Di indonesia rata-rata terjadi gempa 5X/ hari dengan skala > 5 skala ritcher
Kesiapan personal petugas kesehatan pada tahap pra bencana, saat bencana, dan
pasca bencana dibidang pelayanan gizi:
Pra bencana
Kesiapan penanganan gizi saat pra bencana pada dasarnya adalah kegiatan
antisipasi terjadinya bencana dan mengurangi resiko dampak bencana, diantaranya
ialah sosialisasi dan pelatihan petugas kesehatan meliput:
1) Manajemen gizi bencana
2) Penyusunan rencana kontinjensi kegiatan gizi
3) Konseling menyusui (pada ibu hamil khususnya)
4) Konseling makanan pendamping ASI (MP-ASI)
5) Pengumpulan data awal daerah rentan bencana
6) Penyediaan bufferstock MP-ASI
7) Pembinaan teknis dan pendampingan kepada pihak yang terkait dalam
melaksanakan penanganan gizi saat pra bencana tersebut
Saat bencana
Pada saat bencana ada 3 tahap yang dapat disiapkan oleh petugas kesehatan,
yaitu:
1) Siaga darurat
Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang
ditandai dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan
penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat
2) Tanggap darurat
Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat
dikelompokkan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan
tanggap darurat lanjut.
Lamanya fase ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat di daerah
bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase ini
kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan
dapat mempertahankan status gizinya
b. Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
c. Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
3) Transisi darurat
Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat
disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan
kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat
Pasca bencana
Kegiatan penanganan gizi pasca bencana pada dasarnya adalah melaksanakan
pemantauan dan evaluasi sebagai bagian dari surveilans, untuk mengetahui
kebutuhan yang diperlukan (need assessment) dan melaksanakan kegiatan pembinaan
gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari informasi yang diperoleh secara
terintegrasi dengan kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
response) untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi dan kesehatan
korban bencana
Pengelolaan pelayanan gizi dilakukan melalui mekanisme sub klaster gizi. Sub klaster
gizi adalah bagian dari mekanisme koordinasi klaster kesehatan dalam penanggulangan
bencana dan krisis kesehatan. Pendekatan klaster adalah pendekatan koordinatif yang
menyatukan semua pihak terkait baik pemerintah maupun non-pemerintah dalam upaya
penanggulangan bencana
Tujuan dari dukungan PMBA pada situasi bencana adalah untuk melakukan
penyelamatan jiwa Ibu dan Anak serta perlindungan dari berbagai penyakit infeksi
yang mungkin timbul sebagai dampak bencana melalui dukungan gizi. Pada saat
bencana, standar emas Pemberian Makan Ibu, Bayi dan Anak, yang dimulai dengan
pemenuhan gizi ibu yang optimal, Inisiasi Menyusu Dini, Pemberian ASI Eksklusif,
dan pemberian Makanan Pendamping ASI berkualitas dimulai usia 6 bulan, dan terus
memberikan ASI hingga dua tahun atau lebih, sangat penting untuk melindungi gizi
dan kesehatan ibu, bayi dan anak
2) Pencegahan dan penanganan gizi kurang dan gizi buruk pada situasi bencana
Pada saat terjadi bencana, sangatlah penting untuk memberikan perhatian kepada
kelompok rentan terutama mereka yang mengalami kekurangan gizi. Respon yang
diberikan dengan cepat, pada saat yang tepat akan menyelamatkan jiwa, dan
mencegah terjadinya penurunan status gizi ibu, bayi dan anak, khusunya balita
dengan gizi buruk atau gizi kurang.
Kegiatan Pencegahan dan Penanganan Gizi Buruk dan Gizi Kurang Pada Situasi
Bencana antara lain:
Pada situasi bencana, pemenuhan zat gizi mikro pada anak balita, ibu hamil dan
ibu nifas, serta balita dengan penyakit infeksi tertentu, berperan penting untuk
melindungi gizi dan kesehatan ibu, bayi dan anak. Tujuan dari dukungan kepada
kelompok tersebut di atas adalah untuk memberikan perlindungan dari berbagai
masalah kekurangan zat gizi mikro yang mungkin timbul sebagai dampak bencana.
Koordinasi penanganan gizi dilakukan melalui mekanisme sub klaster gizi. Sub
klaster gizi adalah bagian dari mekanisme koordinasi klaster kesehatan dalam
penanggulangan bencana dan krisis kesehatan. Pendekatan klaster adalah pendekatan
koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait baik pemerintah maupun non-
pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana. Mekanisme koordinasi sub
klaster gizi juga bertujuan untuk memastikan agar koordinasi penanganan gizi yang
dilakukan oleh pemerintah dan mitra sesuai dengan prioritas pemerintah daerah
terdampak. Sub klaster gizi diaktifkan oleh Koordinator Klaster Kesehatan di
masing-masing tingkatan sebagai berikut:
Pada keadaan darurat bencana tingkat Kabupaten/Kota, Sub Klaster Gizi
diaktifkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pada keadaan darurat bencana tingkat Provinsi, sub klaster gizi diaktifkan oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Pada bencana atau krisis kesehatan tingkat nasional, sub klaster gizi diaktifkan
oleh Pusat Krisis Kesehatan.
Koordinator sub klaster gizi adalah penanggung jawab gizi di KEMENKES dan
Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, atau pejabat/staff yang ditunjuk oleh
koordinator sub klaster gizi pada masing-masing tingkatan.