Anda di halaman 1dari 11

Intervensi gizi darurat

OLEH
SRI WIDYA ASTUTI KHATI
Tahap penyelamatan dibagi menjadi 2 fase yaitu:
1. Fase pertama di tandai dengan kondisi pengungsi
a. Korban bencana bisa dalam pengungsian atau belum dalam
pengungsian.
b. Petugas belum sempat mengidentifikasi korban secara
lengkap.
c. Bantuan pangan sudah mulai berdatangan.
d. Adanya penyelenggaraan dapur umum.
e. Tenaga gizi mulai terlibat sebagai penyusun menu dan
mengawasi penyelenggaraan dapur umum.

Tujuan fase pertama adalah agar pengungsi


tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya
2. Merencanakan kebutuhan makan
a. Melakukan kegiatan Rapid Health Assessment (RHA)
b. Pengumpulan data antropometri dasar balita menggukur (BB,
PB/TB, LILA) untuk ibu hamil dan ibu menyusui
c. Menghitung proporsi status gizi balita kurus (BB/TB <-2SD) dan
jumlah ibu hamil dengan risiko KEK (LILA <23,5 cm).
d. Menghitung dan menentukan kebutuhan ransum makanan rata-
rata setiap hari senilai 2.100 Kkal, dan 50 gram protein per hari.
e. Menyusun menu menurut kelompok sasaran dengan
mempertimbangkan jenis bahan makanan yang tersedia.
f. Menentukan pengelolaan makanan yang meliputi Tempat
pengolahan, Sumber bahan makanan, Petugas pelaksana, Cara
mengolah, Cara distribusi, Peralatan makan dan pengolahan,
Pengawasan penyelenggaraan makanan
g. Pengawasan bantuan bahan makanan untuk melindungi korban
bencana dari dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti
diare, infeksi, keracunan
Intervensi gizi darurat kepada kelompok yang berisiko
mengalami gizi kurang antara lain: anak usia 2-5 tahun, Ibu
hamil, Ibu menyusui, dan Usia lanjut
Intervensi gizi darurat
1. Penentuan jenis makanan,
• Petugas gizi melakukan identifikasi ketersediaan bahan
makanan yang diperlukan
• Petugas gizi menyusun menu dan porsi untuk setiap
kelompok sasaran
• Hindari penggunaan bahan makanan yang tidak sehat
2. Pola pemberian makanan
3. Pemberian kapsul Vitamin A untuk balita tetap
dilaksanakan sesuai siklus distribusi Bulan Februari dan
Agustus Pemberian vitamin A biru (100.000 IU) bagi bayi
berusia 6-11 bulan dan kapsul vitamin A merah (200.000
IU) bagi anak berusia 12-59 bulan
4. Ibu hamil tetap mendapatkan tablet Fe sesuai aturan
selama 90 hari
5. Ibu nifas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A dosis
200.000 IU (i kapsul pada hari pertama dan kapsul lagi
hari berikutnya, selang waktu minimal 24 jam)
Intervensi gizi darurat pada kelopok dewasa
a. Pola Pemberian makan : Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan
ketersediaan yang ada
• Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan makanan
di gudang
• Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan dengan
kemampuan tenaga pelaksana, di bawah Koordinator dapur umum. Daftar
Menu Harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh pelaksana
pengolahan makanan.
• Pemberian makanan/minuman/suplemen harus didasarkan kepada arahan
Tim Dokter dan Ahli Gizi yang menangani agar terhindar dari dampak
negatif yang ditimbulkan.
2. Fase kedua
Kegiatan meliputi antara lain:
a. Melakukan pengukuran TB/PB/BB ntuk mengetahui besar dan luasnya masalah
gizi dan kesehatan yang ada
b. Menentukan klasifikasi kedaruratan sebagai berikut
 jika tingkat kedaruratan adalah gawat atau kritis maka dilakukan penggukuran
LILA pada pada semua balita dan ibu hamil untuk mengetahui jumlah gizi kurang,
gizi buruk, bumil berisiko KEK.
 merencanakan kebutuhan suplementasi gizi, khususnya bagi kelompok sasaran
yang membutuhkan
 Menyediakan paket bantuan pangan ransum
Tahap tanggap darurat

Tahap ini dimulai setelah selesai tahap penyelamatan. Tujuan Menanggulangi


masalah gizi melalui intervensi sesuai
Kegiatan tahap tanggap darurat meliputi :
1. Menghitung prevalensi status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB-PB dan
menganalisis adanya faktor pemburuk seperti kejadian diare, campak,
demam berdarah
2. Melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan perubahan tingkat
kedaruratan
 Jika prevalensi Balita Kurus > 15% atau 10-14,9% maka perlu diberikan
pemberian Ransum ditambah PMT darurat kepada semua kelompok rawan
khususnya balita, ibu hamil, dan ibu menyusui
 Jika prevalensi Balita Kurus 10-14,9% atau 5-9,9% dengan faktor pemburuk
maka tindakan yang diperlukan adalah PMT darurat terbatas diberikan
kepada balita kurus.
 Jika prevalensi Balita Kurus 5-9,9% atau < 5% dengan faktor pemburuk maka
tindakan yang dilakukan melalui pelayanan kesehatan rutin
3. Melaksanakan pemberian makanan sesuai dengan perkembangan kondisi
kedaruratan
 Usia 0-24 bulan (Baduta) dilakukan pemberian makanan sesuai prinsip Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA) pada situasi darurat, seperti kebutuhan zat gizi
balita.
 Usia 2-5 tahun, makanan utama yang diberikan sebaiknya berasal dari makanan
keluarga, yang tinggi energi, vitamin dan mineral
 Ibu Hamil, perlu penambahan energi sebanyak 300 Kkal dan protein 17 gram,
sedangkan ibu menyusui perlu penambahan energi 500 Kkal dan protein 17 gram,
seperti pada lampiran 4.
 Usia Lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil tetapi padat gizi dan mudah dicerna

4. Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplementasi gizi


5. Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling perorangan dengan materi sesuai
dengan kondisi saat itu.
6. Memantau perkembangan status gizi balita melalui surveilans

Anda mungkin juga menyukai