Kelompok 13/2C
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak penyebabnya terjadi
karena banyaknya perkumpulan korban dalam satu tempat, sanitasi lingkungan yang buruk,
ketersediaan pangan yang tidak memadai dan terjadinya perpindahan penyakit akibat bencana
dan pengungsian.
Selain itu, kelompok usia seperti bayi, anak, ibu hamil, ibu menyusui, lansia dan kaum
difabel merupakan kelompok rentan mengalami malagizi. Anak yang mengalami kekurangan
gizi akibat asupan makanan yang tidak adekuat sesuai kebutuhannya akan mengalami
gangguan tumbuh kembang dan rentan mengalami penyakit infeksi. Selain itu, defisiensi
mikronutrien seperti mengalami anemia, defisiensi vitamin A, B dan C juga rentan terjadi
pada saat bencana.
A. Ruang Lingkup Kegiatan Gizi Dalam Penanggulanagan Bencana Situasi Keadaan Darurat
Bencana. Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat,
tanggap darurat dan transisi darurat.
B. Pemantauan Dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Gizi Pada Daerah Tanggap Darurat
Awal Dan Tanggap Darurat Lanjut
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana merupakan
kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara
terus menerus dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi
pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang terkait
penanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi input, proses dan output.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi bersama
tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan dengan menggunakan
instrumen yang telah disiapkan.
1. Ahli gizi bertanggung jawab pada perencanaan menu yang simple namun bermanfaat,
dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan makanan, air, bahan bakar (gas,
listrik) dan personel.
2. Menyelenggarakan intervensi gizi berdasarkan tingkat kedaruratan dengan
mempertimbangkan prevalensi, keadaan penyakit, ketersediaan sumber daya (tenaga,
dana, dan sarana), kebijakan yang ada, kondisi penampungan, serta latar belakang
sosial budaya.
3. Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan jumlah pengungsi,
keadaan status gizi, dan Kesehatan.
4. Membagi tugas. tugas pada setiap area/tahap, misalnya persiapan, distribusi dan
penyajian, serta menunjuk 1 orang sebagai koordinatornya.
5. Berkoordinasi dengan tenaga Kesehatan lain untuk mewujudkan system pelayanan
Kesehatan yang efektif melalui koordinasi lintas program, lintas sektor, LSM, dan
ormas dalam penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap.
D. Kesimpulan
Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat. Kegiatan penanganan
gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap
darurat awal dan tanggap darurat lanjut. Kegiatan penanganan gizi pada tahap Tanggap
Darurat Lanjut, diantaranya meliputi: Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health
Assessment (RHA), Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang
badan/tinggi badan). Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat disesusaikan
dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap
darurat.
E. Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Kegiatan Gizi Dalam Penanggulangan Bencana.
Jakarta: Kemetrian Kesehatan RI
Shine, Glory. 2015. Ketahanan Gizi Dan Pangan Dalam Situasi Darurat Bencana.