Disusun Sebagai Persyaratan Praktik Kerja Lapangan Asuhan Gizi Klinik di RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta
Disusun Oleh:
Aisah Nur Rohmah
NIM P07131216010
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator PKL Instruktur Klinik,
Mengetahui,
Ka. Instalasi Gizi,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus Mendalam di Bangsal Dahlia 4 RSUP
Dr. Sardjito ini. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktek
Kerja Lapangan Bidang Gizi Klinik. Dalam menyusun laporan ini, kami mendapatkan bantuan,
dukungan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Joko Susilo, SKM, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. I Made Alit Gunawan, MS, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Agus Wijanarka, S.Si.T, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan
Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
4. Ibu Retno Pangastuti DCN, M.Kes selaku Kepala Instalasi Gizi RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta.
5. Ibu Hesti Winarti, S.SiT selaku Koordinator Praktik Kerja Lapangan (PKL) Bidang Gizi
Klinik RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
6. Ahli gizi di RSUP Dr. Sardjito
7. Seluruh staf dan karyawan instalasi gizi RSUP Dr Sardjito
8. Orangtua tercinta dan keluarga yang telah banyak memeberikan bantuan moral dan
materiil, serta
9. Teman-teman Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Yogyakarta yang
saling memberikan dukungan satu sama lain.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun pada
jaringan ikat. Autoimun berarti bahwa sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri.
Pada SLE ini, sistem imun terutama menyerang inti sel (Matt, 2003). Gejala awalnya
sering memberikan keluhan rasa nyeri di persendian. Selain itu,seluruh organ pun tubuh
terasa sakit bahkan terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah
berkepanjangan dan sensitif terhadap sinar matahari. Umumnya LES lebih banyak
menyerang wanita dibandingkan laki-laki dengan rasio 5:1. Penyakit ini juga menyerang
wanita pada usia reproduksi antara 15-40 tahun. Berdasarkan hal tersebut, terdapat
peningkatan kejadian kehamilan dengan LES ini. Pada SLE ini sel tubuh sendiri dikenali
sebagai antigen. Target antibodi pada LES ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti
sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat
berbagai macam sel yang dikenali sebagai antigen maka akan muncul berbagai macam
otoantibodi pada penderita SLE.
Data antara tahun 1988-1990 di Indonesia, insidensi rata-rata penyandang SLE
adalah sebesar 37,7 per 10.000 perawatan dan cenderung meningkat dalam dua dekade
terakhir. Jumlah penderita SLE di Indonesia cenderung meningkat. Berdasarkan data
tahun 2002, Yayasan Lupus Indonesia mencatat 1.700 orang dan pada tahun 2007
berjumlah 8.672 penderita SLE, dengan 90 % wanita (Savitri, 2005). Tahun 2014 yang
tercatat menurut Yayasan Lupus Indonesia Panggon Kupu Semarang yaitu 58 orang.
Pada SLE ini sel tubuh sendiri dikenali sebagai antigen. Target antibodi pada LES
ini adalah sel beserta komponennya yaitu inti sel, dinding sel, sitoplasma dan partikel
nukleoprotein. Karena didalam tubuh terdapat berbagai macam sel yang dikenali sebagai
antigen maka akan muncul berbagai macam otoantibodi pada penderita SLE. Pasien
dengan SLE lebih membutuhkan istirahat selama penyakitnya aktif. Penelitian
melaporkan bahwa kualitas tidur yang buruk adalah faktor yang signifikan dalam
menyebabkan kelelahan pada pasien dengan SLE.
Dukungan nutrisi bagi ibu hamil dengan SLE ini sangat dibutuhkan guna
memberikan asupan makan yang berkualitas utuk pertumbuhan janin dan untuk
memberikan pertahanan tubuh agar lebih kuat pada saat terjadi gejala sistemik dari SLE.
Terapi gizi adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis yang harus
diperhatikan agar pemberiannya tepat dan tidak melebihi kemampuan organ tubuh dalam
melakukan metabolisme. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai
dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
Salah satu kasus yang ada di rawat inap (IRNA 1) bangsal Dahlia 4 yaitu pasien
Susp SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik Normotomik, G2P1A0, Server
Infeksi Saluran Kemih.
Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai salah satu kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dilakukan studi kasus mengenai
“Asuhan Gizi Pada Pasien Susp SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia Normositik
Normotomik, G2P1A0, Server Infeksi Saluran Kemih Di Bangsal Dahlia 4 RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta.”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan gizi pada suspect SLE, Efusi Pleura Sinistra, Anemia
Normositik, Normotomik, G2P1A0 di Bangsal Dahlia 4 RSUP DR. Sardjito
Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan skrining
b. Melaksanakan assessment gizi
c. Merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi intervensi gizi untuk
pasien
d. Merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan mengevaluasi monitoring dan
evaluasi gizi untuk pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Skrining
a. Skrining Awal
No Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah IMT < 20,5 ? √
2 Apakah pasien kehilangan BB √
dalam 3 bulan terakhir ?
3 Apakah asupan makanan pasien √
menurun 1 minggu terakhir ?
4 Apakah pasien dengan penyakit √
berat? (ICU)
b. Skrining Lanjut I
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor=0) Status gizi normal
Ringan (Skor=1) Kehilangan BB>5% dalamm 3 bulan atau asupan 50-75%
dari kebutuhan
Sedang (Skor=2) Kehilangan BB>5% dalam 2 bulan atau IMT 18,5-20,5
atau asupan 25-50% dari kebutuhan
Berat (Skor=3) Kehilanagan BB>5% dalam 1 bulan
( >15% dalam 3 bulan ) atau IMT <18,5
Atau asupan 0-25% dari kebutuhan
c. Skrining Lanjut II
Risiko Gizi Kriteria
Absen (Skor=0) Kebutuhan gizi normal
Ringan (Skor=1) Fraktur, Pasien kronik (Sirosis Hati.
COPD, HD Rutin, DM, Kanker)
Sedang (Skor=2) Bedah mayor, Stroke, Pneumonia
berat, Kanker darah
Berat (Skor=3) Cidera kepala, Transplantasi
Sumsusm, Paisen ICU
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil skrining gizi diperoleh hasil total skor 3. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasien memiliki resiko terkait penyakit yang dialami pasien sehingga
membutuhkan terapi gizi khusus untuk pasien.
C. Assesment Gizi
CH 2.1 Keluhan Pasien Nyeri sendi (+) sejak 4 bulan, sesak (+), batuk
(+), lemas (+)
CH. 2.1.5 Gastrointestinal Mual (+) Muntah (-) Sariawan (+)
CH. 2.1.8 Imun/Alergi Alergi makanan (-)
makanan
CH.2.2 Perawatan Pernah dirawat di PKU Wonosobo terkait
DBD
Pernah dirawat di RS I Wonosobo terkait
demam typoid
Pernah dirawat di RS Ngesti Waluyo terkait
reumatid arthritis
CH. 3.1 Riwayat sosial/ Pekerjaan : Ibu rumah tangga
ekonomi Agama : Islam
Sumber : Data Rekam Medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2019
3. Riwayat Makan (FH)
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
FH.2.1 Riwayat Makan ±1MSMRS
MP: nasi 2-3x/hari @ 1 ctg (100 g)
LH : telur ayam 1-2x/mgg @ 1 btr (60 g), ayam
1-2x/mgg @ 1 ptg ( 50 g)
LN: tempe 2-3x/mgg @ 1ptg (25 g), tahu 2-
3x/mgg @1 bh(25 g)
Sayur : bayam 2-3x/mgg @ 2 sdm (20 g),
kangkung 2-3x/mgg @ 2 sdm (20 g)
Buah : jeruk 2-3x/mgg @ 1 bh (100 g), pisang
2-3x/mgg @ 1 bh(100 g)
Susu 1x/hari @ 1gls (200 ml)
Snack: biscuit 2-3x/minggu @1-2 bh (20 g)
7. Antropometri (AD.1.1)
Kode Jenis Data Keterangan
IDNT
AD.1.1.1 Tinggi Badan 150,10 cm (Estimasi dengan ULNA
23 cm)
AD.1.1.2 Berat Badan 54 kg, LILA: 24 cm
AD.1.1.4 Perubahan Berat Terjadi penurunan berat badan 3 kg
Badan selama 2 bulan : 2,6%
Status gizi pasien sebagai berikut
𝐿𝐼𝐿𝐴 𝑥 100 24 𝑥 100
% persentil LILA = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐿𝐼𝐿𝐴 = = 86,64 % (gizi baik)
27,7
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan USG Thorax pada pasien dan didapatkan efusi
pleura sinistra.
D. DIAGNOSIS GIZI
a. Domain Intake (NI)
NI 2.1
Asupan oral in adekuat berkaitan dengan mual dan sariawan yang dialami pasien
ditandai dengan asupan kurang yaitu energi 27,94%, protein 32,12%, lemak 29,33%
dan karbohidrat 27,26%.
E. INTERVENSI GIZI
1. NP – 1.1 Preskripsi Diet : Diet Lunak TETP
2. Bentuk : Lunak
3. Tujuan
a. Meningkatkan asupan makan hingga ≥ 50% kebutuhan
4. Prinsip/syarat Diet
a. Energi tinggi sesuai kebutuhan dengan penambahan 300 kkal/hari
b. Protein tinggi, 1 g/Kg BB dengan penambahan 20 g/hari
c. Lemak cukup, 25 % dari total energi
d. Karbohidrat cukup, 62% dari dari total energi
e. Zat besi cukup yaitu 27 mg/hari
5. Menghitung Kebutuhan Zat Gizi
a. Menghitung kebutuhan energi dengan Haris benedict
BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) –(4,7 x U)
= 655 + (9,6 x 54) + (1,8 x 150) – (4,7 x 30)
= 655 + 518,4 + 270 – 141
= 1.302,4
Energi = BMR x fa x fs
= 1.302, 4 x 1,2 x 1,3
= 2031,74 kkal
Penambahan energi saat kehamilan trimester II = 300 kkal (AKG, 2013)
Energi total = 2.031,74 + 300 = 2.331,74 kkal
b. Protein = 1 g/Kg BB
= 1 x 54
= 54 gram (Meija, Laila, 2017)
Penambahan protein saat kehamilan trimester II = 20 g(AKG, 2013)
Total protein = 54 + 20 = 74 g
c. Lemak = 25% x total energy
= 25% x 2.331,74 kkal
= 582,93 kkal : 9
= 64,77 gram
d. Karbohidrat = Total energi – (Energi protein + Energi lemak)
= 2.331,74 kkal – ((74 x 4) + 582,93)
= 2.331,74 kkal – (296 + 582,93)
= 2.331,74 kkal – 878,93
= 1.451,8 : 4
= 363,2 gram
e. Zat besi = 27 mg (WHO)
6. Implementasi
Kajian Diet di Rumah Sakit (Lunak TETP)
Energi Protein Lemak Karbohidrat
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Standar RS 1905,58 75,890 69 274
Kebutuhan 2.331,74 74 64,77 362,80
%standar/kebutuhan 81,72% 102,01% 106,53% 75,52%
Kesimpulan :
Standar diet RS sudah mencukupi kebutuhan (≥80%) (Depkes, 1999).
7. Rekomendasi Diet
Waktu Standar Diet Rumah Rekomendasi Standar
Sakit Diet
- BBN = 300 g - BBN = 300 g
- L.Hewani = 50 g - L.Hewani = 50 g
Makan
- L.Nabati = 25 g - L.Nabati = 25 g
Pagi
- Sayur = 100 g - Sayur = 100 g
- The manis =200 cc - The manis =200 cc
Selingan = 200
- BB kc Ijo = 200 cc - BB kc Ijo
Pagi cc
- BBN = 300 g
- BBN = 300 g
- L.Hewani = 50 g
- L.Hewani = 50 g
Makan - L.Nabati = 25 g
- L.Nabati = 25 g
Siang - Putih telur = 50 g
- Sayur = 100 g
- Sayur = 100 g
- Buah = 100 g
- Buah = 100 g
-Susu = 200
Selingan - Susu = 200 cc
cc
Siang - Snack = 1 ps - Snack = 1 ps
- BBN = 300 g - BBN = 300 g
- L.Hewani = 50 g - L.Hewani = 50 g
Makan - L.Nabati = 25 g - L.Nabati = 25 g
Malam - Putih telur = 50 g - Putih telur = 50 g
- Sayur = 100 g - Sayur = 100 g
- Buah = 100 g - Buah = 100 g
Nilai Gizi
Energi (kkal) 1905,58 1905,58
Protein (g) 75,90 75,90
Lemak (g) 69 69
KH (g) 274 274
Kesimpulan :
Pada rekomendasi, sudah sesuai dengan standar diet RS.
8. Edukasi Gizi (E.1)
E.1.1 Tujuan Edukasi
Memberikan pengetahuan dan informasi kepada keluarga dan pasien mengenai
pentingnya meningkatkan asupan untuk menunjang kesehatan dan kualitas hidup
pasien
E.1.2 Prioritas Modifikasi
Pemberian diet TETP dalam bentuk lunak (bubur) untuk memenuhi kebutuhan
pasien
E.1.7 Media yang digunakan : Leaflet TETP, bahan penukar
E.1.7 Metode : Diskusi dan tanya jawab
E.1.7 Waktu dan tempat : Senin, 28 Oktober 2019 di ruang rawat inap (± 20 menit)
1. Antropometri
No. Tanggal LILA (cm) %LILA Status Gizi
1. 22/10/2019 24 86,64 Gizi baik
2. 28/10/2019 24 86,64 Gizi baik
Kesimpulan :
Dari hasil monitring pengukuran antropometri, hasil pengukuran LLA tidak mengalami
perubahan yang signifikan karena pada dasarnya LILA tidak dapat menentukan perubahan
status gizi dalam jangka pendek, terjadi peningkatan berat badan 1 kg dalam waktu 9 hari.
2. Biokimia
Hasil Pengamatan
Satua Nilai
Pemeriksaan 22 23 24 25 26 27 28 29/ 30/1 31/1
n Normal 21/10
/10 /10 /10 /10 /10 /10 /10 10 0 0
Hemoglob g/dl 12,0 – 7,8 - - 9
- 8,4 - 8,2 - - -
in 15,0
Albumin g/dl 3,4-5,0 2,67 - 2,6 - - - 2,42 - - - -
7
Hematokri % 35-49 22,7 - - - - 24,1 - - - 25,7
-
t
MCV fl 83,2 80-94 - - - - - - - - - -
Leukosit /ul 4,5- 2,95 - 3,0 - - - 3,90 - - - 3,26
11,6x 3
103
Trombosit /ul 150- 128x1 - 13 - - - 128 - - - 114
450x 03 3
103
Eritrosit /ul 4-5,4 2,73 x - - - - - 2,86 - - - 3,12
103
PCO2 mmHg 35-45 26,5 - - - - - - - - - -
Sumber : Data Rekam Medis Pasien 2019
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan sejak pasien masuk rumah sakit yaitu pada
tanggal 21 Oktober, dilakukan pemeriksaan laboratorium kembali pada tanggal 23, 27, dan
31 oktober. Diperoleh hasil pemeriksaan kadar Hb pasien pada tanggal 23 menggalami
peningkatan karena diberikan transfusi darah PRC 1 kolf. Hb pasien pada tanggal 31 juga
mengalami peningkatan karena diberikan transfusi darah PRC (Packed Red Cells) 1 kolf.
Penyebab anemia yang sering pada SLE adalah tertekannya
eritropoesis (hormon glikoprotein yang merupakan stimulan bagi eritropoiesis, sebuah
lintasan metabolisme yang menghasilkan eritrosit) akibat inflamasi kronik,merupakan jenis
yang paling sering (60 – 80%). Anemia ini bersifat normositik normokrom dengan jumlah
retikulosit yang relatif rendah (Evalina, Rita). Albumin mengalami penurunan karena
asupan makan pasien kurang, saat diberikan putih telur tidak dihabiskan. Hematocrit naik,
leukosit naik dan mengalami penurunan pada tanggal 30, trombosit mengalami
peningkatan pada tanggal 23 dan mengalami penurunan padan tanggal 27 dan 31.
Trombositopenia ringan ( 100.000 – 150.000 /mcL) ditemukan pada 25-50% pasien.
Trombositopenia < 50.000 /mcL ditemukan pada 10% pasien. Hal ini sering disebabkan
foleh destruksi trombosit mediasi imun (Evalina, Rita).
3. Klinis Fisik
Pemeriksa Hasil Pengamatan
an 25/10 26/10 27/10 28/10 29/10 30/10 31/10
22/10 23/10 24/10
Fisik
compos compos compos compos compo compos composm composm compos
Tingkat compo
mentis mentis mentis mentis smenti mentis entis entis mentis
kesadaran smentis s
√ √ √ √ √ √ √ √ berkura
Lemas √
ng
√ √ √ √ √ √ berkuran berkurang berkurang berkura
Sesak g ng
√ √ √ Ber Ber berkur Berku berkurang berkurang berkura
Mual kurang kurang ang rang ng
√ √ √ √ √ √ √ berkurang berkurang berkura
Sariawan ng
√ √ √ Berkura Berkuran Berkur berkuran berkurang berkurang berkurg
Batuk ng g ang g
Nyeri √ √ √ √ √ √ berk berkurang berkurang Berkura
sendi urang ng
Sumber : Data Rekam Medis Pasien 2019
Kesimpulan :
Dari hasil monitoring pemeriksaan fisik, keadaan pasien dari awal masuk sampai dengan
tanggal 31 masih dalam keadaan compos mentis, kondisi lemas sesak mulai berkurang,
mual mulai berkurang, sariawan berkurang, batuk mulai berkurang, dan nyeri sendi juga
sudah mulai berkurang.
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
23-Oct 24-Oct 25-Oct 26-Oct 27-Oct 28-Oct
Kesimpulan :
Berdasarkan rata-rata hasil monitoring asupan makan pasien selama 6 hari diperoleh hasil
rata-rata asupan zat gizi makanan pasien sudah memenuhi asupan sebesar > 50% atau
sudah mencapai target. Pemenuhan asupan > 50% dikarenakan keadaan pasien yang lemas,
kehilangan nafsu makan, dan saat gejala SLE kambuh pasien tidak mau makan. Jika dilihat
dari table diatas terdapat kenaikan total asupan pada hari ke 3 dan kemudian asupan pada
hari keempat menurun karena pasien mengalami kesakitan nyeri sendi dan gejala SLE.
Asupan makan pasien kembali meningkat pada hari kelima dan keenam. Asupan makan
dari luar yaitu jus alpukat, bubur kacang hijau, telur asin, dan tempe goreng. Sesuai anjuran
dokter boleh dikonsumsi, karena diharapkan ada asupan yang masuk, karena pasien tidak
nafsu makan.
BAB IV
PENUTUP
A. Re-assesment
1. Berdasarkan LILA pasien adalah tetap, sehingga status gizi pasien berdasarkan
%LILA diperoleh hasil 86,64% dalam kategori gizi baik.
2. Berdasarkan rata-rata hasil monitoring asupan makan pasien selama 6 hari
diperoleh hasil rata-rata asupan zat gizi makanan pasien sudah memenuhi asupan
sebesar > 50% atau sudah mencapai target.
3. Berdasarkan pemeriksaan biokimia diketahui haemoglobin, erotrosit, dan
trombosit meningkat.
4. Berdasarkan hasil monitoring fisik/klinis mual berkurang, sesak nafas berkurang,
sariawan, batuk, dan nyeri sendi juga berkurang.
5. Berdasarkan hasil re assesment antropometri, fisik/klinis, biokimia, dan rata-rata
asupan makan pasien baik. Sariawan dan mual berkurang dan rata-rata asupan
makan sudah memenuhi target > 50% sehingga ditetapkan diagnosis gizi yaitu:
NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi berkaitan dengan peningkatan metabolism
pada kehamilan ditandai dengan kehamilan trimester II, kadar haemoglobin 8,2
g/dl, albumin 2,67 g/dl.
6. Intervensi
Jenis diet : TETP
Zat gizi yang penting: Energi 2.331,74 kkal dan Protein 74 g
Bentuk : Nasi
Route : Oral
Frekuensi : 3 kali makan 2 kali selingan
7. Monitoring dan Evaluasi
Berdasarkan hasil rata-rata asupan makan pasien dengan bentuk makanan biasa atau nasi
selama 3 hari diperoleh hasil rata-rata asupan zat gizi makanan pasien telah memenuhi
asupan > 80%.
B. Kesimpulan
1. Berdasarkan monitoring dan evaluasi asupan makan pasien >50%. Hal
tersebut berarti target pemenuhan asupan sudah tercapai sehingga dilalukan re
assesment.
2. Berdasarkan monitoring dan evaluasi pada re assesment, asupan makan pasien
meningkat mencapai > 80% sehingga target pemenuhan asupan pada re
assesment sudah tercapai.
DAFTAR PUSTAKA