A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W No RM : 044267
Umur : 27 tahun Bangsal/Ruang : Candi Barong/6B
Sex : Perempuan Tgl Masuk : 14 Mei 2016
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tgl Kasus : 16 Mei 2016
Pendidikan : SMP Alamat : Pathuk, Semoyo, Tegalrejo
Agama : Islam Diagnosis medis : GERD dengan Vomitus,
anoreksia, ISK dan hipoglikemia.
2
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Kesehatan mulut Sulit menelan (tidak), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap (tidak)
Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi :-
Frekuensi dan jumlah :-
Perubahan berat Bertambah/berkurang :- Lamanya : -
badan Disengaja /tidak disengaja -
Mempersiapkan Fasilitas memasak : Kompor
makanan Fasilitas menyimpan makanan : Meja dengan tudung saji
Riwayat pola *Diit rumah sakit :
makan 1. Makan siang :
Ikan lele bumbu kecap @1 porsi
Tempe bumbu kuning @2 sdm
Sayur asem jawa (tidak dimakan)
Bubur @4 sdm
2. Selingan pagi :
Bubur kacang hijau @1 gelas belimbing
3. Makan pagi :
Bubur @2-3 sdm
Orak arik ayu @½ porsi
Cah tahu (tidak dimakan)
4. Selingan sore
Puding busa (tidak dimakan)
5. Makan sore :
Bubur (tidak dimakan)
Nasi @1 centong (dibeli diluar)
Nila saus asam manis @1 porsi
Sop oyong + misoa (tidak dimakan)
Kesimpulan :
Pasien bernama Ny.W berumur 27 tahun berjenis kelamin perempuan datang kerumah sakit
dengan keluhan lemah sudah 3 hari, setiap makan selalu muntah, mual, buang air kecil (BAK)
terakhir pukul 14.00 WIB pada tanggal 14 Mei 2016, dan dada bagian tengah terasa panas.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Dokter dengan diagnosis medis GERD dengan Vomitus, anoreksia,
ISK, hipoglikemia. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 6
orang (Ny. W, suami, ibu dan 3 orang anak), pasien masih menyusui, dan pendidikan terakhir
tamatan SMP. Jumlah jam tidur pasien sehari 3-4 jam. Pasien mengalami masalah gastrointestinal
yaitu, nyeri ulu hati, mual, muntah, dan anoreksia. Fasilitas memasak menggunakan kompor serta
fasilitas penyimpanan makanan hanya di letakkan di atas meja dengan tudung saji. Riwayat makan
pasien selama di rumah sakit kurang baik karena makanan yang dikonsumsi banyak yang tidak
disukai sehingga asupan makan pasien kurang.
3
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Pembahasan Anamnesis
Pasien Ny. W berusia 27 tahun berjenis kelamin perempuan dengan diagnosis medis GERD dengan
dan Vomitus , anoreksia, ISK, dan hipoglikemia.
Muntah atau vomitus merupakan gejala yang sering ditemukan dan sering kali merupakan gejala
awal dari penyakit infeksi dalam atau luar gastrointestinal, dan kelainan anatomi gastrointestinal.
Tekanan intrakranial yang meningkat pada awalnya memberikan gejala muntah juga.
Penatalaksanaan ditujukan pada penyebab muntah. Penggunaan obat antiemetik hanya untuk
gangguan fungsional gastrointestinal dan merupakan kontraindikasi pada kelainan mekanik
gastrointestinal (Sudarmo, 2006).
Salah satu penyebab anoreksia adalah hilangnya nafsu makan sering diakibatkan karena
gangguan fungsi saluran cerna, penyakit infeksi seperti ; infeksi tuberculosis, infeksi saluran kencing
dan infeksi parasite cacing (Judarwato, 2005).
GERD (Gastroesophageal Reflux Diseaase ) didefinisikan sebagai suatu gangguan dimana isi
lambung mengalami refluks secara berulang kedalam esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala
dan/atau komplikasi yang mengganggu. GERD juga dapat dipandang sebagai suatu kelainan yang
menyebabkan cairan lambung dengan berbagai kandungannya mengalami refluks ke dalam
esofagus, dan menimbulkan gejala khas seperti heartburn (rasa terbakar didada yang kadang
disertai rasa nyeri dan pedih) serta gejala-gejala lain seperti regurgitasi (rasa asam dan pahit
dilidah), nyeri epigastrium, disfagia, dan odinofagia (Syam dkk, 2013).
ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah keadaan berkembangnya mikroorganisme patogenik
didalam saluran kemih yang menyebabkan inflamasi. Kondisi normal saluran kemih tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorgansme lain. Hal ini berarti diagnosis ISK ditegakkan
dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. (Rubin, Cotran & Rubin,
2004).
Penyebab ISK terbanyak adalah Escherichia coli yang ditemukan lebih dari 80% . Kondisi
normal saluran kemih di atas uretra steril. Bebrapa mekanisme pertahanan mekanik dan fisiologi
membantu mempertahankan kesterilan dan mencegah ISK. Mekanisme pertahanan mekanik meliputi
buang air kecil dengan pengosongan kendung kemih secara tuntas, kepatenan ureterovesical
junction, dan aktifitas peristaltik yang mendorong urine untuk masuk ke dlam kandung kemih.
Karakteristik antibakteri dari urine dipertahankan oleh pH yang asam (<6.0), konsentrasi urea yang
tinggi, dan glikoprotein dalam jumlah besar yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Perubahan
dari mekanisme pertahanan dapat meningkatkan risiki ISK (Lewis, et al. 2007).
4
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Perubahan pertahanan fisiologi terjadi pada pasien postmenopause yang dapat mempengaruhi
terjadinya ISK. Sebelum menopause, sel epitelial banyak mengandung glikogen dan flora normsl
Lactobacillus yang mmepertahankan keasaman pH vagina (3.5 – 4.5). lingkungan yang asam
membantu mencegah pertumbuhan organisme yang biasanya berproliferasi pada pH > 4.5. Sesudah
menopause kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi vagina, sehingga Lactobacillus vagina
menurun dan pH vagina meningkat. Kondisi ini memudahkan pertumbuhan organisme khususnya
E.coli dan meningkatkan terjadinya ISK (Lewis, et al. 2007).
Manifestasi klinis ISK secara umum adalah rasa panas dan nyeri saat buang air kecil (dysuria),
sering buang air kecil (frequency) dengan keinginan buang air kecil yang mendesak dan tiba-tiba
(urgency), serta rasa tidak nyaman di area suprapubik. Manifestasi ini dikategorikan sistitis atau ISK
bawah. Adanya keluhan nyeri pinggang, demam, dan urine berwarna kemerahan menunjukkan
pielonefritis atau ISK atas (Lewis, et al. 2007).
B. ANTROPOMETRI
TB/PB Tinggi lutut Berat Badan LLA
157 cm 43 cm 42 kg -
IMT
17.03 kg/m2
Kesimpulan :
IMT = BB/TB(m2)
= 42/(1.572)
= 17.03 kg/m2
Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh didapatkan hasil 17.03 kg/m2 dengan kategori
status gizi Underweight.
Pembahasan Anamnesis
Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat dari konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik
dan lebih (Almatsier, 2009). Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak
terpenuhinya asupan makanan (Sampoerno, 1992).
Status gizi kurang (Underweight) merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang
masuk lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang
masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007). Akibat yang terjadi apabila
kekurangan gizi antara lain menurunnya kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi),
5
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
terjadinya gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat
menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima pendidikan dan
pengetahuan mengenai gizi (Jalal dan Atmojo, 1998).
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa
merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan
dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa
Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index (Supariasa, 2001). IMT merupakan alat
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang
dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan untuk orang
dewasa yang berumur diatas 18 tahun.
Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari :
1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling sering digunakan yang
dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi seperti protein, lemak, air dan mineral.
Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, berat badan dihubungkan dengan tinggi badan
(Gibson, 2005).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat merefleksikan
pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Menurut WHO (2000) ambang batas IMT adalah :
Kategori IMT (kg/m2)
Underweight < 18.5
Normal 18.5 – 24.99
Overweight ≥ 25.00
Preobese 25.00 – 29.99
Obese tingkat 1 30.00 – 34.99
Obese tingkat 2 35 – 39.9
Obese tingkat 3 ≥ 40.0
Sumber : WHO (2000) dalam Gibson (2005)
C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA
Jenis Hasil
Nilai normal Keterangan
pemeriksaan Tgl 14/05/2016
HGB 11.0 – 15.0 g/dL 13.3 Normal
AL 1.2 – 3.5x109 4.58 Tinggi
AT 150 – 450.000/mm3 228 Normal
HCT 36 – 46 % 42.4 Normal
MCHC 32 – 36 31.2 g/dl Rendah
6
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
GDS 70 – 140 g/dL 60 Rendah
SGOT < 37 16 Normal
SGPT < 42 10 Normal
Ureum 10 – 50 33 Normal
Kreatinin 0.6 – 1.0 mg/dL 1.2 Tinggi
Satuan/
Pemeriksaan Urin 15/05/2016 17/05/2016
Nilai Normal
Warna Kuning muda Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Keruh Jernih
Keton Negatif 3+ Negatif
Leukosit Negatif 2+ Negatif
Eritrosit Negatif 1+ Negatif
Epitel Negatif +++ Negatif
Bakteri Negatif Positif Negatif
Kesimpulan :
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 14 Mei 2016, penilaian biokimia menunjukkan
Angka limfosit tinggi, MCHC rendah, GDS rendah dan kreatinin tinggi. Pada tanggal 15 Mei
dilakukan pemeriksaan urin, dari hasil pemeriksaan menunjukkan warna urin kuning keruh
dengan menunjukkan nilai keton 3+, leukosit 2+, eritrosit 1+, epitel +++ dan bakteri positif.
Pembahasan :
Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan
untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24
jam relatif konstan (Sodeman, 1995). Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil
akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan
diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui
kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari,
kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Corwin,
2001).
Kreatinin ditentukan oleh banyaknya masa otot (laju katabolisme protein), disamping
bagaimana aktivitas metabolisme badan kita, misalnya meningkat bila kita sakit (panas/adanya
infeksi) (Smeltzer and Bare, 2002).
Indeks MCHC adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di
dalam sel darah merah, dan oleh karenanya menentukan kuantitas warna
(normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel darah merah. MCHC dapat
digunakan untuk mendiagnosa anemia. Penurunan MCHC mengindikasikan
7
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
anemia mikrositik. Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam
sel darah merah, semakin kecil sel, semakin tinggi konsentrasinya. MCHC
menurun pada pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik. peningkatan persentase
neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit,
perdarahan dan gangguan myeloproliferatif (Anonim, 2013).
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum : sedang, comfosmentis
2. Vital Sign :
Macam Pemeriksaan
Tanggal Tensi RR Nadi Suhu
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (˚C )
14/5/2016 100/70 20 80 36˚C
90/70 20 104 37.5˚C
15/5/2016 90/70 20 104 37.4˚C
100/80 20 76 36.5˚C
16/5/2016 100/80 20 76 36.5
17/5/2016 100/60 20 60 36.5
100/60 20 60 36.5
100/70 20 76 36
18/5/2016 110/70 22 60 36.5
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan fisik, pasien mengalami takikardi, dan suhu badan febris pada hari
kedua di rumah sakit. Pada hari ketiga sampai hari kelima dirumah sakit nadi normal, suhu normal
dan respirasi meningkat.
Pembahasan :
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah dari International Society of Hypertension (ISH) For
Recently Updated WHO tahun 2003
8
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Menurut Yogaswara & Weni (2010) denyut nadi normal manusia pada umumnya adalah
sebagai berikut :
Kelompok Umur Denyut Jantung Normal Pada Keadaan Stabil
9
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Bayi usia 1 tahun 10-140 x/menit
Anak-anak usia 1-10 tahun 60-140 x/menit
Remaja usia 11-17 tahun 60-100 x/menit
Dewasa usia > 18 tahun 60-90 x/menit
Diketahui Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi dan
jika jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari tubuh, yang
diukur dalam unit panas yang disebut derajat. Suhu yang di maksud adalah “panas” atau “dingin”
suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses
tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang diproduksi dikurangi
pengeluaran panas sama dengan nilai suhu tubuh (Sutisna, 2012).
Menurut Adams (1990) cut off nilai suhu normal adalah sebagai berikut :
1) Hipotermia (<35° C)
2) Normal (35-37° C)
3) Pireksia/febris (37-41,1° C)
4) Hipertermia (>41,1° C)
Pengukuran suhu tubuh ditujukan untuk memproleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata
representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi pengukuran. Tempat pengukuran
suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang lebih dapat diandalkan daripada tempat yang
menunjukan suhu permukaan.Tempat pengukuran suhu inti dan suhu permukaan adalah pada suhu
inti yaitu rektum, membran timpani, esofagus, arteri pulmoner, dan kandung kemih sedangkan
pada suhu permukaan diantaranya kulit, aksila, dan oral (Sutisna, 2012).
10
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Kesimpulan :
Pada hasil recall 24 jam (16 Mei 2016) dari hasil asupan oral/kebutuhan didapatkan %
asupan energi yang belum memenuhi kebutuhan yaitu 25.42%, protein yang belum memenuhi
kebutuhan yaitu 60.17%, lemak yang belum memenuhi kebutuhan yaitu 15.33% dan karbohidrat
yang belum memenuhi kebutuhan yaitu 26.42%. Jadi tingkat konsumsi untuk energi, protein,
lemak dan karbohidrat termasuk dalam kategori defisit tingkat berat (<70% AKG).
Pembahasan :
Berdasarkan hasil perhitungan % asupan, didapatkan hasil % asupan energy, protein, lemak
dan karbohidrat yang tergolong dalam kategori defisit tingkat berat yaitu <70% AKG.
Tingkat konsumsi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan. Klasifikasi tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat dan lemak menurut
Departemen Kesehatan (1996) adalah sebagai berikut :
1) Defisit tingkat berat (<70% AKG)
2) Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)
3) Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)
4) Normal (90-119% AKG)
5) Kelebihan (>120% AKG)
Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005), yaitu :
1) Kurang (<77% AKG)
2) Cukup (>78% AKG)
Kebutuhan energy, protein, lemak dan karbohidrat adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan energi adalah jumlah energi yang dibutuhkan seseorang untuk berbagai
kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2. Kebutuhan protein, kebutuhan protein didefinisikan sebagai kebutuhan secara biologis
protein atau asam amino minimal yang secara individual dapat digunakan untuk
mempertahankan kebutuhan fungsional individu. Protein merupakan sumber asam
amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun. Kebutuhan protein sebesar
10-15% dari kebutuhan energi total (Almatsier, 2008)
3. Kebutuhan lemak, Lemak merupakan bahan atau sumber pembentuk energi di dalam
tubuh, yang dalam hal ini bobot energi yang dihasilkan dari tiap gramnya lebih besar
dari yang dihasilkan tiap gram karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak akan
menghasilkan 9 kalori (Kartasapoetra, 2008). Kebutuhan lemak sebesar 10-25% dari
kebutuhan energi total (Almatsier, 2008).
11
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
4. Kebutuhan karbohidrat, karbohidrat merupakan sumber energy yang terdapat dalam
barbagai makanan. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Kebutuhan
karbohidrat sebesar 60-75% dari kebutuhan energi total atau sisa dari kebutuhan
energi yang berasal dari protein dan lemak (Almatsier, 2008).
F. Terapi Medis
Obat/tindaka Fungsi Interaksi obat dan makanan
n
Ringer Laktat
Rehidrasi (menambah cairan tubuh Tidak ada interaksi
yang hilang, menambah elektrolit) makanan/obat lain (Lacy, 2009)
Ranitidin Menurunkan kadar asam lambung Efek samping : sakit kepala,
yang berlebihan malaise, pusing, mengantuk,
insomnia, vertigo, agitasi,
depresi, halusinasi.
Selama menggunakan obat ini
hindarilah mengkonsumsi
makanan atau minuman yang
meransang saluran pencernaan
seperti, makanan pedas,
minuman keras, minuman panas
(kopi).
Ondansetron Mencegah dan mengobati mual dan Tidak ada interaksi dengan zat
muntah akibat kemoterapi, radioterapi gizi.
dan pasca operasi.
Sucraltaf - membentuk kompleks kimiawi yang
terikat pada pusat ulkus sehingga
merupakan lapisan pelindung.
- Menghambat aksi asam, pepsin, dan
garam empedu
- Menghambat difusi asam lambung
menembus lapisan film sukraltaf-
albumin.
Paracetamol Untuk meredakan rasa sakit seperti Konsumsi obat bersamaan
sakit kepala,sakit gigi, sakit pada otot dengan makanan atau susu dapat
12
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
dan menurukan demam yang menurubnkan risiko keracunan
menyertai flu/influemza dan demam saluran cerna.
sesudah vaksinasi. Konsumsi dengan alkohol dapat
meningkatkatkan resiko
hepatotoksisitas.
13
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
A. PLANNING
1. Terapi Diet : Makanan Biasa *(Standar RS)
2. Bentuk makanan : Lunak
3. Cara pemberian : Oral
4. Tujuan Diet:
Mencukupi kebutuhan energi, protein, lemak, dan karbohidrat guna memenuhi
kebutuhan ibu menyusui
Memenuhi kebutuhan gizi pasien untuk mencapai intake yang optimal
Meningkatkan berat badan menjadi normal
5. Syarat / prinsip Diet :
Energi diberikan sebesar 2771.78 Kkal
Protein diberikan sebesar 108.94 gram
Lemak diberikan sebesar 78.88 gram
Karbohidrat diberikan 410.767 gram
Makanan tidak meransang saluran cerna
Makanan sehari-hari beranekaragam dan bervariasi
Mudah dicerna
Tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang meransang saluran pencernaan,
seperti makanan yang berlemak tinggi, terlalu manis, terlalu berbumbu, dan minuman
yang mengandung alkohol.
6. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi :
BBI = (TB – 100) – 10%
= (157 – 100) – 10%
= 57 – 5.7
= 51.3 kg
14
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
TEE = BEE x AF x FS
= 1303.18 x 1.3 x 1.4
= 2371.78 Kkal + 400 (kebutuhan ibu menyusui)
= 2771.78 Kkal
Cairan = 35 – 40 ml/kgBB
= 40 x 42
= 1680 ml
15
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
1. Rencana monitoring dan evaluasi (Lihat sign/symptomp dalam diagnosis gizi)
Yang diukur Pengukuran Target
Antropometri BB 3 hari berikutnya Normal
Biokimia GDS Setiap hari Normal
Urin Setiap hari Warna jernih
Klinik Tekanan Darah, Setiap hari Normal
Respirasi, Nadi dan
suhu
Asupan zat gizi Asupan energi, Setiap hari Minimal 75% kebutuhan
protein dan lemak
B. IMPLEMENTASI
1. Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
Jenis Diet/Bentuk Makanan/Cara Pemberian : Makanan Biasa/biasa/oral
Parenteral nutrisi : -
Tanggal : 16 Mei 2016
Energi Protein (gr) Lemak KH (gr)
(kal) (gr)
Standar diet RS 2497.56 88.90 73.50 385.86
Kebutuhan 2771.78 108.94 78.88 410.767
% standar/kebutuhan 90.10% 81.60% 93.17% 93.93%
Kesimpulan :
Pada kajian diet rumah sakit dengan cara pemberian makan melalui oral didapatkan
hasil %standar/kebutuhan yang dapat memenuhi untuk energi 90.10% (normal), Protein
81.60% (defisit tingkat ringan), lemak 93.17% (normal), dan karbohidrat 93.93% (normal).
16
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Pembahasan Diet RS :
Tingkat konsumsi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan
gizi yang dianjurkan. Klasifikasi tingkat kecukupan energi, protein, karbohidrat dan lemak
menurut Departemen Kesehatan (1996) adalah
1) Defisit tingkat berat (<70% AKG)
2) Defisit tingkat sedang (70-79% AKG)
3) Defisit tingkat ringan (80-89% AKG)
4) Normal (90-119% AKG)
5) Kelebihan (>120% AKG)
Klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral menurut Gibson (2005), yaitu
1) Kurang (<77% AKG)
2) Cukup (>78% AKG)
2. Rekomendasi Diet :
a. Jika nafsu makan masih rendah, makanan diberikan dalam porsi kecil tapi sering. Dengan
3 kali makanan utama dan 2 kali selingan.
b. Standar Diet Rumah Sakit
Waktu Makan Bahan Makanan Jumlah
Pagi MP (Nasi) 300 gr
Lauk Hewani 50 gr
Lauk Nabati 25 gr
Sayur 100 gr
Teh Manis 200 cc
Selingan Pagi Sari Kacang Hijau 100 cc
Pemesanan Diet : Makanan Biasa
c. Konseling Gizi tidak dilakukan karena pasien pulang pada tanggal 18 Mei 2016
B. BIOKIMIA
Satuan/
Pemeriksaan urin/darah 15 Mei 2016 17 Mei 2016
Nilai Normal
Warna Kuning muda Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Keruh Jernih
Keton Negatif 3+ Negatif
C. KLINIK
Macam Pemeriksaan
Tanggal Tensi RR Nadi Suhu
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (˚C )
16/5/2016 100/80 20 76 36.5
18
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
100/60 20 60 36.5
17/5/2016 100/60 20 60 36.5
100/70 20 76 36
18/5/2016 110/70 22 60 36.5
D. DIETARY
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Tanggal Kajian
(Kkal) (g) (g) (g)
Standar
2497,56 88,90 73,50 385,86
Diet
Asupan
573 33.7 11.5 81.1
Oral
16/5/201
Kebutuhan 2771.78 108.94 78.88 410.767
6 20.67% 30.93% 14.57%
19.74%
(defisit (defisit (defisit
% Asupan (defisit
tingkat tingkat tingkat
tingkat berat)
berat) berat) berat)
19
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
KH = 410.76 diberikan bubur, pasien dapat meningkatkan
mengatakan tidak suka jumlah makanan yang
makan bubur sehingga masuk sampai >70%
asupan makanan energi, dari total kebutuhan
protein, lemak dan sehari.
karbohidrat masih deficit
tingkat berat.
17 Mei 2016 E = 2771.78 Kkal Biasa Keluhan yang masih Memberikan motivasi
P = 108.94 g dirasakan nyeri perut saja. kepada pasien untuk
L = 78.88 g Asupan makan pasien tetap makan sehingga
KH = 410.76 masih deficit tingkat berat dapat meningkatkan
karena pasien tidak mau jumlah maknan yang
makan dan kurang masuk sampai >75%
menyukai makanan dari dari total kebutuhan
rumah sakit sehingga sehari.
asupan energi, protein,
lemak dan karbohidrat
masih <75%
20
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Sucralfat 3xC1
Analsik 3x1
Cefrimatone 1 gr/12 jam
17 Mei 2016 Infus RL D5
Ranitidin 1A/12 jam
Ondansetron 1A/8 jam
Sucralfat 3xC1
Analsik 3x1
18 Mei 2016 Infus RL D5
Ranitidin 1A/12 jam
Ondansetron 1A/8 jam
Sucralfat 3xC1
Cefrimatone
Analsik 3x1
21
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
BAGIAN 5. KESIMPULAN
Ny. W (27 tahun) di diagnosis GERD dengan Vomitus, anoreksia, ISK dan hipoglikemia dirawat di
RSUD Prambanan bangsal Candi Barong Ruang 6B.
1. Status gizi pasien, berdasarkan antropometri berat badan pasien tetap 42 kg dari awal kasus
sampai kasus berakhir. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien adalah 17.03 kg/m 2 dan termasuk
dalam kategori Underweight.
2. Untuk biokimia, pada pemeriksaan urine tanggal 16 Mei hasil monitoring menunjukkan urine
berwarna kuning keruh, keton 3+ dan bakteri positif, sedangkan pada tanggal 17 Mei 2016
menunjukkan urine berwarna kuning jernih, keton negatif dan bakteri negatif.
3. Fisik dan klinik pasien membaik meskipun nadi dan suhu tubuh meningkat pada hari kedua
perawatan namun kembali normal hingga hari terakhir.
4. Untuk dietary, asupan makan kurang ditandai dengan presentasi asupan oral yang
dimonitoring selama 2 hari <75% dan masih defisit tingkat berat.
5. Pasien pulang hari Rabu, 18 Mei 2016
22
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
23
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
1. Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi (simple/ uncomplicated urinary tract infection),
yaitu bila infeksi saluran kemih tanpa faktor penyulit dan tidak didapatkan gangguan
struktur maupun fungsi saluran kemih.
2. Infeksi saluran kemih terkomplikasi (complicated urinary tract infection), yaitu bila
terdapat hal –hal tertentu sebagai infeksi saluran kemih dan kelainan struktur maupun
fungsional yang merubah aliran urin seperti obstruksi aliran urin ; batu saluran kemih,
kista ginjal, tumor ginjal, abses ginjal, residu urin dalam kandungan kemih (Suwitra dan
Mangatas, 2004).
Terdapat perbedaan yang bermakna antara infeksi saluran kemih terkomplikasi dan tidak
terkomplikasi dalam hal kebutuhan pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis, jenis
dan lama penatalaksanaan, serta resiko terjadinya perburukan dan gejala sisa infeksi saluran
kemih (Suwitra dan Mangatas, 2004).
c. Etiologi
Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih sejauh ini adalah
E. coli yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya
disebabkan oleh bakteri Gram negatif lain seperti Klebsiella dan spesies Proteus, dan bakteri
Gram positif seperti Cocci, Enterococci dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme
terakhir dapat ditemui pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda yang aktif
kegiatan seksualnya. Infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan abnormalitas struktural
saluran kemih sering disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten seperti Pseudomonas
aeruginosa, Enterobacterdan spesies Serratia. Bakteri-bakteri ini juga sering ditemui pada
kasus infeksi nosokomial, terutama pada pasien yang mendapatkan kateterisasi urin (Bint dan
Berrington, 2003). Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi saluran kemih antara lain, kehamilan, menopause, batu ginjal, memiliki
banyak pasangan dalam aktivitas seksual, penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi,
inflamasi atau pembesaran pada prostat, kelainan pada urethra, immobilitas, kurang masukan
cairan dan kateterisasi (Knowles, 2005).
d. Patogenesis
Secara umum mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih dengan tiga cara yaitu:
1. Asenden yaitu jika masuknya mikroorganisme adalah melalui uretra dan cara inilah yang
paling sering terjadi.
2. Hematogen (desenden), disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada ginjal yang
akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran darah.
24
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
3. Jalur limfatik, jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik yang menghubungkan
kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince,
2005).
Kebiasaan minum juga merupakan faktor terjadinya batu pada saluran kencing yaitu
orang yang mengkonsumsi air yang banyak mengandung kapur tinggi akan menjadi
predisposisi pembentukan batu saluran kencing. Maka air yang digunakan manusia tidak
boleh mengandung kadar kesadahan total melebihi 500 Mg/l CaCO3 (Wei Chen, 2009;
Matlaga, 2009).
25
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
DAFTAR PUSTAKA
Berrington, A.W., Bint, A.J., 2003. Urinary Tract Infection, In Walker, R., Edward, (Eds)
Clinical Pharmacy and Therapeutic, 3rd Edition, Churchill Living Stone, UK, 543-542.
Corwin E. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. EGC, Jakarta.
Coyle, E. A. & Prince, R. A. 2005. Urinary Tract Infection and Prostatitis in 7th Edition, The
McGraw Hill Comparies, Inc., USA.
Craig, Wagner & Travis. 2008. Pyelonephritis : radiologic-pathologic review. [online] 2008;
tersedia dari : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18203942# [diunduh 21 mei 2016]
Field, Michael, Pollock, Carol, Harris, David. 2006. The Renal System. Elsevier Limited.
hlm.7
Gradwohl, S.E., Stolk, R.P., Camps, M.J.L., Nette, P.M., Collet, T.J., Hoepelman, A.I.M.
(2000b). Risk factors for symptomatic urinary tract infection in women with diabetes.
Diabetes Care, 23 (12):1737-1741
Lane, DR; Takhar, SS. 2011. Diagnosis and management of urinary tract infection and
pyelonephritis. Emergency medicine clinics of North America 29 (3): 539-52
Lewis, S.L., Heitkemper, MM., Dirksen, S.R., O’Brien, P.G., Bucher, L. 2007. Medical-
surgical nurcing. Assessment and management of clinical problems. Volume 2. St. Louis:
Mosby, Inc., an affiliate of Elsevier Inc.
Mangatas SM dan Ketut Suwitra. 2004. Diagnosis dan Penatalaksanaan Infeksi Saluran
Kemih Terkomplikasi. Dexa Media, 4(17):183-90
Nicolle, LE. 2008. Uncomplicated urinary tract infection in adults including uncomplicated
pyelonephritis. Emergy medicine clinics of North America 29 (3): 539-52
Rubin, N.E., Cotran, R.S., Rubin, R.H. 2004. Urinary tract infections, pyelonephritis, and
reflux nephropathy. In: Brenner, B.M., editor. Brenner & Rector’s the kidney. 7 th ed.
Philadelphia: WB Saunders.
Schaffer A. 2004. Infection of the Urinary Tract. In: Saunders WB, editor. Campbell's
Urologi. Philadelpia1999. p. 533-605.
Sukandar, E. 2009. Infeksi saluran kemih pasien dewasa dalam buku ajar ilmu penyakit
dalam edisi 5. Jakarta : Interna publishing. hlm. 1008 - 13
26
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
Sutisna. 2012, Pengukuran Suhu Tubuh. Tersedia dalam
https://www.sutisnadoank.wordpress.com/2012/12/26/pengukuran-suhu-tubuh/, diakses
tanggal 21 mei 2016.
Sodeman. 1995. Patofisiologi sodeman: mekanisme penyakit, editor, Joko Suyono,
hipocrates. Jakarta.
Syam, A.F., Aulia, C., Reanaldi, K., Simadibrata, T.R., Abdullah, M., Tedjasaputra, T.R. 2013.
Revisi Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Reflux Gastroesofhageal
(Gastroeshophageal Reflux Disease/GERD) di Indonesia. Perkumpulan Gastroenterologi
Indonesia (PGI).
Tessy, Agus, dkk. 2004. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 369-76.
Wei Chen. 2009. Prevalence and risk factors associated with cronic kidney disease in an adult
popultion from southerm China. Nephrol Dial Transplant, 24 (4): 1205-1212
Yogaswara, Kevin dan Meitantia Weni.2010. ”Heartbeat Detector dan ECG Monitoring
Menggunakan Interfacing Soundcard”. Surabaya: ITS
27
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
28
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
SIANG
bubur nasi 50 g 0.0 g 0.0 g
ikan lele 60 g 0.0 g 0.0 g
kecap 5g 0.0 g 0.0 g
tempe kedele murni 20 g 0.0 g 0.0 g
SELINGAN PAGI
kacang hijau 20 g 0.0 g 0.0 g
gula aren 10 g 0.0 g 0.0 g
PAGI
bubur nasi 50 g 0.0 g 0.0 g
wortel 20 g 0.0 g 0.0 g
mie soun 20 g 0.0 g 0.0 g
minyak kelapa sawit 5g 0.0 g 0.0 g
telur ayam 25 g 0.0 g 0.0 g
29
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
SORE
ikan bawal 65 g 0.0 g 0.0 g
nasi putih 100 g 0.0 g 0.0 g
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN
=====================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________________
energy 573.0 kcal 1935.9 kcal 30 %
water 0.0 g - -
protein 33.7 g - -
fat 11.5 g - -
carbohydr. 81.1 g - -
dietary fiber 3.0 g - -
alcohol 0.0 g - -
PUFA 2.0 g - -
cholesterol 169.4 mg - -
Vit. A 584.3 µg 500.0 µg 117 %
carotene 1.3 mg - -
Vit. E 0.1 mg - -
Vit. B1 0.3 mg 0.9 mg 31 %
Vit. B2 0.3 mg 1.3 mg 22 %
Vit. B6 0.4 mg - -
folic acid eq. 0.4 µg 170.0 µg 0%
Vit. C 2.2 mg 30.0 mg 7%
sodium 388.0 mg - -
potassium 606.2 mg - -
30
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
iodine 7.3 µg 135.0 µg 5%
calcium 101.3 mg 450.0 mg 23 %
magnesium 89.6 mg 250.0 mg 36 %
phosphorus 418.2 mg - -
iron 2.8 mg 12.5 mg 22 %
zinc 2.3 mg 6.5 mg 35 %
sulfur 1.2 mg - -
niacineequiv. 0.1 mg 14.5 mg 1%
31
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
RECALL II tanggal 17 Mei 20116
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN DIET/
=====================================================================
Nama Makanan Jumlah starch starch
______________________________________________________________________________
SIANG
bubur nasi 50 g 0.0 g 0.0 g
tempe kedele murni 10 g 0.0 g 0.0 g
semur daging 75 g 0.0 g 0.0 g
bening selada air belu 100 g 0.0 g 0.0 g
SELINGAN PAGI
agar-agar 50 g 0.0 g 0.0 g
PAGI
ikan bandeng 50 g 0.0 g 0.0 g
tumis kacang panjang belu 100 g 0.0 g 0.0 g
bubur nasi 50 g 0.0 g 0.0 g
32
Prodi S1 Ilmu Gizi Universitas Alma Ata Tahun 2016
=====================================================================
HASIL PERHITUNGAN
=====================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
______________________________________________________________________________
energy 625.1 kcal 2533.5 kcal 25 %
water 0.0 g - -
protein 37.1 g - -
fat 31.6 g - -
carbohydr. 54.2 g - -
dietary fiber 6.3 g - -
alcohol 0.0 g - -
PUFA 10.6 g - -
cholesterol 74.0 mg - -
Vit. A 221.1 µg 600.0 µg 37 %
carotene 0.0 mg - -
Vit. E 0.0 mg - -
Vit. B1 0.5 mg 1.2 mg 40 %
Vit. B2 0.4 mg 1.8 mg 22 %
Vit. B6 0.6 mg - -
folic acid eq. 0.0 µg 200.0 µg 0%
Vit. C 35.5 mg 30.0 mg 118 %
sodium 82.3 mg - -
potassium 922.5 mg - -
iodine 1.5 µg 135.0 µg 1%
calcium 116.8 mg 450.0 mg 26 %
magnesium 109.2 mg 250.0 mg 44 %
phosphorus 424.2 mg - -
iron 3.8 mg 9.0 mg 42 %
zinc 2.9 mg 9.4 mg 31 %
sulfur 0.0 mg - -
niacineequiv. 0.0 mg 18.8 mg 0%
33