Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular
akan menjadi penyebab terbanyak kasus kematian di seluruh dunia. Di Indonesia,
penyakit gagal jantung kongestif telah menjadi pembunuh nomor satu. Gagal
jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan struktural
ataupun fungsional jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan pengisian
ventrikel dan ejeksi darah ke seluruh tubuh (AHA, 2014)
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel
tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk
dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat dan
dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.
Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam. Hal
ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh seperti
tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi bengkak
(Udjianti, 2010).
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
ventrikel berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat
meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua ruang
jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium
pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika
kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel. Cardiac
output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi peningkatan
tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan dijalarkan ke kedua
atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru
atau edema sistemik.
Penyakit degeneratif menjadi salah satu kekhawatiran masyarakat di era
modern saat ini. Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang sulit untuk
diobati, ditandai dengan adanya degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi oleh
gaya hidup. Salah satu penyakit degeneratif yang sering dijumpai di masyarakat
adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus merupakan penyakit yang memerlukan
upaya penanganan khusus, tepat, dan serius (Rahmadiliyani dan Muhlisin 2008).
Diabetes melitus adalah penyakit degeneratif akibat gangguan metabolisme
dalam tubuh yang dicirikan oleh hiperglikemia karena adanya gangguan sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya (ADA 2004).
Terdapat beberapa jenis diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1,
diabetes melitus tipe 2, dan diabetes melitus gestasional. Jenis diabetes melitus
yang paling banyak diderita adalah diabetes melitus tipe 2. Diabetes melitus tipe
2 adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan glukosa
darah akibat adanya gangguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Trisnawati dan
Setyorogo, 2013). Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin
gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal sehingga disebut
sebagai resistensi insulin (Leroith et al. 2000).
Komplikasi diabetes melitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis.
Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes
ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketotic coma
(HHNC).Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetik,
nefropati diabetik, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi. Diabetes tipe 2 adalah
diabetes dengan angka prevalensi yang paling banyak dibandingkan dengan tipe
diabetes yang lain, berkaitan dengan pola dan gaya hidup sedenter. Salah satu
penyulit yang ditimbulkan oleh DM adalah terjadinya nefropati diabetik yang
dapat menyebabkan gagal ginjal terminal (Yuyun, 2008) Nefropati diabetik
adalah komplikasi DM pada ginjal yang dapat berakhir pada gagal ginjal.
Pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2, hipertensi bisa menjadi
hipertensi esensial. Hipertensi harus segera secepat mungkin diketahui dan
ditangani secara agresif karena bisa memperberat retinopati, nefropati dan
penyakit maskular (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009). Hipertensi merupakan
suatu tanda telah adanya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler pada
diabetes, hipertensi dan diabetes biasanya ada keterkaitan patofisiologi yang
mendasari yaitu adanya resistensi insulin. Pasien-pasien diabetes tipe 2 sering
mempunyai tekanan darah lebih tinggi atau sama dengan 150/90mmHg.
Beberapa penelitian klinik menunjukkan hubungan erat tekanan darah
dengan kejadian serta mortalitas kardiovaskuler, progresifitas nefropati,
retinopati (kebutaan). Kontrol tekanan darah dengan obat anti hipertensi baik
sistol dan diastole dan kontrol gula darah penderita pasien hipertensi dengan
diabetes telah terbukti dari beberapa penelitian. Bahwa terbukti menaikkan life
expentacy risiko dan komplikasi kardiovaskular pada pasien diabetes meningkat
bila disertai hipertensi. Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan
komplikasi dari penyakit DM dipercaya paling banyak menyebabkan secara
langsung terjadinya nefropati diabetika. Hipertensi yang tak terkontrol dapat
meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase nefropati diabetik yang lebih
tinggi (Fase V Nefropati Diabetika) (Yuyun, 2008).
Dalam pengelolaan kontrol gula darah, perencanaan diet merupakan salah
satu kunci utama. Menurut Suyono (2006), meskipun riset dalam bidang
pengelolaan diabetes melitus telah mengalami kemajuan dengan ditemukannya
berbagai jenis insulin dan obat-obat mutakhir, pengobatan yang paling utama
pada penderita diabetes melitus adalah pengaturan diet yang tepat, terutama pada
diabetes melitus tipe 2. Tujuan penatalaksanaan diet diabetes melitus adalah
mencapai dan mempertahankan kadar gula darah, lipid, berat badan, mencegah
komplikasi akut dan kronis serta meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes
melitus. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi yang sangat memengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita DM diantaranya
neuropati, penyakit jantung koroner, kelainan pembuluh darah, dll (Perkeni
2011).
Gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) dapat diartikan
sebagai penurunan cepat dan tiba-tiba atau parah pada fungsi filtrasi ginjal.
Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi kreatinin serum atau
azotemia (peningkatan konsentrasi BUN). Akan tetapi biasanya segera setelah
cedera ginjal terjadi, tingkat konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang
menjadi patokan adanya kerusakan ginjal adalah penurunan produksi urin.
Ginjal merupakan organ yang normalnya selalu mendapat pasokan zat
sisa metabolisme dari tubuh. Zat sisa ini sebagian tentunya merupakan hasil
metabolisme dari makanan yang dikonsumsi seseorang. Pada pasien AKI, organ
ginjal yang seharusnya dapat membuat zat sisa tersebut terganggu fungsinya,
sehingga dapat menyebabkan akumulasi zat sisa tersebut di dalam tubuh. Oleh
karena itu, selain harus mencari tatalaksana etiologi, penting juga untuk
mengetahui tatalaksana nutrisi guna mendapat hasil terapi yang menyeluruh.
Oleh karena itu, peran pelayanan gizi dalam pemulihan kondisi pasien ini
sangat diperlukan agar penyakit pasien dapat teratasi dengan tepat. Sehingga
diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai penatalaksanaan terapi diet
pada pasien

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penatalaksanaan terapi diet pada pasien

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan terapi diet pada pasien CHF CF III ec IHD,
Hipertensi Stage II, Diabetes Melitus Tipe 2 Non Obes, Nefropati Diabetik,
Dispepsia, dan AKI dd Acute on CRF sebagai salah satu penunjang proses
penyembuhan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan anamnesis data dasar (inventarisasi data subyektif dan
obyektif pasien)
b. Menentukkan status gizi pasien
c. Membuat diagnosis gizi pasien
d. Melakukan intervensi gizi (rencana dan implementasi asuhan gizi pasien)
e. Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi pasien.

Anda mungkin juga menyukai