Anda di halaman 1dari 15

Analisis Awal Program Kesehatan

(Penyakit Diare di Kabupaten Jember)

(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Promosi dan Evaluasi Kesehatan
Kelas A Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020 )

Dosen Pengampu:
Dewa Ngakan Gde Wahyu Mahatma Putra, S.ST., M.A.R.S

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Ibnu Mubarok 172110101050
2. Nabila Salshabila 172110101052
3. Fara Vindiata A 172110101053
4. Sulthon Alif R. 172110101061
5. Dyah Pramita F 172110101101
6. Tri Liana Novita 172110101116
7. Widhia Setyani 172110101140
8. Wahyu Aji Gumelar 172110101162
9. Clarrisa A.C.K 172110101167

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019
A. Gambaran Umum Kabupaten Jember
Kabupaten Jember merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur, terletak ± 200
km ke arah timur dari Surabaya.Secara geografis terletak pada posisi113⁰15’47’’
sampai 114⁰02’35’’ Bujur Timur dan 7⁰58’06’’ sampai 8⁰33’44’’lintang selatan. Luas
wilayah Kabupaten Jember berupa daratan seluas 3.293,34 km2. Pada akhir tahun
2017, wilayah administrasi Kabupaten Jember terdiri dari 31 wilayah Kecamatan dan
248desa/kelurahan.
Jumlah penduduk Kabupaten Jember pada tahun 2017 mencapai 2.430.185
jiwa dimana untuk laki-laki sebanyak 1.194.496 jiwa dan perempuan sebanyak
1.235.689 jiwa. Jumlah penduduk tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 0,46%
dari tahun 2016. Kepadatan penduduk di Kabupaten Jember tahun 2017 mencapai 737
jiwa/km2 dengan kepadatan tertinggi pada kecamatan kaliwates dengan kepadatan
sebesar 4672 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Tempurejo sebesar 140 jiwa/km2.

Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Angkatan Kerja


Menurut Pendidikan Tertingi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, Hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) bulan Agustus 2017
(Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Penduduk Kabupaten Jember pada
tahun 2019 paling banyak merupakan lulusan Sekolah Dasar sebanyak 397.769 jiwa.
Dan yang terendah adalah lulusan Diploma I/II/III.
Tabel 2. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Termasuk Angkatan Kerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, Hasil Survei Angkatan Kerja
Nasional (SAKERNAS) bulan Agustus 2017
(Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember)

Penduduk Jember paling banyak bekerja pada sektor agrikultur yaitu sebanyak
505.050 jiwa dan yang paling sedikit bekerja pada sektor pertambangan yaitu
sebanyak 4.880 jiwa.

Tabel 3. Banyaknya Desa dan Jata Beras Program Raskin (Kg) Menurut Kecamatan di
Kabupaten Jember, 2017
(Sumber data : Bulog devisi Regional XI Kabupaten Jember)
Dari table tersebut diketahui bahwa penduduk miskin yang diukur dengan
pemberian beras miskin di Kabupaten Jember pada tahun 2017 terbanyak terletak
pada Kecamatan Sumberbaru sebanyak 11.136 Rumah tangga dengan 167.040 kg
beras.

Tabel 4. Banyaknya Pasien Rawat Jalan Menurut jenis Penyakit yang Paling banyak
penderitanya di Kabupaten Jember, 2017
(Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Jember)

Dari table tersebut dapat diketahui bahwa diare merupakan penyakit ketiga
terbanyak yang mendapatkan perawatan rawat jalan di Puskesmas seluruh Jember
pada tahaun 2017 dengan pasien sebanyak 68.826 jiwa.

B. Pola Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Jember

Tabel 5. 10 Besar Penyakit di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2016


(Sumber data : Subbag Program dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember)
No Jenis Penyakit Jumlah
1. Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernafasan 108.904
2. Hipertensi Primer 59.736
3. Gastritis 41.945
4. Nyeri Kepala 41.916
5. Diare dan Gastroentritis (Colitis) 40.501
6. Demam yang Tidak Diketahui Sebabnya 34.713
7. Common Cold / Nasopharyngitis Akut 33.938
8. Gangguan Lain Pada Jaringan Otot 30.645
9. Dermatitis Kontak Alergi 25.163
10. Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi 22.640
Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2016 di Kabupaten Jember
jenis penyakit terbanyak adalah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan,
diikuti penyakit hipertensi primer.

Tabel 6. 10 Besar Penyakit di Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2017


(Sumber data : Subbag Program dan Informasi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember)
No Jenis Penyakit Jumlah
1. Infeksi Akut Lain Pada Saluran Pernafasan 177.329
2. Hipertensi Primer 93.155
3. Gastritis 68.828
4. Nyeri Kepala 65.701
5. Diare dan Gastroentritis (Colitis) 65.525
6. Gangguan Lain Pada Jaringan Otot 54.589
7. Common Cold / Nasopharyngitis Akut 51.008
8. Demam yang Tidak Diketahui Sebabnya 47.629
9. Dermatitis Kontak Alergi 39.313
10. Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 32.829
Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2017 di Kabupaten Jember
jenis penyakit terbanyak adalah penyakit infeksi akut lain pada saluran pernafasan,
diikuti penyakit hipertensi primer.

C. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jember

Gambar 2. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Jember tahun 2013 - 2017


(Sumber data : Seksi kesehatan keluarga dan gizi masyarakat Dinas Kesehatan 2017)
Berdasarkan data di atas, angka kematian bayi di Kabupaten Jember sejak
tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 mengalami penurunan dari 11,79 menjadi 6,01.
Pada tahun 2016 ke 2017 terjadi kenaik sebesar 0,40 dari 6,01 menjadi 6,41 hal ini
tentunya disebabkan oleh beberapa faktor baik dari internal maupun dari eksternal.
Penyebab kematian bayi umumnya bermula dari masa kehamilan dua minggu
sampai hari ke tujuh setelah persalinan (masa perinatal) yang meliputi pertumbuhan
janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan berat bayi lahir
rendah. Selain itu Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Diare juga menjadi
penyebab utama kematian bayi yang menyumbang 75% kematian pada bayi (Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 1995).

D. Kasus Diare di Kabupaten Jember Tahun 2016 dan 2017

Gambar 2. Jumlah kasus Diare di Kabupaten Jember tahun 2013 - 2017


(Sumber data : Seksi P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Jember)

Penyakit diare saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Angka Kesakitan diare
di Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh program untuk tahun
2000 diperoleh hasil Sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila
dibanding dengan hasil survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per
1.000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Kasus diare di Kabupaten Jember cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data yang dapat dihimpun melalui laporan dari 50 Puskesmas di
Kabupaten Jember, pada tahun 2016 ke 2017 terjadi penurunan dari 59824 ke 46705
hal ini tentunya disebabkan oleh beberapa faktor baik dari internal maupun dari
eksternaljumlah penderita diare tercatat sebanyak 51.512 orang. Dari keseluruhan
kasus diare tersebut, 100% pasien diare telah mendapatkan penanganan sesuai
dengan standar yang berlaku

E. Kasus Diare Berdasarkan Wilayah di Kabupaten Jember Tahun 2016


Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang sering
terjadi di masyarakat. Penyakit ini dapat mengancam setiap orang tanpa
mengenalusia, jenis kelamin maupun status sosial. Distribusi penyakit diare
cenderung dialami oleh kelompok balita karena daya tahan tubuhnya yang masih
lemah dan penyakit ini menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita.

Tabel 7. Jumlah Kasus Diare di Kabupaten Jember Tahun 2016


(Sumber data : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular )

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2016


ditemukan jumlah kasus diare tertinggi di kabupaten Jember berada di Kecamatan
Sumbersari sebanyak 2.366 kasus. Penderita diare merupakan pasien yang melakukan
pengobatan di Puskesmas Sumbersari. Kecataman Sumbersari merupakan kecamatan
yang pernah dinyatakan sebagai KLB (Kejadian Luar Biasa) diare pada tahun 2016.
Menurut jenis kelamin, perempuan lebih banyak mengalami penyakit diare
dibandingkan laki-laki yakni sebanyak 1.203 kasus dan 1.163 kasus. Kasus diare di
Kecamatan Sumbersari berhasil ditangani sebesar 124% atau sebanyak 2.925 kasus
yang diantaranya 110% laki-laki dan 137% perempuan.
Penyebab dari tingginya angka diare di Kecamatan Sumbersari salah satunya
karena sanitasi hygiene sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, di
Kecamatan Sumbersari terdapat tiga universitas sehingga menyebabkan bertambahnya
penduduk. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan pola hidup perilaku
bersih dan sehat serta menjaga hygiene sanitasi lingkungan akan rentan menularkan
penyakit diare.
Tabel 7. Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan
Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2016
(Sumber data : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular )

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2016, Kecamatan


Gumukmas memiliki prevalensi kasus diare terendah yang tercatat di Puskesmas
Tembokrejo yakni sebanyak 732 kasus. Distribusi kasus diare berdasarkan jenis
kelamin di Kecamatan Tembokrejo lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki
yakni 372 kasus dan 360 kasus. Kasus diare yang berhasil ditangani sebesar 120%
atau sebanyak 875 kasus.

F. Kasus Diare Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jumlah Penduduk di Kabupaten


Jember Tahun 2017
Penyakit diare sampai kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan
merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Meskipun secara umum angka
kesakitan masih cenderung berfluktuasi dan kematian diare yang dilaporkan oleh
sarana pelayanan kesehatan mengalami penurunan. Angka Kesakitan diare di
Indonesia berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh program untuk tahun 2000
diperoleh hasil sebesar 301 per 1.000 penduduk, angka ini meningkat bila dibanding
dengan hasil survey yang sama pada tahun 1996 sebesar 280 per 1.000 penduduk
(Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Tabel 8. Kasus Diare Kabupaten Jember Tahun 2017
(Sumber data : Seksi P2 )

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2017


ditemukan jumlah kasus diare tertinggi di kabupaten Jember berada di Kecamatan
Sumbersari sebanyak 1.884 kasus. Penderita diare merupakan pasien yang melakukan
pengobatan di Puskesmas Sumbersari. Pada Kasus diare ini, Jenis kelamin perempuan
lebih banyak menderita diare daripada jenis kelamin laki-laki. Kasus diare berhasil di
tangani pada Kecamatan Sumbersari yakni sebesar 65% (755) orang berjenis kelamin
laki-laki dari jumlah temuan penduduk penderita diare sebanyak 1.168, 64% (774)
orang berjenis kelamin perempuan dari jumlah temuan penduduk penderita diare
sebanyak 1.208, dan 81% (1529) orang berjenis kelamin laki-laki serta perempuan
berhasil di tangani dari jumlah total penduduk temuan penderita kasus diare.
Penyebab tingginya kasus diare yang terjadi ini disebabkan karena hygine
sanitasi dan perilaku hidup sehat yang kurang baik. Salah satunya contohnya yakni
banyaknya jajanan serta makanan yang di jual di pinggir jalan dan tidak tertutup
dengan baik sehingga debu, asap kendaraan bermotor secara tidak langsung dapat
menempel pada makanan tersebut.
Tabel 7. Kasus Diare yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan
Puskesmas Kabupaten Jember Tahun 2017
(Sumber data : Seksi P2)

Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa temuan kasus diare terendah berada
pada Puskesmas Tembokrejo Kecamatan Gumukmas yakni sebanyak 583 kasus diare.
Kasus diare di wilayah tersebut cenderung dialami oleh perempuan yakni sejumlah
374 kasus dan 361 kasus pada laki-laki. Dalam penanganannya kasus diare berhasil
diatasi sebesar 138% atau 802 kasus.
Berdasarkan pemaparan kedua data diatas angka kejadian kasus diare
mengalami penurunan pada tahun 2016 s/d 2017. Salah satu contoh pada Kecamatan
Sumbersari mengalami penurunan kasus diare sebesar 20% atau sebanyak 482 kasus
meskipun Kecamatan Sumbersari tetap menjadi wilayah tertinggi jumlah kasus diare.
Kemudian jumlah kasus yang di tangani pada tahun 2016 jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini menandakan bahwa masyarakat di
Kecamatan Sumbersari mulai menerapkan hygine sanitasi dan hidup sehat mulai
dengan baik pada tahun 2017.

Kondisi yang sama terjadi di Kecamatan Gumukmas penderita diare yang


berobat di puskesmas Tembokrejo mengalami penurunan pada tahun 2016 s/d 2017
yang semula 732 kasus menjadi 583 kasus. Kemudian jumlah kasus yang di tangani
pada tahun 2016 jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017. Hal ini
menandakan bahwa masyarakat di Kecamatan Sumbersari mulai menerapkan hygine
sanitasi dan hidup sehat mulai dengan baik pada tahun 2017.

G. Program Penanggulangan dan Penyembuhan Diare


Program Penanggulangan dan Penyembuhan Diare berdasarkan Kementerian
Kesehatan RI memuat Kebijakan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan
kematian diare adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan tata laksana penderita diare sesuai standar yang telah ditetapkan
baik di saranan kesehatan ataupun di rumah tangga.
2. Melaksanakan surveilans epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
3. Mengembangkan pedoman pengedalian penyakit diare.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam program yang
meliputi aspek manajerial dan teknis medis.
5. Mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program
6. Pembinaan teknis dan monitoring pelaksanaan pengendalian penyakit diare.
7. Melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya.
Strategi pengendalian dan penanggulangan penyakit diare yang dilaksanakan
pemerintah adalah :
1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan
melalui lima langkah tuntaskan diare ( LINTAS Diare).
2. Meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar.
3. Meningkatkan SKD (Sistem Kewaspadaan Dini) dan penanggulangan KLB diare.
4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi.
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare):
a. Pemberian Oralit. Oralit merupakan cairan untuk penderita diare sebagai
pengganti cairan yang hilang. Oralit dapat mengurangi rasa mual dan muntah
pada penderita diare. Pencegahan dehidrasi akibat diare pada level rumah tangga
dengan pemberian oralit osmolaritas rendah, apabila tidak tersedia berikan air
tajin, kuah sayur, dan air matang. Apabila penderita tidak bisa minum segera di
bawa ke saranan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan melalui cairan infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi : Diare tanpa dehidrasi Tanda
diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih : - Keadaan
Umum : baik - Mata : Normal - Rasa haus : Normal, minum biasa - Turgor kulit :
kembali cepat Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb : Umur < 1
tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap
kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret b)
Diare dehidrasi Ringan/Sedang Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila
terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:  Keadaan Umum : Gelisah, rewel 
Mata : Cekung  Rasa haus : Haus, ingin minum banyak  Turgor kulit : Kembali
lambat 20 Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. c)
Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih:  Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar  Mata : Cekung  Rasa
haus : Tidak bisa minum atau malas minum  Turgor kulit : Kembali sangat
lambat (lebih dari 2 detik)
b. Pemberian obat Zinc
Zinc mampu menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase) yang
dapat mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari - Umur > 6 bulan :
1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari. Zinc tetap diberikan selama 10 hari
walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet
dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak
diare.
c. Pemberian ASI/ makanan
Anak usia 0-6 bulan harus endapatkan ASI ekslusif dari ibu. Bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikanan makanan yang mudah dicerna.
Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu
untuk membantu pemulihan berat badan.
d. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare.
e. Pemberian nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila : diare lebih
sering, muntah berulang , sangat haus  makan/minum sedikit , timbul
demam , tinja berdarah, dan tidak membaik dalam 3 hari.

Gambar 3. LINTAS DIARE

H. Pencegahan dan Penanggulangan Diare Di Jember


Menurut profil Kabupaten Jember tahun 2017 Kasus diare di Kabupaten
Jember tahun 2017 sejumlah 46.705 dari target penemuan kasus sebesar 52.006 orang.
Dari keseluruhan penderita diare balita tersebut, 100% penderita telah mendapatkan
penanganan baik oleh sarana kesehatan maupun oleh kader. Penanganan dilaksanakan
hingga sembuh sehingga tidak terjadi kematian karena diare, hasil tersebut telah
mencapai target Renstra Dinas Kesehatan tahun 2017 sebesar 100%. Penanganan juga
telah dilakukan melalui obat-obatan seperti pemberian Zinc dan Oralit untuk penderita
diare yang diberikan gratis oleh puskesmas setempat. Selain penanganan yang sudah
dilaksanakan oleh Kabupaten Jember, terdapat beberapa gerakan pencegahan dan
penanggulangan lain yang dilaksanakan, seperti :
1. Sarana Sanitasi Dasar
Pada umumnya, sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh masyarakat di tingkat
rumah tangga meliputi tempat sampah, sarana pembuangan air limbah (SPAL)
dan jamban. Jamban Keluarga yang memenuhi syarat merupakan jamban dengan
tingkatan-tingkatan sesuai dengan tangga sanitasi yang berlaku. Salah satuupaya
yang dilakukan untuk meningkatkan kepemilikan jamban adalah dengan kegiatan
Gerakan Sanitasi Total, yaitu pemicuan secara langsung yang dapat menggugah
masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam merencanakan, melaksanakan
serta memiliki jamban tanpa bantuan stimulant sehingga meningkatkan
kepemilikan jamban sebagai kebutuhan masyarakat sendiri.
2. Sosialisasi Jamban danPerilaku Hidup Bersih dan Sehat oleh Puskesmas
Masih adanya sebagian besar warga yang menggunakan WC cemplung alias
jamban di sungai membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember melalui
puskesmas melakukan sosialisasi jamban sehat.Tujuan dari sosialisasi ini agar
warga mengubah perilakunya dari menggunakan sungai atau WC cemplung
dengan menggunakan jamban atau WC kloset. Selain itu, penyuluhan mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat untuk warga juga kerap dilakukan agar
masyarakat lebih peduli dan merubah perilakunya menjadi lebih aware terhadap
kesehatan, kemudian juga terdapat komitmen dari pihak desa untuk bersinergi
dengan semua pihak dalam masalah penyehatan lingkungan pemukiman
khususnya soal pembuangan tinja sebagai salah satu yang harus diprioritaskan
dengan cara membangun WC umum untuk warga sehingga mencapai desa ODF
(Open Defecation Free).
Daftar Pustaka:

Profil Kesehatan Jember tahun 2016

Profil Kesehatan Jember tahun 2017

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-diare.pdf

https://www.jatimtimes.com/baca/199504/20190822/153500/masih-ada-warga-
gunakan-wc-cemplung-dinkes-jember-sosialisasi-jamban-sehat

Anda mungkin juga menyukai