Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui, khususnya para orang tua. Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi
pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Pada masa ini pula, anak balita merupakan
kelompok yang rawan gizi. Hal ini disebabkan pada masa ini anak cenderung susah untuk makan dan
hanya suka pada jajanan yang kandungan zat gizinya tidak baik. Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta
balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya
mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT 2004). Ukuran
tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi
dapat mempengaruhi perkembangan otak anak.
Penilaian status gizi golongan rawan dapat memberikan informasi penting tetang keadaan gizi suatu
masyarakat pada saat sekarang maupun masa lampau. Status gizi pada balita dapat diketahui dengan
cara mencocokkan umur anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat
badannya kurang, maka status gizinya kurang. Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), telah disediakan
Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan
kurva KMS. Perhatikan dulu umur anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS.
Bila masih dalam batas garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi
buruk. Menurut Menkes, ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya masalah gizi
dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tinhgkat rumah tangga. Kedua, pola
asuhan gizi atau makanan keluarga. Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan. Komponen biologis
lain yang melatarbelakangi antara lain malnutrisi ibu, penyakit infeksi dan diet rendah energi & protein.
Seorang ibu yang mengalami malnutrisi saat hamil pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan
rendah.
Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak sedang tumbuh merupakan masalah serius yang
harus segera diatasi untuk mencegah keparahan gizi kurang. Gizi kurang pada balita dapat
bermanifestasi sebagai penyusutan berat b adan, terlambat tumbuh hingga terjadinya sindrom klinis
yang nyata.
Identitas Pasien
Nama : An. S
Agama : Islam
2. Riwayat Kelahiran
Pasien lahir normal umur kandungan 9 bulan 14 hari, di rumah sakit dengan
berat badan lahir 2300 gram dan panjang 45 cm, langsung menangis,
Pemeriksaan di : Bidan
TM II : 3x (1 bulan sekali)
TM III : 4x
Obat yang diminum selama kehamilan : vitamin dan obat tambah darah.\
bulan di posyandu. Keadaan anak sehat, tetapi berat badan sulit naik.
5. Riwayat Imunisasi
Bronkitis : disangkal
Pneumonia : disangkal
Morbili : disangkal
Pertusis : disangkal
Meningitis : disangkal
Malaria : disangkal
Polio : disangkal
Diare : disangkal
Mulai duduk : -
Gigi keluar : -
Berdiri : -
Berjalan : -
Jenis I II III IV
BCG 0 bulan - - -
CAMPAK - ---
a. Usia 0-6 bulan : ASI diberikan sejak usia 0 bulan hingga umur 2,5
bulan, frekuensi pemberian 8x/ hari, takaran 2-3 sendok takar per gelas.
b. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan
diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari
c. Usia 8-12 bulan : nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan
sayur hijau/wortel, lauk ikan /tempe, dengan diselingi dengan ASI jika
Pasien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. Anak pertama berusia 6 tahun.
a. Keadaan Umum
b. Tanda Vital
http://slidepdf.com/reader/full/f4-gizi-kurang-balitadocx 6/10
c. Status Internus
(-/-), cowong (+/+), reflek cahaya (+/+), pupil (isokor 2mm/2mm), air mata
(+/+)
- Hidung : napas cuping hidung (-/-), bau (-), sekret (-/-), darah (-/-)
Cor
Pulmo
http://slidepdf.com/reader/full/f4-gizi-kurang-balitadocx 7/10
- Abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba, turgor
kembali cepat
- Ekstremitas
Akral dingin - - edema - - sianosis - -
Metode penyuluhan dilakukan secara langsung dengan pendekatan individu yaitu penyampaian pesan
dilakukan langsung kepada pasien yang dalam hal ini disampaikan kepada ibu pasien
Intervensi dilakukan melalui pemeriksaan langsung di posyandu yang dilakukan setiap bulan. Apabila
didapatkan bayi dan balita dengan berat badan kurang dilakukan konseling gizi yang diperlukan oleh
bayi dan balita, dan pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita.
Kegiatan dilakukan di posyandu balita dusun di kecamatan salam yang dilakukan secara rutin di setiap
bulan. Dalam pelaksanaan posyandu, pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan berat badan
dan pemeriksaan tinggi badan yang hasilnya dicatat oleh ibu-ibu kader dan apabila terdapat
pertumbuhan bayi atau balita yang bermasalah, harus dilaporkan di puskesmas. Pemeriksaan berat
badan dilakukan dengan menggunakan timbangan dacin yang diberi kain sebab pasien belum bias duduk
sendiri sehingga harus ditidurkan. Dari hasil penimbangan, diperoleh hasil berat badan pasien ialah 8,8
kg. Setelah dicatat di buku posyandu, hasil penimbangan juga dicatat di KMS yang dimiliki pasien. Pada
saat pencatatan, berat badan pasien masih berada dibawah garis merah.
Setelah dilakukan pemeriksaan berat badan, pemeriksaan selanjutnya ialah pemeriksaan tinggi badan.
Pasien pasien diukur tingginya dari mulai vertex sampai telapak kaki dan didapatkan hasil 134 cm. Dari
hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan, dapat diketahui status gizi pasien dan dalam hal ini
penentuan status gizi menggunakan grafik gizi WHO berdasarkan berat badan terhadap tinggi badan
pasien. Dari hasil penggunaan grafik gizi dapat disimpulkan status gizi pasien kurang karena berada
diantara -2 s/d -3 SD.
Berdasarkan Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk Kemenkes Tahun 2011, bila hasil pemeriksaan anak
ditemukan tanda-tanda BB/TB <-2 s/d-3 SD, LILA 11,5-12,5 cm, tidak ada edema, nafsu makan baik, tidak
ada komplikasi medis, maka dikategorikan gizi kurang dan perlu diberikan PMT Pemulihan.
Penatalaksanaan pasien dapat dilakukan di rumah atau rawat jalan sebab nafsu makan pasien masih
baik dan tidak didapatkan komplikasi lain seperti anoreksia, pneumonia, anemia, dehidrasi atau demam.
Oleh karena itu, pasien diberikan konseling tentang gizi balita.
Pemantauan tumbuh kembang bayi dilakukan selama 2 minggu sekali, untuk mengetahui kenaikan berat
badan balita setelah pemberian PMT. Diharapkan setelah pemberian PMT, terjadi perbaikan berat
badan bayi. Apabila setelah pemberian PMT berat badan balita tidak naik atau turun, dan terdapat
komplikasi kesehatan lainnya, maka balita harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut