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi ahli gizi diatas adalah
1. Memberikan informasi mengenai pangan darurat yang bisa dikonsumsi para korban
bencana menggunakan leaflet. Isi dari leaflet tersebut adalah pangan darurat yang bisa
dikonsumsi masyarakat saat terjadi bencana antara lain RUTF yaitu Ready toUse
Terapeutic Food bagi anak yang mengalami gizi buruk, minuman kemasan untuk
menjaga status hidrasi tubuh,
2. Melakukan sosialisasi mengenai pangan lokal yang dapat dikonsumsi saat bencana
melalui video sehingga masyarakat korban bencana tidak hanya mengandalkan bantuan
makanan dari pemerintah.
Kes.Gz.02.09.01
“Peran ahli gizi dalam mengawasi konseling, pendidikan, dan intervensi lain dalam
program kesehatan atau pencegahan penyakit yang diperlukan dalam terapi gizi untuk
keadaan penyakit umum”
Kontribusi ahli gizi berdasarkan kompetensi ahli gizi dalam keadaan darurat disana adalah
1. Membuat sistem pelayanan yang efektif walaupun dalam keadaan minimal, untuk
mengurangi jumlah korban bencana
2. Melakukan tindakan preventif dalam bencana untuk mengurangi korban
3. Melakukan proses edukasi gizi
4. Melakukan peran aktif sebagai konselor gizi
Kontribusi tersebut berlaku untuk semua kelompok rentan maupun tidak. Untuk kelompok
rentan ahli gzii akan melakukan intervensi lebih aktif untuk memastikan agar kelompk rentan
tidakn menjadi salaha satu sumber penyakit menular yang dapat dengan mudah menyebar
dalam keadaan darurat. Seorang ahli gzii juga perlu untuk melakukan kegiatan partisipasi
aktif untuk memantau para korban dari bencana guna kesembuhan denga terpi gizi
Kes.Gz.02.10.01
“Mengawasi Pendidikan dan pelatihan gizi untuk sasaran tertentu”
Kontribusi ahli gizi berdasarkan kompetensi ahli gizi dalam keadaan darurat disana adalah
1. Melakukan kegiatan edukasi dan memanfaatkan peran warga untuk menjaga satu sama
lain
2. Melakukan kegiatan dan pemberdayaan masyarakat guna membangun semangat seperti
melakukan penanaman tanaman pangan
3. Memberikan konseling atau penyuluhan gizi terhadap kelompok sasaran tertentu agar
masyarakat lebih peduli dan memperhatikan status kesehatannya.
4. Mampu memberikan masukan dan pelatihan tentang tatanan asupan gizi yang disesuaikan
dengan kondisi dan status kesehatan dari kelompok sasaran tertentu.
Dalam Kompetensi gizi ini peran ahli gizi lebih condong ke fungsi mengembalikan semnagat
masyarakat dan memulihkan kesadaran akan makanan dan kebersihan dalam keadaan
minimal
Kes.Gz.02.11.01
“Mengkaji ulang dan mengembangkan materi Pendidikan untuk populasi sasaran”
Kontribusi yang dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi ahli gizi diatas adalah
1. Meninjau kembali bagaimana para korban bencana menangani masalah penyelenggaraan
makanan darurat, apakah mengadakan dapur umum atau menyediakan konsumsi yang
diolah secara pribadi. Dengan cara diberikan sosialisasi terhadap korban bencana perihal
penyelenggaraan makanan secara darurat. Apabila masih dalam kondisi upaya mandiri
dengan menyediakan konsumsi pribadi maka perlu dikaji ulang apakah penyelenggaraan
konsumsi pribadi telah memenuhi kebutuhan anggota keluarga atau belum. Apabila
belum terpenuhi maka pengkajian ulang penyelenggaraan makanan dapat meninjau
pembukaan dapur umum yang terpusat dan terjadwal sehingga konsumsi korban bencana
dapat terpenuhi. Sehingga diharapkan kontribusi makanan dari daput umum terpusat dan
merata kepada setiap individu.
2. Melakukan sosialisasi terhadap pengaturan konsumsi makanan bantuan untuk jangka
panjang agar kebutuhan makanan selama bencana terpenuhi apabila distribusi bantuan
makanan terlambat/terhambat dan belum dapat dilakukan pembangunan dengan cara
pemberian edukasi terhadap bahan makanan pengganti sesuai dengan kebutuhan.
Misalkan apabila keseharian konsumsi nasi sedangkan makanan yang tersedia hanyalah
roti maka diberikan informasi jumlah roti yang harus dikonsumsi sekali makan pengganti
satu piring nasi. Banyak anggapan orang bahwa konsumsi roti tidak terlalu
mengenyangkan daripada nasi sehingga konsumsi roti akan semakin banyak dimana
dapat menimbulkan masalah seperti kelebihan asupan makanan dan ketersediaan jumlah
roti yang cepat menipis.
Kes.Gz.02.12.01
“ Berpartisipasi Dalam Penggunaan Media Massa Untuk Promosi Pangan Dan Gizi”
Kontribusi yang dapat dilakukan sesuai dengan kompetensi ahli gizi diatas adalah
1. Memberikan informasi mengenai pangan darurat yang bisa dikonsumsi para korban
bencana menggunakan leaflet. Isi dari leaflet tersebut adalah pangan darurat yang bisa
dikonsumsi masyarakat saat terjadi bencana antara lain RUTF yaitu Ready toUse
Terapeutic Food bagi anak yang mengalami gizi buruk, minuman kemasan untuk
menjaga status hidrasi tubuh,
2. Melakukan sosialisasi mengenai pangan lokal yang dapat dikonsumsi saat bencana
melalui video sehingga masyarakat korban bencana tidak hanya mengandalkan bantuan
makanan dari pemerintah.
“Menginterpretasikan dan memadukan pengetahuan ilmiah terbaru dalam praktek
kegizian”
1. Ahli gizi dapat merencanakan dan membuat makanan bergizi seimbang dengan
mengkombinasikan bahan makanan yang tersedia
2. Ahli gizi dapat menerapkan diet sesuai penyakitnya dengan bahan terbatas pada korban
bencana alam
3. Ahli gizi mampu merencanakan makanan tambahan untuk balita gizi buruk, ibu hamil
KEK dengan bahan makanan yang tersedia.
14. Mengawasi perbaikan mutu pelayanan gizi dalam rangka meningkatkan kepuasan
pelanggan
 Kegiatan yang bisa dilakukan oleh ahli gizi sesuai kompetensi ini adalah melakukan
pengecekan bahan makanan bantuan yang masuk agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti masuknya bahan makanan yang akan melewati masa kadaluwarsa
sehingga kemungkinan kejadian keracunan dapat dihindari.
 Pada dapur umur, ahli gizi dapat mengelola keamanan dan sanitasi makanan dan
menerapkan prinsip manajemen penyelenggaraan makanan dalam upaya penyediaan
makanan yang halal, aman, dan bergizi yang akan diberikan pada masyarakat yang
menderita akibat bencana.
 Mengawasi pendistribusian bahan makanan.

15. Mengembangkan dan mengukur dampak dari pelayanan dan praktek kegizian
1. Ahli gizi dapat menilai bahan makanan atau makanan apa saja yang akan berdampak
buruk jika diberikan kepada korban bencana alam, sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya pelayanan penyelenggaraan makanan yang salah

16. Berpartisipasi dalam perubahan organisasi , perencanaan dan proses penetapan tujuan
17. Berpartisipasi dalam bisnis atau pengembangan rencana operasional
18. Mengawasi penggumpulan dan pengolahan data keuangan praktek kegizian
1. Kegiatan yang bisa dilakukan oleh ahli gizi sesuai kompetensi ini adalah membuat
rencana anggaran keuangan untuk bahan makanan diposko pengungsian bencana alam.
2. Pengalokasian dana untuk memenuhi ketersediaan makanan balita pada kondisi darurat
bencana banjir harus direncanakan dalam penyusunan anggaran. Penghitungan besaran
jumlah anggaran yang diperlukan harus disesuai dengan jumlah balita dan harga barang
di pasaran.

Kes.Gz.01.19.01
Melakukan fungsi pemasaran
Ahli gizi mampu memberikan masukan tentang pemasaran produk gizi yang dibutuhkan
dan akan diberikan pada keadaan bencana kepada Mitra kerja. Ahli gizi melakukan
pengkajian dan memilih produk gizi yang sekiranya diperlukan dan tidak diperlukan
masyarakat dalam keadaan darurat.
Kes.Gz.01.20.01
Berpartisipasi dalam pendayagunaan sumber daya manusia
Ahli gizi mampu melakukan Penanggulangan masalah gizi dalam keadaan darurat.
Melakukan surveilans terhadap masalah gizi. Bertugas sebagai konselor gizi atau melakukan
konseling gizi. Dan mampu melakukan tata laksana gizi buruk.
Kes.Gz.02.21.01
Berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk pemilihan peralatan dan
merancang/merancang ulang unit-unit kerja
Ahli gizi mampu mengelola sarana dan prasarana guna memaksimalkan fungsi dari setiap
peralatan yang ada. Selain itu, ahli gizi memiliki wewenang untuk memilih peralatan yang
dibutuhkan pada keadaan bencana untuk memfasilitasi pengadaan makananan serta
merancang unit-unit kerja seperti menilai dan mengusulkan tata letak dapur umum serta
melakukan penyusunan rencana kerja.
Kes.Gz.01.22.01
Mengawasi SDM, keuangan, fisik, materi dan pelayanan secara terpadu
Ahli gizi melakukan pelayanan secara terpadu dalam pemenuhan gizi saat bencana
meliputi pengawasan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai tujuan utama dalam pemenuhan
gizi, melakukan perencanaan keuangan untuk mendapatkan bahan makanan, melakukan
perencanaan menu sesuai dengan bahan makanan yang ada secara terbatas tetapi tetap
memenuhi gizi masyarakat, serta melalukan pengolahan bahan makanan tersebut sehingga
menjadi makanan yang siap diberikan kepada korban bencana.
Kes.Gz.01.23.01
Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi, biaya dan daya
terima klien
Ahli gizi melakukan pengawasan dalam memproduksi makanan pada saat bencana di
dapur umum darurat sesuai dengan pedoman gizi yang ada, serta disesuaikan dengan biaya
yang ada. Serta menerima segala bentuk bantuan berupa makanan baik makanan instant
maupun makanan basah dari donatur . lalu memilih dan mengawasi makanan apa yang layak
dikonsumsi untuk menyelamatkan korban (mempertahankan status gizi) dan tidak
memperburuk status gizi pengungsi.
Kes.Gz.01.24.01
Mengawasi pengembangan dan atau modifikasi resep/ formula
Ahli gizi melakukan pengawasan dalam proses pengembangan atau modifikasi formula
dengan memperhatikan standar resep, standar menu, keamanan, cita rasa, dan gizi pangan
sehingga formula yang dihasilkan aman, bermutu, dan layak untuk dikonsumsi.
Ahli gizi melakukan pengawasan terhadap semua bahan yang digunakan, bahan harus bersih,
bermutu baik, aman, memenuhi persyaratan mutu yang baku seperti warna, rasa dan bau, serta
memanfaatkan sumber daya lokal.
No Kode Judul Unit Kompetensi
25 Kes.Gz.02.25.01 Mengawasi penerjemahan kebutuhan gizi menjadi menu makanan
untuk kelompok sasaran

Kegiatan yang dapat dikontribusikan oleh ahli gizi meliputi :


 Mengawasi perencanaan pemenuhan gizi sesuai kecukupan gizi melalui menu makanan
yang memperhitungkan kandungan gizi para pengungsi/korban bencana.

No Kode Judul Unit Kompetensi


26 Kes.Gz.02.26.01 Mengawasi rancangan menu sesuai dengan kebutuhan dan status
kesehatan klien

Kegiatan yang dapat dikontribusikan oleh ahli gizi meliputi :


 Mengawasi perencanaan menu yang telah disesuaikan dengan kecukupan gizi secara
umum dengan harapan dapat mempertahankan atau memperbaiki status gizi para
pengungsi secara umum.

No Kode Judul Unit Kompetensi


27 Kes.Gz.02.27.01 Berpartisipasi dalam melakukan penilaian cita rasa (organoleptik)
makanan dan produk gizi

Kegiatan yang dapat dikontribusikan oleh ahli gizi meliputi :


 Ahli gizi dapat mencicipi makanan yang akan diberikan kepada para pengungsi dan
memastikan bahwa makanan layak untuk dimakan baik dari segi rasa maupun dari segi
kenampakan.
No Kode Judul Unit Kompetensi
28 Kes.Gz.02.28.01 Mengawasi sistem pengadaan, distribusi, dan pelayanan makanan

Kegiatan yang dapat dikontribusikan oleh ahli gizi meliputi :


 Mengawasi setiap bahan makanan yang diterima, meliputi pengawasan terhadap jenis
bahan makanan, tanggal kadaluarsa, keadaan dan kelayakan bahan makanan untuk dapat
diolah.
 Mengawasi proses pendistribusian makanan kepada pengungsi untuk menjamin bahwa
makanan yang distribusikan aman untuk dikonsumsi dan tidak terkontaminasi.
 Mampu memberikan pelayanan makanan bagi pengungsi sebaik mungkin sesuai dengan
keadaan yang terjadi.

No Kode Judul Unit Kompetensi


29 Kes.Gz.02.29.01 Mengelola keamanan dan sanitasi makanan

Kegiatan yang dapat dikontribusikan oleh ahli gizi meliputi :


 Memperhatikan kebersihan pengolah dan kebersihan dalam proses persiapan,
pengolahan, dan pendistribusian.
 Mengelola bahan makanan yang akan digunakan dalam keadaan baik, bebas dari
cemaran, serta untuk makanan yang akan diberikan aman dan layak untuk dikonsumsi.

No Kode Judul Unit Kompetensi


30 Kes.Gz.02.30.01 Mengawasi penapisan gizi untuk individu dan kelompok

Kegiatan yang dapat dikontribusikan oleh ahli gizi meliputi :


 Memantau kemungkinan terjadinya resiko malnutrisi ataupun masalah gizi para
pengungsi.
(31) Mengawasi penilaian gizi klien dengan kondisi kesehatan umum (obesitas, hipertensi dan
lain-lain.)
Meliputi :
1. Memantau gizi pengungsi terkait kemungkinan terjadinya resiko kesehatan umum
(obesitas, hipertensi dan lain-lain).
(32) Menilai status gizi individu dalam kondisi kesehatan kompleks (ginjal,gizi buruk)
Meliputi. :
1. Melakukan pengukurang antropometri,seperti berat badan,tinggi badan,imt,lila dan lain
sebagainya,untuk balita dibandingkan dengan standar berat badan menurut umur,tinggi
badan menurut umur.
2. Melakukan penilaian secara klinis yaitu dengan melihat keadaan fisik,seperti
pucat,lemah,letih,lesu,bibir pecah-pecah,terlihat kurus,terlihat sangat gemuk dan lain
sebagainya.
3. 3. Biokimia dalam keadaan darurat sulit untuk diketahui,sehingga mengandalkan dar
ajuan pertanyaani mengenai riwayat kesehatan
(33) Merancang dan menerapkan rencana pelayanan gizi sesuai dengan keadaan gizi klien
Meliputi :
1. Sasaran pada fase ini adalah seluruh pengungsi, karena sudah 5 hari pengungsi ada di
tenda.
2. Pengumpulan dan pengolahan data dasar status gizi (BB dengan timbangan berat badan,
TB dengan meteran ATAU sudah ada data dari puskesmas).
3. Menentukan stategi intervensi melalui status gizi dengan melihat bahan makanan yang
ada.
4. Bila perlu merencanakan kebutuhan pangan untuk seuplementasi jika ada pengungsi yang
gizi kurang, dan gizi buruk.
5. Makanan harus bisa dimakan berbagai umur, setiap orang kira-kira mendapat ransum
(Paket bantuan pangan) senilai 2100 kkal, 40 d lemak dan 50 g protein setiap hari.
(34) Mengelola pemantauan asupan makanan dan gizi klien.
Meliputi :
1. Mengawasi perencanaan menu asupan yang telah disesuaikan dengan kecukupan gizi
secara umum dengan harapan dapat mempertahankan atau memperbaiki status gizi para
pengungsi secara umum
2. Memantau hygiene dan sanitasi makanan yang akan dikonsumsi para pengungsi.
(35) Memilih, menerapkan dan mengevaluasi standar makanan enteral dan parenteral untuk
memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan termasuk zat gizi makro.
Meliputi :
1. Makanan enteral dan parenteral diberikan setelah pengungsi dilarikan ke rumah sakit,
karena standar makanan enteral dan parenteral harus steril dan bersih
2. Pemilihan bahan makanan enteral harus tepat terkait zat gizi yang dibutuhkan pasien
serta kebutuhan cairan yang cukup
(36) Mengembangkan dan menerapkan rencana pemberian makanan peralihan
Meliputi :
1. Memantau gizi pengungsi terkait kemungkinan terjadinya makanan peralihan
2. Menindaklanjuti jika ditemukan pengungsi yang membutuhkan makanan peralihan
3. Memantau dan memastikan pemberian makanan peralihan sesuai kebutuhan pengungsi dan
kecukupan gizi sesuai standar kesehatan
No Kode Judul Unit Tugas
Komptensi
37 Kes.Gz.01.37.01 Mengkoordinasikan Penyelenggaraan makanan darurat dipersiapkan
dan memodifikasi oleh petugas pada waktu terjadi keadaan darurat
kegiatan pelayanan yang ditetapkan oleh pemangku kepentingan
gizi diantara setempat sesuai dengan ketentuan yang telah
pemberi pelayanan ditetapkan. Pada saat masyarakat dinyatakan
mengungsi, sehingga masyarakat tidak mungkin
untuk menyelenggakan makanan sendiri.
Terdapat beberapa kegiatan yang diadakan dan
dikoordinasikan langsung oleh ahli gizi,
diantaranya adalah :
1. Penyuluhan gizi
Penyuluhan merupakan upaya perubahan
perilaku manusia baik individu maupun
masyarakat sehingga dapat menciptakan sikap
mental dan kemampuan untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya secara mandiri, guna
dapat meningkatkan dan mempertahankan gizi
yang baik.
Harapan dari upaya ini adalah orang bisa
memahami pentingnya makanan dan gizi,
sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti
norma – norma gizi.
2. Penyediaan Tenaga Khusus atau Sumber
Daya Manusia di bidang Gizi
Pada tahap tanggap darurat peran petugas
kesehatan dapat membantu pada dapur umum
dengan mengatur menu serta perhatian terhadap
gizi dan kebersihan makanan yang akan
diberikan pada masyarakat yang menderita
akibat bencana.
3. Pengadaan Dapur Umum
Mengadakan penyediaan bahan makanan untuk
korban bencana, lalu mengolah hingga
menyajikan makanan dalam waktu yang
singkat. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan
mendirikan dapur umum terlebih dahulu

38 Kes.Gz.02.38.01 Melakukan Pada saat bencana jika ada pasien yang


komponen diharuskan mendapat perawatan secara bertahap
pelayanan gizi atau rawat jalan para ahli gizi dapat
dalam forum berkontribusi dengan pemantauan status gizi
diskusi tim medis .pasien tersebut dan dapat juga memberikan
untuk tindakan dan makanan dengan gizi seimbang yang
rencana rawat jalan sebelumnya telah di diskusikan dengan dokter
pasien atau perawat yang menangani pasien tersebut
agar tidak terjadi interaksi atau efek antara obat
dan makanan yang diberikan
39 Kes.Gz.01.39.01 Merujuk klien Pelayanan Kesehatan menurut Depkes
kepada pelayanan RI (2009) adalah setiap upaya yang
kesehatan diselenggarakan sendiri atau secara bersama-
masyarakat yang sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
lebih sesuai dengan dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
kesehatan umum menyembuhkan penyakit serta
dan gizi. memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,
kelompok dan ataupun masyarakat.
Pada saat kondisi pasca bencana, para
korban bencana berkumpul di tempat
pengungsian. Untuk mengetahui tingkat resiko
penyakit pada setiap korban bencana dilakukan
pengecekan kesehatan. Pengecekan kesehatan
dilakukan oleh tenaga medis dan dibantu oleh
ahli gizi. Sebagai ahli gizi dapat merujuk
korban bencana yang membutuhkan
tindaklanjut dari hasil pengecekan kesehatan
yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan
gizi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang lebih sesuai seperti pelayanan di rumah
sakit. Sehingga dapat meminimalisir resiko
penyakit pada setiap korban bencana dengan
diberikannya pelayanan kesehatan yang lebih
sesuai.
40 Kes.Gz.02.40.01 Mengawasi Screening atau penapisan yaitu penilaian
Penapisan Status status gizi perorangan untuk keperluan rujukan,
Gizi Kelompok dari kelompok masyarakat atau dari puskesmas,
Masyarakat dalam kaitannya dengan tindakan atau
intervensi. Penapisan gizi (Nutrition
Screening); Identifikasi kekurangan gizi secara
individual bagi yang memerlukan atau tidak
memerlukan intervensi gizi dapat dilakukan
dengan cara skrining gizi. hal ini termasuk
perbandingan pengukuran seseorang dengan
menetapkan tingkatan resiko atau penetapan
ambang batas (cutoff point).
Pada saat kondisi pasca bencana, para
korban bencana berkumpul di satu tempat di
pengungsian/shelter, maka untuk mengetahui
tingkat resiko penyakit setiap korban dan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizinya perlu
dilakukan penapisan status gizi. Ahli gizi
bersama tenaga kesehatan yang lain melakukan
skrining secara bersamaan ke setiap kelompok
masyarakat (para korban) di pengungsian. Ahli
gizi berhak melakukan pengawasan skrining
tersebut yang dilakukan bersama tenaga
kesehatan yang lain, apakah terjadi kekeliruan
atau terjadi kurang tepatnya penapisan yang
dilakukan, sehingga selanjutnya tidak ada
kesalahan dalam melakukan penilaian status
gizi kelompok masyarakat di pengungsian
tersebut.
41 Kes.Gz.02.38.01 Melakukan Penilaian status gizi (Nutritional
Penilaian Status Assessment), menurut Rosalind S, Gibson,
Gizi Kelompok didefinisikan sebagai interprestasi dari
Masyarakat informasi yang diperoleh dari diet, biokimia,
antropometri dan klinis (The Interpretation of
Information Obtained from Dietary,
Biochemical, Anthropometric and Clinical
Studies). Informasi tersebut digunakan untuk
menetapkan status gizi individu dan atau
kelompok populasi (Masyarakat) yang
dipengaruhi asupan dan penggunaan zat gizi.
Sistem penilaian status gizi masyarakat dapat
berupa
Survey Gizi (Nutrition survey) ; Status gizi
dari kelompok populasi tertentu dapat dinilai
dengan cara “cross-sectional survey”. Survey
ini dapat menyediakan data dasar gizi dan juga
menetapkan status gizi masyarakat.Dengan
cross sectional survey dapat juga untuk
mengidentifikasi atau menjelaskan kelompok
populasi yang berada dalam resiko (at risk)
terutama terhadap malnutrisi kronis dan akut
serta menyediakan informasi tentang
kemungkinan adanya malnutrisi. Dengan
demikian berdasar survey ini dapat dipersiapkan
dukungan sumber daya yang dibutuhkan dan
pembuatan kebijakan yang diperlukan.
Surveilans gizi (Nutrition Surveylance)
; Ciri gambaran surveilans adalah monitoring
terus menerus dari status gizi suatu kelompok
populasi. Berbeda dari survey gizi, pada
surveilans gizi data dikumpulkan, dianalisi dan
digunakan untuk suatu periode waktu yang luas.
Surveilans gizi menjelaskan kemungkinan
penyebab malnutrisi dan dapat digunakan untuk
membuat formulasi dan intervensi awal pada
kelompok populasi sehubung dengan prediksi
dan kecenderungan yang terjadi serta evaluasi
efektifitas program gizi.
Setelah terjadi bencana, status gizi tidak
akan efektif jika dinilai per individu, selain
karena waktunya tidak memungkinkan, tempat
dan jumlah banyaknya pengungsi juga harus
diperhitungkan. Untuk itu perlu adanya
penilaian status gizi di masyarakat dengan
melakukan survey gizi (nutrition survey).
Berbeda dari surveillance yang menuntut
adanya peninjauan terus menerus, pada sistem
penilaian status gizi dengan survey, lebih
memerujuk kepada waktu setelah terjadinya
bencana. Pada asaat akan melakukan survey
gizi, ahli gizi harus menetapkan beberapa jenis
golongan risiko terlebih dahulu, baru
selanjutnya melakukan survey untuk
mengetahui data gizi dasar dan kebutuhan gizi
yang diperlukan korban berdasar kelompok usia
untuk selanjutnya diberi intervensi.

Kompetensi 42. Melakukan pelayanan gizi pada berbagai kelompok masyarakat sesuai
dengan budaya, agama dalam daur kehidupan.
Kontribusi yang dapat dilakukan Ahli Gizi :
- Menganalisa pola atau kebiasaan makan masyarakat di daerah tempat terjadinya bencana.
- Memilih alternatif pemberian intervensi yang sesuai dengan budaya dan agama yang dianut
oleh masyarakat di daerah tersebut.
- Merencanakan pelayanan gizi pada kelompok masyarakat sesuai dengan alternatif pilihan
yang dipilih.
- Melakukan monitoring terjadap pelayanan yang terlah dilakukan, apabila masih ada yang
belum sesuai, lakukan evaluasi dan perbaikan pada sektor yang masih kurang.
- Mengadakan penyelenggaraan dapur umum bekerja sama dengan pemangku kepentingan
setempat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Kompetensi 43. Melakukan program promosi kesehatan atau program pencegahan


penyakit.
Kontribusi yang dapat dilakukan Ahli Gizi :
- Melakukan inovasi program untuk pencegahan penyakit uang sesuai dengan keadaan
lokasi.
- Melakukan promosi kesehatan yang sesuai dengan kondisi para korban.
- Melakukan kegiatan deteksi dini penyakit menular pada semua korban.
Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare, campak, demam berdarah dan
lain-lain. Informasi tentang proporsi status gizi balita selanjutnya digunakan sebagai dasar
untuk melakukan modifikasi atau perbaikan penanganan gizi sesuai dengan tingkat
kedaruratan yang terjadi. Penentuan jenis kegiatan penanganan gizi mempertimbangkan pula
hasil dari surveilans penyakit.
- Memberikan dukungan untuk pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI dari tenaga kesehatan
terlatih, Kelompok Pendukung Ibu Menyusui, konselor menyusui dan MP-ASI, atau LSM
perempuan yang berpengalaman.
- Pelaksanaan penyuluhan gizi terkait pentingnya memenuhi kebutuhan gizi untuk
kelompok rentan, ASI Eksklusif, meneruskan ASI hingga 2 tahun, dan MP-ASI pada fase
tanggap darurat kebencanaan.
Berhubung ASI mengandung 90% air, maka pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan
diare biasanya tidak membutuhkan cairan tambahan seperti air, gula atau teh. Apalagi, dalam
situasi bencana seringkali air telah terkontaminasi. Pada kasus diare berat, cairan oralit (yang
diberikan dengan cangkir) mungkin dibutuhkan disamping ASI.
Penanganan Gizi Bayi 0-6 Bulan :
- ASI harus tetap diberikan ke bayi.
- Untuk bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat memberikan ASI,
usahakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor, dengan persyaratan: Permintaan ibu
kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan, Keluarga bayi harus mengetahui identitas
agama dan alamat pendonor ASI dengan jelas.
- Pendonor menyetujui setelah mengetahui identitas bayi yang di beri ASI, Pendonor ASI
harus dalam kondisi sehat dan tidak mempunyai indikasi medis, ASI donor tidak
diperjualbelikan.
- Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi diberikan susu formula
dengan pengawasan atau didampingi oleh petugas kesehatan.
Penanganan Gizi Anak Usia 6-23 Bulan :
- ASI harus tetap diberikan kepada baduta.
- Baduta diberikan MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi makro, pabrikan atau
makanan lokal.
- Bila akan diberikan ransum umum, sebaiknya mempertimbangkan nilai gizi yang tinggi.
Misalnya, biskuit dan susu formula yang difortifikasi vitamin serta madu.
- Tempat pengungsian harus selalu menyediakan air minum dalam kemasan.
Kompetensi 44. Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan
gizi masyarakat.
Kontribusi yang dapat dilakukan Ahli Gizi :
- Melakukan pengembangan program inovatif dan kreatif disesuaikan dengan kondisi para
korban.
- Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program gizi yang telah dilakukan.

Kompetensi 45. Mengawasi pangan dan program gizi masyarakat.


Kontribusi yang dapat dilakukan Ahli Gizi :
- Melakukan evaluasi secara berkala dan mendalam mengenai program yang dilakukan.
- Melakukan pengawasan setiap pangan olahan yang masuk dan akan diberikan kepada
korban bencana.
- Membuat spesifikasi untuk bahan pangan yang masuk
Kompetensi 46. Berpartisipasi dalam penetapan biaya praktek pelayanan kegizian.
Kontribusi yang dapat dilakukan Ahli Gizi :
- Ikut serta dalam proses pembuatan rencana anggaran pelayanan kesehatan.
- Melakukan survey harga disesuaikan dengan lokasi dan kondisi daerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai