Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada
pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung
dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan
timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.
Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan jenis
kelamin ( Soeparman dalam buku Udjianti, 2010).

1) Pria berusia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada
waktu berbaring lebih dari 120/90 mmHg

2) Pria berusia 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari
145/95 mmHg. 3) Wanita, hipertensi bila tekanan darah lebih dari 150/95 mmHg

Cara Mengukur Tekanan Darah


Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Tekanan darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh
tubuh. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan saat otot jantung
relaksasi, sebelum kembali memompa darah.
Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis lebih dahulu dari tekanan darah
diastolik, dan memiliki angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter jantung
di Amerika Serikat, AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai
berikut:

 Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.


 Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan < 80 mmHg
untuk tekanan diastolik.
 Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
 Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Macam-macam Hipertensi

Hipertensi dapat terbagi menjadi dua golongan

1) Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer Sekitar 95% kasus hipertensi


primer atau esensial merupakan hipertensi yang sampai saat ini masih belum
diketahui penyebabnya secara pasti ( Rudianto, 2013).

2) Hipertensi Sekunder Pada sekitar 5% kasus hipertensi sekunder adalah


hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti diabetes, kerusakan
vaskuler, kerusakan ginjal dan lain-lain (Rudianto, 2013).
Hipertensi pada lansia

Tekanan darah normal untuk kebanyakan orang dewasa berkisar di antara


120/80 mmHg. Namun, tekanan darah bukan sebuah kondisi yang menetap.
Tekanan darah bisa bervariasi setiap waktu tergantung dari banyak hal, mulai dari
aktivitas apa yang Anda lakukan saat ini, makanan yang Anda makan, waktu
pengukurannya, hingga usia.

Tekanan darah pada lansia bisa terus berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi
dengan baik, sehingga sulit pula untuk memperkirakan usia pasti lansia berisiko
mengidap hipertensi. Kadang, seorang lansia bisa memiliki tekanan darah rendah
kemudian melonjak tinggi hanya diselingi beberapa saat. Sayangnya, alasan
pergantian tekanan darah naik-turun secara cepat pada lansia ini belum diketahui
jelas apa penyebabnya, sehingga penyebab hipertensi pada lansia pun masih
menjadi perdebatan.

Baik dalam kondisi hipertensi atau normal, tekanan darah sistolik dan diastolik
akan meningkat seiring dengan pertambahan usia seseorang, terutama pada lansia.
Tekanan darah sistolik akan meningkat secara signifikan hingga Anda memasuki
usia 70 atau 80. Sementara itu, tekanan diastolik akan terus mengalami peningkatan
hingga usia 50 atau 60.Meskipun penyebab pasti dari meningkatnya risiko hipertensi
pada lansia belum diketahui, para ahli meyakini bahwa pertambahan usia berpotensi
menyebabkan pengerasan pembuluh darah. Pengerasan tersebut mengurangi
kelenturan pembuluh arteri besar dan aorta, sehingga hipertensi pada lansia pun
lebih mungkin terjadi.

Berkurangnya kelenturan pembuluh arteri besar dan aorta berkaitan dengan adanya
perubahan pada enzim plasma renin di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh mengalami
retensi cairan dan tidak dapat membuang garam dari dalam tubuh dengan baik.
Pada lansia, kondisi ini dapat meningkatkan terjadinya hipertensi.

Apa saja bahaya dari hipertensi pada lansia?

Penyakit hipertensi pada lansia akan meningkatkan risiko terserang stroke di


kemudian hari. Kondisi ini juga meningkatkan peluang Anda untuk mengalami
kerusakan ginjal, serangan jantung, dan banyak masalah kesehatan serius lainnya
apabila Anda tidak bisa mengelola tekanan darah dengan baik.

Oleh karena itu, banyak dokter sekarang menetapkan kisaran tensi 140/90 mmHg
untuk orang yang lebih tua. Untuk membantu mencapai target ini, dokter bisa
meresepkan obat tekanan darah yang mulai digunakan perlahan dan meningkat
secara bertahap. Ini dilakukan untuk menghindari reaksi penurunan tekanan darah
mendadak (hipotensi).

Penurunan tekanan darah drastis bisa sangat berbahaya bagi lansia. Kondisi ini
membuat mereka sering mengalami pusing, tubuh goyah, dan sensasi ingin pingsan
yang bisa menyebabkan mereka rentan jatuh. Tulang lansia sudah mengalami
pengeroposan dan penipisan, sehingga jatuh bisa menyebabkan patah tulang atau
cedera serius lainnya.
cara mengatasi hipertensi pada lansia

Anda bisa belajar bagaimana mempertahankan tekanan darah tetap stabil dengan
berbagai cara sederhana. Salah satu prinsip utama mengendalikan hipertensi pada
lansia adalah melakukan perubahan gaya hidup.

Untungnya, usia tua atau lansia bukan berarti terlambat untuk mengelola gaya hidup
sehat agar terhindar dari hipertensi dan komplikasinya pada tubuh.

1. Olahraga teratur

Olahraga dapat meningkatkan kebugaran jantung untuk memompa darah tanpa


harus dipaksa bekerja keras. Artinya, detak jantung akan lebih rendah dan teratur.
Pada akhirnya, hal ini dapat menjaga elastisitas pembuluh darah untuk menurunkan
dan menstabilkan tekanan darah.

Olahraga rutin juga dapat mengurangi kebutuhan untuk minum obat. Pasalnya,
olahraga dapat menurunkan tekanan darah sistolik mulai dari 4-9 milimeter merkuri
(mm Hg), yang sama baiknya dengan manfaat mengonsumsi obat hipertensi.

Anda disarankan untuk rutin berolahraga intensitas sedang (seperti jalan kaki dan
bersepeda) selama 150 menit dalam seminggu. Umumnya, Anda bisa berolahraga
setidaknya selama 30 menit setiap hari, minimal untuk 3-5 hari dalam seminggu.
Waktu ini bisa Anda bagi-bagi dengan teratur setiap harinya.

Untuk mencegah atau mengatasi gejala hipertensi pada lansia, pastikan juga untuk
selalu melakukan aktivitas fisik yang ringan dan sederhana setiap hari. Misalnya,
dengan beres-beres rumah atau berkebun.

Tidak hanya itu, aktivitas fisik secara teratur juga membantu lansia mempertahankan
berat badan yang sehat, yang merupakan cara lain untuk mengontrol tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi.

2. Perhatikan asupan makanan

Mulailah membatasi asupan makanan berlemak dan tinggi garam agar hipertensi
dapat dicegah pada lansia. Sebagai gantinya, perbanyak konsumsi buah-buahan,
sayuran, dan biji-bijian utuh dengan mengikuti pedoman diet DASH yang dibuat
khusus untuk orang-orang hipertensi, terutama pada lansia.

Melalui diet DASH, seseorang disarankan untuk makan tidak lebih dari seperempat
sendok teh garam per hari. Sebagai perbandingan, rata-rata orang makan sekitar
empat sendok teh garam setiap hari, hampir lima belas kali lebih dari porsi yang
dianjurkan.

Garam secara tidak langsung meningkatkan volume darah dengan menambahkan


air ke aliran darah, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah dan hipertensi
pada lansia lebih mudah terjadi.
Berdasarkan berbagai penelitian, orang-orang normal yang menerapkan diet DASH
diketahui dapat menurunkan tekanan sistolik hingga 6 poin dan 3 poin dari tekanan
diastolik. Sementara orang-orang yang didiagnosis dengan hipertensi, tidak
terkecuali pada lansia, dapat menurunkan tekanan darah sistolik sampai 11 poin dan
6 poin pada tekanan diastolik hanya dengan diet DASH.

3. Konsumsi obat hipertensi

Kebanyakan kasus hipertensi pada lansia harus ditangani dengan pemberian obat,
terutama jika peningkatan tensinya sudah cukup parah dan tidak bisa ditangani
hanya dengan pola hidup sehat.

Meski begitu, Anda juga perlu membekali diri terhadap risiko efek samping obat-
obatan hipertensi, khususnya pada lansia. Untuk memantau tensi darah Anda
sekaligus menghindari risiko efek samping obat, kuncinya adalah dengan rutin
melakukan medical check up ke dokter.

4. Rutin cek tekanan darah

Mengecek tekanan darah secara rutin juga merupakan salah satu langkah
mencegah dan mengatasi hipertensi pada lansia. Sebaiknya, pengecekan darah
tidak hanya dilakukan di dokter atau pusat layanan kesehatan.

Risiko terkena hipertensi dapat dikurangi apabila melakukan pengecekan tekanan


darah di rumah secara mandiri, tidak terkecuali pada lansia. Oleh karena itu,
konsultasikan dengan dokter mengenai alat tensimeter yang sesuai dengan kondisi
hipertensi pada lansia.

5. Tidak mrokok

6. Menghindarai makanan yang diawetkan atau dalam kemasan

 7. Menghindari konsumsi kafein dan alkohol

Anda mungkin juga menyukai