BAB I
PENDAHULUAN
Dengan ditemukannya balita dengan status gizi kurang tersebut, maka perlu
dilakukan asuhan gizi pada balita tersebut.
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan gizi pada balita
2. Tujuan Khusus
- Melakukan pengkajian gizi pada balita dan keluarga
- Melakukan diagnosa gizi terhadap pasien
- Melakukan rencana intervensi gizi pada pasien
- Melakukan rencana monitoring dan evaluasi kepada pasien
1.4 Mamfaat
1. Sasaran
- Menambah wawasan kluarga pasien terutama orang tua pasien dalam
merawat pasien
- Meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan mengurangi angka
kesakitan
- Mendapat informasi terkait status kesehatan pasien
2. Pelaksana
- Mendapat wawasan baru dalam menghadapi persoalan di masyarakat
- Dapat berhubungan langsung dengan masyrakat
- Dapat menyelesaikan tugas praktek
3. Institusi
- Bahan pertimbangan puskesmas dalam mengambil kebijakan terkait
kesehatan masyrakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BALITA
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular
dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Balita adalah
istilah umum bagian anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Menurut Sutomo dan
Anggraeni. DY, (2010).
Interpretasi :
60-80% :
- Tanpa edema : gizi kurang
- Dengan edema : gizi buruk (kwashiorkor)
< 60% :
- Tanpa edema : marasmus
- Dengan edema : marasmus- kwashiorkor
Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian
karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut. Kehilangan BB
dihitung sebagai berikut (BB saat ini/BB semula)x 100%.
85-95% : kehilangan BB ringan (5-15%)
75-84% : kehilangan BB sedang (16-25%
<75% : kehilangan BB berat (>25% )
c. At risk factors yang bersumber pada individu anak yaitu: usia ibu, jarak
lahir terhadap kakaknya, berat lahir, laju pertumbuhan, pemanfaatan ASI,
imunisasi dan penyakit infeksi.
Ada beberapa masalah gizi, (KD. Ayu Bulan Febry dan Marendra. Z, 2008) yang
biasa diderita balita sebagai berikut:
c. Kekurangan Vitamin A
Penyakit mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebut
xerophtalmia. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling sering
terjadi pada anak-anak usia 2 – 3 tahun. Hal ini karena setelah disapih, anak
tidak diberi makanan yang memenuhi syarat gizi. Sementara anak belum bisa
mengambil makanan sendiri.
Faktor penyebab gizi kurang meliputi penyebab langsung dan Penyebab tidak
langsung
A. Penyebab Langsung
1. Asupan zat gizi
2. Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik.
Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanismenya.
Anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami
penurunan daya tahan, sehingga rentan terhadap penyakit infeksi. Di sisi
lain anak menderita sakit infeksi akan cenderung menderita gizi kurang
atau gizi buruk (Depkes, 2008 )
2. Pendapatan Keluarga
Di negara Indonesia jumlah pendapatan sebagian besar adalah golongan
rendah dan menengah, ini akan berdampak pada pemenuhan bahan
makanan terutama makanan bergizi. Jika keterbatasan ekonomi yang
tidak mampu membeli makanan yang baik maka pemenuhan gizi akan
berkurang (Budiyanto, 2004)
3. Sanitasi Lingkungan
Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya
berbagai jenis penyakit antara lain diare,kecacingan,dan infeksi saluran
pencernaan. Apabila anak menderita infeksi saluran pencernaan,
penyerapan zat-zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya
kekurangan zat gizi. Seseorang kekurangan zat gizi akan mudah terserang
penyakit,dan pertumbuhan akan terganggu ( Supariasa dkk,2002)
Balita gizi kurang atau kurus usia 6-59 bulan termasuk balita dengan Bawah
Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi sasaran prioritas penerima
PMT Pemulihan.Balita dengan kriteria tersebut di atas, perlu dikonfirmasi
kepada Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas, guna menentukan
sasaran penerima PMT Pemulihan.
13
BAB III
M. Danis
Cut nyak 43 Fitri -2,6 -2,82 -1,32
4 Alrafa L 11,6 94 49 K K N
dhien SD SD SD
Natasya
36 Winda -1,7 -1,6 -1,31
5 Bilqis P Peuniti 11 90 45 Ba N N
SD SD SD
M. Riski
51 Ika -0,92 -0,42 0,22
6 aulia L Peuniti 16 106,7 35 Ba N N
SD SD SD
Raisyul Nurhayat
54 -2,78 -2,12 -2,23
7 Qamari L Peuniti i 12,2 91,5 45 K K P
SD SD SD
42
M.Naufal
Mardiana -2,29 -2,4 -2,47
8 Anezli L Peuniti 10,5 90 46 K K P
SD SD SD
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil screening yang dilakukan pada
10 balita ditemukan 4 balita dengan status gizi kurang berdasarkan indikator
BB/U, 4 orang balita kurus berdasarkan indikator BB/TB, dan 2 orang balita
pendek berdasrkan indikator BB/TB.
14
3.2 Intervensi
A. Waktu Pelaksanaan
- Leaflet
- Metlin
- Timbangan digital
- Microtoise
1. Identitas
a. Identitas Pasien
JK : Laki - laki
Umur : 42 bulan
15
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Pendidikan : TS
Aktivitas : Bermain
Diagnosa Medis :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SLTP/SMP/Sederajat
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTP/SMP/Sederajat
Riwayat Penyakit : -
2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Demam
3. Sosial Budaya
Obat bebas :-
Suplementasi :-
5. Riwayat Makan
Kebiasaan makan :
- Pagi (Tidak teratur)
- Siang (pukul 15.00 Wib)
- Malam (jarang)
- Tidak menyukai sayuran
Frekuensi Makanan
Lebih
1x 1-2 x < 1x Tak
NO Bahan makanan 1x 3-6 x seminggu
sehari seminggu seminggu pernah
sehari
1 Beras
2 Jagung
3 Mie
4 Roti
5 Biskuit/Kue
6 Kentang
7 Singkong
8 Ubi Rambat
9 Tempe
10 Tahu
11 Oncom
12 Kacang Kering
13 Ayam
14 Daging
15 Daging diawetkan
16 Hati/Limpa/Otak/Usus/Paru
17 Telur ayam/Bebek
18 Ikan Basah
19 Ikan Kering
20 Sayuran Hijau daun
21 Sayuran Kacang – kacangan
22 Sayuran tomat/Wortel
23 Sayuran lain
24 Pisang
25 Pepaya
26 Jeruk
27 Buah segar lain
28 Buah diawetkan
29 Susu segar
30 Susu kental manis
31 Susu bubuk Whole
32 Susu bubuk khusus
33 Keju
34 Minyak goreng
35 Kelapa/santan
36 Teh
37 Kopi
38 Sirup dan minuman manis
39 Minuman botol ringan
40 Minuman alkohol
6. Antropometri
Lingkar Kepala : 46 cm
TB : 90 cm
BB : 10,5 kg
BBI : 15,2 kg
7. Biokimia
a. Laboratorium :-
b. Pemeriksaan Penunjang : -
c. Prosedur :-
- Tampak kurus
- Bibir kering
- Rewel
- Demam
- Riwayat Gizi
9. Gangguan Interstinal
Anorexia : Tidak Kesulitan Menelan : Tidak
19
b. Domain Klinis
11. Intervensi
Jenis Diet : TETP (Tinggi Energi Tinggi Protein)
20
Tujuan Diet :
Syarat Diet :
Perhitungan :
Energi = 90 x BBI
= 90 x 15,2
= 1368 kkal
= 1,8 x 15,2
= 1000 + 25
= 1025 ml
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis dan fisik/klinis, Antropometri dan asupan, pasien
diketahui mengalami berat badan kurang berdasarkan BB/U, dan status gizi
pendek berdasarkan TB/U, serta kurus berdasarkan indikator BB/TB.
2. Dari hasil Assesment yang dilakukan pada pasien maka dapat ditegakkan
diagnosa gizi sebagai berikut :
22
a. Asupan oral tidak adekuat (NC.2.3) (P) Berkaitan dengan kurangnya atau
terbatas akses terhadap makanan, seperti keterbatasan ekonomi (E) Ditandai
dengan Keterbatasan makanan dan minuman yang tidak konsisten dengan
standar rujukan gizi berdasarkan jenis, macam dan kualitas diet (S)
b. Berat badan kurang (NC.3.1) (P) Berkaitan dengan asupan energi inadekuat
(E) Ditandai dengan BB/U = -2,29 SD, TB/U = -2,47 SD, BB/TB = -2,4
SD (S)
3. Dari hasil Monitoring dan Evaluasi asupan makanan pasien pada hari 1
(5/12/2017) diperoleh E=600 kkal, P=15 gram, hari 2 (6/12/2017) diperoleh
E=550 kkal, P=15,5 gram, dan hari 3 (8/12/2017) diperoleh E=600 kkal, P=15
gram. Asupan makan pasien masih naik turun dikarenakan orang tua pasien
terutama ibu pasien, belum mampu memberikan motivasi terhadap pola makan
anak.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M & B. Wirjatmadi. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita (Peranan Mikrozinc
pada Pertumbuhan Balita). Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Anggraeni, R & A. Indrarti. 2010. Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks
Antropometri (BB/U) Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan. SNASTIICCS.
Angka Kecukupan Gizi (AKG).2014. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi
bangsa Indonesia. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes RI.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.