Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PENGUMPULAN DATA DI DESA X PADA TANGGAL …….

DIPLOMA IV JURUSAN GIZI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
2019-2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Pengumpulan Data ini.
Dalam Penyusunan proposal ini, tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Berlin Sitanggang, SST, M.Kes yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam pembuatan proposal ini.
2. Seluruh dosen dan pegawai yang bekerja di Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Medan, terkhusus dosen matakuliah PPG
3. Kepala Desa , desa X yang telah ikut berpartisipasi dalam menyediakan dan
memperbolehkan melakukuan penelitian
4. Mahasiswa/i prodi D-IV semester V
5. Teman-teman yang ikut dalam penyusunan proposal ini.
6. Serta pihak-pihak yang tidak dapat di sebutkan oleh penulis satu persatu, terima kasih
banyak atas dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan ini. Semoga skripsi ini
memberikan informasi kepada masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan kita semua

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................ii


DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ...........................................................................................1
B. PERUMUSAN MASALAH ..................................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN .......................................................................................3
D. MANFAAT PENELITIAN ...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. STATUS GIZI........................................................................................................4
1. Pengertian Status Gizi......................................................................................4
2. Penilaian Status Gizi.........................................................................................6
3. Klasifikasi Status Gizi......................................................................................7
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI.......................14
1. Faktor Internal.................................................................................................15
2. Faktor Eksternal...............................................................................................15
C. KERANGKA KONSEP........................................................................................16
D. DEFENISI OPERASIONAL.................................................................................16
E. HIPOTESIS...........................................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN............................................................................................19
B. DESAIN PENELITIAN........................................................................................19
C. VARIABEL PENELITIAN...................................................................................19
D. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN...............................................................20
E. POPULASI DAN SAMPEL..................................................................................20
F. JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA....................................................20
G. INTRUMEN PENGUMPULAN DATA...............................................................21
H. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA............................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel
pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan,
dan panjang tungkai. Jika keseimbangan terganggu, dimana keadaan berat badan lebih rendah
daripada berat yang adekuat menurut usianya disebut gizi kurang (Gibney, dan Barrie, 2009).
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun
penanganannya tidak hanya dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan
saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktorial, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait terutama ibu baduta itu sendiri (Giri
dkk,2013).
Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia masih cukup
tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan
oleh keadaan gizi yang buruk (United Nation, 2013). Oleh karena itu, tentang gizi buruk masih
menjadi salah satu poin penting yang terus dibahas dalam Millenium Development Goals
(MDGs). Status Gizi Balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat karena anak usia dibawah lima tahun merupakan kelompok yang
rentan terhadap kesehatan dan gizi. Setia negara secara bertahap harus mampu mengurangi
jumlah balita gizi buruk dan kurang gizi sehingga mencapai 15% pada tahun 2015 (Saputra &
Nurizka, 2013).
Gizi kurang pada balita, membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun
mental, menurunkan daya tahan tubuh, menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita, bahkan
menimnulkan kecacatan, meningkatkan angka kesakitan bahkan angka kematian (Rahim, 2014).
Angka gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2018 prevalensinya adalah 17,7%. Prevalensi ini mungkin mengalami
penurunan dibandingkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yaitu 19,6%.
Namun, prevalensi tersebut tetap tergolong tinggi, bahkan Sumatera Utara sendiri lebih tinggi
prevalensinya dibandingkan Indonesia (Riskesdas).

1
Dua faktor yang memengaruhi masalah gizi kurang atau gizi buruk pada balita, yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung. Faktor penyebab langsung status gizi yaitu kurangnya
intake makanan yang mengandung protein dan kalori yang diperlukan oleh tubuh, perbedaan
sosial budaya tentang kebiasaan makan yang memengaruhi nutrisi, kurang pengetahuan tentang
nutrisi, kelebihan makanan baik dalam jumlah maupun kualitas yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh, adanya penyakit yan menyertai seperti pencernaan, absorbsi makanan, gagal menyusun
menu berdasarkan tingkat aktifitas dan istirahat (Purwaningrum & Wardani, 2011). Sedangkan
faktor penyebab tidak langsung adalah pengertahuan ibu penddikan ibu, penghasilan keluarga,
pola pengasuhan anak dan pemberian ASI eksklusif, kelengkapan imunisasi dan riwayat BBLR
mempunyai pengaruh terhadap kejadian balita gizi kurang (Lastanto dkk, 2014).
Pemenuhan kebutuhan gizi pada kelompok rentan gizi dapat dilakukan dengan cara
memberikan makanan tambahan dengan kandungan energi dan zat gizi yang tinggi. Menurut
Kemenkes (2012), makanan tambahan merupakan makanan bergizi sebagai tambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.
Air Susu Ibu (ASI) sangat diperlukan selama masa pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Bayi yang mendapatkan ASI pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya akan
mendapatkan status gizi yang baik dan terlindungi dari berbagai macam infeksi, baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya.
ASI eksklusif menurut WHO (World Heath Organization) adalah pemberian ASI saja
tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, ataupun makanan tambahan
lain, sebelum mencapai usia 6 bulan. Sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan
sempurna, sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI (Marimbi, 2010).
Kekurangan gizi pada remaja mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit, meningkatkan angka penyakit (morbiditas), mengalami pertumbuhan tidak normal
(pendek), tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya pertumbuhan organ
reproduksi (Soekirman, 2002 dalam Emilia, 2009).
Anak-anak usia sekolah tergolong kelompok rentan gizi karena membutuhkan zat gizi
dalam jumlah besar untuk menyokong pertumbuhan mereka. Masa sekolah juga merupakan masa
perkembangan fisik dan mental yang membutuhkan kerja otak optimal, yang salah satunya juga
ditentukan oleh asupan gizi dan status gizi (Sadiaoetama,2008).

2
Balita adalah anak usia dibawah lima tahun yang ditandia dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan yang terjadi sangatpesat. Pada masa ini, balita memerlukn zat-zat gizi yang
jumlahnya lebih besar dan berkualitas namun balita mudah menderita kelainan gizi dan rawan
penyakit karena kekurangan makanan yang dibutuhkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah hubungan penilaian status gizi secara antropometri terhadap status gizi
balita dan ibu serta wanita usia subur (WUS) di desa X

C. TUJUAN PENGUMPULAN DATA


1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penilaian status gizi secara antropometri terhadap status gizi
balita dan di desa X
2. Tujuan Khusus
a) Menilai hubungan pengukuran berat badan terhadap status gizi balita di desa X
b) Menilai hubungan pengukuran tinggi badan terhadap status gizi balita di desa X
c) Menilai hubungan pengukuran lingkar kepala terhadap status gizi balita di desa X
d) Menilai hubungan pengukuran lingkar lengan terhadap status gizi ibu dan WUS di
desa X

D. MANFAAT PENGUMPULAN DATA


a) Bagi Penulis : Sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan dan
wawasan penulis dalam menyusun skripsi.
b) Bagi Responden : Sebagai masukan atau informasi bagi responden supaya untuk
lebih mendalami kesadaran akan gizi seimbang
c) Bagi pihak desa : Sebagai masukan atau informasi bagi kepala desa dalam hal
mengetahui tentang kejadian-kejadian masalah gizi yang terjadi didesanya dan
bagaimana cara penanggulangannya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. STATUS GIZI
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan atas tiga bagian yaitu status gizi kurang, gizi
seimbang dan gizi lebih (Almatsier, 2009).
Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat
interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia.
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel
pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya
pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi
kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah yang dikenal
dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000).
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan
penyerapan gizi dan penggunaan zat gizi tersebut atau keadaan fisiologi akibat dari
tersedianya zatgizi dalam sel tubuh (Almatsier, 2009).
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan antara
perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat keadaan gizi normaltercapai bila
kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan
saja ditentukan ole konsumsi zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu.
Secara umum status gizi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut
( Budianto, 2009)
a. Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena tidak
cukup makan dengan demikian konsumsi energi dan protein kurang selama jangka
waktu tertentu. Berat badan menurun adalah tanda utama dari gizi kurang (Budianto,
2009).

4
b. Gizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan asupan gizi seimbang dengan kebututuhan gizi
seseorang yang bersangkutan. Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh kebutuhan
gizi basal, kegiatan dan pada keadaan fisiologis tertentu serta dalam keadaan sakit.
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya adalah harus memperhatikan
kemampuan tubuh seorang untuk mencerna makanan, seperti umur, jenis kelamin,
jenis aktivitas, dan kondisi lain, seperti sakit, hamil dan menyusui.
Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima
kelompok zat gizi ( karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral ) dalam jumlah
cukup, tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga
memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faal didalam tubuh
(Budianto, 2009).
Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beraneka ragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan gizi yang diperlukan untuk
hidupsehat dan prooduktif. Dalam mengkonsumssi makanan sehari-hari yang
beranekaragam, kekurangan zat gizi pada masalah yang satu akan dilengkapi oleh
keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga akan diperoleh masukan zat
gizi seimbang. Untuk mengejar pertumbuhan yang normal, kebutuhan lebih
didasarkan pada berat badan dan ini diperuntukkan bagi golongan anak-anak sampai
umur pubertas.
c. Gizi Lebih
Gizi lebih merupakan keadaan patologis atau tidak sehat yang disebabkan
kebanyakan makan. Mengkonsumsi energi lebih banyak daripada yang diperlukan
tubuh untuk jangaka waktu yang panjang dikenal sebagai gizi lebih. Kegemukan
(obesitas) merupakan tanda pertama yang bisa dapat dilihat dari keadaan gizi lebih
(Budianto, 2009).

5
2. Penilaian Status Gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat dilakukan
dengan:
1.1 Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk
melihat keseimbangan asupan protein dan energi.
1.2 Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas
perubahanperubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi,
seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
1.3 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.
1.4 Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

2. Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat
dilakukan dengan:
2.1 Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat
dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk
mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit
dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan

6
yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral
tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).
2.2 Statistik Vital
Statistik Vital Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti
angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab
tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
2.3 Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa
faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

3. Klasifikasi Status Gizi


Tabel 3.1. Tabel Status Gizi
INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)
Gizi Lebih > + 2 SD
Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD
Berat badan menurut umur (BB/U)
Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Gizi Buruk < – 3 SD
Tinggi badan menurut umur (TB/U) Normal ≥ 2 SD
Pendek (stunted) < -2 SD
Berat badan menurut tinggi badan Gemuk > + 2 SD
(BB/TB) Normal ≥ -2 SD sampai + 2 SD
Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD
Kurus sekali < – 3 SD
Sumber : Depkes RI, 2002.

Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:


1. Berat Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang
hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 3.1.
2. Tinggi Badan / Umur
Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang
hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 3.1.

7
3. Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 3.1

4. Lingkar Lengan Atas / Umur


Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang
dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.

5. Parameter Berat Badan / Tinggi Badan


Ini banyak digunakan karena memiliki kelebihan:
 Tidak memerlukan data umur
 Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus)

6. Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan


Berdasarkan kategori ZScore diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
 Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
 Gizi Kurang (Kurus) :-3SDs/d<-2SD
 Gizi Baik (Normal) :-2SDs/d+2SD
 Gizi Lebih (Gemuk) :>+2S

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah
penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhiproduktifitas kerjanya. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu
dilakukan oleh setiaporang secara berkesinambungan.

7. Indeks Massa Tubuh


Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus
ataugemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak

8
dapatditerapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui
nilai IMT,dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
IMT = Berat Badan (Kg) Tinggi Badan2 (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang


membedakanbatas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang
normal untuklaki-laki adalah: 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk
kepentinganpemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih
lanjut FAO/WHOmenyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan
perempuan. Ketentuan yangdigunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk
kategori kurus tingkat berat danmenggunakan ambang batas pada perempuan untuk
kategorigemuk tingkat berat. Untukkepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalam klinis dan hasilpenelitian dibeberapa negara berkembang.
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambangIMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut :
Kategori IMT yaitu sebagai berikut :
 Kurus yaitu :
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0- 18,4
Normal 18,5-25,0
 Gemuk yaitu :
Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,- 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Jika seseorang termasuk kategori :


 IMT < 17,0 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.

9
 IMT 17,0 - 18,4 : keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat
badan tingkat ringan atau KEK ringan.
 IMT 18,5 - 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
 IMT 25,1 - 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkatringan.
 IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat
badan tingkat berat

8. Body Massa Index (BMI)


BMI ialah ukuran statistik terhadap skala lemak badan berdasarkan kepada tinggi dan
berat ideal. Ia terdiri dari 5 kategori seperti berikut :

Kategori BMI (Kg/m)


Kebuluran/ kurang berat < 15
keterlaluan
Kurang berat 15 – 18,5
Normal 18,5 – 25
Berat berlebih >25 – 30
Obesiti/ kegemukan >30

Daripada jadual diatas, BMI seharunya kurang daripada 25. Formula BMI : BMI boleh dikira
seperti berikut :
BMI= berat badan (kg)/ tinggi badan (m)
Contoh :
Katakan berat seseorang itu ialah 75 kg dan tingginya 157 cm. Maka BMI orang itu ialah:
157 cm dijadikan m yaitu 157/100= 1,57 m,
BMI = berat(kg) / tinggi(m) = 75 / (1.57) = 30.4 kg/m

9. Lingkar Lengan Atas


Disribusi lemak dalam tubuh dapat diketahui dengan menggunakan pengukuran lingkar
lengan atas (LLA), pengukuran lingkar panggul / pinggang, dan melihat ciri fisik bentuk
tubuh.

10
Lemak yang berada di sekitar perut memberikan resiko kesehatan yang lebih tinggi
dibandingkan lemak di daerah paha atau bagian tubuh.yang lain. Suatu metoda yang
sederhana namun cukup akurat untuk mengetahui hal tersebut adalah lingkar pinggang.
Pengukuran Pria Wanita

Resiko Resiko sangat Resiko Resiko sangat


Meningkat meningkat meningkat meningkat

Lingkar >94 cm >102 cm >80 cm >88cm


pinggang

Pengukuran lingkar lengan atas (LLA) pada wanita usia subur (20-45 th)

LLA (cm) Kriteria

25,7 - 28,5 Normal

28,5 - 34,2 Obesitas

28,5 - 39,7 Obesitas Berat

>39,7 Obesitas Sangat Berat

Bentuk tubuh berdasarkan ciri fisik dan resiko sebagai berikut :

Bentuk Tubuh Ciri Fisik Resiko

Gynoid (Bentuk Peer) Lemak disimpan di sekitar Resiko terhadap Penyakit


pinggul dan bokong Tipe ini pada tipe gynoid umumnya
cenderung dimiliki wanita. kecil, kecuali resiko
terhadap penyakit arthritis
dan varises vena (varicose
veins).

Apple Shape (Android) Biasanya terdapat pada pria. Resiko kesehatan pada tipe

11
Lema
dimana k tertumpuk di ini lebih tinggi
sekitar perut. Pria kurus dibandingkan dengan tipe

10. Head To Toe


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan atau membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan
tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
a. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala
kecil (Mikrosefalus).
b. Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh
secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio
lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan
perkembangan dan
pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan
sebagai indicator dalam menetukan KEP pada anak balita.

c. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul


Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme
termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas,
dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit atau pada kaki dan tangan. Perubahan

12
metabolisme ini memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan
dengan perbedaan distribusi lemak tubuh. Untuk melihat hal tersebut, ukuran yang telah
umum digunakan adalah rasio pinggang dengan pinggul.

13
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah
digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya
kurang gizi pada anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, dan pokok
masalah.Pertama, penyebab langsung yaitu makanan dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita. Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang
diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya anak yang makan
tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah, sehingga mudah
diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya mudah terkena gizi kurang
(Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat interaksi antara konsumsi makanan yang
kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Menurut Schaible & Kauffman (2007) hubungan antara kurang gizi dengan
penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi
terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa berkontribusi
terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan diare,
HIV/AIDS,tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa menyebabkan
anemia  dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit Infeksi disebabkan
oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai, dan
pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.    Rendahnya ketahanan
pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya sanitasi
lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga faktor yang
saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta makin
dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan
pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak terkena penyakit dan
kekurangan gizi (Unicef, 1998). Sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi di
atas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang
mempengaruhi ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi,
yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).
Gangguan gizi (Almatsier,2003) disebabkan oleh faktor primer dan sekunder.
Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau
kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi
14
pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor
sekunder meliputi semua factor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel
tubuh setelah makan dikonsumsi. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan
terganggunya pencernaan seperti gigi geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran
cerna dan kekurangan enzim. Faktor-faktor yang mengganggu absorbsi zat-zat gizi adalah
adanya parasit, penggunaan laksan (obat cuci perut), dan sebagainya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ekskresi sehingga menyebabkan banyak kehilangan zat-zat gizi adalah
banyak kencing (polyuria), banyak keringat dan penggunaan obat-obat.
Ada pula yang membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri
atas :
1. Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku
orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha,
2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang  menyita waktu. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).

2. Faktor Internal
Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua
dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).

15
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-
anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,  1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,  1986).

C. KERANGKA KONSEP

Penilaian
Status Gizi

Pengukura Pengukura Pengukura Pengukura


n TB n BB n LLA n LK
D. DEFENISI OPERASIONAL
Variabe Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
l Kriteria Nilai
Status Keadaan tubuh sebagai Dapat Gizi >2 SD Ordinal
Gizi manifestasi konsumsi makanan menggunak Lebih -2 SD s/d
dan pemakaian zat gizi. Status an dacin Gizi 3 SD
gizi ditentukan dari data atau Baik -3 SD s/d
antropometri, yang kemudian timbangan Gizi <-2 SD
dikelompokan dan dinilai untuk berat Kurang <-3 SD
sesuai standar WHO (Z-score) badan dan Gizi
microtoise buruk

16
untuk
mengukur
tinggi badan
Tinggi Hasil jumlah pengukuran Microtoise Rasio
Badan ruasruas tulang tubuh, meliputi
tungkai bawah, tulang panggul,
tulang belakang, tulang leher,
dan kepala diukur dengan
stadiometer Seca 206 yang
distandarisasi dengan ketelitian
0,1 cm. Pengukuran dilakukan
dengan posisi bidang datar
Frakfort (Frankfort horizontal
plane)
Berat Massa tubuh meliputi otot, Timbangan Rasio
Badan tulang, lemak, cairan tubuh, Digital
organ, dan lain-lain yang
diukur menggunakan
timbangan digital Seca 881
dengan ketelitian 0,01 kg
LLA Disribusi lemak dalam tubuh Pita LLA KEK <23,5 cm Rasio
dapat diketahui dengan Normal 23,5 cm
menggunakan pengukuran Obesitas – 28,5
lingkar lengan atas (LLA) Obesitas cm
Berat 28,5 cm
Obesitas – 34,2
Sangat cm
Berat 34,2 cm
– 39,7
cm

>39,7 cm
Lingkar Pengukuran lingkar kepala adalah Pita Usia 0 35 cm Rasio
Kepala bagian penting dari perawatan bayi pengukur Bulan
yang dilakukan secara rutin. Selama
lingkar Usia 6 43,5 cm

17
pengukuran dan pemeriksaan, kepala Bulan
perubahan dan pertumbuhan kepala Usia 12 47 cm
bayi sangat diamati. Hal ini untuk
Bulan
mengingatkan dari beberapa
masalah, seperti ukuran kepala yang
lebih besar dari normal atau yang
meningkat dengan cepat bisa
merupakan pertanda adanya
masalah
seperti hidrosefalus (penumpukan
cairan di otak). Dan ukuran kepala
yang kecil bisa merupakan adanya
masalah seperti mikrosefalus, yang
merupakan tanda bahwa otak tidak
berkembang dengan baik.

E. HIPOTESIS
Ha : Adanya hubungan antropometri dengan status gizi.
Ho : Tidak adanya hubungan antropometri dengan status gizi

BAB III
18
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional. Analitik korelasional karena
mencari hubungan dua variabel yang kemudian akan dicari koefisien korelasinya
(Arikunto,2002). Penelitian ini mengamati variabel pengetahuan ibu tentang gizi dengan
status gizi balita, kemudian mencari hubungan antara kedua variable tersebut dan koefisien
korelasinya.
Skema Penelitian

Sampel

Ibu balita dan anak balita

Pengetahuan ibu tentang gizi Status gizi balita

B. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dimana data yang menyangkut
variable bebas dan terikat dikumpulkan dalam waktu bersama – sama. Tiap subyek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel
subyek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2005).

C. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. (Sugiyono, 2005).
Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya variabel dependen
(Sugiyono,2005). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu tentang gizi.

3. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas
(Sugiyono,2005). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi anak balita.
D. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
19
Penelitian dilakukan di posyandu Wilayah Desa X pada tanggal….

E. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang mempunyai
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
anak balita yang berada di Desa X. Berdasar hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti pada Bulan …, terdapat ….balita.

2. Sampel
Jumlah sampel adalah semua anak balita yang dalam keadaan sehat atau tidak
menderita penyakit dalam 1 bulan terakhir dan berada di wilayah Desa X pada tanggal …
(Total Sampling). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Accidental Sampling yaitu penentuan sampel yang diambil dari responden atau kasus yang
kebetulan ada (Notoatmodjo, 2003). Didapatkan sampel sejumlah … sampel, yang terdiri dari
… sampel anak balita dan … sampel ibu balita.

F.JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh dari penimbangan pada
balita dan dari pengisian kuesioner yang diisi oleh ibu, meliputi pengetahuan ibu mengenai
gizi balita.

2. Cara Pengumpulan Data


Data diperoleh dari balita dan ibu balita saat posyandu dilakukan di desa X.
Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama untuk mengumpulkan data
berat badan balita dengan melakukan penimbangan. Tahap kedua mengumpulkan data
pengetahuan ibu tentang gizi balita yang diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh ibu balita.
Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan
penelitian serta memberitahu ibu bagaimana cara pengisian kuesioner kemudian membagikan
kuesioner untuk diisi oleh ibu.
G. INSTRUMEN PENGUMPUL DATA
20
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan balita berupa
timbangan digital dengan tingkat ketelitian 0,1 untuk mengetahui berat badan balita dan
kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden tentang hal-hal yang diketahui (Arikunto,2002).

Kuesioner yang digunakan terdiri dari :


1. Identitas, berisikan identitas responden meliputi nama responden, alamat, umur,
pendidikan terakhir serta identitas balita yang meliputi nama balita, jenis kelamin, umur,
berat badan, status gizi.

2. Pengetahuan tentang gizi balita berisikan soal – soal, melalui kuesioner. Kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup

H. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA


1. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing
Melakukan pekerjaan meneliti atau menyunting data yang diperoleh sehingga apabila
ada kesalahan segera dapat dibenahi, meliputi kelengkapan jawaban dari pertanyaan yang
disediakan, kesesuaian jawaban dengan pertanyaan yang disediakan, pengukuran terhadap
balita.

b. Coding
Memberikan kode berupa angka pada setiap jawaban yang telah diberikan responden,
agar memudahkan dalam menganalisa data, meliputi:
1) Jenis kelamin Laki – laki dengan kode = 1 Perempuan dengan kode = 2

2) Tingkat pengetahuan ibu


Jawaban benar diberi nilai =1 dan jawaban salah diberi nilai = 0 .

Kemudian persen jawaban benar dikategorikan menjadi 3 kategori:


Tinggi (jika skor 76% - 100% dari jawaban benar) dengan kode=1
Sedang (jika skor 56 % - 75 % dari jawaban benar) dengan kode=2
Rendah (jika skor ≤55% dari jawaban benar) dengan kode=3
21
3) Pendidikan
SD dengan kode = 1
SLTP dengan kode = 2
SLTA dengan kode = 3
PERGURUAN TINGGI dengan kode = 4
TIDAK SEKOLAH dengan kode = 5

4) Status gizi dengan indikator BB/U


Gizi lebih dengan kode = 1
Gizi baik dengan kode = 2
Gizi kurang dengan kode = 3
Gizi buruk dengan kode = 4

c. Transfering
Yakni dilakukan dengan memasukkan atau memindahkan data – data dimana data
tersebut sebelumnya sudah dicoding ke dalam master table.

d. Tabulating
Menyusun data dalam bentuk tabel silang yaitu table distribusi frekuensi yang
digunakan untuk mencari hubungan antara variabel dalam suatu penelitian.

22

Anda mungkin juga menyukai