Anda di halaman 1dari 14

GIZI KEDARURATAN

RULI BAHYU ANTIKA,S.KM.,M.GIZI


PRODI S1 GIZI FKM UNEJ
DEFINISI

■ Bencana adalah sebuah peristiwa yang terjadi secara mendadak serta perlahan
tetapi berlanjut yang memberikan dampak terhadap pola kehidupan normal atau
kerusakan ekosistem sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk
menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia dan lingkungannya.
■ Ahli gizi dibutuhkan dalam pemenuhan gizi dan kesehatan serta, memberikan
pertolongan berupa pemberian asupan/nutrisi atau makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi korban/masyarakat yang berada di area bencana.
Selama pemulihan pasca bencana, ahli gizi memberikan sosialisasi serta
orientasi dan menyediakan bahan pangan yang dapat dikonsumsi korban
bencana untuk mengurangi risiko yang timbul pasca bencana.
Menurut Peraturan Pemerintah No.23
Tahun 2014 Pasal 5 berbunyi:
1. Menyusun dan menetapkan kebijakan bidang gizi
2. Melakukan koordinasi, fasilitasi, dan evaluasi surveilans kewaspadaan gizi skala
nasional
3. Melakukan penanggulangan gizi buruk skala nasional
4. Mengatur, membina, dan mengawasi pelaksaan urusan wajib
5. Mengupayakan pemenuhan kecukupan dan perbaikan gizi pada keluarga
miskin, rawan gizi, dan dalam situasi darurat.
Siapa kelompok prioritas???

■ ibu hamil
■ Lansia
■ ibu menyusui
■ anak-anak dan balita.
Daerah bencana?

1. ketersediaan dan pasokan air bersih yang minim ke daerah yang terdampak bencana
2. Akses dalam penyaluran bantuan sulit dijangkau
3. Ketersedian bahan pangan dalam keadaan darurat sangat minim untuk memenuhi kebutuhan energi dan gizi
masyarakat terdampak bencana
4. Bantuan pangan dari dalam dan luar negeri yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa, tidak terdapat label
keterangan halal
5. Kurangnya pengetahuan dalam penyampaian makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan balita
6. Melimpahnya bantuan susu formula bayi dan botol susu, menurut WHO ( World Health Organization) jika
pemberian susu formula yang berlebihan kepada bayi akan mengakibatkan bayi menjadi diare.
7. Bantuan terlambat dan tidak berkesinambungan, maksudnya adalah daerah yang terdampak bencana diaanggap
sudah mampu dan siap dalam mengatasi kehidupan masyarakat sehingga bantuan dari pusat tidak diberikan lagi,
dan penyebaran bantuan tidaklah merata sampai ke daerah yang terisolir.
Hal yang harus diperhatikan !

1. Air bersih harus segera disalurkan, karena air merupakan aspek vital dalam
kehidupan
2. Pembukaan akses dan penanggulangan bencana harus sigap dan tanggap
3. Setiap daerah harus mempunyai lumbung penyimpanan makanan yang aman
bebas dari hama agar sewaktu terjadi bencana pada daerah tersebut segera
bisa digunakan oleh masyarakat.
Berikut adalah beberapa penanganan
yang dilakukan saat situasi bencana dan
pasca bencana:
1. Kegiatan pra bencana dilakukan sebagai antisipasi dan mengurangi risiko
dampak bencana. Kegiatannya antara lain sosisalisasi dan pelatihan petugas,
seperti manajemen gizi bencana, penyusunan rencana kegiatan gizi, konseling,
pengumpulan data awal daerah rentan bencana, pendampingan petugas dll.
2. Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat,
tanggap darurat, dan transisi darurat.
• Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya
pengungsi dan pergerakan sumber daya.
• Tanggap darurat, pada fase 1 tanggap darurat awal dilakukan pemeberian makanan yang
bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan status gizinya, mengawasi
pendistribusian bantuan bahan makanan, dan menganalisis hasil Rapid Health Assessement.
Kemudian untuk fase ke 2 tanggap darurat awal dilakukan perhitungan kebutuhan gizi dan
pengolahan penyelenggaraan makanan di dapur umum. Saat fase lanjut dilakukan
penanganan dengan cara penanganan sesuai tingkat kedaruratannya. Tahap ini telah memiliki
informasi yang lebih rinci dalam pembagian golongan seperti golongan umur dan jenis
kelamin. Serta melakukan pengukuran status gizi ibu hamil, balita dan ibu menyusui. Dan
melaksanakan pemberian makanan tambahan serta suplemen yang baik untuk kesehatannya.
• Transisi darurat, suatu keadaan sebelum dilakukan rehabilitasi dan rekontruksi, kegiatannyaa
hampir sama seperti pada tanggap darurat.
3. Pasca bencana, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pemantauan dan
evaluasi sebagai bagian surveilans, untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan,
dan melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai tindak lanjut atau respon dari
informasi yang diperoleh. Pembinaan gizi yang dapat dilakukan seperti
memberikan pendidikan gizi bagi masyarakat, pemberian makanan tambahan bagi
anak-anak, khususnya balita sesuai dengan PMBA (pemberian makanan bayi dan
anak) dan usia rentan.
Peran AHLI GIZI DI DAERAH
BENCANA?
1. Pra-bencana:
• Memastikan tersedianya pedoman pelaksanaan penanggulangan gizi
• Menrencanakan kegiatan antisipasi bencana
• Melakukan sosialisasi dan pelatihan pada petugas terkait
• Melakukan pembinaan antisipasi bencana
• Menyediakan data awal daerah rentan bencana
2. Keadaan darurat :
• Pada fase pertama, beberapa hal yang wajib dipastikan oleh seorang ahli
gizi ialah, tersedianya data sasaran hasil RHA(rapid health assessment),
Tersedianya standar ransum di daerah bencana, dan tersedianya daftar
menu makanan di daerah bencana.
• Fase kedua, Ahli gizi akan melakukan analisis lanjutan terhadap RHA
sehingga diketahui jumlah pengungsi berdasarkan kelompok umur. Dari
hasil analisis tersebut dapat dihitung ransum yang dibutuhkan oleh para
pengungsi berdasarkan kebutuhan gizi masing- masing pengungsi
3. Pasca Bencana
– Tahap terakhr, ahli gizi bersama pihak lain yang berkaitan harus melakukan
pengumpulan dan analisis data perkembangan status gizi korban bencana,
pelaksanaan pembinaan teknis pasca bencana, dan sosialisasi kebutuhan
gizi yang harus dipenuhi oleh korban bencana, pasca kejadian, agar tetap
memiliki kesehatan yang baik.
PERAN MASYARAKAT ??

Anda mungkin juga menyukai