BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
irisan pada umbilicus pada waktu persalinan akibat masuknya spora Clostridium
tetani yang berasal dari alat-alat persalinan yang kurang bersih dengan masa
Menurut Depkes RI, 1996, tetanus neonatorum adalah penyakit pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh infeksi kuman tetanus yang masuk melalui luka
tali pusat, akibat pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak bersih atau ditaburi
ramuan.
pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin/racun dan menyerang sistem syaraf
pusat.
berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron, bersifat gram positif dan
tidak berkapsul, membentuk spora, bersifat obligat anaerob dan mudah tumbuh
pada nutrien media yang biasa. Kuman ini membentuk eksotoksin yang disebut
Clostridium tetani berkembang cepat pada jaringan yang rusak (luka) dan
dalam suansana anaerob basil tetanus berubah dari bentuk spora ke dalam bentuk
vegetatif makan akan sangat sensitif terhadap panas dan beberapa antibiotik dan
tidak dapat bertahan karena adanya oksigen. Sebaiknya dalam bentuk spora sangat
resisten pada keadaan panas dan antiseptik biasa. Spora ini dapat hidup padapemanasan autoklaf 1210
di dalam tanah asalkan tidak terdapat sinar matahari. Selain itu dapat pula
ditemukan dalam tanah, laut, air tawar, debu rumah, dan tinja berbagai spesies
binatang. Clostridium tetani baik dalam bentuk spora maupun bentuk vegetatif
2.1.3. Patogenesis
tubuh bayi baru lahir, yaitu: tali pusat, yang dapat terjadi pada saat pemotongan
tali pusat ketika bayi baru lahir maupun saat perawatannya sebelum puput atau
Terdapat variasi masa inkubasi pada tetanus, dari satu minggu sampai
buruk prognosis penyakit. Bila kurang dari satu minggu, maka sifat tetanus adalah
Menurut Behrman (1992) masa tunas organisme ini berkisar antara 3-14
setelah luka, tetapi dapat kurang satu hari atau lebih dari beberapa bulan dan pada
Sejak kuman masuk ke dalam tubuh bayi sampai mulai timbulnya gejala
(masa inkubasi) dibutuhkan waktu 3-28 hari (rata-rata 6 hari). Apabila masa
inkubasi kurang dari 7 hari seperti biasanya penyakit lebih parah dengan angka
Menurut Depkes RI, 1996, gejala klinis tetanus neonatorum adalah: bayi
yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek, mulut bayi
mencucu seperti mulut ikan, mudah sekali dan sering kejang-kejang terutamaSIA
karena rangsangan sentuhan, rangsangan sinar dan rangsangan suara, wajahnya
2.1.6. Prognosis
Moralitas penyakit tetanus neonatorum sebesar 60% atau lebih tinggi lagi
oleh luasnya keterlibatan otot yang mengalami kejang sebagai tanda bahwa toksin
sudah masuk ke jaringan/susunan syaraf pusat, demam tinggi, masa inkubasi yang
Kesembuhan dari tetanus tidak memberikan kekebalan, karena itu imunisasi aktif
1. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil. Pada awalnya
murid SD kelas VI, wanita calon pengantin wanita, dan ibu hamil.
minggu kedua kehidupan bayi dan sering disebut sebagai penyakit hari ke tujuh
atau ke delapan (Force, 1997), serta dapat membawa kematian pada 70 – 90%
kasus. Perawatan medis modern, yang langka di dunia ketiga di mana penyakit ini
amat lazim, jarang mengurangi mortalitas sampai kurang dari 50% (Foster, 1984). Berdasarkan hasil
survey yang dilaksanakan oleh WHO di 15 negara di
Asia, Timur Tengah, dan Afrika pada tahun 1978 – 1982 menekankan bahwa
neonatorum yang tidak dirawat, hampir dapat dipastikan CFR akan mendekati
100%, terutama pada kasus yang mempunyai masa inkubasi kurang dari 7 hari
(Depkes, 1993).
dari 0,036 per 1000 lahir hidup pada tahun 1947 menjadi 0,07 per 1000 lahir
hidup pada tahun 1961 terjadi pada saat keadaan sosial ekonomi dan proporsi
bayi-bayi yang dilahirkan di klinik atau rumah sakit meningkat dengan cepat dan
kontaminasi lanjutan dari bungkul tali pusat pada proses perawatan tali pusat
sering didapatkan pada anak dengan berat badan lahir rendah (Nelson, 1992).
untuk memeriksa keadaan ibu hamil dan janin secara berkala, yang diikuti dengan
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas
dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan oleh tenaga terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan,
yaitu pembantu bidan, bidan, dokter, dan perawat yang sudah terlatih (Depkes RI,
1994).
tanda bahaya dan faktor risiko yang dimiliki, dan pencarian pertolongan
3. Rujukan: ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ke tempat pelayanan
pemeriksaan muka, gigi, mulut, leher, payudara, jantung, hati, paru-paru, perut,
pemberian imunisasi TT dan pemberian tablet tambah darah. Selain itu ibu hamil
mendapat penyuluhan tentang jenis dan jumlah makanan bergizi tinggi yang
susu ibu, keluarga berencana, kebiasaan hidup sehat selama hamil serta faktor-
faktor yang berhubungan dengan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.
sebanyak empat kali, yaitu pada triwulan pertama, triwulan kedua, dan dua kali
Salah satu komitmen global yang ingin dicapai adalah untuk menekan
insiden tetanus neonatorum hingga di bawah 1 per 1000 kelahiran hidup pada
tahun 2000. Pencapaian program ETN di tingkat kabupaten atau kota dinilai
berdasarkan cakupan imunisasi TT ibu hamil dan TT wanita usia subur (WUS)
didapatkan secara pasif sewaktu masih berada dalam kandungan. Dua dosis TTsekurangnya dengan
jarak waktu satu bulan serta sekurangnya sebulan menjelang
persalinan, hampir 100% efektif mencegah tetanus neonatorum. Jadi tidak adanya
imunisasi tetanus pada ibu merupakan faktor risiko yang berarti untuk tetanus
tahun, artinya apabila dalam waktu tiga tahun seorang ibu akan melahirkan, bayi
dicatat, bahwa keberhasilan penuh barulah tercapai setelah semua wanita usia
subur yang tidak hamil juga dijadikan sasaran imunisasi. Mengingat pengalaman
ini dan rendahnya cakupan TT pada wanita hamil berisiko pada saat ini, WHO
untuk semua wanita usia subur (15-44 tahun). Bila program pengembangan
imunisasi WHO sudah sepenuhnya mencakup bayi dan anak kecil, maka satu
yaitu sekitar 50%, selebihnya ditolong oleh dukun bayi baik yang terlatih maupun
yang tidak terlatih. Hal ini menyebabkan masih banyak ditemukan persalinan
tetapi tidak ditangani secara memadai dan tepat waktu, sehingga mengakibatkan
kematian.
Dengan mengupayakan agar persalinan yang ditolong oleh dukun bayi
bersih daerah perineum ibu, jalan lahir tidak tersentuh oleh sesuatu yang tidakbersih, bersih alas tempat
melahirkan, dan memotong tali pusat menggunakan alat
paramedis dan medis ternyata efektif, maka biaya untuk melatih tenaga dalam
jumlah yang memadai agar diperoleh cakupan yang luas merupakan penghalang
bagi negara berkembang, terutama bila yang digunakan adalah bidan-bidan yang
terlatih atau dokter. Lebih jauh lagi, andai kata tenaga-tenaga itu tersedia mungkin
bahwa ibu-ibu tetap lebih menyukai dukun bayi yang tidak terlatih meskipun
mahal dan harus berupa uang. Selain itu tugas bidan hanyalah untuk
adat.
agar tidak menyinggung perasaan dukun yang akan dimintai tolong untuk
baik.
tetapi persalinan di rumah sakit tidak menjamin perlindungan untuk tidak terkena
tetanus neonatorum, karena lamanya tinggal di rumah sakit sangatlah pendek
(setelah bayi lahir langsung pulang). Sampai di rumah, biasanya perawatan ibu
klinik bersalin, tidak jarang sekembalinya ke rumah, para wanita yang baru
melahirkan itu menjalani perawatan secara tradisional. Namun, di daerah pedesaan apalagi yang jauh
dari pusat pelayanan kesehatan yang berlokasi di
Sunda alat pemotong (sembilu) ini dikenal dengan hinis (Soedarno, 1998).
Tali pusat bayi yang baru lahir dipotong dengan cara mengikat bagian pangkal
dan kira-kira tiga jari di bagian atasnya, kemudian dipotong bagian tengahnya
dengan sembilu yang terbuat dari irisan kulit bambu yang diambil dari rangka atap
bahwa masih terdapat penggunaan sembilu untuk memotong tali pusat bayi baru
lahir, sembilu diambil dari bambu yang merupakan alat penghembus api milik
keluarga yang sedang digunakan di dapur. Sembilu tidak perlu dicuci karena
benang, para dukun masih sering tidak membersihkan alat-alat itu lebih dahulu,
Tiga segi perawatan pusar dan tali pusat mempunyai pengaruh terhadap
risiko tetanus neonatorum, yaitu: alat pemotong tali pusat, praktek menyimpul,
atau membuka simpulnya, serta bahan yang diurapkan atau dioleskan pada
pangkal potongan tali pusat yang belum kering (Foster, 1988).
Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak
terkena kencing, kotoran bayi, atau tanah. Bila kotor, luka tali pusat dicuci dengan
air bersih yang mengalir dan segera keringkan dengan kain/kasa bersih dan
kering. Tidak boleh membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan
sebagainya pada luka tali pusat sebab dapat menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir
dengan kematian neonatal. Infeksi tali pusat merupakan
pedesaan, terutama oleh dukun bayi atau keluarga. Telah didapati bahwa 60%
dukun bayi memakai ramuan seperti kunyit, kapur, dan abu sebagai bahan
masyarakat yaitu karena dianggap manjur dan cocok, sudah merupakan kebiasaan
keluarga, mudah didapat, murah, dan masyarakat lebih yakin terhadap khasiat
bekas potongan tali pusat agar luka cepat kering, sering mengakibatkan pusar bayi
menjadi bengkak dan berwarna merah. Jika tidak dirawat dengan baik, keadaan ini
neonatorum banyak terjadi karena praktek perawatan luka dengan cara seperti di
BAB III
1. Tetanus neonatorum: penyakit tetanus pada bayi berumur kurang dari satu
Kabupaten Serang dari Januari tahun 2005 hingga Desember tahun 2008.
Kategori: 1. Ya 2. Tidak
Skala: nominal
Skala: nominal
Skala: nominal
kesehatan ibu bayi pada saat hamil, diketahui berdasarkan catatan pada
Skala: nominal
imunisasi TT selama masa kehamilannya atau waktu sebelumnya 2) Imunisasi adalah ibu hamil yang
telah mendapatkan imunisasi TT
selama masa kehamilannya
Skala: nominal
Skala: nominal
tahun 2008.
Skala: nominal
8. Alat pemotong tali pusat adalah alat yang digunakan untuk memotong tali
Skala: nominal
9. Tenaga perawatan tali pusat adalah orang yang merawat tali pusat setelah
proses persalinan selesai sampai luka bekas tali pusat sembuh. Diketahui berdasarkan catatan pada
formulir T2 di Dinas Kesehatan Kabupaten
Skala: nominal
10. Obat atau ramuan yang dibubuhkan pada tali pusat adalah obat ramuan
Skala: nominal