Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 7

-Ahlun Naza (11980324353)


- Dwi Regina Riyanda (11980324443)
-Nada Nabila Hadi (11980324474)
-Salsabila Siregar (1198034496)

Penilaian Dan Pengawasan Penyelenggaraan


Makanan
PENILAIAN DAN PENGAWASAN PROSES PENYELENGGARAAN MAKANAN

Penilaian dan pengawasan proses penyelenggaraan makanan terbagi kedalam penyelenggaraan makanan untuk kondisi
darurat. Penyelenggaraan makanan darurat dipersiapkan pada waktu terjadi keadaan darurat yang ditetapkan oleh kepala
wilayah setempat menurut ketentuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya, penyediaan makanan darurat sifatnya sementara
dalam waktu yang relatif singkat (1-3 hari). Jenis makanan yang disediakan awalnya berupa makanan matang, selanjutnya
bahan makanan mentah, sampai dinyatakan keadaan membaik.
Prinsip penyelenggaraan makanan darurat adalah sebagai berikut :

01. 02.
Tersedia air yang cukup Standar makanan minimal
mengandung 1500 – 1800
05. kkal sehari.

Perlu tenaga yang terampil


03. dan berpengalaman dalam
mengelola makanan jumlah
04.
banyak. Menu sederhana dan mudah dipersiapkan,
Frekuensi makan berkisar antara disesuaikan dengan bantuan makanan yang
2 – 3 kali sehari dengan atau tersedia dan memperhitungkan kecukupan gizi
tanpa makanan selingan. kelompok rentan (anak usia 0-23 bulan, anak
usia 24-59 bulan, ibu hamil dan ibu menyusui
serta lanjut usia).
fungsi manajemen penyelenggaraan makanan yaitu :

1 2

Perencanaan Pengorganisasi
(planning) an (organizing)

3 4

Pengarahan Pengevaluasian
(directing) (evaluating)
Dalam proses penyelenggaraan makanan situasi darurat bencana, ada beberapa hal yang memerlukan
monitoring dan tindak lanjut, yaitu:
1. Penyelenggaraan makanan dan pemberian makanan perlu memperhatikan faktor
kebiasaan makan dan pola pengolahan makanan masyarakat di wilayah bencana,
ketersediaan bahan pangan dan sarana prasarana untuk penyelenggaraan makanan.
2. Pengawasan atau monitoring proses pendistribusian bantuan dan pendistribusian
makanan perlu dilakukan pada komunitas sampai tingkat rumah tangga.
3. Pelayanan makanan dalam situasi darurat terutama pada kelompok rentan, selain
memastikan bahwa makanan sampai pada individu yang dituju, juga perlu diawasi
apakah makanan tersebut dapat dikonsumsi dan apabila perlu dilakukan tindak lanjut
untuk memastikan tercapainya tujuan dari pemberian makanan. Kelompok rentan
membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian makan pada situasi darurat yang
sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing dan berbeda dengan golongan umum
lainnya.
4. Pemahaman korban bencana tentang kebutuhan makanan dan cara memperolehnya,
serta kesadaran masyarakat tentang kewaspadaan paska bencana untuk mencegah
masalah gizi yang muncul kemudian.
5. Perlu pengawasan terhadap bantuan pangan termasuk susu formula dan makanan bayi
pabrikan.
Selain monitoring yang perlu diperhatikan, ternyata dalam penyelenggaraan makanan darurat sering ditemukan
beberapa masalah atau hambatan atau keterbatasan, antara lain:

1 2

Hambatan dalam pengadaan Hambatan dalam produksi


bahan makanan makanan

3 4
Hambatan dalam distribusi
makanan Hambatan lain-lain
Dari hasil evaluasi diatas ada beberapa alternatif pemecahan masalah yang perlu dilakukan:

1. Perlu ditempatkan sumberdaya manusia kesehatan disetiap instansi penanggulangan bencana serta melakukan koordinasi
dengan dinas kesehatan.
2. Pendidikan gizi pada masa kondisi kedaruratan bencana tidak dapat dilakukan, sehingga untuk mengatasinya perlu
pendidikan gizi secara rutin pada masyarakat agar selalu siap dalam menghadapi bencana.
3. Penyediaan makanan harus direncanakan dan diperkirakan dengan baik supaya makanan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan gizi menurut kelompok umur.
4. Distribusi makanan hendaknya berdasarkan stok logistik dan jumlah masyarakat yang mengungsi.
5. Penanganan bayi dan balita pada saat kondisi bencana perlu mendapat perhatian khusus. Perlu konselor pemberian
makanan bayi dan anak untuk mendampingi ibu dan anak pada saat kondisi bencana.
PENILAIAN PADA SETIAP TAHAPAN BENCANA

Penilaian pada setiap Tahapan Bencana dapat dilihat pada posisi wilayah Indonesia, secara geografis dan
demografis rawan terjadinya. Namun demikian, dampak yang lebih mendasar adalah timbulnya permasalahan
kesehatan dan gizi pada kelompok masyarakat korban bencana akibat rusaknya sarana pelayanan kesehatan,
terputusnya jalur distribusi pangan, rusaknya sarana air bersih dan sanitasi lingkungan yang buruk. Masalah gizi
yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita, bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena
terpisah dari ibunya dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat. bantuan makanan yang sering
terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisi yang
ada
pada situasi bencana yang meliputi tahap tanggap darurat awal, tahap tanggap darurat lanjut dan pasca bencana.
Kegiatan penanganan gizi pada tahap tanggap darurat awal adalah kegiatan pemberian makanan agar pengungsi
tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya, sementara penanganan kegiatan gizi pada tahap tanggap
darurat lanjut adalah untuk menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai masalah gizi yang ada. Dalam
rangka pelaksanaan kegiatan tersebut perlu memaksimalkan pemanfaatan anggaran operasional penanggulangan
bencana Kementerian Kesehatan.
Untuk mempertahankan kehidupan ketika terjadi bencana alam ada empat
hal yang harus tersedia yaitu

1 2
Ketersediaan makanan/bahan
makanan yang dapat
Ketersediaan air minum/air bersih.
memenuhi kebutuhan energi,
protein dan zat gizi lainnya.

3 4
Tersedianya fasilitas untuk Kondisi lingkungan yang
mandi, cuci, kakus. memungkinkan untuk dapat
beraktifitas secara fisik.
Pada tabel berikut adalah kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan selama keadaan darurat bencana.
Water Requirements For Health Facilities(Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan)

Hospital ward(Ruang rumah sakit) 50 liters/person per day(50 liter/orang per


hari)

Surgery/maternity(Pembedahan/bersalin) 50 liters/person per day(50 liter/orang per


hari)

Dressing/consultation(Berpakaian/konsulltaasi) 5 liters per dressing(5 liter per pakaian)

Feeding centre(Pusat makan) 20-30 liters/person per day

(20-30 liter/orang per hari)

Kitchen(Dapur) 10 liters/person per day(50 liter/orang per


hari)

Sumber: Sutjipto, disaster surveillance. Hpm fk ugm.


Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat, tanggap
darurat dan transisi darurat.

1. Siaga Darurat Bencana 2. Tanggap Darurat 3. Transisi Darurat

Siaga darurat adalah suatu


keadaan potensi terjadinya bencana Transisi darurat adalah suatu
Kegiatan penanganan gizi
yang ditandai dengan adanya keadaan sebelum dilakukan
pada saat tanggap darurat dapat
pengungsi dan pergerakan sumber rehabilitasi dan rekonstruksi.
dikelompokkan dalam 2 (dua)
daya. Kegiatan penanganan gizi Kegiatan penanganan gizi pada
tahap, yaitu tahap tanggap
pada situasi siaga darurat sesuai situasi transisi darurat disesusaikan
darurat awal dan tanggap
dengan situasi dan kondisi yang ada dengan situasi dan kondisi yang
darurat lanjut.
dapat dilaksanakan kegiatan gizi ada, dapat dilaksanakan kegiatan

seperti pada tanggap darurat. gizi seperti pada tanggap darurat.


Kegiatan penilaian pada tahapan bencana adalah sebagai berikut:

1. Tahap Tanggap Darurat Awal


a) Fase I Tanggap Darurat Awal

Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut: korban bencana bias
dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara
lengkap, bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan adanya penyelenggaraan dapur umum jika
diperlukan.

b) Fase II Tanggap Darurat Awal


Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah: Menghitung kebutuhan gizi, Pengelolaan
penyelenggaraan makanan di dapur umum.
Lanjutan….
2. Tanggap Darurat Lanjut
Pada tahap ini sudah ada informasi lebih rinci tentang keadaan pengungsi, seperti jumlah menurut golongan umur dan jenis
kelamin, keadaan lingkungan, keadaan penyakit, dan sebagainya. Kegiatan penanganan gizi pada tahap ini meliputi:
1. Analisis faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assessment (RHA).
2. Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang badan/tinggi badan), ibu hamil dan ibu menyusui
(Lingkar Lengan Atas).
3. Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD) dan jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LIL <23,5
cm).
4. Menganalisis adanya faktor penyulit seperti kejadian diare, campak, demam berdarah dan lain-lain.
Lanjutan….

3. Transisi Darurat
Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi
dan rekonstruksi. Kegiatan penanganan gizi pada situasi transisi darurat
disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan
kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
Kualitas Dan Keamanan Pangan Dalam Penanggulangan Bencana Di
Daerah Tanggap Darurat
Pangan yang dibagikan kepada masyarakat korban bencana bermutu baik dan di tangani secara aman sehingga layak dikonsumsi manusia.Tolak ukur Kunci :

3. Para pemasok bahan pangan melaksanakan pengendalian mutu secara


1. Tidak dijumpai persebaran penyakit akibat pangan yang
dibagikan teratur, dan memasok koditas yang memenuhi standar–standar resm
pemerintah (sehubungan dengan masalah pengemasan, pelabelan, tangga
kadaluarsa, dan sebagainya).

2.Tidak ada keluhan mengenai mutu bahan 4. Seluruh bahan pangan yang dipasok ke lokasi
pangan yang dibagikan, baik dari penerima secara sistimatis di cek lebih dulu oleh Badan
bantuan maupun dari petugas. Pengawasan Obat dan Makanan (POM) setempat
Lanjutan…
5. Seluruh bahan–bahan pangan yang diterima dari dalam negeri memiliki batas
kadaluarsa minimum hingga 6 bulan sudah diterima (Kecuali bahan–bahan seperti
sayur–sayur dan buah–buahan segar, dan jagung pipilan). Semua bahan makanan ini
harus sudah dibagikan sebelum lewat tanggal kadaluarsa.

6. Terdapat prasarana–prasarana penyimpanan pangan yang memadai (sejalan dengan


rekomendasi–rekomendasi terkini) dan pengelolahannya dilaksanakan dengan baik.

7. Staf memperlihatkan pengetahuan yang cukup mengenai ancaman–ancaman potensial bagi


kesehatan dari pembagian makanan, yakni risiko–risiko dari pengelolahan yang kurang baik,
penyimpanan yang tidak memenuhi syarat dan pembagian yang terlambat
Penerimaan Terhadap Bahan Pangan Saat Penanggulangan Bencana Di
Daerah Tanggap Darurat
Bahan – bahan pangan yang dibagikan bersifat layak dan bisa diterima oleh mereka yang menjadi sasaran bantuan.
Tolok ukur kunci :
1. Sebelum menentukan bahan–bahan pangan yang dibagikan, konsultasi dengan masyarakat penerima
bantuan harus dilaksanakan agar bantuan benar-benar mereka terima (memenuhi standar kelayakan dan
kepantasan mereka). Ini harus dimasukkan kedalam proses pengambilan program.
2. Bahan–bahan pangan yang dibagikan tidak bertentangan dengan tradisi– tradisi keagamaan atau adat
istriadat setempat, termasuk bila ada pemali/ tantangan tertentu berkaitan dengan konsumsi ibu hamil
dan/menyusui.
3. Bahan pangan pokok yang dibagikan harus sesuai dengan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
penerimanya
4. Makanan tambahan bagi anak–anak balita memenuhi syarat dalam hal rasa dan sesuai dengan kemampuan
pencernaan mereka.
5. Masyarakat memiliki akses untuk mendapatkan bahan–bahan pangan tertentu yang dianggap termasuk
bahan pokok merurut kebudayaan mereka (umpamanya cabe dan/gula pasir)
Koordinasi Dan Pertanggungjawaban Bahan-Bahan Pangan Di Daerah
Tanggap Darurat
1. Koordinasi Bahan Pangan
Seluruh kegiatan yang berkenaan dengan bantuan yang diberikan kepada para
korban bencana dan pengungsi dikoordinasikan dengan Bakornas PBP di
Pusat, Satkorlak PBP di Provinsi dan Satlak PBP di Kabupaten.

2. Pertanggungjawaban Bahan Pangan


Bahan–bahan pangan yang akan diperbantukan serta dana–dana program
dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan menggunakan system yang
transparan dan dapat diaudit.
Pemantauan Dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Gizi Pada Daerah Tanggap
Darurat Awal Dan Tanggap Darurat Lanjut

Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana


merupakan kegiatan yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap
darurat dan pasca bencana secara terus menerus dan berkesinambungan.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi pencapaian pelaksanaan
kegiatan dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang terkait
penanganan gizi dalam situasi bencana yang meliputi input, proses dan
output.
kesimpulan
1. Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada
tanggap darurat. Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal
dan tanggap darurat lanjut. Kegiatan penanganan gizi pada tahap Tanggap Darurat Lanjut, diantaranya meliputi: Analisis faktor penyulit berdasarkan
hasil Rapid Health Assessment (RHA), Pengumpulan data antropometri balita (berat badan, panjang badan/tinggi badan). Kegiatan penanganan gizi
pada situasi transisi darurat disesusaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
2. Pangan yang dibagikan kepada masyarakat korban bencana bermutu baik dan di tangani secara aman sehingga layak dikonsumsi manusia. Tolok
ukurnya antara lain : Tidak dijumpai persebaran penyakit akibat pangan yang dibagikan, Tidak ada keluhan mengenai mutu bahan pangan yang
dibagikan, baik dari penerima bantuan maupun dari petugas.
3. Bahan – bahan pangan yang dibagikan bersifat layak dan bisa diterima oleh mereka yang menjadi sasaran bantuan. Salah satu Tolok ukurnya
adalah : Sebelum menentukan bahan–bahan pangan yang dibagikan, konsultasi dengan masyarakat penerima bantuan harus dilaksanakan agar
bantuan benar-benar mereka terima (memenuhi standar kelayakan dan kepantasan mereka). Ini harus dimasukkan kedalam proses pengambilan
program.
4. Seluruh kegiatan yang berkenaan dengan bantuan yang diberikan kepada para korban bencana dan pengungsi dikoordinasikan dengan Bakornas PBP
di Pusat, Satkorlak PBP di Provinsi dan Satlak PBP di Kabupaten. Bahan–bahan pangan yang akan diperbantukan serta dana–dana program dikelola
dan dipertanggungjawabkan dengan menggunakan system yang transparan dan dapat diaudit.
5. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan
dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
saran

Gizi sangat berperan penting dalam pemulihan akibat bencana,


olehnya kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana di daerah
tanggap darurat perlu dilaksanakan dengan sebaik
baiknya.penanggulangan bencana di daerah tanggap darurat perlu
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai