Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GIZI PADA LANJUT USIA

I. Latar Belakang
Peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan. Menurut hasil susenas tahun 2000, jumlah lanjut usia 14,4 juta
jiwa atau 7,18 % dari total jumlah penduduk sedangkan pada tahun 2010 jumlah lanjut usiasudah
mencapai 19 juta jiwa atau sekitar 8,5 % jumlah penduduk. Hal ini menunjukkan peningkatan
jumlah lanjut usia dan diproyeksikan akan terus meningkat sehingga diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi 28,8 juta jiwa.
Pertambahan jumlah lanjut usia akan menimbulkan berbagai permasalahan kompleks bagi
lanjut usia, keluarga maupun masyarakat meliputi aspek fisik, biologis, mental maupun sosial
ekonomi. Seiring dengan permasalahan tersebut akan mempengaruhi asupan makannya yang
pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap status gizi.
Data dari Journal of Nutrition 1999 menyatakan bahwa di Indonesia, lanjut usia (60-75
tahun) mempunyai asupan energi rata-rata kurang dari kebutuhan, 36,6 % lanjut usia menderita
defisiensi vitamin B1, lebih dari 75 % mendapat asupan zat besi dan vitamin B1 (2/3 RDA), 20,2
% mendapat asupan asam folat (2/3 RDA), serta 32,4 % menderita defisiensi vitamin B12.
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, prevalensi penyakit pada
usia lanjut 55-64 tahun adalah penyakit sendi 56,4 %, hipertensi 53,7 %, Stroke 20,2 %, penyakit
asma 7,3 %, jantung 16,1 %, Diabetes 3,7 %, Tumor 8,8 %. Meningkatnya penyakit degeneratif
pada lanjut usia ini akan meningkatkan beban ekonomi keluarga, masyarakat dan Negara
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang
Kesehatan No. 36 Tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan dan perilaku sadar
gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Dengan meningkatkan pelayanan gizi pada usialanjut diharapkan dapat menanggulangi
masalah gizi lanjut usia sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan
lanjut usia
II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang Gizi pada LanjutUsia, diharapkanlanjut usia
dapat mengerti dan memahami tentang Gizi pada Lanjut Usia.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentangkebutuhan gizi pada lanjut usia
b. Menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lanjut
usia
c. Menjelaskan tentang pemantauan status gizi pada lanjut usia
d. Menjelaskan tentang masalah gizi pada lanjut usia
e. Menjelaskan tentang perencanaan makanan untuk lanjut usia

III. Sasaran
Sasaran penyuluhan tentang Gizi pada Lanjut Usia terdiri dari :
1. Pra lanjut usia (45-59 tahun)
2. Lanjut usia (60-69 tahun)

3. Lanjut usia risiko tinggi ( 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah kesehatan)

IV. Metode
1. Pembukaan
2. Penyuluhan
3. Tanya Jawab
4. Penutupan

V. Waktu dan Tempat


Hari / Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Acara : Penyuluhan tentang Gizi pada LanjutUsia

VI. Media
Media penyuluhan digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1. Leaflet

VII. Materi Penyuluhan


Terlampir

VIII. Susunan Acara Kegitan Penyuluhan


Terlampir
IX. POA Kegiatan
Terlampir

X. Evaluasi
1. Partisipasi lanjut usia dalam mengikuti kegiatan penyuluhan Gizi pada Lanjut Usia
2. Penyampaian materi penyuluhan Gizi pada Lanjut Usia oleh petugas
3. Pemahaman atau daya terima lanjut usia mengenai penyuluhan Gizi pada Lanjut Usia

XI. Penutup
Demikian proposal rencana kegiatan penyuluhan tentang Gizi pada Lanjut Usia ini
dibuat. Besar harapan saya supaya kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan semoga dapat
bermanfaat. Atas partisipasi dan kerjasamanya diucapkan terimakasih
Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN GIZI PADA LANJUT USIA

A. Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia


1. Kalori
Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang
berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot dan aktivitas.
Kebutuhan kalori untuk lanjut usia laki-laki : 30 kkal/kgBB, sedangkan untuk lanjut usia
wanita : 25 kkal/kgBB. Bila jumlah kalori yang dikonsumsi berlebihan, maka sebagian
energi akan disimpan berupa lemak, sehingga akan timbul obesitas.
2. Protein
Kecukupan protein sehari yang dianjurkan pada lanjut usia adalah sekitar 0,8 gram/ kgBB
atau 1015 % dari kebutuhan energi. Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein nabati lebih
banyak dari protein hewani.Sumber protein nabati yang dianjurkan adalah kacang-
kacangan dan produk olahannya. Sumber protein hewani yang dianjurkan adalah ikan,
daging dan ayam tanpa lemak, susu tanpa lemak.
3. Lemak
Pada lanjut usia konsumsi lemak dianjurkan tidak melebihi 20-25 % dari kebutuhan energi
dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh = 2 : 1. Kolesterol merupakan sejenis lemak
yang hanya terdapat di makanan hewani terutama pada otak, hati, daging berlemak, kuning
telur, konsumsinya harus dibatasi.Kolesterol tidak melebihi 300 mgr/ hari di dalam
makanan.
4. Karbohidrat
Penggunaan karbohidrat relatif menurun pada lanjut usia, karena kebutuhan energy juga
menurun. Lanjut usia disarankan mengkonsumsi karbohidrat komplek dari pada
karbohidrat sedehana, karena mengandung vitamin, mineral dan serat. Perhitungan
kebutuhan karbohidrat didasarkan kepada sisa dari total energy setelah dikurangi energy
dari protein dan lemak. Dinjurkan lanjut usia mengkonsumsi karbohidrat 60-65 % dari total
kebutuhan energi
5. Vitamin dan mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral didasarkan kepada angka kecukupan gizi yang
dianjurkan.Namun untuk kondisi tertentu vitamin dan mineral diberikan dalam jumlah yang
lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan.
a. Kalsium
b. Vitamin D
c. Zat besi
d. Asam Folat
e. Sodium
f. B12 (Sianokobalamin)
6. Serat
Kebutuhan serat 25-30 gram/hari
7. Air
Masukan cairan perlu diperhatikan karena adanya mekanisme rasa haus dan menurunnya
cairan tubuh total ( penurunan massa lemak). Lanjut usia membutuhkan cairan antara 1,5
liter per hari ( 6-8 gelas)

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lanjut usia


Kebutuhan gizi pada lanjut usia spesifik, karena terjadinya perubahan proses fisiologi dan
psikososial sebagai akibat proses menua. Kebutuhan gizi lanjut usia sangat dipengaruhi oleh
factor :
1. Umur
Pada usia lanjut kebutuhan energy dan lemak menurun. Setelah usia 50 tahun, kebutuhan
energi berkurang sebesar 5% untuk setiap 10 tahun. Kebutuhan protein, vitamin dan
mineral tetap yang berfungsi sebagai regenerasi sel dan antioksidan untuk melindungi sel-
sel tubuh dari radikal bebas yang dapat merusak sel
2. Jenis kelamin
Umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak (terutama energy, protein dan lemak)
dibandingkan pada wanita, karena postur, otot dan luas permukaan tubuh laki-laki lebih
luas dari wanita.Namun kebutuhan zat besi (Fe) pada wanita cenderung lebuh tinggi,
karena wanita mengalami menstruasi. Pada wanita yang sudah menopause kebutuhan zat
besi (Fe) turun kembali
3. Aktifitas fisik dan pekerjaan
Lanjut usia mengalami penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada berkurangnya
aktifitas fisik sehingga kebutuhan energinya juga berkurang. Kecukupan zat gizi seseorang
juga sangat tergantung dari pekerjaan sehari-hari : ringan, sedang, berat. Makin berat
pekerjaan seseorang makin besar zat gizi yang dibutuhkan. Lanjut usia dengan pekerjaan
fisik yang berat memerlukan zat gizi yang lebih banyak
4. Postur tubuh
Postur tubuh yang lebih besar memerlukan energy lebih banyak dibandingkan postur tubuh
yang lebih kecil
5. Iklim/suhu udara
Orang yang tinggal di daerah bersuhu dingin (pegunungan) memerlukan zat gizi lebih
untuk mempertahankan suhu tubuhnya
6. Kondisi kesehatan (stress fisik dan Psikososial)
Kebutuhan gizi setiap individu tidak selalu tetap, tetapi bervariasi sesuai dengan kondisi
kesehatan seseorang pada waktu tertentu. Stress fisik dan stressor Psikososial yang kerap
terjadi pada lanjut usia juga mempengaruhi kebutuhan gizi. Pada usia lanjut masa
rehabilitasi sesudah sakit memerlukan penyesuaian kebutuhan gizi.
7. Lingkungan
Lanjut Usia yang sering terpapar di lingkungan yang rawan polusi (pabrik, industry,dll)
perlu mendapat suplemen tambahan yang mengandung protein, vitamin dan mineral untuk
melindungi sel-sel tubuh dari efek radiasi

Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang.
Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah
atau mengurangi risiko penyakit degenerative dan kekurangan gizi. Kebutuhan gizi lanjut
usia dihitung secara individu

C. Pemantauan Status Gizi pada Lanjut usia


Pemantauan status gizi menggunakan KMS lanjut usia yaitu pengukuran tinggi badan dan
berat badan, dilakukan secara berkala (sebulan sekali) bersama-sama dengan pemeriksaan
kesehatan lain.

D. Masalah Gizi pada Lanjut usia


1. Kegemukan atau obesitas
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung
lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme yang menurun pada
lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktifitas fisik atau penurunan jumlah
makanan, sehingga jumlah kalori yang berlebih akan diubah menjadi lemak yang dapat
mengakibatkan kegemukan.
2. Kekurangan Energi Kronik
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia dapat
menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai keriput,
sehingga makin kelihatan kurus. Beberapa penyebab kekurangan energy kronik pada lanjut
usia :
a. Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman
b. Gigi-geligi yang tanggal, sehingga mengganggu proses mengunyah makanan
c. Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat, merokok, dll
3. Kekurangan zat gizi mikro lain
Biasanya menyertai lanjut usia dengan kekurangan energy kronik, namun kekurangan zat
gizi mikro dapat juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, Magnesium, Kalsium, Seng dan
kurang serat sering terjadi pada lanjut usia.
Beberapa penyakit kronik degenerative yang berhubungan dengan status gizi :
a) Penyakit Jantung Koroner
Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol yang berlebihan dapat meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner ini mulanya disebabkan oleh
penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh
koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan
jaringan ikat, pengapuran, pembekuan darah, dan lain-lain yang semuanya akan
mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut
b) Hipertensi
Berat badan yang berlebih akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah
ke seluruh tubuh. Akibatnya tekanan darah cenderung menjadi lebih tinggi. Selain itu
pembuluh darah pada lanjut usia sering mengalami ateosklerosis (lebih tebal dan
kaku), sehingga tekanan darah akan meningkat. Bila terjadi sumbatan di pembuluh
darah otak akan memacu timbulnya stroke. Bila sumbatan terjadi di jantung dapat
menyebabkan serangan jantung berupa nyeri dada atau kematian otot jantung ( angina
pectoris atau infark miokard) yang dapat menyebabkan kematian
c) Diabetes Mellitus
Adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang
melebihi nilai normal ( gula darah Puasa 126 gr/dl dan atau gula darah sewaktu
diatas 200 gr/dl)
1) DM Tipe I
Diabetes disebabkan oleh kekurangan insulin karena terjadi kerusakan sel dan
pancreas.
2) DM Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/NIDDM)
Selain terjadi kerusakan sel dan pancreas juga disertai tidak berfungsinya
insulin, 75 % penderita DM Tipe II adalah obesitas atau dengan riwayat
obesitas.
d) Osteoarthritis (pengapuran tulang)
Adalah penyakit bagian dari arthritis, penyakit ini terutama menyerang sendi
terutama pada sendi tangan, lutut dan pingggul. Orang yang terserang osteoarthritis
biasanya susah menggerakkan sendi-sendinya dan pergerakannya menjadi terbatas
karena turunnya fungsi tulang rawan untuk menopang badan
e) Osteoporosis (keropos tulang)
Masa tualng maksimum pada usia sekitar 35 tahun untuk wanita dan 45 tahun untuk
pria. Bila konsumsi kalsium kurang dalam jangka waktu lama akan timbul keropos
tulang (osteopororis), dan pada wanita menopause akan lebih rentan karena pengaruh
penurunan hormone estrogen. Akibatnya tulang menjadi rapuh dan mudah patah
apabila terjatuh atau terkena trauma
f) Arthritis Gout
Kelainan metabolism protein menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat.
Kristal asam urat akan menumpuk di persendian yang menyebabkan rasa nyeri dan
bengkak sendi. Pada penderita gout perlu pembatasan konsumsi lemak, protein,
purin, untuk penurunan kadar asam urat. Disarankan banyak minum air putih minimal
8 gelas sehari.
g) Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan
daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-
hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada lanjut usia.
Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi,
diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya
demensia.
h) Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami
perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang
berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi
menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa
tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal
(kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas
usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.

E. Perencanaan Makanan pada Lanjut usia


1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari :
zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti
santan, mentega dll.
5. Bagi pasien Lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Makanlah makanan yang mudah dicerna
b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan
c. Bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu kurang baik, makanan
harus lunak/lembek atau dicincang
d. Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
6. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak,
bayam, dan sayuran hijau.
7. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang
kurangi makanan yang digoreng

Lampiran 2
SUSUNAN ACARA KEGIATAN PENYULUHAN

1. Pembukaan
2. Penyuluhan
3. Tanya jawab
4. Penutupan

WAKTU KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB


09.00 09.05 Pembukaan dan Perkenalan

09.05 09.15 Penyuluhan

09.15 09.25 Tanya jawab

09.25 09.30 Penutup


Lampiran 3

POA KEGIATAN

Kegiatan
No Tahapan Penanggung Media Metode Waktu
Sasaran
Jawab

Prahatika Lanjut usia


1. Pembukaan dan - Ceramah 5 menit
Perkenalan

Penyuluhan Lanjut usia


2. Leaflet Ceramah 10 menit

Tanya jawab Lanjut usia


3. Tanya jawab 5 menit
a.
Lanjut usia
4. Penutup Ceramah 5 menit

Anda mungkin juga menyukai