Anda di halaman 1dari 20

Penatalaksanaan Diet Pada Anak Gizi Kurang

di Puskesmas Girimulyo 2

Disusun oleh :
Kelompok : 15
Shift : III
Anggota :
1. Nadia Tiarasari (13952)
2. Faisa Zul Afana (13958)
3. Ema Nurtika (13959)
4. Aprilina Ratriany (13961)
5. Paula Putri Aryani (13980)

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
BAGIAN 1. ASSESMEN

A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. ARS No RM : 014776

Umur : 14 bulan Agama : Islam

Sex : Laki-laki Tgl Kasus : 19 Oktober 2012

Pekerjaan :- Alamat : Jatimulyo, Girimulyo

Pendidikan : belum sekolah Diagnosis medis : gizi kurang

2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

Keluhan Utama - Susah buang air besar (BAB) dengan gejala tidak BAB selama 3
hari. Pada hari biasanya, feses yang dikeluarkan sangat keras dan
hanya sedikit (butiran-butiran kerikil)
- Susah makan dibuktikan dengan susah menerima bahan makanan
baru, kalaupun makan hanya dalam porsi yang sangat sedikit

Riwayat Penyakit Cengeng, rewel, konstipasi


Sekarang

Riwayat Penyakit Pada saat uisa 6-7 bulan An.Ars mengalami demam tinggi hingga suhu
Dahulu badannya 39 0C selama 4 hari.
Pada Juli 2012, an.Ars mengalami batuk pilek dengan pemberian obat
parasetamol, ciprofloxacin

Riwayat Penyakit -
Keluarga

Berkaitan Dengan Riwayat Gizi

Data Sosio ekonomi Penghasilan : menengah kebawah

Jumlah anggota keluarga : 5

Suku : jawa

2
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : -
Jumlah jam tidur sehari : 15 jam
Jenis olahraga : kegiatan playgroup
Frekuensi : 2 kali seminggu (selasa dan kamis)

Alergi makanan Makanan : - Penyebab : -


Jenis diet khusus :- Alasan : -
Yang Menganjurkan : -

Masalah gastroin- Nyeri ulu hati (ya/tidak), Mual (ya/tidak), Muntah (ya/tidak),
testinal Diare (ya/tidak), Konstipasi (ya/tidak), Anoreksia (ya/tidak)
Perubahan pengecapan/penciuman (ya/tidak)

Penyakit kronik Jenis penyakit : - Modifikasi diet : -


Jenis dan lama pengobatan : -

Kesehatan mulut Sulit menelan (ya/tidak), Stomatitis (ya/tidak), Gigi lengkap


(ya/tidak)

Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi lain : vitamin A


Frekuensi dan jumlah : 2 kali (bulan Februari dan Agustus)

Perubahan berat Bertambah/berkurang : 0,5 kg dalam waktu 1 bulan


badan

Mempersiapkan Fasilitas memasak : disiapkan oleh ibu


makanan Fasilitas menyimpan makanan : meja bertudung (penutup makanan)

Riwayat / pola makan Makanan pokok 2-3x/hari dan selingan 1-2x sehari
Makanan pokok : nasi 2 kali / hari (@ 4 suapan),
Sumber protein hewani : -
Sumber protein nabati : tahu dan tempe (setiap hari)
Sayur : semua jenis sayur (tumis maupun kuah)
Buah : pepaya, pisang
Minum : ASI, air putih, teh manis

Kesimpulan :
Pasien berumur 14 bulan berjenis kelamin laki-laki memiliki keluhan utama yaitu
cengeng dan rewel. Pada saat usia An. Ars sekitar 6-7 bulan pasien mengalami demam
tinggi selama 4 hari hingga suhu badannya 39 0C. Jika dilihat dari pola konsumsinya, asupan

3
makan An. Ars belum memenuhi kebutuhan yang seharusnya dan kurang bervariasi
makanan. Sehingga An. Ars terlihat kurus, pucat, mata sayu, dan kurang dapat berinteraksi
dengan orang baru. Selain itu, An. Ars juga mengalami susah buang air besar.

Pembahasan Anamnesis :
Pasien mengalami susah buang air besar yang kemungkinan dikarenakan asupan
serat dari sayur dan buahnya sangat kurang. Pada saat buang air besar, feses yang
dikeluarkan bertekstur keras dan tidak jarang an. Ars menangis saat buang air besar.
Masalah lain yang ditemui adalah An. Ars juga kurang asupan energi dan protein yang
ditandai dengan mulai terlihatnya edema di perut. Hal ini didukung dengan pola konsumsinya
yang memang kurang dan tidak bervariasi dan hanya mengonsumsi makanan sumber
karbohidrat saja, itupun jumlahnya masih kurang. Kurangnya asupan makan ini dipengaruhi
oleh faktor pengetahuan ibu tentang pola konsumsi yang benar masih rendah dan keadaan
ini diperparah dengan nafsu makan yang rendah (susah makan) dari anak itu sendiri. An. Ars
terlihat kurus, tampak sayu, dan cengeng ini merupakan tanda-tanda anak yang mengalami
gizi kurang. Jika dilihat dari parameter berat badan an. Ars mengalami pertambahan berat
yang signifikan yaitu sebesar 0,5 kg dari bulan sebelumnya. Pada bulan sebelumnya berat
badan an. Ars sebesar 6,9 kg dan pada bulan pengukuran sebesar 7,4 kg. Berat badan an.
Ars pada bulan 13 (bulan sebelum pengukuran) termasuk kurang karena berada di bawah
garis merah KMS. Hal ini menunjukkan status gizi anak tersebut kurang (underweight)
berdasarkan BB/U.

B. ANTROPOMETRI

TB/PB Rentang Lengan Tinggi lutut Berat Badan LLA


71 cm ………….. cm 16,5 cm 7,4 kg 13 cm

L. pinggul : L. L. kepala
……………..cm Pinggang : .......... 44 cm
……Cm

Kesimpulan :
Status gizi berdasarkan
BB/U : gizi kurang (underweight)
TB/U : pendek
Lingkar kepala : normal
4
LLA : normal
Pembahasan Anamnesis :
Berdasarkan LLA, pasien memiliki status gizi normal karena persentase LLA pasien
> 85 % (Samkony, dkk., 2003). Status gizi anak secara keseluruhan tergolong kurang, hal
tersebut ditunjukkan dengan parameter berat badan menurut umur yang kurang dan tinggi
badan menurut umur juga kurang (pendek). Jadi jika dilihat dari proporsi antara baerat badan
dan tinggi badan, anak ini termasuk normal. Status gizi kurang, dalam hal ini pendek,yang
diperlihatkan dari tinggi badan menurut umur menunjukkan anak tersebut telah mengalami
gizi kronis, dimana gizi kronis merupakan gambaran dari status gizinya masa lampau dan
juga merupakan hasil dari pertumbuhan kumulatif artinya an Ars ini sudah mengalami
defisiensi gizi sejak lama. Sedangkan berat badan menurut umur yang kurang
menggambarkan status gizinya saat ini. Oleh karena itu, diperlukan penanganan yang lebih
untuk mengatasi permasalahan gizi yang kompleks seperti ini.

C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA

Pemeriksaan urin/darah Satuan/Nilai Normal Hasil Pemeriksaan

Kesimpulan :

5
Dari data rekam medis belum pernah dilakukan pemeriksaan laboratorium
(biokimia)

Pembahasan Anamnesis :
Kondisi anak Ars belum menunjukkan tanda yang kronis dalam suatu riwayat
defisiensi gizi maka belum pernah dilakukan pemeriksaan biokimia pada anak Ars. Karena
pada umumnya pemeriksaan hanya dilakukan saat kondisi pasien benar-benar gawat. Selain
itu dari hasil rekam medis diketahui anak ARS jarang memeriksakan diri ke puskesmas dan
diketahui hanya berkunjung untuk imunisasi dan saat sakit batuk pilek pada bulan Juli.

D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIK


Kesan Umum : kurus, asupan makan kurang, rewel, cengeng, wajah sayu
Vital Sign :
-Tensi : -
- Respirasi : -
- Nadi : 52/30 detik ( normal saat aktivitas 89-151/menit, normal saat istirahat 80-
100/menit)
- Suhu : 36,9oC (normal)
Kepala/ abdomen/extremitas dll : Terlihat ada oedema pada perut, ditunjukkan
dengan palpasi pada bagian perut

Kesimpulan dan Pembahasan Anamnesis :


 Dari kesan awal, pasien terlihat normal karena proporsi badannya yang seimbang antara
tinggi badan dan berat badan. Padahal sebenarnya pasien kurus dan pendek sehingga
terkesan normal apabila dilihat dari proporsi berat bdan per tinggi badannya.
 Dari tanda vital, denyut nadi tergolong cepat. Denyut nadi yang cepat mengindikasikan
adanya anemia pada pasien tersebut. Anemia menyebabkan suplay darah ke jaringan
tubuh berkurang, untuk mencukupi hal itu maka jantung harus memompa darah lebih
banyak yang berakibat pada denyut jantung dan denyut nadi yang meningkat. Selain
denyut nadi cepat tanda-tanda anemia lain juga ditunjukkan dengan konjungtiva, telapak
tangan dan kuku terlihat pucat.

E. ASUPAN ZAT GIZI.


Hasil Recall 24 jam
Tanggal : 19 Oktober 2012

6
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)

Asupan 425,6 19,5 8,0 69,4

Kebutuhan 1110 22,2 33,4 180,4

% Asupan/Kebutuhan 38,3% 87,8% 23,9% 38,4%

Kesimpulan :
Dari anamnesis diet pasien di atas diketahui bahwa persentase asupan pasien
untuk energi, protein, lemak, dan karbohidrat adalah kurang dari 100%, dengan rincian
persentase asupan energi 38,3%, protein 87,8%, lemak 23,9% , dan lemak 38, 4%.
Berdasarkan data tersebut, diketahui pemenuhan asupan protein tergolong baik, namun
asupan energi, lemak dan karbohidrat tergolong sangat kurang.
Pembahasan Anamnesis :
Asupan energi, lemak, dan karbohidrat pasien tergolong sangat kurang karena
persentasenya kurang dari 65%. Secara keseluruhan, asupan zat gizi pasien kurang dari
kebutuhan seharusnya. Hal ini terjadi karena asupan makanan yang kurang, baik dari segi
jumlah maupun variasi.

F. Pemeriksaan penunjang :-

G. Terapi Medis :

Jenis Obat/tindakan Fungsi Interaksi dengan zat gizi Solusi

7
Pamol paracetamol bekerja sebagai Metoclopramide Obat diberikan
analgesik dan mempercepat sebelum makan
antipiretik untuk pengosongan lambung
meringankan Rasa sehingga mgmpercepat
sakit atau nyeri, absorpsi Paracetamol
misalnya : sakit dengan demikian
kepala, sakit gigi, mempercepat efek
sesudah pencabutan analgesik.
gigi, nyeri pada otot,
demam missal
setelah imunisasi

Antibiotik Untuk mengobati Penyerapan ciprofloxacin


ciprofloxacin infeksi karena kuman dikurangi oleh antasida
patogen yang peka yang mengandung
terhadap aluminium atau Mg(OH)2
ciprofloxacin antara
lain :
Saluran nafas kecuali
pneumonia dan
streptococcus
Saluran cerna seperti
demam thyphoid dan
parathyphoid

Suprabion - -

(Anonim, 2010)

8
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

1. NI-5.2 : asupan energi dan protein yang kurang berkaitan dengan rendahnya konsumsi
makanan sumber protein dan energy ditandai oleh mulai munculnya oedema dan tubuh
yang kurus.
2. NI-53.5 : asupan serat inadequate berkaitan dengan rendahnya konsumsi sayur dan
buah ditandai oleh susah buang air besar dan konsistensi feses yang keras.
(ADA, 2006)

9
BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

PLANNING
1. Terapi Diet : TETP Tinggi Serat
Bentuk makanan : Lunak
Cara pemberian : Oral

2. Tujuan Diet :
a. Menigkatkan berat badan secara bertahap (minimal 0,3 kg per minggu)
b. Memperbaiki status gizi
c. Catch-up tumbuh kejar anak
d. Menyesuaikan asupan atau intake dengan kemampuan tubuh anak
e. Memperbaiki defisiensi gizi
f. Meningkatkan konsumsi makanan berserat

3. Syarat / prinsip Diet :


a. Tinggi energi sebesar 150 kkal/kg BB
b. Tinggi protein sebesar 3 gr/kg BB
c. Karbohidrat tinggi 65%
d. Cairan 150 ml/kg BB
e. Lemak cukup
f. Asupan serat cukup
g. Makanan lunak dengan porsi kecil namun frekuensi sering

4. Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi :


Kebutuhan kalori : 150 x 7,4 kg = 1110 kkal
Protein : 3 x 7,4 kg = 22,2 gr = 88,8 kkal
KH : 65% x 1110 = 721,5 kkal = 180,4 gr
Lemak : 1110 – 721,5 – 88,8 = 299,7 kkal
Cairan : 150 x 7,4 kg =1110 ml
Pembahasan Preskripsi Diet :
Perhitungan energi menggunakan berat badan aktual. Kebutuhan energi didasarkan
pada kebutuhan energi fase rehabilitasi pada tahap awal yaitu sebesar 150 kkal/kg BB,
protein sebesar 3 gr/kg BB, dan cairan sebesar 150 ml/kg BB. Besarnya kebutuhan zat gizi
tersebut disesuaikan dengan keadaan anak yang baru memasuki awal pada fase
rehabilitasi, sehingga apabila diberikan makanan yang berlebih akan menyebabkan
terjadinya refeeding syndrome. Pemberian Fe tambahan digunakan untuk mengatasi
10
problem anemia yang telah dibuktikan oleh konjungtiva dan telapak tangan yang terlihat
pucat. Cairan yang diperlukan sebesar 150 ml/kg BB sesuai tengan fase rehabilitasi yang
sedang dijalani, dan setengah dari kebutuhan tersebut dipenuhi dari ASI. Puskesmas telah
mengupayakan untuk memperbaiki status gizi anak yang mengalami gizi kurang dengan
memberikan makanan tambahan dan suplemen. Adapun makanan yang diberikan kepada
anak Ars adalah sebagai berikut tepung beras ¼ kg, abon 1 bungkus kecil, agar-agar 2
bungkus, mutiara sagu 2 bungkus, telur ½ kg, marie susu 2 bungkus, kacang hijau ¼ kg dan
beberapa suplemen seperti suprabion 1 bungkus. Komposisi dari suplemen tersebut adalah :
- Ferrous gluconate : 129,5 mg (249,98%)
- Thiamine HCl 1,00 mg (150,00%)
- Riboflavine 1,00 mg (166,66%)
- Pyridoxine HCl 1,50 mg (206,66%)
- Nicotinamide 15,00 mg (187,50%)

5. Rekomendasi Diet

Rekomendasi Diet Jumlah

Makan Pagi Nasi tim 75 gr


Ikan lele 10 gr
Sayur bayam wortel 60 gr

Selingan pagi Bubur kacang hijau 80 gr

Makan siang Nasi tim 75 gr


Tahu 15 gr
Minyak kelapa 3 gr
Jagung manis pipil 10 gr
Brokoli 30 gr
Kaldu ayam 30 gr

Selingan sore Biskuit marie susu 20 gr


Pepaya 50 gr
Gula pasir 10 gr

11
Makan malam Kentang 80 gr
Telur ayam 20 gr
Wortel 50 gr
Hati ayam 10 gr

F135
Tepung susu skim 27 gr
Gula pasir 19,5 gr
Minyak kelapa sawit 22,5 gr
Garam 8,1 gr

Kajian Rekomendasi Diet

Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)

Rekomendasi Diet 1070 28,3 33,1 164

Kebutuhan (planning) 1110 22,2 32,4 180,4

% rekomendasi/kebutuhan 92,4% 127, 5% 102,2% 90,9%

6. Rencana monitoring dan evaluasi

Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target

Antropometri BB, TB 1 kali per 10 hari BB dan TB normal

Biokimia Serum Fe, albumin Sesuai keputusan dokter Normal, normal

Fisik klinik Konjungtiva, edema Sesuai keputusan dokter Konjungtiva normal,


pada perut edema membaik (tidak
ada)

Asupan zat gizi Recall 24 jam Setiap hari Asupan minimal 80%

12
7. Rencana Konsultasi Gizi

Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan

Gizi kurang yang Pengaturan pola a. Memberikan Sasaran : Ibu


diakibatkan makan untuk pengetahuan mengenai pasien dan
karena asupan mencapai status makanan / diet TETP anggota keluarga
makan yang gizi normal (diet gizi buruk) Waktu : Saat
kurang baik dari dengan cara b. Memberikan motivasi kunjungan rutin ke
segi kualitas dan merangsang nafsu untuk pemberian makan puskesmas
kuantitasnya makan anak. yang baik pada anak Tempat :
maupun dari segi c. Memberikan saran-saran Puskesmas
variasi. Selain pemberian makan yang Girimulyo
gizi kurang, anak baik pada anak Media : Leaflet
juga mengalami d. Memberikan diet dan food
konstipasi. pengetahuan tentang model
pola makan gizi seimbang Metode : Konsultai
e. Memberikan saran-saran gizi (Konseling)
tentang pemilihan menu
makan yang baik untuk
anak gizi kurang

13
BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Berdasar hasil recall dan wawancara, asupan makan An. Ars kurang dan tidak
bervariasi sehingga mengakibatkan anak mengalami masalah gizi kurang dan
gangguan saluran pencernaan (konstipasi).
2. Berdasarkan BB/U, status gizi An. Ars tergolong underweight dan berdasarkan PB/U,
panjang badannya tergolong pendek, jadi jika dilihat tampak proporsional. Padahal
sebenarnya mengalami defisiensi gizi kronis.
3. Dari data fisik/klinis, An. Ars terlihat kurus, rewel, cengeng, dan wajah sayu. Mulai
tampak odeme pada perut (ascites). Dari tanda vital respirasi An. Ars sedikit lebih
tinggi dibandingkan dengan respirasi normal balita sehat.

B. SARAN
1. Memberi konseling kepada ibu An. Ars mengenai asupan makanan yang cukup dan
baik untuk balita.
2. Memberi konseling kepada ibu An. Ars mengenai akibat kurangnya asupan makanan
pada balita, agar ibu An. Ars termotivasi memperbaiki asupan makan putranya.
3. Memberikan konseling kepada ibu An. Ars mengenai makanan yang sebaiknya
diberikan kepada An. Ars.
4. Memberikan konseling kepada ibu An. Ars mengenai bagaimana pemilihan menu
makan yang baik untuk anak yang mengalami gizi kurang.
5. Memantau perkembangan status gizi An. Ars setelah diberikannya konseling.

14
BAGIAN 6. TINJAUAN TEORI

Kurang energy Protein (KEP) adalah permasalahan gizi kurang yang disebabkan
karena kurangnya makanan sumber energy secara umum dan kekurangan sumber protein.
Pada anak-anak yang menderita KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap
penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. KEP
merupakan permasalahan gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas
lingkungan, kurangnya pengetahuan, masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan, dan adanya daerah miskin rawan gizi (Almatsier, 2004). Kekurangan Energi
Protein bisa diidentifikasikan menjadi 3 kategori yaitu: marasmus, kwarshiorkor, dan
marasmus kwarshiorkor. Dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut: jika berat badan
menurut umurnya berdasarkan % median sebesar 60-80% dan ada edema maka disebut
kwarshiorkor, namun jika tidak ada edema maka disebut undernutrition (gizi kurang) dan jika
berat badan menurut umurnya kurang dari 60% dan tidaka ada edema disebut marasmus
tapi jika ada edema disebut marasmus kwarshiorkor.
Terjadinya kwarshiorkor dapat diawali oleh factor makanan yang kadar proteinnya
kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga menyebabkan kekurangan asam amino esensial
dalam serum yang diperlukan untuk pertumbuhandan perbaikan sel. Kekurangan asam
amino esensial juga menyebabkan produksi albumin dalam hati juga berkurang sehingga
berbagai kemungkinan akan dialami pasien, seperti terjadinya hipoproteinemia yang
menyebabkan edema , yang akhirnya akan mngakibatkan asites, gangguan mata, kulit dan
lain-lain (Gibney, 2009)
Penanganan masalah kurang energi protein dapat dilakukan dengan memperbaiki
makanan anaknya. Ini dapat dilakukan dengan meningkatkan konsentrasi energi dan protein
dalam makanan yang bersangkutan. Makanan diberikan lebih sering, dan dibuat lebih
beragam (bervariasi), termasuk pangan hewani bila memungkinkan, diberi makanan
tambahan melalui pusat-pusat pelayanan gizi, kecuali itu selalu dipantau berat badan dan
kesehatannya (Suhardjo, 1992)
Selain masalah utama seperti kekurangan energi protein tersebut, terdapat beberapa
masalah gizi yang sekiranya juga berkontribusi untuk menimbulkan masalah gizi yang lebih
besar atau mungkin dapat menjadikan seseorang terutama anak berada pada keadaan atau
status yang buruk. Adapun masalah yang sering dijumpai adalah anemia dan konstipasi.
Anemia adalah keadaan menurunnya kadar haemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel
darah merah di bawah nilai standar yang dipatok untuk perorangan. Anemia gizi sendiri
terjadi karena kurangnya salah satu atau beberapa unsure makanan esensial yang dapat
mempengaruhi timbulnya defisiensi tersebut (Arisman, 2008). Anemia dapat terjadi pada
15
setiap kelompok umur dan banyak terjadi pada Negara berkembang seperti Indonesia.
Apabila hal itu terjadi pada anak maka akan mempengaruhi kemempuan belajar di sekolah.
Bukti penelitian lain anemia juga akan menyebabkan gangguan psikomotorik, kemempuan
intelektual dan perubahan perilaku yang timbul setelah anemia muncul. Anemia pada anak
ini dapat terjadi karena beberapa hal, terutama inadekuat intake zat gizi untuk pembentukan
sel darah merah. Faktor resiko untuk anemia itu sendiri antara lain :
a. Rendahnya simpanan besi pada tubuh, orang Asia memiliki simpanan besi yang lebih
rendah daripada orang Eropa, ditambah lagi keadaan bayi yang dilahirkan dengan
simpanan besi yang rendah dan pemberian MP-ASI yang tidak berkualitas akan
memperburuk masalah ini
b. Kurangnya intake zat gizi, di Negara berkembang masyarakat lebih banyak
menggantungkan asupan makanan dari pangan nabati. Padahal kandungan besi pada
pangan nabati terholong rendah dan banyak mengandung zat-zat yang mampu
mengurangi absorbs besi
c. Peningkatan kebutuhan, kebutuhan Femeningkat saat masa pertumbuhan, hamil dan
menyusui, ketika masa biasa Fe tidak tercukupi maka saat kebutuhan Fe meningkat
kebutuhan tidak tercukupi dan akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan organ
d. Hemaglobinati, bentuk hemoglobin yang abnormal karena penyakit seperti thalasemia
e. Penggunaan obat dan factor lainnya, beberapa obat seperti antikanker, antikonvulsan,
leukemia, dan terapi radiasi merupakan factor resiko anemia karena idosinkrasi obat
(respon yang tidak biasa terhadap obat).
Pecegahan terhadap anemia bisa dilakukan dengan jalan memastikan konsumsi zat
besi yang adekuat dan teratur. Sementara untuk pengobatan dapat dilakukan dengan empat
pendekatan yaitu penyediaan suplementasi besi, fortifikasi bahan makanan dengan Fe,
edukasi gizi, serta pendekatan berbasis holtikultur yang untuk memperbaiki ketersediaan
hayati zat besi pada bahan pangan yang umum (Gibney et al, 2005)
Dilain sisi juga timbul masalah konstipasi. Konstipasi bukan hal yang jarang ditemui
pada anak, terutama pada anak usia sekolah. Konstipasi dapat menyebabkan masalah
sosial maupun psikologis pada anak. Normalnya, frekuensi buang air besar berkisar tiga kali
sehari sampai tiga kali seminggu dengan konsistensi feses yang tidak keras maupun cair.
Penurunan frekuensi buang air besar dengan disertai/tanpa rasa nyeri selama mengejan
yang tidak normal disebut sebagai konstipasi atau sembelit. Feses dengan konsistensi keras
dapat menimbulkan kesulitan defekasi (BMG ITB, 2012). Menurut Endayarni (2004),
berdasarkan patofisiologis, konstipasi dapat diklasifikasikan menjadi konstipasi akibat
kelainan struktural dan konstipasi fungsional. Konstipasi yang banyak ditemukan di
masyarakat umumnya adalah konstipasi fungsional yang dihubungkan dengan adanya
16
gangguan motilitas kolon atau anorektal. Konstipasi kronis yaitu kostipasi yang telah
berlangsung lebih dari 4 minggu.Terdapat tiga aspek penting untuk menentukan adanya
konstipasi, yaitu konsistensi tinja, frekuensi defekasi dan temuan pada fisis.
Kurangnya asupan serat, cairan dan rendahnya aktivitas fisik atau konsumsi obat-
obatan tertentu dapat menjadi penyebab terjadinya konstipasi. Oleh karena itu, asupan serat
dan cairan yang cukup dapat membantu menangani masalah konstipasi ini. Konsumsi cairan
yang cukup dan makanan berserat akan membantu pergerakan feses dan membuat feses
menjadi lebih lunak. Peningkatan aktifitas fisik juga akan membantu dalam mengatasi
konstipasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Farmasi. Diunduh dari http://www.farmasiku.com// pada tanggal 9 November


2012
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama
American Dietetic Association. 2006. Nutrition Diagnosis : A ctrical Step in the Nutrition Care
Proccess. American Dietetic Association
Arisman. 2008. Gizi dalam Daur kehidupan. Jakarta : EGC
Bumi Medika Ganesa. 2012. Konstipasi: Penyebab dan Cara Penanganan yang Tepat.
Bandung: Institut Teknologi Bandung
Endayarni, Bernie, dkk. 2004. Konstipasi Fungsional. Sari Pediatri, Vol. 6, No. 2, September
2004:75-80
Gibney, J Michael et al. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gibney, Michael et all. 2009. Gizi kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Suhardjo, 1992. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

18
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Foto 1. Pengukuran Berat Badan

19
Foto 2. Pemeriksaan Edema di perut

Foto 3. Pemeriksaan edema di kaki

Foto 4. Pengukuran lingkar kepala

20

Anda mungkin juga menyukai