Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Dosen Pengampuh Mata Kuliah: Taharuddin, S.K.M., M.Kes


KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)

DISUSUN OLEH:

AKPER II A

KELOMPOK 1

Mutiara Auliyah (219025)


Nur Insani (219029)
Indri Angraeni (219016)
Hikmawaty Rahman (219014)
Lucky Lorenza Isak Retta (219020)
Muh Rifki Apriansyah (219022)
Dwi Widya Fitriani (219007)
Tiffani Hasan (219045)
Nur Annisa Juliana A (219026)
Nur Cahyani (219027)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN PELAMONIA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kekurangan Energi
Protein (KEP)”.

Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini


berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah


ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penyusun telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan
oleh karena itu penyusun dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. 

Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi


seluruh pembaca dan teman-teman. Kami ucapkan Terimakasih.

Makassar, 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHSAN

A. Pengertian KEP.............................................................................3
B. Faktor Penyebab KEP...................................................................5
C. Gejala KEP....................................................................................8
D. Dampak KEP.................................................................................9
E. Patofisiologi KEP.............................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................12
B. Saran...........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
KEP (Kekurangan Energi Protein) atau Protein Energy Malnutrition
merupakan salah satu gangguan gizi yang penting bagi banyak
Negara yang sedag berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan
Amerika Selatan. KEP terdapat terutama pada anak-anak di bawah
lima tahun (balita). Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
KEP merupakan salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai
dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual, serta menurunkan
daya tahan tubuh yang berakibat meningkatkan resiko kesakitan dan
kematian terutama pada kelompok rentan biologis.
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari
defisiensi makro nutrient ke defisiensi mikro nutrient, namun beberapa
daerah di Indonesia prevalensi KEP masih tinggi (>30%) sehingga
memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi
KEP. Berbagai upaya untuk menanggulangi kejadian KEP antara lain
pemberdayaan keluarga, perbaikan lingkungan, menjaga ketersediaan
pangan, perbaikan pola konsumsi dan perkembangan pola asuh,
melakukan KIE, melakukan penjaringan dan pelacakan kasus KEP,
memberikan PMT penyuluhan, pendampingan petugas kesehatan,
mengoptimalkan Poli Gizi di Puskesmas, dan revitalisasi posyandu.
Meskipun berbagau upaya telah dilakukan tetap saja kasus KEP
bermunculan di setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kompleksnya
penyebab KEP itu sendiri. Mengingat pentingnya pengetahuan KEP
tersebut, maka kami menyusun makalah berjudul “Kekurangan Energi
Protein” ini yang didalammnya memaparkan hal-hal yang
berhubungan dengan KEP itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian KEP?
2. Apa Faktor Penyebab Terjadinya KEP?
3. Bagaimana Gejala KEP?
4. Bagaimana Dampak KEP?
5. Bagaimana Patofisiologi KEP?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian KEP
2. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab KEP
3. Untuk Mengetahui Gejala KEP
4. Untuk Mengetahui Dampak KEP
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi KEP

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kekurangan Energi Protein (KEP)


Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi
yang di sebabkan oleh rendahnnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari atau di sebabkan oleh gangguan penyakit
tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi [ CITATION
Dep99 \l 1033 ]
KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit
gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di negara yang
sedang berkembang lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat pada anak-
anak balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui. Penderita
KEP memiliki berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan
oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang
bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP
pada derajat yang ringan sampai yang berat.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Salah satu
pengertian gizi buruk merupakan suatu keadaan kekurangan
kunsumsi zat gizi yang di sebabkan oleh rendahnya konsumsi energi
protein dalam makanan sehari-hari, sehingga secara klinis terdapat
tiga tipe, marasmus, kwashiorkor, dan marasmus kwashiorkor.
Status gizi buruk menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena
kekurangan protein (disebut kwashiorkor). Karena kekurangan energi
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya (di sebut
msrasmus kwashiorkor). Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak
balita (bawah lima tahun) dan di tampakkan oleh membusungnya
perut (busung lapar). Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seorang
dinyatakan kekurangan zat gizi, atau dengan ungkapan lain status
gizinya berada di bawah standar rata-rata. Zat gizi yang dimaksud

3
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe
malnutrition1) adalah suatu istilah teknis yang umumnya di pakai oleh
terjadinya kekurangan gizi menahun. [ CITATION Wir12 \l 1033 ]
Menurut Kemenkes RI, klasifikasi KEP didasarkan pada indeks
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan indeks masa tubuh
berdasarkan umur (IMT/U).
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (z-


score)
Berat Badan Gizi Buruk < -3 SD
menurut Umur
Gizi Kurang -3 SD s/d < -2 SD
(BB/U) Anak Umur
Gizi Baik -2 SD s/d 2 SD
0 – 60 Bulan)
Gizi Lebih > 2 SD

Panjang Badan Sangat Pendek < -3 SD


menurut Umur (PB/U)
Pendek -3 SD s/d < -2 SD
atau Tinggi Badan
menurut Umur (TB/U) Normal -2 SD s/d 2 SD
Anak Umur 0 – 60
Tinggi > 2 SD
Bulan

Berat Badan Sangat Kurus < -3 SD


menurut Panjang Kurus -3 SD s/d < -2 SD
Badan (BB/PB) atau
Normal -2 SD s/d 2 SD
Berat Badan enurut
> 2 SD
Tinggi Badan
Gemuk
(BB/TB) Anak Umur
0 – 60 Bulan

Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus < -3 SD


Kurus -3 SD s/d < -2 SD
menurut Umur
Normal -2 SD s/d 2 SD

4
(IMT/U) Anak Umur Gemuk > 2 SD
0 – 60 Bulan

B. Penyebab Kekurangan Energi Protein (KEP)

Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun


protein, yang berarti kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung kalori maupun protein, hambatan utilisasi zat gizi.
Adanya penyakit infeksi dan investasi cacing dapat memberikan
hambatan absorpsi dan hambatan utilisasi zat-zat gizi yang menjadi
dasar timbulnya KEP. Penyebab langsung KEP dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi yang dapat menyebabkan KEP yaitu cacar air,
batuk rejang, TBC, malaria, diare, dan cacing, misalnya cacing
Ascaris lumbricoides dapat memberikan hambatan absorbsi dan
hambatan utilisasi zat-zat gizi yang dapat menurunkan daya tahan

5
tubuh yang semakin lama dan tidak diperhatikan akan merupakan
dasar timbulnya KEP.
2. Konsumsi makan
KEP sering dijumpai pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun dimana
pada usia tersebut tubuh memerlukan zat gizi yang sangat tinggi,
sehingga apabila kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi maka tubuh
akan menggunakan cadangan zat gizi yang ada di dalam tubuh,
yang berakibat semakin lama cadangan semakin habis dan akan
menyebabkan terjadinya kekurangan yang menimbulkan
perubahan pada gejala klinis.
3. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi tiap anak berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh
metabolisme basal tubuh, umur, aktivitas, fisik, suhu, lingkungan
serta kesehatannya. Energi yang dibutuhan seseorang tergantung
pada beberapa faktor, yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas fisik, dan
kondisi psikologis.
4. Kebutuhan protein
Protein merupakan zat gizi penting karena erat hubungannya
dengan kehidupan.
5. Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting
dalam tumbuh dan kembang anak, karena dengan pendidikan yang
baik maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar
terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik. Seorang ibu
dengan pendidikan yang tinggi akan dapat merencanakan menu
makan yang sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya.
Pengetahuan ibu tentang cara memperlakukan bahan pangan
dalam pengolahan dengan tujuan membersihkan kotoran, tetapi
sering kali dilakukan berlebihan sehingga merusak dan mengurangi
zat gizi yang dikandungnya.

6
6. Tingkat pendapatan dan pekerjaan orangtua
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh
kembang anak, karena orangtua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer seperti makanan maupun yang
sekunder. Tingkat pendapatan juga ikut menentukan jenis pangan
apa yang akan dibeli. Keluarga yang pendapatannya rendah
membelanjakan sebagian besar untuk serealia, sedangkan
keluarga dengan pendapatan yang tinggi cenderung
membelanjakan sebagian besar untuk hasil olah susu. Jadi,
penghasilan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas
makanan. Antara penghasilan dan gizi jelas ada hubungan yang
menguntungkan. Pengaruh peningkatan penghasilan terhadap
perbaikan kesehatan dan kondisi keluarga lain yang mengadakan
interaksi dengan status gizi yang berlaku hampir universal.
7. Besar anggota keluarga
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial
ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian
dan kasih sayang yang diterima anak, lebih-lebih kalau jarak anak
terlalu dekat. Adapun pada keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi yang kurang, jumlah anak yang banyak akan
mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak,
juga kebutuhan primer seperti makanan, sandang, papan tidak
terpenuhi.
Penyebab tidak langsung dari KEP ada beberapa hal yang
dominan, antara lain pendapatan yang rendah sehingga daya beli
terhadap makanan terutama makanan berprotein rendah. Penyebab
tidak langsung yang lain adalah ekonomi negara, jika ekonomi negara
mengalami krisis moneter akan menyebabkan kenaikan harga barang,
termasuk bahan makanan sumber energi dan protein seperti beras,
ayam, daging, dan telur. Penyebab lain yang berpengaruh terhadap
defisiensi konsumsi makanan berenergi dan berprotein adalah

7
rendahnya pendidikan umum dan pendidikan gizi sehingga kurang
adanya pemahaman peranan zat gizi bagi manusia. Atau mungkin
dengan adanya produksi pangan yang tidak mencukupi kebutuhan,
jumlah anak yang terlalu banyak, kondisi higiene yang kurang baik,
sistem perdagangan dan distribusi yang tidak lancar serta tidak
merata. [ CITATION Wir12 \l 1033 ]
C. Gejala Kekurangan Energi Protein (KEP)
Terdapat tiga tipe gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut berdasarkan ciri-ciri
atau tanda klinis masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan energy.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orang tua (berkerut),
tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang
dibawah kulit), rambut mudah patah dan berwarna kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan, (sering diare), pembesaran
hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setrelah makan, karena masih merasa lapar.
Berikut adalah gejala pada marasmus: [ CITATION Dep00 \l 1033 ]
a) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar
lemak dan otot-ototnya tinggal tulang terbungkus kulit
b) Wajah seperti orang tua
c) Iga gambang dan perut cekung
d) Otot paha mengendur
e) Cengeng dan rewel,
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (sugar
baby), bilamana dietnya mengandung cukup energy disamping
kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama
dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.

8
a. Perubahan status mental
b. Rambut tipis kemerahan seperti wara rambut jagung dan
mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor lanjut dapat terlihat
rambut kepala kusam
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat
diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin
dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan
berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuram dari beberapa gejala
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukuo
mengandung protein dan juga energy untuk pertumbuhan yang
normal. Pada penderita demikian disamping menurunnya berat
badan <60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor,
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit. [ CITATION Dep00 \l
1033 ]
D. Dampak Kekurangan Energi Protein
Banyak dampak merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain
yaitu merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan,
gangguan perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu
penyebab dari angka kematian yang tinggi (Sihadi, 2000). Anak yang
menderita KEP apabila tidak segera ditangani sangat berosoko tinggi
dan dapat berakhir dengan kematian anak. Hal ini akan menyebabkan
meningkatnya kematian bayi yang merupakan salah satu indicator
derajat kesehatan [ CITATION Lat00 \l 1033 ]

9
Menurut Jalal (1998) dampak serius dan kekurangan gizi adalah
timbulnya kecacatan, tingginya angka kecatatan dan pterjadinya
percepatan kematian. Dilaporkan bahwa lebih dari separuh kematian
anak di Negara berkembang disebabkan oleh KEP. Anak –anak balita
yang menderita KEP ringan mempunyao resiko kematian dua kali
lebih tinggi dibandingkan anak normal. Hal ini di dukung oleh Sihadi
(1999) yang menyatakan bahwa kekurangan gizi diantaranya dapat
menyebabkan merosotnya mutu kehidupan, terganggunya
pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak, serta
merupakan salah satu sebab dari angka kematian yang tinggi pada
anak.
Anak-anak dengan malnutrisi dini mempunyai peluang lebih tinggi
untuk mengalami retardasi pertumbuhan fisik jangka panjang.
Perkembangan mental yang suboptimal, dan kematian dini bila
dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Malnutrisi juga dapat
mengakibatkan retardasi pertumbuhan fisik yang pada gilirannya
berhubungan dengan resiko kematian yang tinggi. Hal tersebut
didukung oleh Astini (2001) yang menyatakan bahwa pada masa
pascanatal sampai dua tahun merupakan masa yang amat kritis
karena terjadi pertumbuhan yang amat pesat dan terjadi diferensiasi
fungsi pada semua organ tubuh. Gangguan yang terjadi pada masa ini
akan menyebabkan perubahan yang menetap pada struktur anatomi,
biokimia, dan fungsi orgam. Jadi setiao gangguan seperti buruknya
status gizi dapat menghambat beberapa aspek pertumbuhan organ.
Kekurangan gizi juga dapat mempengaruhi bayi secara psikologis diri
dari lingkungan.
Kurang gizi juga akan menyebabkan timbulnya infeksi dan
sebaliknya penyakit infeksi akan memperburuk kekurangan gizi.
Infeksi dalam derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi,
sedangkan ,malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh
negatifpada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Hal ini akan

10
bertambah buruk bila keduanya terjadi dalam waktu yang bersamaan.
[ CITATION Pud00 \l 1033 ]

E. Patifisiologi Kekurangan Energi Protein


Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi
berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan
karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengam melalui
katabolic.
Jika terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein
akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan difisiensi protein yang
relative, apabila kondisi ini terjadi terus menerus maka akan
meunjukkan kwashiorkor ataupun marasmus.
Adapun energy dan protein diperoleh dari makanan kurang,
padahal untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan
energy yang dapat, dipengaruhi oleh makanan yang diberikan
sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energy tersebut.
Kekurangan energy protein dalam makanan yang dikonsumsi akan
menimbulkan kekurangan berbagai asam amino essensial yang
dibutuhkan untuk sintesis, oleh karena dalam diet terdaoat cukup
karbohohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagai
asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut
akan disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian
timbul edema perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan
lipo protein beta sehingga transport lemak dari hati ke hati dapat

11
lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumuasi lemak dalam
heper. (Ilmu Kesehatan Anak, 1998).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi
yang di sebabkan oleh rendahnnya konsumsi energi dan protein
dalam makanan sehari-hari atau di sebabkan oleh gangguan penyakit
tertentu, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun
protein, yang berarti kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung kalori maupun protein, hambatan utilisasi zat gizi.
Penyebab tidak langsung dari KEP ada beberapa hal yang dominan,
antara lain pendapatan yang rendah sehingga daya beli terhadap
makanan terutama makanan berprotein rendah.
Terdapat tiga tipe gizi buruk yaitu marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut berdasarkan ciri-ciri
atau tanda klinis masing-masing tipe yang berbeda-beda.
Banyak dampak merugikan yang diakibatkan oleh KEP, antara lain
yaitu merosotnya mutu kehidupan, terganggunya pertumbuhan,
gangguan perkembangan mental anak, serta merupakan salah satu
penyebab dari angka kematian yang tinggi.
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi
berbagai cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi
penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran cadangan

12
karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengam melalui
katabolic.
Jika terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein
akan meningkat, sehingga dapat menyebabkan difisiensi protein yang
relative, apabila kondisi ini terjadi terus menerus maka akan
meunjukkan kwashiorkor ataupun marasmus.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya dapat
memahami tentang Kekurangan Energi Protein dan mengindari
penyebab terjadinya Kekurangan Energi Protein.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Andriani & Wirjatmadi. (2012). Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.


Jakarta: Kencana Pustaka.

Astini. (2001). Kalender Tumbuh Kembang Anak Balita Sebagai Alat


Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak. Kesehatan
Masyarakat Indonesia.

Depkes RI. (2000). Rencana Aksi Pangan Dan Gizi Nasional. Jakarta:
Depkes RI.

Depkes, RI. (1999). Pedoman Tatalaksana Kurang Energi Protein Pada


Anak Di Puskesmas Dan Di Rumah Tangga.

Latinulu. (2000). Pemantauan Penggunaan Status Gizi Balita Dan


Perencanaan Program Dari Bawah. Jakarta: Medika.

Pudjiadi. (2000). Ilmu Gizi Klinik Pada Anak. Jakarta: FKM UI.

Sihadi. (1999). Masalah Gizi Buruk Pada Anak Di Bawah Lima Tahun.
Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.

iii

Anda mungkin juga menyukai