Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM

PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN SUSPECT SLE (SISTEMIK LUPUS


ERITEMATOSUS), EFUSI PLEURA SINISTRA, ANEMIA NORMOSITIK NORMOTOMIK,
G2P1A0, SERVER INFEKSI SALURAN KEMIH DI BANGSAL DAHLIA 4 RSUP DR.
SARDJITO YOGYAKARTA

Disusun Sebagai Persyaratan Praktik Kerja Lapangan Asuhan Gizi Klinik di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta

Disusun Oleh:
Aisah Nur Rohmah
NIM P07131216010

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM


PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN SUSPECT SLE (SISTEMIK LUPUS
ERITEMATOSUS), EFUSI PLEURA SINISTRA, ANEMIA NORMOSITIK
NORMOTOMIK, G2P1A0, SERVER INFEKSI SALURAN KEMIH DI BANGSAL
DAHLIA 4 RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Telah disetujui pada tanggal .........................

Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator PKL Instruktur Klinik,

Hesti Winarti, S.SiT. Hesti Winarti, S.SiT.


NIP._______________________ NIP.

Mengetahui,
Ka. Instalasi Gizi,

Retno Pangastuti, DCN, M.Kes


NIP. 196303171986032003
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Mendalam di Bangsal Dahlia 4 RSUP
Dr. Sardjito ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktek
Kerja Lapangan Bidang Gizi Klinik. Dalam menyusun laporan ini, kami mendapatkan bantuan,
dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. I Made Alit Gunawan, MS, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Agus Wijanarka, S.Si.T, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
4. Ibu Retno Pangastuti DCN, M.Kes selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
5. Ibu Hesti Winarti, S.SiT selaku Koordinator Praktik Kerja Lapangan (PKL) Bidang Gizi
Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
6. Ahli gizi di RSUP Dr. Sardjito
7. Seluruh staf dan karyawan instalasi gizi RSUP Dr Sardjito
8. Orangtua tercinta dan keluarga yang telah banyak memeberikan bantuan moral dan
materiil, serta
9. Teman-teman Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang
saling memberikan dukungan satu sama lain.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Yogyakarta, November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun pada
jaringan ikat. Autoimun berarti bahwa sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri.
Pada SLE ini, sistem imun terutama menyerang inti sel (Matt, 2003). Gejala awalnya
sering memberikan keluhan rasa nyeri di persendian. Selain itu,seluruh organ pun tubuh
terasa sakit bahkan terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah
berkepanjangan dan sensitif terhadap sinar matahari. Umumnya LES lebih banyak
menyerang wanita dibandingkan laki-laki dengan rasio 5:1. Penyakit ini juga menyerang
wanita pada usia reproduksi antara 15-40 tahun. Berdasarkan hal tersebut, terdapat
peningkatan kejadian kehamilan dengan LES ini. Pada SLE ini sel tubuh sendiri dikenali
sebagai antigen. Target antibodi pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti
sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat
berbagai macam sel yang dikenali sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam
otoantibodi pada penderita SLE.
Data antara tahun 1988-1990 di Indonesia, insidensi rata-rata penyandang SLE
adalah sebesar 37,7 per 10.000 perawatan dan cenderung meningkat dalam dua dekade
terakhir. Jumlah penderita SLE di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data
tahun 2002, Yayasan Lupus Indonesia mencatat 1.700 orang dan pada tahun 2007
berjumlah 8.672 penderita SLE, dengan 90 % wanita (Savitri, 2005). Tahun 2014 yang
tercatat menurut Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu Semarang yaitu 58 orang.
Pada SLE ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi pada LES
ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel
nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali sebagai
antigen maka akan muncul berbagai macam otoantibodi pada penderita SLE. Pasien
dengan SLE lebih membutuhkan istirahat selama penyakitnya aktif. Penelitian
melaporkan bahwa kualitas tidur yang buruk adalah faktor yang signifikan dalam
menyebabkan kelelahan pada pasien dengan SLE.
Dukungan nutrisi bagi ibu hamil dengan SLE ini sangat dibutuhkan guna
memberikan asupan makan yang berkualitas utuk pertumbuhan janin dan untuk
memberikan pertahanan tubuh agar lebih kuat pada saat terjadi gejala sistemik dari SLE.
Terapi gizi adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus
diperhatikan agar pemberiannya tepat dan tidak melebihi kemampuan organ tubuh dalam
melakukan metabolisme. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai
dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
Salah satu kasus yang ada di rawat inap (IRNA 1) bangsal Dahlia 4 yaitu pasien
Susp SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik Normotomik, G2P1A0, Server
Infeksi Saluran Kemih.
Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai salah satu kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilakukan studi kasus mengenai
“Asuhan Gizi Pada Pasien Susp SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik
Normotomik, G2P1A0, Server Infeksi Saluran Kemih Di Bangsal Dahlia 4 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan gizi pada suspect SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia
Normositik, Normotomik, G2P1A0 di Bangsal Dahlia 4 RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan skrining
b. Melaksanakan assessment gizi
c. Merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi intervensi gizi untuk
pasien
d. Merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi monitoring dan
evaluasi gizi untuk pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)


SLE adalah penyakit autoimun, dimana antibodi abnormal berlebihan diproduksi
oleh Sistem kekebalan tubuh pasien disfungsional menyalahartikan sel-sel tubuh untuk
musuh, secara langsung atau tidak langsung menyerang organ dan jaringan yang
menyebabkan peradangan kronis. Semua organ dan jaringan mungkin terkena SLE,
biasanya kulit, persendian dan ginjal. Pada kasus yang serius, gagal ginjal akut dapat
terjadi. Jika ada kerusakan pada sistem saraf pusat, bisa mengakibatkan penyakit jiwa,
epilepsi atau stroke. Sebagian besar pasien SLE adalah wanita berusia antara 15 dan 30
tahun. Pasien pria hanya memperhitungkan sepersepuluh dari jumlah total. SLE tidak
menular atau turun-temuru. Terkadang, wanita hamil dengan SLE dapat melepaskan
antibodi pada janin melalui plasenta. Dalam kasus tersebut, bayi mungkin menunjukkan
gejala yang mirip dengan ruam kulit lupus, yang akan hilang setelah beberapa saat dalam
banyak kasus. Sejumlah kecil bayi mungkin menderita blok jantung kongenital, yang
menyebabkan denyut jantung lambat. Namun ini tidak berakibat fatal dan pengobatan
tidak perlu dilakukan. Hanya dalam kasus yang sangat jarang terjadi, bayi
mengembangkan blok jantung yang serius. (SLE / Bahasa Indonesia, 2018 Hospital
Authority)
B. Etiologi SLE
Etiologi dan Faktor Predisposisi SLE disebabkan oleh interaksi antara kerentanan gen
(termasuk alel HLA- DRB1,IRF5, STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8), pengaruh hormonal,
dan faktor lingkungan. Interaksi ketiga faktor ini akan menyebabkan terjadinya respon
imun yang abnormal.
a. Faktor Genetik SLE merupakan penyakit multigen. Gen yang terlibat termasuk alel
HLA- DRB1,IRF5, STAT4, HLA-A1, DR3, dan B8. Interaksi antara kerentanan gen,
pengaruh hormonal, dan faktor lingkungan, menghasilkan respons imun abnormal.
Respons imun mencakup hiperreaktivitas limfosit T dan B. Serum pasien dengan
lupus dapat dikenali dari keberadaan antibodi di serum terhadap antigen nukleus
(antinuclearantibodies, atau ANA). Selain ANA, masih terdapat autoantibodi lain
yang dapat dapat ditemukan pada pasien dengan SLE, misalnya anti-dsDNA, anti-
Sm, anti-Ro, dan lain-lain. Daftar berbagai autoantibodi yang dapat ditemukan pada
pasien dengan SLE, prevalensi, antigen target, dan kegunaan klinisnya dapat dilihat
pada table berikut.1,3 Pada kasus ini ditemukan tes antinuclearantibodies, atau ANA
yang positif.
b. Faktor Lingkungan
Di antara pencetus aktivitas penyakit lupus, sinar ultraviolet merupakan faktor
yang paling dikenal. Mekanisme aksinya dapat mencakup induksi epitop antigen
didermis atau epidermis, pelepasan materi inti oleh sel kulit yang dirusak oleh cahaya,
atau disregulasi sel imun kulit. Berbagai faktor lingkungan lain juga terlibat dalam
lupus. Pengobatan seperti prokainamid, hidralazin, dan minosiklin dapat
menyebabkan lupus eritematosus yang diinduksi obat, penyakit yang mirip dengan
SLE.
c. Pengaruh Hormonal Observasi klinis menunjukkan peran hormon seks steroid
sebagai penyebab SLE. Observasi ini mencakup kejadian yang lebih tinggi pada
wanita usia produktif, peningkatan aktivitas SLE selama kehamilan, dan risiko yang
sedikit lebih tinggi pada wanita pascamenopause yang menggunakan suplementasi
estrogen. Walaupun hormon seks steroid dipercaya sebagai penyebab SLE, namun
studi yang dilakukan oleh Petri dkk menunjukkan bahwa pemberian kontrasepsi
hormonal oral tidak meningkatkan risiko terjadinya peningkatan aktivitas penyakit
pada wanita penderita SLE yang penyakitnya stabil.
C. Patofisiologi
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi, dan fase
puncak (flares). Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi kematian sel
secara apoptosis dalam konteks proimun. Kejadian ini disebabkan oleh berbagai agen
yang sebenarnya merupakan pajanan yang cukup sering ditemukan pada manusia,
namun dapat menginisiasi penyakit karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE.
Fase profagase ditandai dengan aktivitas autoantibodi dalam menyebabkan cedera
jaringan. Autoantibodi pada lupus dapat menyebabkan 6 cedera jaringan dengan cara
(1) pembentukan dan generasi kompleks imun, (2) berikatan dengan molekul
ekstrasel pada organ target dan mengaktivasi fungsi efektor inflamasi di tempat
tersebut, dan (3) secara langsung menginduksi kematian sel dengan ligasi molekul
permukaan atau penetrasi ke sel hidup. Fase puncak merefleksikan memori
imunologis, muncul sebagai respon untuk melawan sistem imun dengan antigen yang
pertama muncul. Apoptosis tidak hanya terjadi selama pembentukan dan homeostatis
sel namun juga pada berbagai penyakit, termasuk SLE. Jadi, berbagai stimulus dapat
memprovokasi puncak penyakit.
D. Gejala
Menurut American College Of Rheumatology 1997, yang dikutip Qiminta, diagnosis
SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan singkat dari
11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-
kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut
yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
3. Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari
4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai
pada 90% odapus.
6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.
7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
8. Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.
9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang.
Dan biasanya terjadi juga anemia
10. Tes ANA (antinuclear Antibody) positif
11. Gangguan sistem kekebalan tubuh.
BAB III
HASIL
A. DATA PERSONAL (CH)

Nama Ny. Y Agama Islam


Usia 30 tahun Bangsal Dahlia 4
Jenis Kelamin Perempuan Tanggal Masuk 21-10-2019
RS
Tanggal Lahir 30/06/1989 Tanggal 22-10-2019
Skrining
Diagnosis Medis =
Susp SLE sedang manifestasi hematologi,arthritis, serositis, mucositis
Efusi pleura sinistra ec susp infeksi dd related SLE
Anemia normositik normotomik ec susp related SLE dd AIHA sekunder
G2P1A0
Server Infeksi Saluran Kemih

B. Skrining

a. Skrining Awal
No Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah IMT < 20,5 ? √
2 Apakah pasien kehilangan BB √
dalam 3 bulan terakhir ?
3 Apakah asupan makanan pasien √
menurun 1 minggu terakhir ?
4 Apakah pasien dengan penyakit √
berat? (ICU)

b. Skrining Lanjut I
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor=0) Status gizi normal
Ringan (Skor=1) Kehilangan BB>5% dalamm 3 bulan atau asupan 50-75%
dari kebutuhan
Sedang (Skor=2) Kehilangan BB>5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5-20,5
atau asupan 25-50% dari kebutuhan
Berat (Skor=3) Kehilanagan BB>5% dalam 1 bulan
( >15% dalam 3 bulan ) atau IMT <18,5
Atau asupan 0-25% dari kebutuhan

c. Skrining Lanjut II
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor=0) Kebutuhan gizi normal
Ringan (Skor=1) Fraktur, Pasien kronik (Sirosis Hati.
COPD, HD Rutin, DM, Kanker)
Sedang (Skor=2) Bedah mayor, Stroke, Pneumonia
berat, Kanker darah
Berat (Skor=3) Cidera kepala, Transplantasi
Sumsusm, Paisen ICU

Skrining Skrining Usia > 70 Total Skor


Lanjut I Lanjut II tahun
Skor 2 1 0 3
Kesimpulan RISIKO

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil skrining gizi diperoleh hasil total skor 3. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki resiko terkait penyakit yang dialami pasien sehingga
membutuhkan terapi gizi khusus untuk pasien.
C. Assesment Gizi

1. Data Personal (CH)


Kode Jenis Data Data Personal
IDNT
CH. 1.1 Nama Ny Y
CH.1.1.1 Umur 30 tahun
CH.1.1.2 Jenis Kelamin Perempuan
CH.1.1.6 Suku/etnik Jawa
CH.1.1.9 Peran dalam Keluarga Istri
Diagnosis Medis Susp SLE sedang manifestasi,
hematologi, arthritis, serositis,
mucositis
Efusi pleura sinistra
Anemia normositik, normotomik
G2P1A0
Server infeksi saluran kemih
Sumber : Data Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2019
2. Riwayat Penyakit dan Klien (CH)
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
CH. 2 Riwayat Penyakit Riwayat penyakit dahulu:
DM (-), Hipertensi (-), Jantung (-)
Riwayat penyakit sekarang:
± 2 MSMRS pasien mengeluh sendi sakit
hampir seluruh badan, awalnya memerah, saat
ini sudah tidak merah, nyeri bila ditekan, nyeri
sendi sejak 4 bln

CH 2.1 Keluhan Pasien Nyeri sendi (+) sejak 4 bulan, sesak (+), batuk
(+), lemas (+)
CH. 2.1.5 Gastrointestinal Mual (+) Muntah (-) Sariawan (+)
CH. 2.1.8 Imun/Alergi Alergi makanan (-)
makanan
CH.2.2 Perawatan Pernah dirawat di PKU Wonosobo terkait
DBD
Pernah dirawat di RS I Wonosobo terkait
demam typoid
Pernah dirawat di RS Ngesti Waluyo terkait
reumatid arthritis
CH. 3.1 Riwayat sosial/ Pekerjaan : Ibu rumah tangga
ekonomi Agama : Islam
Sumber : Data Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2019
3. Riwayat Makan (FH)
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
FH.2.1 Riwayat Makan ±1MSMRS
MP: nasi 2-3x/hari @ 1 ctg (100 g)
LH : telur ayam 1-2x/mgg @ 1 btr (60 g), ayam
1-2x/mgg @ 1 ptg ( 50 g)
LN: tempe 2-3x/mgg @ 1ptg (25 g), tahu 2-
3x/mgg @1 bh(25 g)
Sayur : bayam 2-3x/mgg @ 2 sdm (20 g),
kangkung 2-3x/mgg @ 2 sdm (20 g)
Buah : jeruk 2-3x/mgg @ 1 bh (100 g), pisang
2-3x/mgg @ 1 bh(100 g)
Susu 1x/hari @ 1gls (200 ml)
Snack: biscuit 2-3x/minggu @1-2 bh (20 g)

FH.2.1.1 Pemesanan diet Lunak Bubur Kls III


FH.2.1.2 Pengalaman Diet Nasi
FH.2.1.3 Lingkungan Makan sendiri, dirumah
Makan
FH. 4.1 Pengetahuan Belum pernah mendapatkan konseling gizi
tentang makanan
dan gizi
Kesimpulan :
Berdasarkan riwayat makan pasien pola makan sudah cukup baik tetapi konsumsi makanan
dalam kesehariannya belum bervariasi.

4. SQFFQ (FH 1.2.1)


Energi (kkal) Protein Lemak KH
(gram) (gram) (gram)
Asupan Oral 586,5 27,42 21,08 70,24
Kebutuhan* 2.331,74 74 64,77 362,80
% Asupan 25,15 % 36,85 % 32,54 % 19,36 %
Kesimpulan :
Berdasarkan data SQFFQ diketahui asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat deficit
berat (<60%). (Depkes, 1999)
*Kebutuhan = Mengacu pada kebutuhan pasien
Kategori tingkat asupan (Depkes, 1999)
Defisit berat : < 60%
Defisit sedang: 60-69%
Defisit ringan: 70-79%
Baik : 80-120%
Lebih :>120%
5. Recall 24 jam (FH.7.2.8)
Energi (kkal) Protein Lemak KH (gram)
(gram) (gram)
Asupan Oral 651,7 23,9 19 98,9
Kebutuhan* 2.331,74 74 64,77 362,80
% Asupan 27,94% 32,12% 29,33 % 27,36 %
Kesimpulan :
Berdasarkan data Recall 24 jam diperoleh hasil asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
deficit berat.
*Kebutuhan = Mengacu pada kebutuhan pasien
Kategori tingkat asupan (Depkes,1999)
Defisit berat : < 60%
Defisit sedang: 60-69%
Defisit ringan: 70-79%
Baik : 80-120%
Lebih :>120%

6. Standar Pembanding (CS)


Kode IDNT Jenis Data Keterangan
CS.1.1.1 Estimasi Kebutuhan Estimasi kebutuhan energi
Energi total (Harris Benedict)
: 2.031,74 + 300 = 2.331,74
kkal
(Meija, Laila, 2017)
CS.2.1.1 Estimasi Kebutuhan Estimasi kebutuhan lemak
Lemak total : 25% x 2.331,74 =
582,93 : 9 = 64,77 gram
CS.2.2.1 Estimasi Kebutuhan Estimasi kebutuhan protein: 1
Protein g x 54 = 5+ 20 = 74 gram
(Meija, Laila, 2017) (AKG,
2013)
CS.2.3.1 Estimasi Kebutuhan Estimasi kebutuhan KH total
Karbohidrat : 362,80 gram
CS.5.1.1 Rekomendasi BB/ IMT/
pertumbuhan

7. Antropometri (AD.1.1)
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
AD.1.1.1 Tinggi Badan 150,10 cm (Estimasi dengan ULNA
23 cm)
AD.1.1.2 Berat Badan 54 kg, LILA: 24 cm
AD.1.1.4 Perubahan Berat Terjadi penurunan berat badan 3 kg
Badan selama 2 bulan : 2,6%
Status gizi pasien sebagai berikut
𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑥 100 24 𝑥 100
% persentil LILA = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐿𝐼𝐿𝐴 = = 86,64 % (gizi baik)
27,7

Kesimpulan : berdasarkan dat antropometri diketahui status gizi pasien berdasarkan


%LILA status gizi baik.
Interpretasi status gizi berdasarkan %LILA
Gizi baik :> 85%
Gizi kurang : 70,1 – 84,9%
Gizi buruk : <70%
Sumber : WHO-NCHS

8. Pemeriksaan Fisik/Klinis (PD.1.1)


Kode Data Hasil
IDNT Fisik/Klinis
PD.1.1.1 Penampilan Kesadaran umum: lemah, composmetis
Keseluruhan
PD.1.1.2 Bahasa Tubuh Lemah, tetapi masih bisa diajak
komunikasi
PD. 1.1.5 Sistem Mual (+) Muntah (-) Sariawan (+)
Pencernaan
PD.1.1.6 Kepala dan mata Konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-)
PD 1.1.3 Sistem jantung Sesak nafas (+)
paru
PD 1.1.19 Tenggorokan Batuk (+)
dan menelan
PD.1.1.9 Vital sign Tekanan Darah = 110/60 mmHg
Nadi (rendah)
Suhu 80 ×/menit (normal)
Respirasi 36,6 oC (normal)
24×/menit ((normal))
Kesimpulan :
Berdasarkan pemeriksaan fisik/klinis pasien tampak lemas, mengalami sesak nafas dan
batuk, mual, sariawan, teakanan darah rendah, nadi, suhu, dan respirasi normal.
9. Biokimia (BD)
Kode Data Hasil Nilai Rujukan Ket
`IDNT Biokimia
BD.1.10.1 Hemoglobin 7,8 g/dl 12-15 g/dl Rendah
BD.1.11.1 Albumin 2,67 g/dl 3,40-5,00 Rendah
BD 1.10.2 Hematokrit 22,75% 35-49% Rendah
BD 1.10.3 MCV 83,2 fL 80-94 fL Normal
Leukosit 2,95 . 10 3 4,5-11,6 . Rendah
/uL 103/uL
Trombosit 128.10 /uL 150-450. 103/uL
3
Rendah
Eritrosit 2,73.103/uL 4-5,4/uL Rendah
PCO2 26,5 mmHg 35-45 mmHg Rendah
Sumber : Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito, 2019
Kesimpulan :
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, haemoglobin, albumin, leukosit, trombosit, eritrosit,
dan PCO2 rendah sedangkan MCV normal.

10. Terapi Medis dan Fungsi (ND)


Jenis Fungsi Efek samping Interaksi dengan zat
Obat/Tindakan gizi
Aspilet Untuk mengencerkan darah Berinteraksi dengan
atau untuk mencegah kafein
thrombosis
Tramadol Sebagai pereda nyeri Hindari konsumsi
bersamaan dengan
alkohol
Kalsium Mencegah dan mengobati Hindari penggunaan
defisiensi kalsium bersamaan dengan
suplementasi besi
methylprednisole Untuk mengobati arthritis Masalah dengan
penglihatan, sulit
tidur, kulit kering,
mual, sakit perut,
sakit kepala
Diclofenac sodium Digunakan sebagai terapi Dapat menyebabkan Perdarahan saluran
nyeri ringan hingga sedang, skait kepala, rasa cerna bila digunakan
membantu meredakan tanda kantuk,konstipasi bersama obat
dan gejala peenyakit atau diare antiinflamasi
rheumatoid arthritis nonsteroid
Miniaspi Mencegah pembekuan darah Rasa tak nyaman Perdarahan perut
pada lambung, mual meningkat jika
digunakan bersamaan
dengan alkohol atau
warfarin
Candistin drop Untuk mengobati sariawan di Diare, mual, muntah, Interaksi ringan bila
100000 IU/ml mulut gangguan digunakan bersamaan
gastrointestinal dengan produk ragi
Ceftriaxone inj 1 g Untuk mengobati berbagai Reaksi alergi, mual,
macam infeksi bakteri muntah
Jenis Fungsi Efek samping Interaksi dengan zat
Obat/Tindakan gizi
Na dicofenac Untuk meredakan nyeri sendi Nyeri lambung,
mual, pusing
Norephinephrine Untuk menangani tekanan Sakit kepala, gelisah
darah rendah
Octalbin inf 25% Pemeliharaan volume darah Ruam, gatal-gatal
yang menurun
Plasbumin 25% Serum parenteral yang Mual, muntah,
digunakan untuk hipoalbumin peningkatan air liur
Asam folat Asam folat berkolaborasi Kembung, sulit Tidak baik jika
dengan vitamin B12 dan tidur, mual dikonsumsi bersamaan
Vitamin C untuk membantu dengan teh
tubuh dalam memecah,
menggunakan, sekaligus
membentuk protein baru.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan USG Thorax pada pasien dan didapatkan efusi
pleura sinistra.
D. DIAGNOSIS GIZI
a. Domain Intake (NI)
NI 2.1
Asupan oral in adekuat berkaitan dengan mual dan sariawan yang dialami pasien
ditandai dengan asupan kurang yaitu energi 27,94%, protein 32,12%, lemak 29,33%
dan karbohidrat 27,26%.

E. INTERVENSI GIZI
1. NP – 1.1 Preskripsi Diet : Diet Lunak TETP
2. Bentuk : Lunak
3. Tujuan
a. Meningkatkan asupan makan hingga ≥ 50% kebutuhan
4. Prinsip/syarat Diet
a. Energi tinggi sesuai kebutuhan dengan penambahan 300 kkal/hari
b. Protein tinggi, 1 g/Kg BB dengan penambahan 20 g/hari
c. Lemak cukup, 25 % dari total energi
d. Karbohidrat cukup, 62% dari dari total energi
e. Zat besi cukup yaitu 27 mg/hari
5. Menghitung Kebutuhan Zat Gizi
a. Menghitung kebutuhan energi dengan Haris benedict
BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) –(4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 54) + (1,8 x 150) – (4,7 x 30)
= 655 + 518,4 + 270 – 141
= 1.302,4
Energi = BMR x fa x fs
= 1.302, 4 x 1,2 x 1,3
= 2031,74 kkal
Penambahan energi saat kehamilan trimester II = 300 kkal (AKG, 2013)
Energi total = 2.031,74 + 300 = 2.331,74 kkal
b. Protein = 1 g/Kg BB
= 1 x 54
= 54 gram (Meija, Laila, 2017)
Penambahan protein saat kehamilan trimester II = 20 g(AKG, 2013)
Total protein = 54 + 20 = 74 g
c. Lemak = 25% x total energy
= 25% x 2.331,74 kkal
= 582,93 kkal : 9
= 64,77 gram
d. Karbohidrat = Total energi – (Energi protein + Energi lemak)
= 2.331,74 kkal – ((74 x 4) + 582,93)
= 2.331,74 kkal – (296 + 582,93)
= 2.331,74 kkal – 878,93
= 1.451,8 : 4
= 363,2 gram
e. Zat besi = 27 mg (WHO)

ND.1 Pemberian Makanan dan Snack :


3 x makan utama dan 2 x selingan
ND.2.1.6 Rute = Oral

6. Implementasi
Kajian Diet di Rumah Sakit (Lunak TETP)
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Standar RS 1905,58 75,890 69 274
Kebutuhan 2.331,74 74 64,77 362,80
%standar/kebutuhan 81,72% 102,01% 106,53% 75,52%
Kesimpulan :
Standar diet RS sudah mencukupi kebutuhan (≥80%) (Depkes, 1999).
7. Rekomendasi Diet
Waktu Standar Diet Rumah Rekomendasi Standar
Sakit Diet
- BBN = 300 g - BBN = 300 g
- L.Hewani = 50 g - L.Hewani = 50 g
Makan
- L.Nabati = 25 g - L.Nabati = 25 g
Pagi
- Sayur = 100 g - Sayur = 100 g
- The manis =200 cc - The manis =200 cc
Selingan = 200
- BB kc Ijo = 200 cc - BB kc Ijo
Pagi cc
- BBN = 300 g
- BBN = 300 g
- L.Hewani = 50 g
- L.Hewani = 50 g
Makan - L.Nabati = 25 g
- L.Nabati = 25 g
Siang - Putih telur = 50 g
- Sayur = 100 g
- Sayur = 100 g
- Buah = 100 g
- Buah = 100 g
-Susu = 200
Selingan - Susu = 200 cc
cc
Siang - Snack = 1 ps - Snack = 1 ps
- BBN = 300 g - BBN = 300 g
- L.Hewani = 50 g - L.Hewani = 50 g
Makan - L.Nabati = 25 g - L.Nabati = 25 g
Malam - Putih telur = 50 g - Putih telur = 50 g
- Sayur = 100 g - Sayur = 100 g
- Buah = 100 g - Buah = 100 g
Nilai Gizi
Energi (kkal) 1905,58 1905,58
Protein (g) 75,90 75,90
Lemak (g) 69 69
KH (g) 274 274
Kesimpulan :
Pada rekomendasi, sudah sesuai dengan standar diet RS.
8. Edukasi Gizi (E.1)
E.1.1 Tujuan Edukasi
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada keluarga dan pasien mengenai
pentingnya meningkatkan asupan untuk menunjang kesehatan dan kualitas hidup
pasien
E.1.2 Prioritas Modifikasi
Pemberian diet TETP dalam bentuk lunak (bubur) untuk memenuhi kebutuhan
pasien
E.1.7 Media yang digunakan : Leaflet TETP, bahan penukar
E.1.7 Metode : Diskusi dan tanya jawab
E.1.7 Waktu dan tempat : Senin, 28 Oktober 2019 di ruang rawat inap (± 20 menit)

9. Koordinasi Asuhan Gizi (RC)


RC.1.4 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya, yaitu :
a. Dokter terkait penentuan diet pasien
b. Perawat terkait pemberian obat
c. Pramusaji terkait pergantian diet di billing system dan buku less pramusaji

10. Rencana Monitoring


Waktu
Hal yang diukur Target
pengukuran
Awal dan akhir BB Naik
Antropometri BB, LILA
kasus LILA tetap
Hemoglobin,
Sesuai jadwal Mendekati
Biokimia Albumin,Trombosit,
pemeriksaan normal
Eritrosit, PCO2
Kondisi Umum, Mendekati
Klinis/Fisik Setiap hari
tekanan darah, nadi, normal, nyeri
suhu, respirasi, sendi, mual,
nyeri sendi,mual, sesak, batuk ,
sesak,batuk, sariawan
sariawan berkurang
Energi, protein,
Asupan zat gizi Setiap hari ≥ 50% asupan
lemak, karbohidrat
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut

1. Antropometri
No. Tanggal LILA (cm) %LILA Status Gizi
1. 22/10/2019 24 86,64 Gizi baik
2. 28/10/2019 24 86,64 Gizi baik
Kesimpulan :
Dari hasil monitring pengukuran antropometri, hasil pengukuran LLA tidak mengalami
perubahan yang signifikan karena pada dasarnya LILA tidak dapat menentukan perubahan
status gizi dalam jangka pendek, terjadi peningkatan berat badan 1 kg dalam waktu 9 hari.

2. Biokimia
Hasil Pengamatan
Satua Nilai
Pemeriksaan 22 23 24 25 26 27 28 29/ 30/1 31/1
n Normal 21/10
/10 /10 /10 /10 /10 /10 /10 10 0 0
Hemoglob g/dl 12,0 – 7,8 - - 9
- 8,4 - 8,2 - - -
in 15,0
Albumin g/dl 3,4-5,0 2,67 - 2,6 - - - 2,42 - - - -
7
Hematokri % 35-49 22,7 - - - - 24,1 - - - 25,7
-
t
MCV fl 83,2 80-94 - - - - - - - - - -
Leukosit /ul 4,5- 2,95 - 3,0 - - - 3,90 - - - 3,26
11,6x 3
103
Trombosit /ul 150- 128x1 - 13 - - - 128 - - - 114
450x 03 3
103
Eritrosit /ul 4-5,4 2,73 x - - - - - 2,86 - - - 3,12
103
PCO2 mmHg 35-45 26,5 - - - - - - - - - -
Sumber : Data Rekam Medis Pasien 2019

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit yaitu pada
tanggal 21 Oktober, dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali pada tanggal 23, 27, dan
31 oktober. Diperoleh hasil pemeriksaan kadar Hb pasien pada tanggal 23 menggalami
peningkatan karena diberikan transfusi darah PRC 1 kolf. Hb pasien pada tanggal 31 juga
mengalami peningkatan karena diberikan transfusi darah PRC (Packed Red Cells) 1 kolf.
Penyebab anemia yang sering pada SLE adalah tertekannya
eritropoesis (hormon glikoprotein yang merupakan stimulan bagi eritropoiesis, sebuah
lintasan metabolisme yang menghasilkan eritrosit) akibat inflamasi kronik,merupakan jenis
yang paling sering (60 – 80%). Anemia ini bersifat normositik normokrom dengan jumlah
retikulosit yang relatif rendah (Evalina, Rita). Albumin mengalami penurunan karena
asupan makan pasien kurang, saat diberikan putih telur tidak dihabiskan. Hematocrit naik,
leukosit naik dan mengalami penurunan pada tanggal 30, trombosit mengalami
peningkatan pada tanggal 23 dan mengalami penurunan padan tanggal 27 dan 31.
Trombositopenia ringan ( 100.000 – 150.000 /mcL) ditemukan pada 25-50% pasien.
Trombositopenia < 50.000 /mcL ditemukan pada 10% pasien. Hal ini sering disebabkan
foleh destruksi trombosit mediasi imun (Evalina, Rita).
3. Klinis Fisik
Pemeriksa Hasil Pengamatan
an 25/10 26/10 27/10 28/10 29/10 30/10 31/10
22/10 23/10 24/10
Fisik
compos compos compos compos compo compos composm composm compos
Tingkat compo
mentis mentis mentis mentis smenti mentis entis entis mentis
kesadaran smentis s
√ √ √ √ √ √ √ √ berkura
Lemas √
ng
√ √ √ √ √ √ berkuran berkurang berkurang berkura
Sesak g ng
√ √ √ Ber Ber berkur Berku berkurang berkurang berkura
Mual kurang kurang ang rang ng
√ √ √ √ √ √ √ berkurang berkurang berkura
Sariawan ng
√ √ √ Berkura Berkuran Berkur berkuran berkurang berkurang berkurg
Batuk ng g ang g
Nyeri √ √ √ √ √ √ berk berkurang berkurang Berkura
sendi urang ng
Sumber : Data Rekam Medis Pasien 2019
Kesimpulan :
Dari hasil monitoring pemeriksaan fisik, keadaan pasien dari awal masuk sampai dengan
tanggal 31 masih dalam keadaan compos mentis, kondisi lemas sesak mulai berkurang,
mual mulai berkurang, sariawan berkurang, batuk mulai berkurang, dan nyeri sendi juga
sudah mulai berkurang.

Pemeriksaa Hasil Pengamatan


n Batas 22/10 23/10 24/10 25/10 26/10 27/10 28/10 29/10 30/10
Satuan
Klinis Normal

Tekanan 100/6 110/7 105/7 113/6 100/6 100/6 100/6


120/80 mm/Hg 95/58 98/70
Darah 9 0 0 2 0 0 5
Nadi 60-100 x/menit 98 100 95 100 102 89 100 95 95
Respirasi 20-24 x/menit 24 20 20 20 23 22 24 22 24
O
Suhu 36-37 C 36,6 36,8 36,6 36,8 37,4 36,6 36,7 36,9 37,1
Sumber : Data Rekam Medis Pasien 2019
Kesimpulan :
Dari data vital sign diatas dapat diketahui bahwa keadan klinis pasien tekanan darah selalu
dalam batas rendah, nadi normal tetapi pada tanggal 26 nadi cepat atau tinggi, respiras
normal dan suhu normal tetapi pada tanggal 26 dan 30 suhu mengalami peningkatan karena
gejala SLE dan infeksi saluran kemih.

4. Asupan Makan Pasien


Waktu E (kkal) P (g) L (g) KH (g) Fe (mg)
23/10 Total 4,6
asupan 853,7 38,3 27,9 114,1
24/10 Total 7
asupan 902,8 52,5 32,6 140,7
25/10 Total 7,4
asupan 1393,2 63,1 36,6 203,1
26/10 Total 6
asupan 1201,5 64,8 32,9 160,5
27/10 Total 11,2
asupan 1592,5 71,6 44,4 231,9
28/10 Total 9,6
asupan 1660 75 50 249,3
Rata-rata asupan 1.267,28 60,88 37,4 183,26 7,63
Kebutuhan 2331.74 74 64.77 362.8 27
% asupan 54,34 81,82 57,74 50,51 28,27
Keterangan Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Belum memenuhi
Sumber : Data Terolah 2019
Asupan Makan Pasien
120.00%

100.00%

80.00%

60.00%

40.00%

20.00%

0.00%
23-Oct 24-Oct 25-Oct 26-Oct 27-Oct 28-Oct

Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g) Fe

Kesimpulan :
Berdasarkan rata-rata hasil monitoring asupan makan pasien selama 6 hari diperoleh hasil
rata-rata asupan zat gizi makanan pasien sudah memenuhi asupan sebesar > 50% atau
sudah mencapai target. Pemenuhan asupan > 50% dikarenakan keadaan pasien yang lemas,
kehilangan nafsu makan, dan saat gejala SLE kambuh pasien tidak mau makan. Jika dilihat
dari table diatas terdapat kenaikan total asupan pada hari ke 3 dan kemudian asupan pada
hari keempat menurun karena pasien mengalami kesakitan nyeri sendi dan gejala SLE.
Asupan makan pasien kembali meningkat pada hari kelima dan keenam. Asupan makan
dari luar yaitu jus alpukat, bubur kacang hijau, telur asin, dan tempe goreng. Sesuai anjuran
dokter boleh dikonsumsi, karena diharapkan ada asupan yang masuk, karena pasien tidak
nafsu makan.
BAB IV
PENUTUP
A. Re-assesment
1. Berdasarkan LILA pasien adalah tetap, sehingga status gizi pasien berdasarkan
%LILA diperoleh hasil 86,64% dalam kategori gizi baik.
2. Berdasarkan rata-rata hasil monitoring asupan makan pasien selama 6 hari
diperoleh hasil rata-rata asupan zat gizi makanan pasien sudah memenuhi asupan
sebesar > 50% atau sudah mencapai target.
3. Berdasarkan pemeriksaan biokimia diketahui haemoglobin, erotrosit, dan
trombosit meningkat.
4. Berdasarkan hasil monitoring fisik/klinis mual berkurang, sesak nafas berkurang,
sariawan, batuk, dan nyeri sendi juga berkurang.
5. Berdasarkan hasil re assesment antropometri, fisik/klinis, biokimia, dan rata-rata
asupan makan pasien baik. Sariawan dan mual berkurang dan rata-rata asupan
makan sudah memenuhi target > 50% sehingga ditetapkan diagnosis gizi yaitu:
NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi berkaitan dengan peningkatan metabolism
pada kehamilan ditandai dengan kehamilan trimester II, kadar haemoglobin 8,2
g/dl, albumin 2,67 g/dl.
6. Intervensi
Jenis diet : TETP
Zat gizi yang penting: Energi 2.331,74 kkal dan Protein 74 g
Bentuk : Nasi
Route : Oral
Frekuensi : 3 kali makan 2 kali selingan
7. Monitoring dan Evaluasi

Waktu E (kkal) P (g) L (g) KH (g) Fe (mg)


29/10 Total 10,4
asupan 1927 82,5 53,65 345,9
30/10 Total 11,6
asupan 1825 79,1 49,13 286,1
31/10 Total 9,5
asupan 1860,2 80,4 52,97 288,5
Rata-rata asupan 1.870,7 80,6 51,91 306,83 10,5
Kebutuhan 2331.74 74.4 64.77 362.8 27
% asupan 80,22 108,3 80,15 84,57 38,88
Keterangan Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Belum Memenuhi

Berdasarkan hasil rata-rata asupan makan pasien dengan bentuk makanan biasa atau nasi
selama 3 hari diperoleh hasil rata-rata asupan zat gizi makanan pasien telah memenuhi
asupan > 80%.
B. Kesimpulan
1. Berdasarkan monitoring dan evaluasi asupan makan pasien >50%. Hal
tersebut berarti target pemenuhan asupan sudah tercapai sehingga dilalukan re
assesment.
2. Berdasarkan monitoring dan evaluasi pada re assesment, asupan makan pasien
meningkat mencapai > 80% sehingga target pemenuhan asupan pada re
assesment sudah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Vikneshwaran Muthusamy. 2017. Systemic Lupus Erimatosus. Fakultas Kedokteran Universitas


Udayana.
Savitri. 2005 dalam Fandika ayu risky,2016. Hubungan Keparahan Penyakit, aktivitas, dan
kualitas tidur Terhadap Kelelahan Pasien Systemic Lupus Erythematosus.Unnes Jurnal of
public health.
Prawirohardjo S, 2014 dalam Namira Khairani, 2018. Karakteristik Lupus Eritematosus Sistemik
Di RSUP DR. Kariadi Semarang. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
Anak Agung Ngurah Jaya Kusuma.2007. Lupus Eritematosus Sistemik Pada Kehamilan.
Janoudi N, Bardisi ES. Haematological Manifestations in Systemic Lupus Erythematosus.
Croatia. InTech. 2012: 363-393. 5. Levy DM, Kamphuis S. Systemic Lupus Erythematosus
in Children and Adolescents.Pediatr Clin North Am. 2012 April ; 59(2): 345–364.
Evalina, Rita. Kelainan Darah pada Systemic Lupus Erythematosus.Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai