DISUSUN OLEH :
NIM. P0731521015
JURUSAN GIZI
2022
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme
tubuh. Kondisi gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien yang semakin memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. (Kemenkes, 2013)
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi klinis
yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ tubuh
untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Pemberian diet pasien harus dimonitoring dan
dievaluasi sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium,
baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan
masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit merupakan tanggung jawab tenaga
kesehatan, terutama tenaga gizi. (Kemenkes, 2013)
Oleh karena itu, peran pelayanan gizi dalam pemulihan kondisi pasien ini sangat
diperlukan agar penyakit pasien dapat teratasi dengan tepat. Sehingga diperlukan
pengkajian lebih mendalam mengenai penatalaksanaan diet pada pasien kritis yang
didiagnosa Diabetes Melitus , Sepsis, Susp Raynaud’s Phnomena, Vaskulistis Et Causa
Susp Auto Imune Disease, Obstruksi Lekositosis dan Trombositosis, Hiperkalemia.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mampu melaksanakan pelayanan gizi dan penatalaksanaan diet pada pasien
penyakit kritis Diabetes Melitus , Sepsis, Susp Raynaud’s Phnomena, Vaskulistis
Et Causa Susp Auto Imune Disease, Obstruksi Lekositosis dan Trombositosis,
Hiperkalemia di Bangsal LK3DB Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu menginterpreasikan data subjektif dan objektif pada pasien
dengan penyakit Diabetes Melitus , Sepsis, Susp Raynaud’s Phnomena,
Vaskulistis Et Causa Susp Auto Imune Disease, Obstruksi Lekositosis dan
Trombositosis, Hiperkalemia
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah gizi dan menganalisis tingkat
resiko gizi pada pasien dengan penyakit Diabetes Melitus , Sepsis, Susp
Raynaud’s Phnomena, Vaskulistis Et Causa Susp Auto Imune Disease,
Obstruksi Lekositosis dan Trombositosis, Hiperkalemia
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnose gizi pada pasien dengan penyakit
Diabetes Melitus , Sepsis, Susp Raynaud’s Phnomena, Vaskulistis Et Causa
Susp Auto Imune Disease, Obstruksi Lekositosis dan Trombositosis,
Hiperkalemia
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi (rencana dan implementasi asuhan
gizi) pada pasien dengan penyakit Diabetes Melitus , Sepsis, Susp Raynaud’s
Phnomena, Vaskulistis Et Causa Susp Auto Imune Disease, Obstruksi
Lekositosis dan Trombositosis, Hiperkalemia
e. Mahasiswa mampu memonitoring dan mengevaluasi diet yang telah diberikan
serta evaluasi pemeriksaan antropometri, fisik, klinis dan laboratorium.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar
glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia menjadi salah satu tanda khas
penyakit diabetes melitus, meskipun juga mungin didapatkan pada beberapa keadaan lain
(Perkeni, 2015).
1. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes mellitus berdasarkan klasifikasi etiologis (Perkeni, 2015),
yaitu:
a. Diabetes Mellitus tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas. kerusakan
ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut.
Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
b. Diabetes Mellitus tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin
dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga
menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga
dapat terjadi secara relatif pada penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk
menjadi defisiensi insulin absolut.
c. Diabetes Mellitus tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh
defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin
pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi
dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
d. Diabetes Mellitus tipe gestasional
Diabetes melitus tipe gestasional adalah penyakit gangguan metabolik yang
ditandai oleh kenaikan gula darah yang terjadi pada wanita hamil, biasanya terjadi
pada usia 24 minggu masa kehamilan, dan setelah melahirkan kadar gula darah
kembali normal.
2. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara: 1. Jika keluhan klasik
ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL atau 2. glukosa
plasma puasa ≥ 126 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. 3. Tes
toleransi glukosa oral (TTGO). Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria
normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke
dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT). Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO
didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 –199 mg/dL. Diagnosis
GDPT pula ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan
antara 100 – 125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL
(Perkeni, 2015).
Namun, Raynaud Phenomen juga dapat menjadi penyebab sekunder dari sejumlah
besar penyakit/kondisi yang berbeda termasuk: penyakit jaringan ikat (terutama sklerosis
sistemik (SSc), sindrom getaran tangan (vibration white finger), kompresi vaskular
ekstrinsik (termasuk tulang rusuk servikal), penyebab pembuluh darah besar lainnya,
penyakit intravaskular termasuk yang terkait dengan peningkatan viskositas dan obat-
obatan tertentu (termasuk beta-blocker, beberapa agen kemoterapi dan stimulan
(misalnya methylphenidate).
2. Patogenesis
Kode
Jenis Data Keterangan
IDNT
FH.2.1 Riwayat Diet Makanan Pokok
(pola makan) Nasi 3x/hr @2ctg
Singkong 1x/mgg @1ptg
Lauk Hewani
Daging ayam 3x/mgg @1ptg (disuir), telur ayam ceplok
1x/hr, ikan lele 4x/mgg @1ekor
Pengolahan : dirbeus, digoreng
Lauk Nabati
-
Sayur
Wortel 3x/mgg @1sdm, kangkung 1x/mgg @3sdm,
lalapan pecel lele (kol, timun) @10gr
Pengolahan : oseng, dilalap
Buah
-
Camilan
Roti kukus 2x/mgg @3bh
Arem-arem 2x/hr @2bh
Minuman
Air putih 10 gls
Teh 3x/hari @gula 2sdm
1. SQFFQ :
Antropometri (AD.1.1)
PemeriksaanFisik/Klinis (PD.1.1)
Hasil
Kode Pemeriksaan Nilai
Pengamatan
IDNT Klinis Rujukan
21/02/2022
Natrium 136 – 142 134
Kalium 3.5 – 5.1 3,3
Hemoglobin 13,5 – 16,5 9,7
Albumin 3,4 – 4,8 3,9
Ureum 10 – 50 57
Creatinin 0.7 – 1.2 4,36
Kesimpulan : Kadar natrium rendah yang menandakan pasien mengalami hiponatremi,
kalium rendah yang menandakan pasien mengalami hipokalemi, hemoglobin dan albumin
rendah menandakan pasien mengalami anemia dan hipoalbumin, ureum dan kreatinin tinggi
menandakan ada kerusakan pada ginjal pasien.
E. Diagnosis Gizi
1. Domain Intake
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein berkaitan CKD stage V ditandai dengan HD
rutin 2x seminggu, albumin rendah dan hemoglobin rendah.
DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI
P Peningkatan kebutuhan protein Tujuan : Memberikan asupan
makanan oral tinggi protein
sesuai dengan kebutuhan,
kemampuan dan daya terima
pasien
E CKD stage V Pemberian makanan oral tinggi
protein
S HD rutin 2x seminggu, albumin -
rendah dan hemoglobin rendah.
NI.2.1 Asupan makanan dan minuman oral tidak adekuat berkaitan dengan penurunan
kemampuan untuk konsumsi energy cukup, sulit menggigit/mengunyah ditandai oleh
asupan oral (energy, protein, lemak, KH) kurang (<80%).
DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI
P Asupan makanan dan minuman oral Tujuan : Memberikan asupan
tidak adekuat makanan adekuat susai
dengan kebutuhan dan
kemampuan pasien
E Penurunan kemampuan untuk Dengan bentuk lunak
konsumsi energy cukup, sulit
menggigit/mengunyah
S asupan oral (energy, protein, lemak, Membatu meningkatkan asupan
KH) kurang (<80%). makanan
F. IntervensiGizi
1. Tujuan
- Membantu Meningkatkan asupan oral pasien secara bertahap >80%
- Memberikan asupan makanan tinggi protein untuk membantu meningkatkan
hemoglobin, dan percepatan pemulihan pasca hemodialisis.
2. Preskripsi Diet
Pemberian Makanan dan Selingan (ND.1)
a. ND.1.1 : Jenis DIIT : HD III 70 gr protein
b. ND.1.2.1 : Bentuk Makanan : TIM Lunak
c. ND.1.5 Route : Oral
d. ND.1.3 jadwal/Frekuensi Pemberian : 3x makan utama, 2x makan selingan
e. Energi : 1950 kkal
f. Protein : 78 gram (16% dari kebutuhan energi total
g. Lemak : 54,2gram (25% dari kebutuhan energi total).
h. Karbohidrat : 273 gram (54% dari kebutuhan energi total
3. Implementasi Diet Rumah Sakit (Standar diet : Tim HD III 70 gr protein)
4. Rekomendasi Diet
H. Rencana Monitoring
Waktu
Anamnesis Hal Yang diukur Evaluasi/Target
Pengukuran
Antropometri Tidak diukur Tidak diukur Tidak diukur
Hemoglobin, albumin,
Setiap ada
Biokimia ureum, kreatinin, Membaik/Normal
pemeriksaan
Natrium, Kalium
KU, Setiap ada
Klinis/fisik Nyeri Berkurang
Tekanan Darah pemeriksaan
Asupan terpenuhi
Dietary Asupan makan Setiap hari
80 – 100%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 22 – 14 januari 2022. Aspek
yang dimonitoring dan evaluasi yang dilakukan meliputi antropometri, biokimia, fisik/klinis,
dietary history dan lain-lain. Berikut hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan :
A. Skrinning
Pasien yang diskrining adalah pasien berjenis kelamin laki-laki usia 70 tahun
yang datang ke RS Panti Rapih Yogyakarta pada tanggal 21 Februari 2022 dengan
keadaan fracture compelementa. Dilakukan screening menggunakan form MNA-SF
pada tanggal 22 Februari 2022 dan didapatkan 8, sehingga dapat disimpulkan pasien
beresiko gizi dan membutuhkan rencana asuhan gizi.
B. Antropometri
Hasil
Kode Pemeriksaan Nilai
Pengamatan
IDNT Klinis Rujukan
22/02/2022
Natrium 136 – 142 132
Kalium 3.5 – 5.1 3
Hemoglobin 13,5 – 16,5 9,5
Albumin 3,4 – 4,8 -
Ureum 10 – 50 26
Creatinin 0.7 – 1.2 2,40
D. Klinis/Fisik
Tidak seperti pada data biokimia, untuk data klinis/fisik dapat dimonitoring setiap
hari. Kesadaran pasien dari awal pengambilan kasus yaitu 22 – 23 february 2022 dalam
composmentis. Selain kesadaran, ada beberapa vital sign pasien yang terpantau, berikut
adalah hasil pemantauan vital sign pasien :
Jenis Tanggal monitoring
pemeriksaan 23/02/2022 24/02/2022
Kaki nyeri Kaki nyeri
KU
Gelisah Gelisah
Tekanan Darah 178/99 (Tinggi) 134/62(Tinggi)
Urine Output 110 cc 25 cc
Berdasarkan hasil pemantauan fisik dan klinis pasien, diketahui bahwa pasien
mengalami nyeri pada kedua kaki, nyeri yang dirasakan selalu terasa, dan keadaan
pasienpun semakin gelisah dan masih suka berteriak-teriak. Urine output pasien sangat
sedikit karena kondisi ginjal pasien yang sudah mengalami gangguan berat.
E. Dietary History
Berikut adalah tabel hasil monitoring asupan makan pasien selama 3 hari di rumah
sakit :
Asupan Oral
321,8 14,4 12,8 38
(22/02/2022)
Asupan Oral
0 0 0 0
(23/02/2022)
% Asupan 0% 0% 0% 0%
18.5% 20.0%
16.5%
Energi
13.9% 15.0% Protein
Lemak
Karbohidrat
10.0%
5.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
0.0%
American Heart Association. (2012). Heart Disease And Stroke Statistic. Diperoleh pada
Tinggi Lemak Terhadap Penur7nan CO2 Darah Dan erbaikan Resirasi Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Di Rumah Sakit Imanuel Bandung, Volume 2, pp.
Hellermann, J. P., Goraya, T. Y., Jacobsen, S. J., Weston, S. A., Reeder, G. S., Gersh, B. J.,
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta: Badan Penelitian dan
Mann, D.L., 2008. Heart Failure and Cor Pulmonale. In: Fauci, A.S., et al., Ed. Harrison’s
Principles of Internal Medicine. Volume 2. 17th ed. USA: McGrawHill, 1443. Mann,
D.L. 2010. Heart Failure and Cor Pulmonale. In : Harrison’s Cardiovascular
Parker, et al. (2008). Heart Failure dalam Dipiro et al. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Arif, Muttaqin., 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999; Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi