Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN PICKY EATER DENGAN STATUS GIZI

PADA BALITA : LITERATURE REVIEW

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh
Yulia Puspita Sari
NIM : 11194561920114

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

HUBUNGAN PICKY EATER DENGAN STATUS GIZI


PADA BALITA : LITERATURE REVIEW

Skripsi

Oleh
Yulia Puspita Sari
NIM : 111945619220114

Telah disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Skripsi


Pada Tanggal Juli 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Malisa Ariani, Ns., M.Kep Winda Ayu Fazraningtyas, Ns., MSN


NIK. 1166022015081 NIK.1166012014062

ii
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul

“Hubungan Picky Eater dengan Status Gizi pada Balita: Literature Review”.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penulisan skripsi ini,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. RR. Dwi Sogi Sri R, S.KG., M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah

Banjarmasin.

2. Anggrita Sari, S.SiT., M.Pd., M.Kes selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik

dan Kemahasiswaan Universitas Sari Mulia.

3. Hariadi Widodo, S.Ked., M.PH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan

Sistem Informasi Universitas Sari Mulia

4. Dr. Ir. Agustinus Hermino Superma Putra, M.Pd selaku Wakil Rektor III

Bidang Sumber Daya dan Kemitraan Universitas Sari Mulia.

5. Apt. H. Ali Rakhman Hakim, M. Farm., Apt. Selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Universitas Sari Mulia.

6. Mohammad Basit, S.Kep.Ns., MM selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Universitas Sari Mulia.

iii
7. Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH selaku Ketua LPPM Universitas Sari

Mulia Banjarmasin.

8. Malisa Ariani, Ns., M.Kep selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah

memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Winda Ayu Fazraningtyas, Ns., MSN selaku Pembimbing II yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Umi Hanik Fetriyah., Ns., M.Kep selaku Penguji Utama yang telah

memberikan saran-saran demi perbaikan skripsi ini.

11. Seluruh dosen pengajar dan staf Universitas Sari Mulia Banjarmasin yang

telah membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12. Orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan

bantuan dukungan material dan moral selama masa perkuliahan hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini memiliki banyak

kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Banjarmasin, Juli 2021

Peneliti

iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sebenarnya

bahwa Skripsi yang saya tulis merupakan karya hasil penelitian saya bersama

arahan dosen pembimbing, dan belum pernah dipublikasikan dalam bentuk

apapun. Acuan pustaka yang tertuang dalam Skripsi ini adalah benar dan dapat

dipertangungjawabkan dan tertuang dalam Daftar Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah

ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Demikian pernyataan keaslian tulisan ini dibuat dengan sebenarnya.

Banjarmasin, Juli 2021


Yang membuat pernyataan,

10.000

Yulia Puspita Sari


NIM : 111945619220114

v
ABSTRAK

Yulia Puspita Sari. Hubungan Picky Eater dengan Status Gizi pada Balita:
Literature Review. Dibimbing oleh Malisa Ariani dan Winda Ayu Fazraningtyas.

Latar Belakang: Status gizi merupakan ekspresi  dari keseimbangan zat gizi
dengan kebutuhan tubuh. Ketidakseimbangan (kelebihan atau kekurangan) antara
zat gizi dengan kebutuhan tubuh menyebabkan malnutrition (gizi salah atau
kelainan gizi). Data United Nations Children's Fund (UNICEF) menyatakan
sepertiga anak di dunia atau hampir 700 juta balita di dunia kekurangan gizi atau
kelebihan berat badan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
adalah perilaku picky eater.
Tujuan: Menganalisis tinjauan literatur terkait hubungan picky eater dengan
status gizi pada balita.
Metode: Rancangan penelitian ini adalah literature review. Kriteria jurnal
diskraning berdasarkan judul literatur, abstrak dan kata kunci yang telah
ditentukan yang bersumber dari Biomed Central, Elsevier PubMed, Google
Scholar dan portal garuda yang diidentifikasi melalui pendekatan sistem
Population, Interventions, Comparisons, Outcomes dan Study Design (PICOS).
Jumlah artikel yang digunakan untuk literatur penelitian ini sebanyak 18 jurnal.
Hasil: Telaah jurnal didapatkan 12 jurnal (66,6%) menyatakan bahwa perilaku
picky eater berhubungan dengan status gizi pada balita dan terdapat 6 jurnal
(33,4%) yang menyatakan bahwa picky eater tidak berhubungan dengan status
gizi pada balita.
Simpulan: Bagi Institusi Kesehatan disarankan untuk memberikan penyuluhan
guna meningkatkan pengetahuan ibu yang berpengaruh pada perilaku ibu dalam
penyediaan makanan dalam keluarga khususnya bagi balitanya sehingga anak
terhindar dari perilaku picky eater yang akan mempengaruhi keadaan gizi balita.

Kata Kunci: Balita, Picky Eater, Status Gizi.

vi
ABSTRACT

Yulia Puspita Sari. Picky Eater Relationship with Nutritional Status in Toddlers:
Literature Review. Supervised by Malisa Ariani and Winda Ayu Fazraningtyas.

Background: Nutritional status is an expression of the balance of nutrients with


the body's needs. Imbalance (excess or deficiency) between nutrients and body
needs causes malnutrition (wrong nutrition or nutritional disorders). Data from
the United Nations Children's Fund (UNICEF) states that a third of the world's
children or nearly 700 million children under five in the world are malnourished
or overweight. One of the factors that can affect nutritional status is picky eater
behavior.
Objective: To analyze the literature review related to the relationship between
picky eaters and nutritional status in toddlers.
Methods: The design of this research is a literature review. The journal criteria
were screened based on literature titles, abstracts and predetermined keywords
sourced from Biomed Central, Elsevier PubMed, Google Scholar and the Garuda
portal which were identified through the Population, Interventions, Comparison,
Outcomes and Study Design (PICOS) system approach. The number of articles
used for this research literature is 18 journals.
Results: A review of journals found 12 journals (66.6%) stating that picky eater
behavior was related to nutritional status in toddlers and there were 6 journals
(33.4%) which stated that picky eater was not related to nutritional status in
toddlers.
Conclusion: Health institutions are advised to provide counseling in order to
increase the knowledge of mothers that affect the behavior of mothers in
providing food in the family, especially for their toddlers so that children avoid
picky eater behavior that will affect the nutritional status of toddlers

Keywords: Toddler, Picky Eater, Nutritional Status.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING.................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI........................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.......................................................... iv
ABSTRAK.......................................................................................................... v
ABSTRACT........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR........................................................................................ vii
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7

A. Status Gizi............................................................................................. 7

B. Picky Eater............................................................................................. 15

C. Balita...................................................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 23

A. Rancangan Strategi Pencarian Literature Review................................. 23

B. Kriteria Literature Review..................................................................... 23

C. Tahapan Literature Review.................................................................... 24

viii
D. Peta Literature Review.......................................................................... 25

BAB IV HASIL KAJIAN LITERATURE REVIEW DAN PEMBAHASAN..... 26


A. Hasil Kajian Literature Review............................................................. 45
B. Pembahasan........................................................................................... 31
C. Keterbatasan.......................................................................................... 36
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI................................................... 38
A. Simpulan................................................................................................ 38
B. Rekomendasi ........................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 40

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Ambang Batas Indeks Antropometri...............................................................14

3.1 Kata Kunci Pencarian Literature Review........................................................18

3.2 Hasil Temuan Artikel Penelitian.....................................................................24

4.1 Hasil Kajian Literature Review.......................................................................26

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Tahapan Literature Review..............................................................................24

3.2 Peta Literature Review....................................................................................25

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Lembar Formulir Judul

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Cek Plagiarisme

Lampiran 5. Lembar Konsultasi Pembimbing 1

Lampiran 6. Lembar Konsultasi Pembimbing 2

Lampiran 7. Lembar Berita Acara Perbaikan Proposal

Lampiran 8. Lembar Riwayat Hidup

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat interaksi antara

asupan energi dan protein serta zat-zat gizi esensial lainnya dengan keadaan

kesehatan tubuh. Status gizi merupakan ekspresi  dari keseimbangan zat gizi

dengan kebutuhan tubuh yang diwujudkan dalam bentuk variabel tertentu.

Ketidakseimbangan (kelebihan atau kekurangan) antara zat gizi dengan

kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelainan patologik bagi tubuh manusia. 

Keadaan demikian disebut malnutrition (gizi salah atau kelainan gizi). Secara

umum bentuk kelainan gizi digolongkan menjadi dua yaitu kelebihan gizi

(overnutrition) dan kekurangan gizi (undernutrition) (Hidayati, 2019).

Data United Nations Children's Fund (UNICEF) menyatakan

sepertiga anak di dunia atau hampir 700 juta balita di dunia kekurangan gizi

atau kelebihan berat badan. Masalah kurang gizi hampir terjadi di sebagian

besar negara dengan pendapatan rendah dan menengah. Setengah dari anak-

anak di dunia tidak mendapatkan vitamin dan mineral esensial (CNN

Indonesia, 2019). Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-

Bangsa (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2018

menyatakan bahwa sekitar 32,5 juta balita menderita wasting (penurunan

berat badan yang drastis), khususnya di Asia Tenggara, 8,7% balita

menderita wasting (Institute for Dairy Nutrition and Health, 2020).

1
2

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa

persentase gizi buruk di Indonesia adalah 3,9%, sedangkan persentase gizi

kurang adalah 13,8%. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan persentase

hanya pada masalah gizi kurang sedangkan persentase pada gizi buruk

mengalami peningkatan, dimana berdasarkan data Pemantauan Status Gizi

(PSG) tahun 2017 menyebutkan persentase gizi buruk pada balita sebesar

3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%. Masalah gizi buruk maupun

gizi tersebut tersebar di seluruh provinsi Indonesia. Provinsi dengan

persentase tertinggi gizi kurang pada balita tahun 2018 berasal dari Provinsi

Nusa Tenggara Timur sebesar 22,20% sedangkan di Provinsi Kalimantan

Selatan berada di urutan ke enam terbanyak persentanse gizi kurang dari

seluruh provinsi yaitu sebesar 19%. Tingginya persentase masalah gizi

kurang dan buruk tersebut disebabkan berbagai faktor yang mempengaruhi

(Kemenkes RI, 2019).

Faktor yang menyebabkan masalah gizi pada balita yaitu penyebab

langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan

pangan di keluarga, pola asuh anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan

lingkungan sedangkan penyebab langsung yaitu penyakit infeksi yang

diderita anak dan penolakan terhadap makan, sulit makan, hanya sedikit

makanan yang dimakan atau pilih-pilih makanan (Jumiatun, 2019). Penyebab

tidak langsung masalah gizi pada balita terdiri dari ketahanan pangan

keluarga yang kurang  memadai, pola pengasuhan anak yang kurang

memadai,  pelayanan kesehatan dan lingkungan yang kurang

memadai sedangkan penyebab langsung terdiri dari penyakit infeksi dan


3

kurangnya makanan yang dikonsumsi karena pola asuh yang salah dalam

memilih makanan (Pane dkk, 2020).

Konsumsi makanan yang kurang seringkali sebenarnya tidak hanya

dipengaruhi oleh keterbatasan ekonomi karena untuk memenuhi asupan

makanan gizi yang seimbang tidak harus mengkonsumsi makanan yang

mahal (Salsabila, 2017). Konsumsi makanan yang kurang khususnya pada

balita seringkali disebabkan karena adanya pola asuh makan yang salah

seperti tidak mengenalkan sayur sejak kecil pada anak akan menyebabkan

balita tidak menyukai sayuran sehingga asupan zat gizi makanan tidak

terpenuhi. Pola asuh makan yang salah akan mempengaruhi kebiasaan anak

selanjutnya sehingga anak akan cenderung berperilaku pilih-pilih dalam

mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebiasaannya (Simamora, 2020).

Kebiasaan anak yang menjadi penyebab langsung masalah gizi pada

anak yaitu memilih makanan sesuai dengan yang dikehendakinya dan

menolak makanan yang diberikan atau disediakan seringkali disebut dengan

picky eater. Perilaku picky eater biasanya hanya memilih makanan jenis

tertentu yang berdasarkan tekstur dan rasa makanan yang disukainya saja

(Adhani, 2019). Anak yang hanya mau mengkonsumsi makanan instan atau

makanan dan minuman manis dan tidak mau makan sayuran yang dalam

jangka panjang akan membuat anak kekurangan serat, vitamin dan mineral

(Bachren, 2018).

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat gizi seperti

serat, vitamin dan mineral yang terdapat pada buah dan sayur dan biasanya

makanan tersebut tidak disukai oleh anak-anak maka akan menyebabkan


4

turunnya imunitas dan kekebalan tubuh, sehingga kemungkinan besar sekali

anak akan mengalami penyakit infeksi seperti diare. Anak yang sering

mengalami diare maka pada akhirnya akan menyebabkan penurunan berat

badan yang terus menurus, pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh pendek

bahkan dapat terjadi gizi buruk (Nasution, 2018). Segala sesuatu yang

dimakan oleh anak mempengaruhi pertumbuhan kerangka tulang, bentuk

fisik, dan kerentanan terhadap penyakit (Utami, 2016).

Picky eater menyebabkan anak mengalami gangguan perkembangan

dan pertumbuhan. Anak yang memilih-milih makanan menyebabkan asupan

makanan yang dikonsumsi anak kurang dari yang dibutuhkan sebenarnya oleh

tubuh. Dampak dari picky eater yang tidak dikendalikan dapat menyebabkan

kegagalan tumbuh kembang pada anak, BB dan TB anak menjadi tidak sesuai

dengan usia (Bahagia, 2018).

Seorang anak yang memilih makanan tertentu saja, maka akan

kekurangan zat-zat atau nutrisi lain yang tidak didapat pada kandungan

makanan yang dikonsumsinya tersebut. Kekurangan nutrisi diantaranya

kekurangan energi protein dan kekurangan vitamin A akan mempengaruhi

kekebalan tubuh dan ketahanan tubuh anak terhadap penyakit infeksi yang

pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan anak termasuk

pertambahan berat badan anak (Nurmalasari, 2020). Berat badan anak yang

tidak bertambah sesuai dengan usianya atau kekurangan gizi maka akan

berdampak pada terjadinya gangguan metabolisme dalam tubuh, memiliki

risiko lebih tinggi mengalami penyakit infeksi (diare atau ISPA), menurunnya
5

kemampuan berpikir (kognitif) dan juga kerugian pada aspek ekonomi serta

rendahnya produktifitas dimasa depan (Andini, 2020).

Hasil penelitian Wijayanti (2018) menunjukkan bahwa ada hubungan

perilaku picky eaters dengan status gizi anak usia prasekolah di TK Islam

Nurul Izzah Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang (p value =

0,002). Masa anak prasekolah mempunyai kecenderungan mengalami

perilaku picky eaters atau memilih makanan. Dampak dari perilaku makan

anak tersebut dapat mempengaruhi gizi. Hasil penelitian Nurmalasari (2020)

didapatkan bahwa ada hubungan antara picky eater dengan status gizi anak

usia 2-5 tahun di Lampung Selatan (p value = 0,000). Anak dengan perilaku

picky eater menyebabkan anak mengalami kekurangan asupan nutrisi anak

yang tentunya semakin menyebabkan anak mengalami kekurangan gizi dan

dan mudah terjangkit penyakit. Hasil penelitian Bahagia (2018) yang

mendapatkan bahwa ada hubungan antara perilaku picky eater dengan status

gizi pada anak usia prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah

Kabupaten Aceh Besar (p value = 0,000).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan tinjauan literatur tentang “Hubungan Picky Eater dengan Status

Gizi pada Balita”.

B. Rumasan Masalah
6

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada hubungan

picky eater dengan status gizi pada balita berdasarkan literature review?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tinjauan literatur terkait

hubungan picky eater dengan status gizi pada balita .

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan

ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu keperawatan anak mengenai hubungan

picky eater dengan status gizi pada balita.

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan ilmu

pengetahuan kepada tenaga kesehatan sehingga dapat digunakan sebagai

materi dalam memberikan pendidikaan kesehatan mengenai hubungan

picky eater dengan status gizi pada balita.

b. Bagi Instusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menjadi bahan pembelajaran materi kuliah

dan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan pendidikan

kesehatan kepada ibu balita terkait hubungan picky eater dengan status

gizi pada balita

c. Peneliti
7

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

peneliti mengenai hubungan picky eater dengan status gizi pada balita.

d. Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat memberikan informasi dasar bagi

pengembangan penelitian selanjutnya terkait materi mengenai picky

eater dan status gizi pada balita.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Balita

1. Pengertian balita

Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia

kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga

termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh

semestinya) bayi usia dibawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas

satu tahun, banyak ilmuwan yan membedakannya. Anak usia 1-5 tahun

dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan

prasekolah. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak

usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “batita”

dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan

usia “prasekolah” (Kurniati dan Sunarti, 2020).

Balita yaitu individu usia diatas 1 tahun dan dibawah 5 tahun.  masa

ini dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu anak usia 1 sampai 3

tahun ( batita)  dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia 1 sampai 3

tahun sering disebut kelompok pasif di mana anak masih tergantung penuh

kepada kedua orang tua atau orang lain yang mengasuhnya untuk

melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air dan makan,  setelah

memasuki usia 4 tahun kelompok ini sudah mulai dimasukkan ke dalam

kelompok konsumen aktif di mana ketergantungan terhadap orang tua atau

pengasuhnya mulai berkurang dan berganti pada keinginannya untuk

8
9

melakukan banyak hal seperti mandi dan makan sendiri meskipun masih

dalam keterbatasannya (Pulungan dkk, 2020).

2. Pertumbuhan balita

Pertumbuhan diartikan sebagai terjadinya perubahan sel tubuh yang

terjadi dalam dua bentuk, yaitu pertambahan ukuran sel dan atau

pertambahan jumlah sel. Secara akumulasi perubahan sel ini akan

menghasilkan perubahan ukuran tubuh, yang ditunjukkan dengan

pertambahan ukuran fisik, baik dalam bentuk berat badan, tinggi badan

atau tampilan fisik. Akibat dari perubahan sel, juga menyebabkan proporsi

atau komposisi tubuh juga berubah. Jadi pertumbuhan adalah perubahan

ukuran fisik dari waktu ke waktu, baik dari segi ukuran fisik, proporsi,

maupun komposisi tubuh. Karena pertumbuhan maka ukuran fisik akan

berubah, misalnya pertambahan ukuran berat dan perubahan ukuran tinggi

badan (Harjatmo, 2017).

Pertumbuhan merupakan pertambahan jumlah serta pertambahan

membesarnya sel-sel di dalam tubuh (Nilatuzullah, 2018). Pertumbuhan

balita dapat dilihat dengan penilaian status gizi yaitu dengan teknik

melakukan perbandingan pengukuran tinggi badan per umur (TB/U) dan

berat badan per tinggi badan (BB/TB) (Khayati, 2019)

Pertumbuhan pada masa balita dimulai dari janin dalam kandungan

sampai sekitar usia 5 tahun. Pada masa ini tubuh sangat cepat

pertumbuhannya, semua jaringan tubuh tumbuh dan bertambah besar atau

panjang, pada masa ini sedang terjadi pertumbuhan jaringan tubuh yang

sangat vital. Pada janin sedang terjadi pertumbuhan jaringan hati, jaringan
10

jantung, pancreas, otak dan semua jaringan tubuh. Oleh karena itu asupan

gizi yang cukup harus dipenuhi agar semua jaringan tubuh dapat tumbuh

sempurna selama kehamilan. Pertumbuhan cepat dilanjutkan setelah bayi

lahir sampai sekitar usia 5 tahun, pada masa ini semua jaringan tubuh juga

sedang tubuh. Yang paling harus mendapat perhatian pada masa balita ini

adalah pertumbuhan jaringan otak. Jaringan otak sudah tumbuh sejak

dalam kandungan dan berlanjut terus sampai sekitar usia 2 tahun,

selanjutnya menurun pertumbuhannya dan sudah akan selesai

pertumbuhan otak pada sekitar usia 8 tahun. Kalau kita melihat pada grafik

KMS, garis pertumbuhan sejak lahir akan sangat tajam meningkat,

kemudian mendatar setelah usia 2 tahun, dan semakin mendatar pada

sampai usia 5 tahun, setelah itu anak tetap tumbuh tetapi pertumbuhannya

tidak secepat balita (Harjatmo dkk, 2017).

Penilaian tren pertumbuhan anak menurut Kemenkes RI (2020)

dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membandingkan pertambahan berat badan dan panjang badan atau

tinggi badan dengan standar kenaikan berat badan dan pertambahan

panjang badan atau tinggi badan.

b. Menilai kenaikan indeks massa tubuh yang terjadi di antara periode

puncak adipositas (peak adiposity) dan kenaikan massa lemak tubuh

(adiposity rebound).

Harjatmo dkk (2017) mengemukakan bahwa pertumbuhan tubuh

manusia dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor genetik dan faktor

lingkungan.
11

a. Faktor genetik

Faktor genetik merupakan penentu sifat yang diturunkan dari

kedua orang tuanya. Sifat-sifat yang diturunkan dalam genetik setiap

individu berbeda dan tergantung sifat bawaannya. Melalui instruksi

genetik yang terdapat di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat

ditentukan kuantitas dan kualitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai

dengan intensitas dan kecepatan pembelahan sel, derajat sensitivitas

jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya

pertumbuhan tulang. Individu yang mempunyai orang tua yang

ukurannya tubuhnya pendek, maka kemungkinan mempunyai tinggi

badan yang tidak optimal, walaupun dengan asupan gizi yang baik.

Seseorang yang mempunyai orang tua obesitas, maka individu tersebut

mempunyai risiko untuk menjadi obesitas lebih besar dari pada individu

yang berat badan orang tuanya normal.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor penting yang mempengaruhi

tercapainya pertumbuhan tubuh. Lingkungan yang baik akan

memungkinkan tercapainya potensi pertumbuhan, sebaliknya

lingkungan yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan

terhambat. Faktor lingkungan dibagi dalam 2 kondisi, yaitu lingkungan

pranatal dan lingkungan postnatal. Faktor lingkungan prenatal terdiri

dari status gizi ibu, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi

dan imunitas sedangkan lingkungan postnatal terdiri faktor gizi, jenis


12

kelamin, umur, ras, suku bangsa, hormon, penyakit dan perawatan

kesehatan.

3. Perkembangan balita

Perkembangan adalah bertambahnya kesempurnaan fungsi organ

alat-alat tubuh yang dapat diraih dengan proses kematangan maupun

dengan cara belajar (Nilatuzullah, 2018). Perkembangan balita dapat

dilihat berdasarkan perkembangan motorik halus, perkembangan motorik

kasar, perkembangan kemampuan tingkah laku sosial (personal sosial)

serta perkembangan bahasa (Khayati, 2019).

Armini dkk (2017) mengemukakan bahwa perkembangan balita tak dapat

dinilai dari beberapa aspek yaitu:

a. Personal sosial (kepribadian atau tingkah laku sosial). 

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan

mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 

b. Gerakan motorik halus.

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat misalnya kemampuan untuk menggambar, 

memegang suatu benda dan lain-lain.

c. Bahasa 

Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.


13

d. Perkembangan motorik kasar

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

yaitu tingkah laku sosial, menolong diri sendiri, intelektual, gerakan

motorik halus, komunikasi pasif, komunikasi aktif dan gerakan motorik

kasar.

Jenis-jenis perkembangan balita menurut Purba dkk (2020) adalah sebagai

berikut:

a. Perkembangan Psikoseksual

Perkembangan psikoseksual anak dapat terlihat dari rasa

cemburu dan memiliki rasa bersaing dengan orang tua yang berjenis

kelamin sama dengan anak dan menyayangi orang tua yang berjenis

kelamin berbeda dengan anak.

b. Perkembangan psikososial

Anak pada tahap ini senang untuk melakukan hal yang

menyenangkan keluarga, anak belajar untuk merencanakan aktivitas,

membuat permainan, kan teman untuk bermain dengan berperilaku

seolah-olah seperti orang lain dan menyenangi hal-hal yang baru.

c. Perkembangan kognitif

Anak mulai membentuk konsep sederhana yang tidak lengkap

atau selogis orang dewasa,  anak mulai memahami kata dingin

berlawanan dengan kata panas,  dan kata lembut berlawanan keras, 

anak mulai dapat melakukan pemberian alasan secara sederhana dan

memiliki imajinasi yang aktif.


14

d. Perkembangan moral

Balita berada di konsep tentang hukuman dan orientasi

kepatuhan,  anak mulai dapat menentukan sikap baik yang lawan

hubungkan saat anak mendapatkan hukuman. anak mempelajari

perilaku yang tidak sesuai dalam tahap ini jika orang tua tidak

memberikan intervensi atas Perilaku tidak baik yang ditunjukkan.

e. Perkembangan motorik

Anak mulai memiliki kemampuan yang disadari untuk

mengontrol pergerakannya dan tidak terlalu ceroboh seperti dalam

tahapan usia sebelumnya. 

B. Status Gizi

1. Pengertian status gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi atau nutrisi. Ketidakseimbangan intake

nutrisi dengan kebutuhan tubuh akan mempengaruhi status nutrisi.

Malnutrisi merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau

ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dibutuhkan oleh

tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh (Cristy &

Bancin, 2020).

Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan

tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi
15

badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai

(Diyah, 2020).

2. Klasifikasi kesehatan gizi

Keadaan kesehatan gizi dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Gizi lebih (over nutritional state).

Gizi lebih adalah tingkat kesehatan gizi yang diakibatkan

konsumsi berlebih. Ternyata, kondisi tersebut mempunya tingkat

kesehatan lebih rendah, meskipun berat badan lebih tinggi

dibandingkan berat badan ideal. Keadaan ini bisa menimbulkan

penyakit-penyakit tertentu yang sering menimbulkan penyakit-

penyakit tertentu yang sering dijumpai (Saputra, 2013).

b. Gizi baik (eunutritionnal state).

Tingkat kesehatan gizi terbaik adalah kesehatan gizi optimum.

Dalam kondisi ini, jaringan di dalam tubuh dipenuhi oleh semua zat

yang dibutuhkan. Akibatnya tubuh terbebas dari penyakit serta

mempunyai daya kerja yang baik. Selain itu tubuh mempunyai daya

tahan yang tinggi (Saputra, 2013). Status gizi baik atau yang sering

pula disebut status gizi optimal terjadi apabila tubuh mendapat

asupan zat gizi yang cukup.Tingkat keadaan gigi norma tercapai bila

kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi (Nova, 2018).

c. Gizi kurang (under nutrition).

Status gizi kurang terjadi bila jumlah asupan zat gizi kurang

dari yang dibutuhkan. Kurang gizi pada masa balita dapat

menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental,


16

sosial, dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa

sampai anak menjadi dewasa (Akbar, 2018).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut UNICEF dalam Septikasari (2018) faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi terdiri dari:

a. Penyebab langsung

1) Penolakan terhadap makan, sulit makan dan pilih-pilih makan

Asupan makanan yang kurang dapat disebabkan karena

anak seringkali pilih-pilih jenis makanan tertentu saja untuk

dimakan (picky eater). Perilaku anak tersebut dalam

mengonsumsi asupan makan kurang bervariasi dan biasanya

rendah sayuran, buah, makanan kaya protein dan serat karena

penolakan terhadap makanan. Makanan yang disukai dan tidak

disukai memiliki peran penting dalam pemilihan makan, dimana

picky eater dapat menunjukkan adanya preferensi kuat terhadap

makanan. Anak picky eater cenderung memiliki status gizi

kurang (Hardianty, 2018).

Konsumsi pangan akan secara langsung berpengaruh

terhadap status gizi. Rendahnya jumlah dan mutu konsumsi

pangan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya

masalah gizi. Pengaruh konsumsi pangan terhadap status gizi

ternyata tidak hanya berkaitan dengan segi kuantitasnya saja,

namun berkaitan pula dengan segi kualitasnya (Wahyuningsih,

2020).
17

2) Penyakit infeksi

Anak yang sering terserang penyakit infeksi juga dapat

menderita kekurangan energi protein (KEP) serta terdapat

hubungan antara riwayat diare dengan status gizi anak balita.

Infeksi berat juga membuat tubuh anak kehilangan energi serta

kurangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare

(Namangboling, 2017).

b. Penyebab tidak langsung

1) Tidak cukup pangan

Munculnya masalah gizi di negara berkembang

disebabkan oleh lemahnya ketahanan pangan dikalangan

penduduknya. Akses pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi

dipengaruhi oleh pendapatan yang rendah. Ketahanan pangan

yang baik akan menghasilkan ketahanan gizi yang baik.

Ketahanan gizi yang merupakan intake gizi dan status gizi

menjadi prasyarat terbentuknya individu yang sehat (Jayarni,

2018).

2) Pola asuh yang tidak memadai

Praktek pengasuhan yang memadai sangat penting tidak

hanya bagi daya tahan anak tapi juga mengoptimalkan

perkembangan fisik dan mental anak serta kondisi kesehatan

anak. Perawatan anak sampai tiga tahun merupakan periode

paling penting bagi anak-anak. Pola asuh juga memberikan

kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas


18

hidup yang baik bagi anak secara keseluruhan. Pola asuh makan

adalah praktik- praktik pengasuhan yang diterapkan ibu kepada

anak yang berkaitan dengan cara dan situasi makan. Jumlah dan

kualitas makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi anak penting

sekali dipikirkan, direncanakan dan dilaksanakan oleh ibu atau

pengasuhnya yang berkaitan dengan kegiatan pemberian makan

yang akhirnya akan memberikan sumbangan status gizi

(Rosliana, 2020).

3) Kesehatan lingkungan

Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak

memadai serta praktekpraktek kebersihan yang buruk adalah

beberapa alasan yang mendasari penyebab gizi buruk dan

kurang, penyakit dan kematian pada anak-anak. Jika anak

mengalami diare yang disebabkan karena kurangnya air bersih

atau karena praktek kebersihan yang buruk, maka akan

menguras nutrisi dari tubuhnya (Ariesti, 2020).

4) Pelayanan kesehatan dasar

Balita yang tidak rutin dan tidak pernah memanfaatkan

posyandu akan memiliki kecenderungan mengalami masalah

gizi jika dibandingkan balita yang rutin memanfaatkan

posyandu. Posyandu merupakan upaya kesehatan

bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang memberdayakan

masyarakat serta mempermudah masyarakat memperoleh

pelayanan kesehatan dasar sehingga mempercepat penurunan


19

angka kematian ibu dan bayi, serta meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Salah satu fungsi posyandu adalah

pemantauan pertumbuhan dan promosi kesehatan (Rahmawati,

2020).

4. Dampak kekurangan atau kelebihan masalah gizi

Menurut Supariasa (2016) dampak kelebihan dan kekurangan gizi adalah

sebagai berikut:

a. Akibat gizi kurang pada proses tubuh

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung

pada zat-zat gizi esensial. Kekurangan gizi secara umum

(makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan

gangguan pada proses:

1) Pertumbuhan

Anak-anak membutuhkan zat gizi untuk menunjang

pertumbuhan tubuhnya. Protein sebagai salah satu unsur zat

gizi berguna dalam pemeliharaan proses tubuh terutama untuk

pertumbuhan dan perkembangan, utamanya bagi mereka yang

masih dalam pertumbuhan. Kekurangan protein mengakibatkan

rambut rontok dan lembeknya jaringan otot.

2) Produksi tenaga

Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan

seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan

melakukan aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah dan

produktivitas kerja menurun.


20

3) Pertahanan tubuh

Daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stres menurun.

Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga orang

mudah terserang infeksi seperti batuk, pilek dan diare.

4) Struktur dan fungsi otak

Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap

perkembangan mental, termasuk kemampuan berpikirnya. Otak

mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Kekurangan

gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.

5) Perilaku

Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi

menunjukan perilaku yang tidak tenang. Mereka mudah

tersinggung, cengeng, dan apatis. Berdasarkan keterangan di

atas, terkandung unsur bahwa gizi yang baik merupakan

modal bagi perkembangan sumber daya manusia.

b. Akibat gizi lebih pada proses tubuh

Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas.

Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan

dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor

risiko dalam terjadinya berbagai penyakit degeneratif, seperti

hipertensi atau tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, jantung

koroner, hati dan kandung empedu.


21

5. Pengukuran status gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan  dengan dua cara yaitu

penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak

langsung.  Penilaian status gizi secara langsung yaitu meliputi penilaian

secara antropometri, klinis,  biokimia dan biofisik sedangkan penilaian

status gizi secara tidak langsung yaitu yang meliputi survei konsumsi

makanan,  statistik vital dan faktor ekologi.  Pengukuran status gizi yang

paling sering digunakan di masyarakat adalah antropometri gizi

(Simbolon, 2019).

Standar Antropometri anak digunakan untuk menilai atau

menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi anak dilakukan dengan

membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan

dengan Standar Antropometri Anak. Kategori dan ambang batas status gizi

pada berbagai ukuran antropometri untuk balita dan anak menurut

Kementerian Kesehatan RI (2020) sebagaimana terdapat pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan Indeks
Antropometri

Indeks Kategori Status gizi Ambang Batas (Z-Score)


Berat Badan menurut Umur Berat badan sangat <-3 SD
(BB/U) kurang
Anak umur 0-60 bulan Berat badan kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Berat badan normal -2 SD sampai dengan +1 SD
Risiko berat badan >+1SD
berlebih
Panjang Badan menurut Sangat pendek <-3 SD
Umur (PB/U) atau Tinggi Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD
Badan menurut mur (TB/U) Normal -2 SD sampai dengan +3 SD
Anak umur 0-60 bulan Tinggi >+3SD
Berat Badan menurut Gizi buruk <-3 SD
Panjang Badan (BB/PB) Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
atau Berat Badan menurut Gizi baik -2 SD sampai dengan +1 SD
Tinggi Badan (BB/TB) Berisiko gizi lebih >+1SD sampai dengan +2SD
22

Anak umur 0-60 bulan


Gizi lebih >+2SD sampai dengan +3SD
Obesitas >+3SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk <-3 SD
menurut Umur (IMT/Umur) Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak umur 0-60 Bulan Gizi baik -2 SD sampai dengan +1 SD
Berisiko gizi lebih >+1 SD sampai dengan +2SD
Gizi lebih >+2SD sampai dengan +3SD
Obesitas >+3SD
Indeks Massa Tubuh Gizi kurang <-3 SD sampai dengan <-2 SD
menurut Umur (IMT/U) Gizi baik -2 SD sampai dengan +1SD
Anak umur 5-18 tahun Gizi lebih +1 SD sampai dengan +2 SD
Obesitas >+2SD
Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2020

C. Picky Eater

1. Pengertian picky eater

Anak yang sering memilih-milih makanan disebut dengan picky

eater adalah hasil dari pembentukan pola makan sejak bayi (Apriyanti,

2020).  Makanan yang diberikan kepada anak harus bervariasi agar

kebutuhan zat gizi terpenuhi, namun seringkali anak memilih makanan

tertentu yang disukainya saja untuk dikonsumsi (picky eater)

(Purnamasari, 2020).

2. Gejala picky eater

Gejala picky eater antara lain memuntahkan atau menyemburkan

makanan yang sudah masuk ke dalam mulut anak, makan dengan durasi

yang lama dan memainkan makanan, tidak mau memasukkan makanan

ke dalam mulut atau menutup mulut rapat-rapat, tidak menyukai banyak

variasi makanan atau suka pilih-pilih makanan dan kebiasaan makanan

yang aneh dan ganjil (Nadya, 2019).

Gejala yang ditimbulkan dari picky eater diantaranya

memuntahkan atau menyemburkan makanan yang sudah masuk dalam

mulut, makan dengan durasi yang lama, memainkan makanan, menutup


23

mulut rapat-rapat, menepis suapan, suka memilih jenis makanan, dan

kebiasaan yang aneh atau ganjil (Novitasari, 2019).

Anak berperilaku picky eater memiliki gejala diantaranya

menolak dan tidak mau makan, waktu makan yang tidak wajar hingga

lebih dari 30 menit serta hanya mau makan makanan tertentu saja. Pelaku

picky eater juga akan makan lambat dengan menyimpan makanan di

mulut, menolak makanan khususnya buah dan sayuran, memilih

makanan manis dan makanan berlemak daripada makanan sehat, serta

lebih memilih makan makanan ringan atau snack ringan daripada

makanan berat (Aryanti, 2015).

3. Penyebab picky eater

Savitri (2018) mengemukakan bahwa penyebab anak menjadi pilih-pilih 

makanan  antara lain: 

a. Balita dipaksa makan dalam jumlah banyak dan tidak boleh ada sisa.

b. Orang tua memberlakukan aturan meja makan yang ketat seperti harus

duduk dengan rapi dan tenang,  bisa juga orang tua marah jika anak

tidak mau makan. Secara  psikologis  anak akan mengasosiasikan

aktivitas makan dengan hukuman.

c. Anak terlalu aktif hingga lupa atau tidak tertarik untuk makan.

d. Pola makan orang tua,  jika orang tua juga pilih-pilih makanan dan

tidak mau makan sayur dan buah maka anak cenderung menirunya.

e. Anak sering diajak makan di restoran makanan cepat saji. Sodium dan

gula tinggi pada makanan cepat saji dapat membuat anak tidak lagi

menyukai makanan sehat.


24

f. Balita mungkin mengalami gangguan pada beberapa organ tubuhnya

misalnya sakit gigi,  sariawan, demam, sakit perut dan lain-lain.

Faktor penyebab yang melatar belakangi munculnya picky eater

pada anak antara lain rendahnya variasi jenis makanan anak, perilaku

makan anggota keluarga lain, rendahnya interaksi orangtua dan anak

pada waktu makan, ASI eksklusif, pengetahuan orangtua dan cara

orangtua dalam menangani picky eater (Wijayanti, 2020).

Kebiasaan makan anak dipengaruhi oleh hubungan antara orang tua

dengan anak melalui pola asuh dalam pemberian makan. Memilih-milih

makanan (picky eater) merupakan masalah pada anak yang perlu

diperhatikan orang tua karena picky eater pada anak memiliki efek yang

merugikan terutama bagi anak karena nutrisi perilaku sulit makan dapat

mengurangi asupan nutrisi pada anak yang salah satu faktor penyebabnya

adalah pola asuh orang tua yang salah (Lukitasari, 2020).

4. Dampak picky eater

Picky eater dapat mengakibatkan defisiensi atau kekurangan zat

gizi tertentu, contohnya vitamin, magnesium (Mg), zat besi (Fe), dan zat

gizi mikro lainnya sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan anak

terganggu. Pada anak berusia dibawah 3 tahun, picky eater berkaitan

dengan peningkatan risiko terjadinya berat badan kurang (BB/TB) sekitar

21% dari jumlah picky eater dan hanya 7% dari non- picky eater

(Arisandi, 2019).

Picky eater tentunya memiliki dampak bagi anak. Dampak picky

eater pada kesehatan adalah mereka menjadi jarang hadir kesekolah


25

karena sakit. Jika tidak segera ditangani sejak dini dan tepat, picky eater

akan berdampak panjang dan berulang hingga mereka dewasa,

mengalami kerusakan fisik, mental dan perilaku, resiko kematian lebih

tinggi, dan apabila semakin parah akan mengakibatkan anoreksia dan

bulimia (Utami, 2016).

Anak yang mengalami picky eater lebih berisiko memiliki berat

badan rendah, terutama pada anak usia balita, perilaku picky eater yang

tidak diatasi sedini mungkin bisa menyebabkan anak terbiasa pilih-pilih

makanan dan bisa menyebabkan anak kekurangan asupan nutrisi

sehingga dapat mempengaruhi status gizinya (Astuti, 2018).

5. Penatalaksanaan picky eater

Savitri (2018) mengemukakan bahwa beberapa cara untuk mengatasi

anak yang berperilaku picky eater antara lain:

a. Kenalkan dengan beragam menu baru.  Jika picky eater hanya

mencicip sedikit dan kemudian menolak,  hargai usahanya mencoba

makanan yang baru dikenalnya tersebut.

b. Jangan memaksa anak,  seringkali walaupun awalnya anak terlihat

tidak menyukai makanan tersebut,  tetapi suatu hari saat dia ingat rasa

yang pernah dicicipi nya.

c. Buat kreasi makanan unik.  Buatkan makanan dalam bentuk bentuk

yang unik,  sehingga anak tertarik untuk memakannya,  misalnya

suguhkan sayuran dengan bentuk wajah orang  di piringnya.

d. Biasakan makan bersama.  Anak picky eater biasanya akan tertarik

jika melihat keluarganya makan bersama.


26

Penanganan pada masalah makanan anak meliputi training untuk

orang tua, pendidikan gizi, latihan berinteraksi, dan kemampuan dalam

menyediakan makanan. Selain itu, cara yang terbaikya itu mengenali

penyebab kesulitan makan dan mengatasi penyebabnya secara langsung

dan menyeluruh (Rufaida, 2018).

D. Hubungan picky eater terhadap status gizi

Anak yang berperilaku picky eater atau pilih-pilih makan maka akan

menyebabkan asupan gizi akan kurang. Gizi atau makanan mempunyai peran

yang penting dalam pertumbuhan tubuh. Makanan berguna sebagai sumber

tenaga, sumber pembangun tubuh dan sumber pengatur. Prinsip gizi seimbang

harus menjadi dasar pemberian makanan pada masa pertumbuhan, seimbang

antara kebutuhan dan asupan gizi. Pada masa pertumbuhan makanan sumber

pembangun harus menjadi perhatian khusus, seperti protein hewani dan protein

nabati. Asupan gizi yang kurang dapat mengakibatkan pertumbuhan yang

terhambat (Harjatmo, 2017).

Perilaku picky eater terutama mengkonsumsi makanan dalam jumlah

kecil berkaitan dengan asupan nutrisi yang tidak terpenuhi dan mengakibatkan

pola pertumbuhan yang buruk pada balita. Pertumbuhan yang buruk pada balita

dapat berpengaruh pada status gizi balita (Lestari, 2018).

Masalah yang ditimbulkan dari perilaku picky eater ini adalah rendahnya

nilai gizi makanan yang dimakan sehingga mengakibatkan status gizi anak

menjadi rendah dan masuk dalam kategori gizi kurang. Anak dengan picky

eater dapat memiliki nilai IMT yang lebih rendah dari anak yang tidak
27

mengalami picky eater. Hal ini dapat berakibat ke masalah kesehatan seperti

daya tahan tubuh yang lemah dan masalah pencernaan (Nadya, 2019).

Seorang anak yang memilih makanan tertentu saja, maka akan

kekurangan zat-zat atau nutrisi lain yang tidak didapat pada kandungan

makanan yang dikonsumsinya tersebut. Kekurangan nutrisi diantaranya

kekurangan energi protein dan kekurangan vitamin A akan mempengaruhi

kekebalan tubuh dan ketahanan tubuh anak terhadap penyakit infeksi yang

pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan anak termasuk pertambahan

berat badan anak (Nurmalasari, 2020). Berat badan anak yang tidak bertambah

sesuai dengan usianya atau kekurangan gizi maka akan berdampak pada

terjadinya gangguan metabolisme dalam tubuh, memiliki risiko lebih tinggi

mengalami penyakit infeksi (diare atau ISPA), menurunnya kemampuan

berpikir (kognitif) dan juga kerugian pada aspek ekonomi serta rendahnya

produktifitas dimasa depan (Andini, 2020). Hasil penelitian Wahyuni (2020)

mendapatkan bahwa ada hubungan antara picky eater dengan status gizi pada

anak prasekolah (p value = 0,001). Perilaku picky eater sangat berpengaruh

terhadap gizi anak karena anak yang picky eater yaitu memiliki perilaku makan

yang lama, sulit makan atau mengunyah, memiliki kebiasaan memilih makanan

seperti, anak tidak suka sayur dan lebih suka jajan (snack) sehingga pemenuhan

gizi tidak terpenuhi yang akan mengakibatkan gangguan pada gizi anak.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Strategi Pencarian Literature Review

Rancangan penelitian menggunakan metode literature review. Metode

Literatur review atau penelitian tinjauan pustaka secara lengkap biasanya

disebut narrative literature review merupakan penelitian tinjauan atau ulasan

yang dilakukan oleh penulis mengenai suatu topik menurut sudut pandang

dengan kajian terhadap suatu artikel atau jurnal (Moenajat, 2020).

Metode penelitian ini dilaksanakan dengan strategi pencarian literature

review dengan menggunakan elektronik based yang terakreditas atau

terindeks seperti Biomed Central, ScienceDirect, PubMed, Portal Garuda,

Google Scholar dan sumber database lainnya. Penelusuran pencarian

literature review dilakukan sejak bulan Januari – Februari 2021 dengan kata

kunci sebagai berikut.

Tabel 3.1 Kata Kunci Pencarian Literature Review Hubungan Picky Eater
dengan Status Gizi Pada Balita

Sumber Elektronik Kata Kunci


Based
Portal Garuda, Picky Eater atau Pilih-Pilih Makan dan Status Gizi”
Google Scholar Picky Eaters and Nutritional Status

Biomed Central, Picky Eaters and Nutritional Status


ScienceDirect,
Pubmed

Penggunaan kata kunci diatas akan dikolaborasikan dengan penggunaan

Boolean operator (OR, AND) dilakukan untuk memperluas atau

28
29

menspesifikkan proses pencarian, sehingga mempermudah dalam

menentukan artikel jurnal yang akan digunakan

B. Kriteria Literature Review

Kriteria artikel atau jurnal yang terpilih untuk di review yaitu jurnal

atau artikel yang mampu menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan tujuan

penelitian ini. Kriteria jurnal atau artikel yang disaring berdasarkan judul

literatur, abstrak dan kata kunci atau keyword yang terdiri dari kriteria inklusi

dan eksklusi berdasarkan sistem Population, Interventions, Comparisons,

Outcomes dan Study Design (PICOS) yang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

PICOS Framework Inklusi Ekslusi


Population Balita Anak usia >5 tahun

Intervention Picky eater dan status gizi Studi yang tidak


relevan/tema tidak sesuai
mengenai picky eater dan
status gizi pada balita

Comparators Tidak ada Tidak ada


(intervensi
pembanding)

Outcome Studi tentang hubungan picky Studi yang tidak dapat


eater dengan status gizi pada menjawab tujuan penelitian
balita mengenai hubungan picky
eater dengan status gizi pada
balita

Studi design literature review, sistematic Exprimental study


review, cross sectional study,
observational study, diskripstif
study dan lainnya

Publication years 2016-2020 Artikel yang terbit di bawah


tahun 2016

Languange Bahasa Indonesia dan Inggris Bahasa selain bahasa Inggris


dan Indonesia
30

Hasil temuan disajikan pada bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3 Hasil Temuan Artikel Penelitian Terkait

Data Based Temuan Literatur Terpilih


Biomed Central 22 2
ScienceDirect 147 1
PubMed 17 7
Google Scholar 234 4
Portal Garuda 5 4
Jumlah 425 18

C. Tahapan Literature Review

Proses setiap tahapan pencarian literature review dalam penelitian ini

sebagai barikut :

Pencarian literatur basic data: Biomed Central,


ScienceDirect, Pubmed, Google Scholar, Portal
Garuda

Jumlah artikel relevan yang didapatkan pada awal


pencarian (n = 425 )

Hasil pencarian yang tidak di proses


Jurnal disaring atas dasar judul, abstrak kembali (n = 399 )
dan kata kunci 1. Population berbeda (n = 1)
2. Intervention berbeda (n= 386)
3. Comparators (n=0)
4. Outcome berbeda (n = 5 )
5. Study design yang tidak sesuai (n =
0)
6. Publication years < 2016 (n = 7)

Hasil pencarian yang sesuai PICOS Hasil pencarian yang tidak di proses
kembali (n = 8)
1. Artikel dalam bentuk
skripsi/naskah publikasi (n = 4)
2. Tidak full paper /abstrak saja (n = 4
)

Jurnal yang relevan dengan penelitian


ini (n = 18 )

Gambar 3.1 Tahapan Literature Review


31

D. Peta Literature Review

Peta literature review dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Penyebab:
Picky Eater 1. Balita dipaksa makan dalam jumlah
banyak dan tidak boleh ada sisa.
2. Orang tua memberlakukan aturan meja
makan yang ketat.
3. Anak terlalu aktif
4. Kebiasaan pola makan orang tua
5. Konsumsi makanan cepat saji. 
6. Mengalami gangguan pada beberapa organ
tubuhnya.
(Savitri, 2018).

Anak yang sering memilih-milih Imunitas Tidak Stabil


makanan mudah terserang penyakit
(Apriyanti, 2020) (Nurmalasari, 2020)

Status Gizi
(Kemenkes RI, 2020)

Gizi Buruk
Gizi Berisiko Gizi Obesitas
Baik Gizi Lebih
Lebih

Gizi Kurang

Penyakit infeksi (diare, ISPA)


(Andini, 2020)

Gambar 3.2 Peta Literature Review


32

BAB IV

HASIL KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literature Review

Hasil kajian literature review dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kajian Literature Review


Judul/Peneliti Sumber Tujuan
No. Bahasa Metode Penelitian Hasil/Temuan
(tahun) Artikel
1 Hubungan Bahasa Portal Mengetahui observasional Hasil penelitian
perilaku picky Indonesia Garuda hubungan analitik dengan menunjukkan p
eater dengan perilaku picky desain cross value 0,981 (p >
status gizi eater dengan sectional 0,05), berarti tidak
(BB/U) anak status gizi ada hubungan
usia 2-5 tahun (BB/U) anak antara perilaku
di wilayah usia 2-5 tahun picky eater dengan
kerja di wilayah kerja status gizi (BB/U)
Puskesmas Puskesmas anak usia 2-5 tahun
Anggut Atas Anggut Atas di wilayah kerja
Kota Bengkulu Kota Bengkulu. Puskesmas Anggut
(Lestari, 2018) Atas Kota
Bengkulu.

Responden pada
penelitian ini
sebagian besar
memiliki perilaku
picky eater yang
dikategorikan
dengan durasi
pendek sehingga
tidak
mempengaruhi
status gizi.
2 Hubungan Bahasa Portal Mengidentifikas Jenis penelitian Ada hubungan
perilaku picky Indonesia Garuda i hubungan deskriptif perilaku picky eater
eater dengan perilaku picky korelatif dengan status gizi
status gizi pada eater dengan menggunakan pada anak usia
anak usia status gizi pada desain cross prasekolah
prasekolah anak usia sectional stud. berdasarkan indeks
berdasarkan prasekolah BB/U (p-value
indeks BB/U. berdasarkan 0,000).
(Bahagia, indeks BB/U
2018) Salah satu penyebab
terjadinya gangguan
pertumbuhan dan
perkembangan anak
adalah picky eater
dimana anak
memilih-milih
makanan sehingga
asupan makanan
kurang dari yang
dibutuhkan oleh
tubuh.

3 Perilaku picky Bahasa Portal Mengetahui Diskriptif dengan Anak sebagian


33

eater dan Indonesia Garuda gambaran metode cross besar memiliki


status gizi anak perilaku picky sectional indek massa tubuh
toddler (Astuti, eater pada anak (BB/U) baik
2018) toddler dan 87,10%, tinggi
status gizi anak badan (TB/U)
toddler di normal 83,87%,
Gamping Kidul lingkar kepala
Ambarketawang (LK/U) normal
Gamping 90,32% dan LILA
Sleman normal 61,29%,
Yogyakarta sebagian besar tidak
mengalami masalah
makan atau picky
eater 74,19%.

Picky eater yang


berlangsung lama
sering dianggap
biasa, sehingga
akhirnya timbul
komplikasi dan
gangguan tumbuh
kembang lainnya
pada anak.
4 Hubungan Bahasa Portal Mengetahui Diskriptif korelasi Ada hubungan
perilaku picky Indonesia Garuda hubungan dengan perilaku picky
eaters dengan perilaku picky pendekatan cross eaters dengan status
status gizi pada eaters dengan Sectional gizi (BB/TB) anak
anak status gizi pada usia prasekolah di
prasekolah di anak prasekolah TK Islam Nurul
TK Islam di TK Islam Izzah Kecamatan
Nurul Izzah Nurul Izzah Ungaran Barat
Kecamatan Kecamatan Kabupaten
Ungaran Barat Ungaran Barat Semarang dengan p
Kabupaten Kabupaten value (0,002) < α
Semarang Semarang (0,05).
(Wijayanti,
2018) Masa anak
Prasekolah
mempunyai
kecenderungan
mengalami perilaku
picky eaters/
memilih makanan.
Dampak dari
perilaku makan
anak tersebut dapat
mempengaruhi gizi
pada anak.
5 Hubungan Bahasa Google Menganalisis Observasional Tidak adanya
antara perilaku Indonesia Scholar hubungan analitik dengan hubungan antara
picky eater antara perilaku desain cross- perilaku picky eater
dengan tingkat picky eater sectional dengan status gizi
kecukupan zat dengan tingkat berdasarkan berat
gizi kecukupan zat badan menurut
dan status gizi gizi dan status tinggi badan (p
pada anak usia gizi pada anak value = 0,235).
prasekolah di usia prasekolah
KB-TK Al- di KB-TK Al- Tidak adanya
Hikmah Hikmah hubungan kejadian
Surabaya Surabaya picky eater pada
(Putri, 2019) anak prasekolah
dengan
pertumbuhan anak
disebabkan perilaku
picky eater tidak
dalam jangka waktu
yang sudah lama

6 Picky Eating Bahasa Google Mengetahui Observasional Tidak terdapat


dan Status Gizi Indonesia Scholar hubungan picky dengan rancangan hubungan picky
34

pada Anak eating dengan cross-sectional eating dengan status


Prasekolah status gizi pada gizi BB/TB (p
(Hardianti, anak prasekolah value = 0,66).
2018)
Tidak ada hubungan
picky eating dengan
status gizi BB/U (p
value = 1,000).

Picky eating tidak


selalu dapat
mengganggu
pertumbuhan anak
(penyebab tidak
dijelaskan pada
jurnal)
7 Eating Bahasa Google Mengetahui cross-sectional Perilaku makan
behavior and Inggris Scholar hubungan anak behubungan
nutritional perilaku makan dengan status gizi
status in dengan status (BB/TB) anak (p-
preschool-aged gizi pada anak value (0:01) < α
children in usia prasekolah (0:05).
Purwasari di Puskesmas
Community Purwasari Desa Anak-anak dengan
Health Center Tamelang Kota perilaku makan
Village Karawang. yang buruk atau
Tamelang negatif akan
Karawang City mengalami masalah
(Rudiathi, dengan status gizi
2019) mereka.
8 Relationship of Bahasa Google Mengetahui Analytic survey Ada hubungan
Picky Eater Inggris Scholar hubungan dengan antara perilaku
Behavior With perilaku picky pendekatan cross picky eater dengan
Nutritional eater sectional study status gizi (BB/U)
Status in dengan status pada anak usia
Preschoolers gizi pada anak prasekolah anak di
(Wahyuni, PAUD di TK Al TK Al Hidayah
2020) Hidayah Desa 2019 nilai p = 0,001
Padang Pauh (p < 0,05).

Malnutrisi
disebabkan karena
makan salah
satunya adalah
perilaku dalam
memilih makanan
9 Perceptions of Bahasa Science Untuk menilai cross-sectional Anak yang
food intake and Inggirs Direct prevalensi pilih- study berperilaku picky
weight status pilih makan eating dapat
among parents pada anak-anak menyebabkan berat
of picky eating Cina dan untuk badan menjadi
infants and mengeksplorasi kurus (BB/TB) (p <
todlers in bagaimana 0.001).
China (Li, persepsi orang
2017) tua tentang Anak yang pemilih
komposisi makanan
tubuh? berhubungan
dengan asupan dan
komposisi tubuh
anak.
10 Picky Eating in Bahasa Pubmed Mengetahui Case control Anak yang
Swedish Inggris prevalensi dan memiliki perilaku
Preshoolers of perilaku picky eater
Different karakteristik memiliki berat
Weight Status: picky eater pada badan yang lebih
a aplication of anak usia rendah (BMI-Z 2,9)
two new prasekolah dibandingkan
screening cut- preschool dengan anak yang
offs anak dengan tidak berperilaku
(Sandvik, kurus, berat picky eater lebih
2018) badan normal, banyak memiliki
kelebihan berat berat badan berlebih
35

badan dan (BMI-Z, 3,1) (p =


obesitas, 0,038).
menggunakan
cut-off CEBQ Picky eating
yang baru menyebabkan anak
dikembangkan lebih banyak
untuk pilih-pilih memiliki berat
makan badan lebih rendah.
11 Association of Bahasa Pubmed Mengetahui Systematic Hasil review
Ficky Eating Inggris apakah pilih- Review sebagian besar
and Food pilih makan literatur
Neophobia atau neofobia menyatakan tidak
with Weight: A makanan ada hubungan
Systematic berkaitan antara picky eating
Review dengan status dengan berat badan
(Brown, 2016) berat badan anak
masa kanak-
kanak, atau
dengan menjadi Berat badan anak
kurus, kelebihan tergantung jenis
berat badan, makanan yang
atau obesitas kualitas makanan
dan asupan nutrisi
12 Association of Bahasa Pubmed Menilai Cross-sectional Kebiasaan pilih-
Picky Eating Inggris prevalensi pilih- descriptive study pilih makanan pada
with Growth, pilih makan anak prasekolah
Nutrional pada anak dapat merusak
Status, prasekolah dan status gizi anak
Depelopment, untuk (BMI Z-Score)
Physical mengevaluasi (<0,0001).
Activity and hubungan
Health in antara perilaku Perilaku picky eater
Preschool makan dan tidak hanya
Children pertumbuhan, menganggu
(Chao, 2018) aktivitas fisik, pertumbuhan anak,
perkembangan, tetapi juga dapat
dan status mengganggu
kesehatan. perkembangan
aktifitias fisik dan
status kesehatan
anak dalam sehari-
hari
13 Eating Habits Bahasa Pubmed Mengkaji Cross-sectional Ada hubungan
and Their Inggris kebiasaan study antara pilih-pilih
Asscotion with makan anak makan dan
Weight Status usia sekolah dan status berat badan
in Chines- dampaknya anak (BMI Z-Score)
School-Age terhadap pola (p = < 0,0001).
Children makan anak
(Sun, 2020) Indeks massa Kebiasaan makan
tubuh. anak usia sekolah
akan berdampak
terhadap Indeks
massa tubuh anak.
14 Asociation of Bahasa Pubmed Identifikasi Cross-sectional Picky eating tidak
Picky Eating Inggris prediktor pilih- study berhubungan
with Weight pilih makan dan dengan BMIz anak
Status and uji hubungan atau defisiensi
Dietary pilih-pilih mikronutrien (p =
Quality Among makan dengan 0,26).
Low-Income indeks massa
Prescholers tubuh anak z- Perilaku pilih-pilih
(Callie, 2018) score (BMIz), makan tidak selalu
kualitas mempengaruhi
makanan, dan berat badan anak.
asupan zat gizi
mikro.

15 Association Bahasa Pubmed Menilai Cross-sectional Pilih-pilih makan


Between Picky Inggris perilaku makan survey dan dalam jumlah
Eating dan kecil memiliki skor
Behaviors and pertumbuhan z yang lebih rendah
36

Nutritional anak usia 1-5 untuk berat badan


Status in Early tahun dari Seoul menurut usia (p =
Childhood: 0,0010) dan BMI
Performance of menurut usia (p =
a Picky Eating 0,0278).
Behaviore
Questioner Anak yang
(Kwon, 2017) berperilaku pilih-
pilih jenis makanan
dan memiliki
kebiasaan makan
dalam jumlah yang
sedikit memiliki
pertumbuhan berat
badan yang lebih
rendah.
16 A Narrative Bahasa Pubmed Memberikan Narrative Review Tidak ada hubungan
Review of Inggris gambaran yang konsisten
Childhod Picky umum tentang antara pilih-pilih
Eating and Its penelitian yang makan dan status
Realtionship to telah meneliti gizi anak
Food Intakes, keterkaitan
Nutritional perilaku picky Tidak ada hubungan
Status and eater dengan yang konsisten
Growth pertumbuhan tersebut disebabkan
(Samuel, 2018) pada anak adanya perbedaan
pada setiap
penelitian dalam
mengindentifikasi
kriteria perilaku
picky eating.

17 Picky Eating Bahasa Biomed Mendeskripsika Cross-sectional Ada hubungan


and Nutritional Inggris Central n prevalensi dan study negatif antara picky
Status Among karakteristik eating dengan status
Vietnamese picky eating gizi terutama
Children serta stunting dan
Unders Five mengetahui wasting (BB/TB)
Years og Age hubungan (p<0,01).
in Hue, Central antara picky
Vietnam eating dengan Picky eating adalah
(Yen, 2019) status gizi balita penolakan terhadap
Vietnam di sejumlah makanan
Hue, Vietnam dan asupan rendah
Tengah. pada anak-anak dan
terkait dengan
masalah gizi
khususnya terkait
pada tinggi badan
dan berat badan
yang rendah.
18 Picky Eating in Bahasa Biomed Studi ini Intervention study Anak-anak dengan
a Obesity Inggris Central meneliti peran design tingkat pilih-pilih
Intervention pilih-pilih makan yang lebih
for Preschol- makan dalam tinggi pada awal
Aged Children- obesitas (diukur dengan
What Role terkontrol CEBQ)
Does it Play secara acak menunjukkan
and Does the intervensi untuk tingkat penurunan
Measurement anak-anak berat badan yang
Instrument prasekolah lebih rendah
Metter? menggunakan (BB/TB)
(Sandvik, subskala dari (p = 0,001)
2019) dua instrumen

Anak yang obesitas


akan mengalami
penurunan berat
badan setelah
berperilaku pilih-
37

pilih makan.

B. Pembahasan

Picky eater merupakan perilaku anak dalam pilih-pilih makan tertentu

saja sehingga asupan nutrisi anak tidak sesuai dengan zat-zat gizi yang

dibutuhkan sebenarnya. Perilaku picky eater dapat dilihat dari kebiasaan makan

anak setiap harinya yang penilaiannya dapat dilakukan dengan pengisian

kuesioner oleh orang tua anak (Chao, 2018). Picky eater yang berkepanjangan

akan mempengaruhi status gizi anak (Putri, 2019). Status gizi umumnya

diklasifikasikan menjadi status gizi buruk, gizi kurang (kurus), status gizi baik

normal, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas (Kemenkes RI, 2020). Status

gizi anak dapat ditentukan dengan cara melakukan pengukuran antropometri

anak menggunakan perbandingan berat badan anak dengan tinggi badan

(BB/TB), umur (BB/U), lingkar kepala dan dapat juga dengan pengukuran

lingkar lengan atas (LILA) (Astuti, 2018).

Hasil penelitian dari 18 jurnal yang digunakan sebagai literatur terdapat

12 jurnal (66,6%) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara perilaku

picky eater dengan status gizi pada anak balita. Status gizi pada balita yang

menjadi responden dari seluruh jurnal dapat dijelaskan merupakan ukuran

keberhasilan dalam pemenuhan gizi untuk balita tersebut yang umumnya lebih

banyak diindikasikan oleh berat badan yang disesuaikan umur atau tinggi

badan balita. Status gizi normal atau baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup

zat-zat gizi yang digunakan secara efisien. Balita yang memiliki perilaku pilih-

pilih makan atau picky eater akan semakin berpeluang untuk mengalami

masalah gizi yaitu cenderung status gizi kurang (kurus). Hal ini sesuai dengan
38

yang dikemukakan oleh Lestari (2018) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa

picky eater banyak terjadi pada usia balita dan berisiko dua kali lebih besar

untuk mempunyai berat badan lebih rendah dibandingkan anak yang bukan

picky eater.

Makanan yang dikonsumsi balita akan mempengaruhi status gizinya.

Status gizi normal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

digunakan sehingga pertumbuhan anak bertambah dengan normal. Balita yang

makannya tidak cukup baik terutama hanya mau makan-makanan tertentu

sehingga kebutuhan zat-zat gizi yang sebenarnya diperlukan oleh balita untuk

pertumbuhan tidak terpenuhi, daya tahan tubuh balita tersebut akan melemah

sehingga mudah seringkali sakit yang menyebabkan nafsu makan semakin

berkurang dan pada akhirnya mengalami penurunan berat badan (gizi kurang).

Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-

zat gizi. Semakin terpenuhi zat-zat gizi yang dikonsumsi balita semakin

meningkat status gizi balita tersebut. Sebaliknya, status gizi berkurang jika

balita tersebut mengkonsumsi makanan yang zat gizinya tidak terpenuhi

dengan maksimal. Menurut Wijayanti (2018) picky eater menyebabkan anak

kekurangan zat mikro dan makronutrien yang pada akhirnya dapat

mengganggu pertumbuhan fisik yang ditandai dengan kesulitan meningkatnya

berat badan bahkan mengalami gizi buruk.

Balita yang mengkonsumsi makanan yang berupa nasi dan lauk-pauk saja

tanpa mau mengkonsumsi sayur-sayuran maupun buah-buahan maka anak akan

cenderung mengalami kekurangan sebagian zat-zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh balita untuk berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan yang
39

dikemukakan oleh Bahagia (2018) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa anak

yang mengalami kekurangan gizi terutama dalam bentuk vitamin dan mineral

yang diperoleh dari sayur dan buah yang berfungsi menjaga ketahanan tubuh

mereka dari penyakit. Keadaan yang mudah sakit akan menurunkan kondisi

kesehatan dan status gizi anak.

Anak yang memilih makanan dengan asupan energi dan nutrisi yang

rendah seperti kurang vitamin E, folat dan rendah serat menyebabkan anak

memiliki pertumbuhan yang lebih lambat (Kwon, 2017). Peneliti

mengemukakan hal tersebut dalam jurnalnya dapat disebabkan karena vitamin

E dapat bermanfaat untuk menjaga fungsi dan perkembangan tubuh serta dapat

meningkatkan kekebalan tubuh anak. Jika anak kurang mengkonsumsi vitamin

yang bisa didapatkan dari makanan yang kurang disukai anak seperti sayur-

sayuran dan buah-buahan maka kekebalan tubuh anak menjadi lebih rendah,

anak menjadi mudah sakit misalnya sakit diare yang berpotensi dapat

menurunkan berat badan. Asam folat seperti vitamin B, vitamin B12 memiliki

peran yang penting karena dapat merangsang pembentukan sel-sel darah baru

sehingga pertumbuhan anak bertambah dengan maksimal. Sumber asam folat

juga seringkali bisa didapatkan dari sayur-sayuran yaitu makanan yang

seringkali dihindari sehingga anak kekurangan zat-zat gizi tersebut yang

menyebabkan terganggunya pertumbuhan anak.

Anak yang mengalami obesitas diberikan intervensi pemilihan makanan

anak (picky eating) dengan cara melakukan pembatasan frekuensi makanan

seperti humburger/fizza, ice cream, soft drink dan snack lainnya dapat

menurunkan berat badan yang berlebih (Sandvik, 2019). Anak dengan perilaku
40

picky eating yang ditunjukkkan dengan sering mengkonsumsi makanan

cemilan (snack) khususnya pada malam hari cenderung menyebabkan anak

menjadi kelebihan berat badan (overwight/obesitas) (Sun, 2020). Kedua

penelitian pada jurnal tersebut menunjukkan bahwa anak picky eater tidak

selalu menyebabkan anak mengalami gangguan kekurangan gizi, dapat juga

menyebabkan gangguan gizi lainnya yaitu kelebihan berat badan

(kegemukan/obesitas). Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan

dalam pemilihan jenis makan anak yang terus menerus dikonsumsi atau disukai

anak. Jika perilaku picky eater anak ditunjukkan dengan anak hanya mau

mengkonsumsi makanan yang manis-manis seperti ice cream, soft drink dan

snack maka anak tersebut berisiko mengalami gangguan gizi lebih (obesitas).

Jenis-jenis makanan makanan tersebut dapat menyebabkan kenaikan berat

badan berlebih karena banyak mengandung lemak dan gula dalam jumlah yang

besar sehingga terjadi penumpukan lemak di dalam tubuh anak.

Anak yang berperilaku picky eater atau pilih-pilih makan maka akan

menyebabkan asupan gizi akan kurang. Gizi atau makanan mempunyai peran

yang penting dalam pertumbuhan tubuh. Makanan berguna sebagai sumber

tenaga, sumber pembangun tubuh dan sumber pengatur. Prinsip gizi seimbang

harus menjadi dasar pemberian makanan pada masa pertumbuhan, seimbang

antara kebutuhan dan asupan gizi. Pada masa pertumbuhan makanan sumber

pembangun harus menjadi perhatian khusus, seperti protein hewani dan protein

nabati. Asupan gizi yang kurang dapat mengakibatkan pertumbuhan yang

terhambat (Harjatmo, 2017).


41

Hasil review pada jurnal juga mendapatkan bahwa dari 18 jurnal terdapat

6 jurnal (33,4%) menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara picky eater

dengan status gizi anak. Penelitian ini berarti menunjukkan bahwa picky eater

tidak selalu menyebabkan gangguan dalam pemenuhan gizi. Jurnal-jurnal yang

menyatakan tidak ada hubungan antara picky eater dengan status gizi pada

anak tersebut sebagian besar tidak menjelaskan secara rinci mengenai

penyebab tidak adanya hubungan antar variabel tersebut. Tidak adanya

keterkaitan antara picky eater dengan status gizi pada anak dapat disebabkan

karena perilaku picky eater pada anak yang menjadi responden pada penelitian-

penelitian tersebut baru terjadi (hanya dalam waktu singkat) sehingga belum

begitu mempengaruhi status gizi anak.

Gangguan status gizi terutama pada gizi kurang dapat terjadi jika anak

tidak terpenuhi kecukupan zat-zat gizi dalam waktu yang lama, selain itu juga

dapat disebabkan karena pemilihan makanan yang dikonsumsi terus menerus

oleh balita tersebut bisa saja mengandung beberapa zat gizi yang bermanfaat

dalam peningkatan perkembangan status gizi anak misalnya anak lebih suka

mengkonsumsi coklat, permen maupun susu dalam kemasan yang banyak

mengandung karbohidrat sehingga meskipun anak mengkonsumsi makanan

tersebut terus menerus mereka masih dapat memenuhi kebutuhan zat gizinya

dan memiliki status gizi yang sesuai. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Lestari (2018) bahwa anak yang memiliki perilaku picky eater dengan

kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat justru memiliki status gizi

yang normal. Berat badan anak tergantung jenis makanan berdasarkan kualitas

makanan dan asupan nutrisi (Brown, 2016).


42

Picky eater tidak memiliki keterkaitan dengan status gizi balita juga

dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi yang

turut serta mempengaruhi namun tidak turut serta diteliti pada jurnal-jurnal

yang menjadi literatur pada penelitian ini, misalnya aktifitas fisik anak yang

kurang bergerak, hanya duduk menonton telivisi maka anak tidak dapat melatih

otot-otot sehingga meskipun memiliki perilaku picky eater maka berisiko

terjadi penimbunan lemak yang pada akhirnya malah anak memiliki status gizi

normal bahkan jika terus menerus mengalami obesitas. Menurut salah satu

peneliti pada jurnal yang telah di review bahwa status gizi yang tidak normal,

tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makan atau perilaku makan anak semata,

tetapi diduga juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti aktivitas fisik,

pendapatan, pengetahuan orang tua, penyakit infeksi, hygine sanitasi makanan

dimana pada penelitian ini tidak diteliti (Lestari, 2018).

Telaah jurnal pada umumnya mendapatkan bahwa anak yang memiliki

perilaku picky eater cenderung lebih berisiko mengalami status gizi kurang.

Anak yang pilih-pilih makan atau hanya mau mengkonsumsi makan-makanan

tertentu menyebabkan kekurangan nutrisi selama masa pertumbuhan yang

berdampak tubuh anak terlihat lebih kurus dibandingkan dengan anak lain yang

seusianya. Hasil penelitian sebagian besar jurnal tersebut diatas juga sejalan

dengan hasil penelitian Khaq (2018) yang mendapatkan bahwa picky eater

mempengaruhi pertumbuhan balita (p value = 0,034). Penelitian Nadya (2019)

juga menunjukkan hasil yang sama yaitu terdapat hubungan antara kejadian

picky eater terhadap status gizi anak (p value = 0,047). Picky eater atau anak

yang terlalu memilih-milih jenis makanan tertentu beresiko dapat mengalami


43

berat badan kurang pada usia 4- 5 tahun di bandingan dengan anak non picky

eater. Balita dengan berat badan yang kurang dapat mempengaruhi

perkembangan motorik, kecerdasan, proses belajar, kerentanan terhadap

infeksi, keparahan penyakit, dan kematian (Rahayu dkk, 2018). Picky eater

dapat mengakibatkan defisiensi atau kekurangan zat gizi tertentu, contohnya

vitamin, magnesium (Mg), zat besi (Fe), dan zat gizi mikro lainnya sehingga

dapat menyebabkan pertumbuhan anak terganggu (Arisandi, 2019).

C. Keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini yaitu sebagian jurnal tidak menjelaskan secara

rinci makanan yang menyebabkan picky eater sehingga tidak dapat

diidentifikasi lebih dalam mengenai zat-zat gizi apa saja yang menyebabkan

gangguan masalah gizi pada masing-masing responden dalam jurnal yang

direview, beberapa jurnal tidak menjelaskan secara rinci atau bahkan tidak

memuat analisis peneliti sendiri terhadap hasil penelitiannya pada tiap-tiap

jurnal sehingga membatasi peneliti untuk melakukan review lebih dalam.


BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Hasil penelitian dari 18 jurnal yang digunakan sebagai literatur terdapat 12

jurnal (66,6%) yang menyatakan bahwa perilaku picky eater berhubungan

dengan status gizi pada balita dan terdapat 6 jurnal (33,4%) yang menyatakan

bahwa picky eater tidak berhubungan dengan status gizi pada balita.

Picky eater berhubungan dengan status gizi pada balita disebabkan karena

balita yang hanya mau makan-makanan tertentu menyebabkan kebutuhan zat-

zat gizi yang sebenarnya diperlukan untuk pertumbuhan tidak terpenuhi, daya

tahan tubuh balita tersebut akan melemah sehingga mudah seringkali sakit

yang menyebabkan nafsu makan semakin berkurang dan pada akhirnya

mengalami penurunan berat badan (gizi kurang).

Picky eater tidak berhubungan dengan status gizi pada balita karena

perilaku tersebut terjadi dalam waktu yang belum lama sehingga belum begitu

mempengaruhi status gizi anak. Gangguan status gizi terutama pada gizi

kurang dapat terjadi jika anak tidak terpenuhi kecukupan zat-zat gizi dalam

waktu yang lama, selain itu juga dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor

lain yang mempengaruhi yang turut serta mempengaruhi.

44
45

B. Rekomendasi

1. Bagi Instutusi Kesehatan

Bagi Institusi Kesehatan disarankan untuk memberikan penyuluhan

guna meningkatkan pengetahuan ibu yang berpengaruh pada perilaku ibu

dalam penyediaan makanan dalam keluarga khususnya bagi balitanya

sehingga anak terhindar dari perilaku picky eater yang akan mempengaruhi

keadaan gizi balita.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Institansi Pendidikan disarankan agar dapat memberikan program

kepada mahasiswa keperawatan untuk melakukan promosi kesehatan

kepada masyarakat tentang hubungan perilaku picky eater terhadap status

gizi balita.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk

penelitian selanjutnya mengenai status gizi balita dan terkait picky eater,

misalnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita

lainnya dan permasalahan picky eater.


DAFTAR PUSTAKA

Adhani, D. N. 2019. Peran orang tua terhadap anak usia dini (2 tahun) yang
mengalami picky eater. Journal on Early Childhood [Internet]. 2(1). 39-44.
Tersedia pada https://doi.org/10.31004/aulad.v2i1.18. [Diakses 18
Desember 2020].

Akbar, F. 2018. Faktor determinan yang mempengaruhi terjadinya gizi kurang


pada balita di Kabupaten Poliwali Mandar. Jurnal Kesehatan Masyarakat
[Internet]. 4(2). 91-101. http://dx.doi.org/10.35329/jkesmas.v4i2.251
[Diakses 15 Desember 2020].

Apriyanti, C. 2020. A-Z Drama Anak Sehari-Hari. Yogyakarta: Stiletto Indie


Boook.

Andini, E. N. 2020. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada anak
usia 0-23 bulan berdasarkan Composite Index of Antropometrix Failure
(CIAF) di wilayah kerja Puskesmas Karangayu Kota Semarang. Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas [Internet]. 5(2). 104-112.
https://doi.org/10.14710/jekk.v5i2.5898 [Diakses 27 Desember 2020].  

Ariesti, K. D. 2020. Pengaruh sumber air minum dan sanitasi lingkungan terhadap
kejadian gizi kurang pada balita di Kabupaten Serang. CHM-K Apllied
Scientifics Journal [Internet]. 3(3). 76-80.
https://doi.org/10.47650/jpp.v2i1.159 [Diakses 29 Desember 2020]. DOI: 

Arisandi, R. 2019. Faktor yang mempengaruhi picky eating pada anak. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada [Internet]. 10 (2). 238-241.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.158 [Diakses 06 Desember 2020].
DOI: 

Aryanti, M. O. R. 2015. Hubungan antara tingkat kelekatan aman dengan tingkat


perilaku picky eating pada anak [Internet]. Tersedia pada
https://repository.usd.ac.id/4220/2/109114163_full.pdf [Diakses 20 Februari
2021].

Astuti, E. P. 2018. Perilaku picky eater dan status gizi pada anak toodler.
Midwifery Journal. [Internet]. 3(1). 81-85.
http://journal.ummat.ac.id/index.php/MJ/article/view/155/126 [Diakses 06
Desember 2020].

Bachrens, I. T. 2018. Panduan Mendidik Anak Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta:
PT. Kawah Media.

Bahagia, I. P. 2018. Hubungan antara perilaku picky eater dengan status gizi pada
anak usia prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar Tersedia pada: https://etd.unsyiah.ac.id/index.php?
p=show_detail&id=42867 [Diakses 07 Januari 2021].

46
47

Brown, C. L. 2016. Association of ficky eating and food neophobia with weight: a
systematic review. Childhood Obesity. [Internet]. 12(4). 247-262.
http://10.1089/chi.2015.0189 [Diakses 07 Januari 2021].

Callie, L. B. 2018. Asociation of picky eating with weight status and dietary
quality among low-income prescholers. HHS Public Acces. [Internet]. 18(3).
334-341.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5837907/pdf/nihms904331.
pdf [Diakses 07 Januari 2021].

Chao, H. C. 2018. Association of picky eating with growth, nutrional status,


depelopment, physical activity and health in preschool children. Frontier on
Pediatrics. [Internet]. 6(2). 1-9.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5816267/pdf/fped-06-
00022.pdf [Diakses 07 Januari 2021].

Christy, J., Bancin, L. J. 2020. Status Gizi Lansia. Yogyakarta: Deepublis.

CNN Indonesia. 2019. 1 dari 3 anak di dunia mengalami malnutrisi [Internet].


Tersedia pada: https://www.cnnindonesia.com/gaya-
hidup/20191016084803-255-439883/1-dari-3-anak-di-dunia-mengalami-
malnutrisi [Diakses 01 Desember 2020].

Diyah, H. S. 2020. Hubungan antara pola asuh dengan status gizi pada balita.
Jurnal Mahasiswa Kesehatan [Internet]. 1(2). 151-158.
https://dx.doi.org/10/30737/jumakes.v1i2.768 [Diakses 05 Januari 2021].

Hidayati, T., Hanifah, L., Sari, Y. N. 2019. Pendamping Gizi pada Balita.
Yogyakarta: Deepublish

Hardianti, R. 2018. Picky Eating dan status gizi pada anak prasekolah. Jurnal Gizi
Indonesia [Internet]. 6(2). 123-130. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.123-
130. [Diakses 28 Desember 2020].

Harjatmo, T. P., Par’i, M. H., Wiyono, S. 2017. Bahan Ajar Gizi Penilaian Status
Gizi. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

Institute for Dairy Nutrition and Health. 2020. Hasil laporan terbaru tentang gizi
oleh badan PBB [Internet]. Tersedia pada:
https://www.frieslandcampinainstitute.com/id/berita/hasil-laporan-terbaru-
tentang-gizi-oleh-badan-pbb/ [Diakses 01 Desember 2020].

Jayarni, D. E. 2018. Hubungan ketahanan pangan dan karakteristik keluarga


dengan status gizi balita usia 2-5 tahun. Amerta Nutrition [Internet]. 2(1).
44-51. http://dx.doi.org/10.20473/amnt.v2i1.2018.44-51 [Diakses 28
Desember 2020].
48

Jumiatun. 2019. Hubungan pola pemberian makanan dengan status gizi balita
umur 1-5 tahun di Desa Ngempel Kulon Kecamatan Ngampel Kabupaten
Kendal. Jurnal Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan. [Internet]. 6 (2019).
218-224. https://doi.org/10.37402/jurbidhip.vol6.iss2.58 [Diakses 20
Desember 2020].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Profil Kesehatan Indonesia


Tahun 2019. [Internet]. Tersedia pada:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf [Diakses 20
Desember 2020].

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri
Anak. [Internet]. Tersedia pada:
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_t
tg_Standar_Antropometri_Anak.pdf [Diakses 20 Desember 2020].

Khayati, Y. N. 2019. Hubungan berat badan lahir dengan pertumbuhan dan


perkembangan. Indonesian Journal of Midwifery. [Internet]. 2(2). 58-63.
http://dx.doi.org/10.35473/ijm.v2i2.266 [Diakses 15 Desember 2020].  

Kurniati, P. T., Sunarti. 2020. Stunting dan Pencegahannya. Yogyakarta: Lakeisa.

Kwon, K. M. 2017. Association between picky eating behaviors and nutritional


status in early childhood: performance of a picky eating behaviore
questioner. Nutrients. [Internet]. 9(463). 1-15.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5452193/pdf/nutrients-09-
00463.pdf Diakses 22 Februari 2021].  

Lestari, S. W. 2018. Hubungan perilaku picky eater dengan status gizi (BB/U)
anak usia 2-5 Tahun. Jurnal Vokasi Kesehatan. 5(2). 67-71.
http://ejournal.poltekkes-
pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/206/pdf [Diakses 22 Februari
2021].  

Li, Z. 2017. Perceptions of food intake and weight status among parents of picky
eating infants and todlers in China. Appitite. [Internet]. 108 (1). 456-463.
https://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/S0195666316307048?
token=5859A23566E0912544A227CC955DDDC8B0DBAA443363BEA0C
D6A09E4BCD5D84E6FD16C5B2AD1AAE6C11CDABB8E591D5C&orig
inRegion=eu-west-1&originCreation=20210701232002 [Diakses 22
Februari 2021].  

Lukitasari, D. 2020. Hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku picky eater
pada anak usia pra sekolah. Jurnal Sehat Masada. [Internet]. 14(1). 73-80.
49

http://ejurnal.stikesdhb.ac.id/index.php/Jsm/article/view/127/104 [Diakses
07 April 2021].  

Moenajat, Y., Kekalih, A., Friska, D., Lalisang, T. J. 2020. Penelitian Bedah Seri
1 Berbasis Bukti. Jakarta: UI Publishing.

Nadya, A. 2019. Hubungan kebiasaan makan orang tua dengan kejadian picky
eater terhadap status gizi anak Prasekolah di TK Islam Al-Azhar Kota
Padang tahun 2019. [Internet]. Tersedia pada:
http://repo.stikesperintis.ac.id/719/1/KTI%20AFIFAH%20NADYA.pdf
[Diakses 27 Desember 2020].

Namangboling, A. G. 2017. Hubungan riwayat penyakit dan pemberian ASI


eksklusif dengan status gizi anak usia 7-12 bulan di Kecamatan Kelapa
Lima Kota Kupang. Sari Pediatri [Internet]. 19 (2). 91-96.
http://dx.doi.org/10.14238/sp19.2.2017.91-6 [Diakses 21 Desember 2020].
DOI: 

Nasution, H. S. 2018. Hubungan pola makan dengan status gizi pada anak balita
di wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal di Lingkungan XII Kelurahan
Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Jurnal Kesehatan Masyarakat dan
Lingkungan Hidup [Internet]. 3(2). 48-58. http://e-journal.sari-
mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat/article/view/473/446
[Diakses 20 Desember 2020].

Nilatullzah. 2018. Pengaruh penggunaan aplikasi stimulasi tumbuh kembang


terhadap pengetahuan ibu dan pertumbuhan balita umur 9-24 bulan. Jurnal
SIKLUS. [Internet]. 7 (2). 328-332.
http://dx.doi.org/10.30591/siklus.v7i2.897 [Diakses 28 Desember 2020].  

Nova, M. 2018. Hubungan asupan zat gizi makro dan pengetahuan gizi dengan
status gizi pada siswa MTs.S An-Nuur Kota Padang. Jurnal Kesehatan
Perintis. [Internet]. 5 (2). 169-175. https://doi.org/10.33653/jkp.v5i2.145
[Diakses 26 Desember 2020]. DOI:

Novitasari, N. R. S. F. 2019. Pengaruh hypnoparenting terhadap peningkatan


nafsu makan anak toddler yang mengalami picky eater di Desa Wonorejo
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang [Internet]. Tersedia pada:
http://repository2.unw.ac.id/761/2/S1_010115A081_Artikel.pdf [Diakses 02
Januari 2021].

Nurmalasari, Y. 2020. Picky eating and stunting in children aged 2 to 5 years in


central Lampung, Indonesia. International Journal of Nursing and Health
Science. 3(1). 29-34. https://doi/org/10/33024/minh.v3i1.2539 [Diakses 29
Desember 2020].
50

Pane, H. W., Tasnim., Hasnidar., Sultianti., Puspita, R., Hastuti, P., Apriza.,
Sianturi, P. E., Rifai, A., Hulu, V. T. 2020. Gizi dan Kesehatan. Medan:
Yayasan Kita Menulis.

Pulungan, P. W., Rusmini., Zuhriyatun, F. Z. 2020. Teori Kesehatan Reproduksi.


Medan: Yayasan Kita Menulis.

Purba, D, H., Kartika, L., Supinganto, A., Hasnidar., Wahyuni. 2020. Ilmu
Kesehatan Anak. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Putri, A. N. 2019. Hubungan antara perilaku picky eater dengan tingkat


kecukupan zat gizi dan status gizi pada anak usia prasekolah di KB-TK Al-
Hikmah Surabaya. Amerta Nutrition. [Internet]. 3(4). Hal. 232-238.
http://dx.doi.org/10.20473/amnt.v3i4.2019.232-238 [Diakses 03 Februari
2021].

Purnamasari, A. R. 2020. Hubungan perilaku picky eater dengan tingkat


kecukupan protein dan lemak pada anak prasekolah. Media Gizi Indonesia.
[Internet]. 15(1). Hal. 31-37. http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v15i1.31-37
[Diakses 20 Desember 2020].

Rahmawati, N. F. 2020. Faktor sosial, ekonomi dan pemanfaatan posyandu


dengan kejadian stunting balita keluarga miskin penerima PKH di
Palembang. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. [Internet]. 17(1). 23-33. :
https://doi.org/10.22146/ijcn.49696 [Diakses 23 Desember 2020]. DOI

Rufaida, Z. 2018. Hubungan pola asuh orang tua terhadap terjadinya picky eater
pada anak usia 3-6 tahun. Journal of Issues in Midwifery. [Internet]. 2(1).
56-64. http://dx.doi.org/10.21776/ub.JOIM.2018.002.01.6 [Diakses 20
Desember 2020].

Rudiathi, F. 2019. Eating behavior and nutritional status in preschool-aged


children in Purwasari Community Health Center Village Tamelang
Karawang City. School of Health Sciences Jendral Achmad Yani. [Internet].
3(1). Hal. 393-396.
http://ejournal.stikesjayc.id/index.php/litkartika/article/download/117/112
[Diakses 22 Februari 2021].  

Rosliana, L. 2020. Hubungan pola asuh, penyakit penyerta dan pengetahuan ibu
dengan status gizi pada anak usia 12-24 bulan di Posyandu Teratai Wilayah
Kerja Puskesmas Ciasem Kabupaten Subang. Sintax Idea. [Internet]. 2(8).
415-428. https://doi.org/10.36418/syntax-idea.v2i8`.499 [Diakses 20
Desember 2020].

Salsabila, S. 2017. Hubungan pengetahuan gizi dengan sikap mengkonsumsi


makanan sehat siswa SMK. Jurnal Ilmiah Pendidikan Kesehatan Keluarga.
[Internet]. 3(1). 1-8. http://dx.doi.org/10.30738/keluarga.v3i1.1958 [Diakses
20 Desember 2020].
51

Samuel, T. M. 2019. A narrative review of childhod picky eating and its


realtionship to food intakes, nutritional status and growth. Nutrients.
[Internet]. 10(12). 1-30.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6316224/pdf/nutrients-10-
01992.pdf [Diakses 22 Februari 2021].  

Sandvik, P. 2018. Picky eating in Swedish preshoolers of different weight status:


a aplication of two new screening cut-offs. International Journal of
Behavioral Nutrition and Physical Activity. [Internet]. 15(74). 1-12.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6085619/pdf/12966_2018_
Article_706.pdf [Diakses 22 Februari 2021].  

Sandvik, P. 2019. Picky eating in a obesity intervention for preschol-aged


children- what role does it play and does the measurement instrument
metter?. International Journal of Behavioral Nutritional and Phsycal
Activity. [Internet]. 16(76). 1-10.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6724280/pdf/12966_2019_
Article_845.pdf [Diakses 22 Februari 2021].  

Savitri, A. 2018. Buku Pintar 365 Hari MPASI Terlengkap. Yogyarakarta:


Idesegar.

Simampouw, O. J. 2017. Diare Balita Suatu Tinjauan dari Bidang Kesehatan


Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

Simamora, H. G. 2020. Hubungan pola asuh ibu dengan perilaku picky eating
pada anak usia prasekolah di Lingkungan VII Simalingkar Kelurahan
Mangga Dua Kecamatan Medan Tuntungan. Jurnal Penelitian Kesehatan
Masyarakat [Internet]. 2(2). 18-25. https://doi.org/10.36656/jpksy.v2i2.240
[Diakses 21 Desember 2020].

Simbolon, D. 2019. Pencegahan Stunting Melalui Intervensi Gizi Spesifik pada


Ibu Menyusui Anak Usia 0-24 Bulan. Yogyakarta: Deepublish.

Sun, M. 2020. Eating habits and their asscotion with weight status in chines-
school-age children. International Journal of Environtmental Research and
Publich Health [Internet]. 17(10). 1-14.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7277406/pdf/ijerph-17-
03571.pdf [Diakses 02 Januari 2021].

Sumarni. 2015. Hubungan antara masalah makan (picky eater) dengan status gizi
pada anak usia toddler di Desa Lamuk Kecamatan Kejobong Kabupaten
Purbalingga. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad [Internet]. 8 (2). 26-33.
http://jka.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jka/article/download/35/99/
[Diakses 20 Desember 2020].

Supariasa. 2016. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.


52

Utami, F. B. 2016. Picky eater pada anak: studi kasus pada anak usia 3-4 tahun.
Jurnal Sosioreligi [Internet]. 14(2). 79-86.
https://ejournal.upi.edu/index.php/SosioReligi/article/viewFile/5613/3813
[Diakses 02 Januari 2021].

Wahyuni, F. 2020. Relationship of picky eater behavior with nutritional status in


prescholllers. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta. 7(3). 145-149.
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/540/316
[Diakses 22 Februari 2021].

Wahyuningsih, U. 2020. Kualitas konsumsi pangan kaitannya dengan status gizi


anak usia 2-5 tahun pada masyarakat adat kasepuhan cipta gelar dan sinar
resmi. Indonesian Journal of Health Development [Internet]. 2(1). 1-11.
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd/article/view/35/30 [Diakses 20
Desember 2020].

Wijayanti, F. 2018. Hubungan perilaku picky eaters dengan status gizi anak usia


prasekolah di TK Islam Nurul Izzah Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten
Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. 7 (2). 176-202.
https://doi.org/10.31596/jcu.v7i2.262 [Diakses 02 Januari 2021].

Wijayanti, I. K. 2020. Gambaran perilaku picky eater dan faktor yang melatar
belakanginya pada anak usia 2-4 tahun di RW XII Kelompok Bermain dan
Raudhatul Athfal Alam Terpadu Uwais Al Qorni Surakarta. Jurnal Gizi
Prima [Internet]. 5(1). 39-48. https://doi.org/10.32807/jgp.v5i1.174.
[Diakses 02 Januari 2021].

Yen, H. T. B. 2019. Picky eating and nutritional status among vietnamese children
unders five years og age in Hue, Central Vietnam. Journal of Scientific &
Technical Research. [Internet]. 16(1). 11733-11739.
https://biomedres.us/pdfs/BJSTR.MS.ID.002785.pdf [Diakses 02 Januari
2021].
Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Jenis kegiatan Kegiatan Feb-Maret


Nov 2020 Des 2020 Jan 2021 April-Juni2021 Juli 2021
2021
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
PERSIAPAN 1. Menelaah kepustakaa,
kondisi yang menjadi
masalah
2. Pengajuan masalah yang
akan diteliti
PENYUSUNAN 1. Pengajuan Bab I
PROPOSAL DAN (Pendahuluan)
PENGUMPULAN 3. Pengajuan Bab II
DATA (ARTIKEL) 5. Pengajuan Bab III
UJI PROPOSAL Sidang Proposal dan revisi
PENULISAN 1. Pembuangan draf
LAPORAN 3. Penulisan awal
5. Editing
7. Penulisan final
UJI SKRIPSI 1. Seminar skripsi
2. Revisi skripsi

53
54

Anda mungkin juga menyukai