Anda di halaman 1dari 13

Hipertensi

Ditinjau oleh: Redaksi Halodoc


30 Januari 2020

Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat menyebabkan
komplikasi kesehatan yang parah dan meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan
terkadang kematian.

Tekanan darah adalah kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah terhadap dinding arteri
tubuh, yaitu pembuluh darah utama dalam tubuh. Tekanan ini tergantung pada resistensi
pembuluh darah dan seberapa keras jantung bekerja. Semakin banyak darah yang dipompa
jantung dan semakin sempit arteri, maka semakin tinggi tekanan darah.

Hipertensi dapat diketahui dengan cara rajin memeriksakan tekanan darah. Untuk orang dewasa
minimal memeriksakan darah setiap lima tahun sekali.

Hasil tekanan darah ditulis dalam dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam
pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Angka kedua (diastolik) mewakili
tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak jantung.

Seseorang bisa dikatakan mengalami hipertensi bila ketika diukur pada dua hari yang berbeda,
pembacaan tekanan darah sistolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 140 mmHg dan / atau
pembacaan tekanan darah diastolik pada kedua hari adalah lebih besar dari 90 mmHg.

Baca juga: Kolesterol Tinggi dan Darah Tinggi Berbahaya Jika Disatukan

Faktor Risiko Hipertensi

Seiring bertambahnya usia, kemungkinan mengidap hipertensi akan meningkat. Berikut ini
faktor-faktor pemicu yang dapat memengaruhi peningkatan risiko hipertensi:

 Berusia di atas 65 tahun.


 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko hipertensi dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi yang
baik dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

Baca juga: Tekanan Darah Rendah atau Tinggi, Manakah yang Lebih Berbahaya?

Penyebab Hipertensi

Ada dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Berikut
penyebab masing-masing kedua jenis hipertensi tersebut:

1. Hipertensi Primer

Pada kebanyakan orang dewasa penyebab tekanan darah tinggi ini seringkali tidak diketahui.
Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-tahun.

2. Hipertensi Sekunder

Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena memiliki kondisi kesehatan yang
mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah
lebih tinggi daripada hipertensi primer.

Berbagai kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, antara lain:


o Obstruktif sleep apnea (OSA).
o Masalah ginjal.
o Tumor kelenjar adrenal.
o Masalah tiroid.
o Cacat bawaan di pembuluh darah.
o Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang rasa sakit
yang dijual bebas.
o Obat-obatan terlatang, seperti kokain dan amfetamin.

Gejala Hipertensi

Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul. Gejala yang
muncul akibat hipertensi, antara lain:

 Sakit kepala.
 Lemas.
 Masalah dalam penglihatan.
 Nyeri dada.
 Sesak napas.
 Aritmia.
 Adanya darah dalam urine.

Diagnosis Hipertensi

Untuk mengukur tekanan darah, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan manset
lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat pengukur
tekanan. 

Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:

 Tekanan darah normal, yaitu di bawah 120/80 mmHg.


 Tekanan darah tinggi, bila tekanan sistolik berada di kisaran 120-129 mmHg dan tekanan
diastolik berada di bawah 80 mmHg.
 Hipertensi stadium 1, bila tekanan sistolik berada di kisaran 130-139 mmHg dan tekanan
diastolik berkisar antara 80-89 mmHg.
 Hipertensi stadium 2. Ini adalah kondisi hipertensi yang lebih parah. Hipertensi tahap 2
adalah ketika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan diastolik 90
mmHg atau lebih tinggi.

Pengobatan Hipertensi

Bagi sebagian pengidap hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan seumur hidup untuk mengatur
tekanan darah. Namun, jika tekanan darah pengidap sudah terkendali melalui perubahan gaya
hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat dihentikan. Dosis yang sudah ditentukan
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena takarannya disesuaikan dengan tingkat
tekanan darah. Selain itu, obat yang diberikan juga harus diperhatikan apa saja dampak dan efek
samping yang timbul pada tubuh sang pengidap.

Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:

 Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Hipertensi
membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh, untuk itu
penggunaan obat ini dibutuhkan sebagai bagian dari pengobatan. 
 Obat untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah bisa turun. Hipertensi
membuat pengidapnya rentan untuk mengalami sumbatan pada pembuluh darah. 
 Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh. Tujuan
penggunaan obat ini adalah untuk menurunkan tekanan darah pengidap hipertensi. 
 Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding pembuluh darah
lebih rileks. 
 Obat penghambat renin yang memliiki fungsi utama obat untuk menghambat kerja enzim
yang berfungsi untuk menaikan tekanan darah dan dihasilkan oleh ginjal. Jika renin
bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali. 

Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui terapi relaksasi,
misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Terapi tersebut bertujuan untuk mengendalikan stres
dan memberikan dampak relaksasi bagi pengidap hipertensi. Pengobatan terhadap hipertensi juga
tidak akan berjalan lancar jika tidak disertai dengan perubahan gaya hidup. Menjalani pola
makan dan hidup sehat, serta menghindari konsumsi kafein dan garam yang berlebihan juga
harus dilakukan.

Pencegahan Hipertensi

Terdapat berbagai langkah pencegahan yang bisa dilakukan terhadap penyakit hipertensi, antara
lain:

 Mengonsumsi makanan sehat.


 Mengurangi konsumsi garam jangan sampai berlebihan.
 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan seperti teh dan kopi.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
 Menghindari konsumsi minuman bersoda.

Baca juga: Hati-Hati, Kopi dan Hipertensi Jadi Penyebab Stroke di Usia 30-an

Kapan Harus ke Dokter?

Segera hubungi dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dapat
meminimalisir dampak, sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. Untuk melakukan
pemeriksaan, bisa langsung membuat janji dengan dokter di rumah sakit pilihan melalui
aplikasi Halodoc.

Referensi:

Harvard Health. Diakses pada 2020. High Blood pressure (Hypertension).

World Health Organization (WHO). Diakses pada 2020. Hypertension.

Mayo Clinic. Diakses pada 2020. High blood pressure (hypertension).


Diperbarui pada 30 Januari 2020.

Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai 130/80
mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah
lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal
ginjal, stroke, dan gagal jantung.

Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan
darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan tekanan
darah diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum kembali memompa darah.

Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis lebih dahulu dari tekanan darah diastolik,
dan memiliki angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter jantung di Amerika Serikat,
AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai berikut:

 Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.


 Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan >80 mmHg untuk tekanan
diastolik.
 Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
 Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko Hipertensi

Tekanan darah tinggi seringkali tidak diketahui penyebabnya. Tetapi, ada beberapa kondisi yang
dapat memicu tekanan darah tinggi, di antaranya:

 Kehamilan
 Kecanduan alkohol
 Penyalahgunaan NAPZA
 Gangguan ginjal
 Gangguan pernapasan saat tidur.

Meskipun bisa terjadi pada semua orang, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami tekanan darah tinggi, seperti:

 Lanjut usia
 Memiliki keluarga yang menderita hipertensi
 Memiliki kebiasaan merokok
 Jarang berolahraga.

Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi

Menjalani gaya hidup sehat dapat menurunkan sekaligus mencegah hipertensi. Beberapa cara
yang dapat dilakukan adalah:

 Konsumsi makanan yang sehat.


 Menjaga berat badan ideal.
 Rutin berolahraga.
 Berhenti merokok.

Beberapa pasien hipertensi diharuskan mengonsumsi obat penurun tekanan darah seumur
hidupnya. Oleh karena itu, penting untuk melakukan langkah pencegahan sedini mungkin,
terutama bila Anda memiliki faktor risiko hipertensi.

Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain di dalam tubuh. Jika
dibiarkan tanpa penanganan, hipertensi bisa menimbulkan penyakit-penyakit atau komplikasi
serius, seperti:

 Aterosklerosis
 Kehilangan penglihatan
 Terbentuk aneurisma
 Gagal ginjal
Terakhir diperbarui: 20 April 2018
Referensi

Bolivar, JJ. (2013). Essential Hypertension: An Approach to Its Etiology and Neurogenic
Pathophysiology. International Journal of Hypertension, doi:10.1155/2013/547809.
Whelton, PK. Carey, RM. (2017). The 2017 Clinical Practice Guideline for High Blood Pressure.
Journal of American Medical Association, 318(21), pp. 2073-2074.
American Heart Association. High Blood Pressure.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. High Blood Pressure (Hypertension).
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Hypertension.
Alexander, M. Medscape (2018). Hypertension.
WebMD (2018). What is High Blood Pressure?
WebMD (2018). Symptoms of High Blood Pressure.

Hipertensi
Diterbitkan: 01 Nov 2018 | Maria Yuniar

Ditinjau oleh dr. Fridawati


Darah tinggi atau yang dikenal juga sebagai hipertensi dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang
lebih serius seperti serangan jantung dan stroke.

Tekanan darah tinggi juga dikenal sebagai hipertensi. Seseorang disebut mempunyai tekanan
darah tinggi apabila tekanan darahnya terukur pada nilai 130/80 mmHg atau lebih tinggi.

Tekanan darah ditentukan oleh berapa banyak volume darah yang dipompa oleh jantung dan
resistensi aliran darah di pembuluh darah/arteri. Jadi, tekanan darah akan terukur lebih tinggi
apabila jantung memompa darah lebih cepat dan/atau arteri lebih sempit. 

Tekanan darah yang tinggi dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius seperti
serangan jantung dan stroke. Walaupun tidak ada gejala yang timbul dan biasanya pengidap baru
menyadari setelah terjadi komplikasi, tekanan darah tinggi dapat dideteksi dengan mudah
melalui pemeriksaan tekanan darah.

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki tanda atau gejala tertentu.
Bahkan beberapa orang tidak merasakan adanya masalah hingga tekanan darah mencapai tingkat
yang sangat tinggi.
Pada sebagian orang lainnya, kondisi hipertensi dapat menyebabkan sakit kepala, sesak napas
atau mimisan. Namun tanda atau gejala tersebut tidak spesifik dan biasanya tidak terjadi sampai
tekanan darah tinggi mencapai tahap yang lebih serius.

Tekanan darah diukur dengan dua macam tekanan yaitu tekanan darah atas (sistolik) dan tekanan
darah bawah (diastolik). Angka sistolik mengukur tekanan di pembuluh darah pada saat jantung
memompa darah/ berdetak. Angka diastolik mengukur besarnya tekanan di pembuluh darah di
antara detakan jantung.

Tekanan darah dapat dibagi menjadi empat kategori:

 Tekanan darah normal. Angka tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg
 Tekanan darah meningkat. Seseorang termasuk dalam kategori ini apabila tekanan sistolik
dalam rentang 120 sampai 129 mmHg, dan tekanan diastolik dibawah 80 mmHg.
 Hipertensi tingkat 1. Apabila tekanan sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan diastolik 80-
89 mmHg
 Hipertensi tingkat 2. Apabila tekanan sistolik 140 mmHg ke atas atau tekanan diastolik 90
mmHg ke atas.

Belum ada penyebab jelas akan terjadinya hipertensi pada wanita maupun pria. Namun, anda
akan mengalami peningkatan risiko tekanan darah tinggi jika anda:

 Berusia lebih dari 65 tahun


 Mengalami obesitas atau kelebihan berat badan
 Memiliki keluarga yang mengidap tekanan darah tinggi
 Mengkonsumsi terlalu banyak garam dan kekurangan buah dan sayuran
 Tidak melakukan olahraga teratur
 Mengkonsumsi banyak alkohol atau kopi (atau minuman kafeina lain) 
 Merokok
 Kurang tidur atau mengalami kesulitan tidur

Adapun kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, diantaranya adalah:

 Masalah ginjal (penyakit ginjal, infeksi ginjal jangka panjang, penyempitan arteri yang memasuki
ginjal)
 Diabetes
 Obstructive sleep apnea (gangguan tidur dimana penderita berhenti bernapas sesaat)
 Masalah hormon, seperti hipertiroid, sindrom Cushing, akromegali, peningkatan kadar hormon
aldosteron (hiperaldosteronism) dan gangguan kelenjar adrenal (feokromositoma)
 Lupus (suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang bagian tubuh seperti kulit,
persendian dan organ)
 Skleroderma (suatu kondisi yang menyebabkan kulit menebal, dan kadang-kadang
menyebabkan permasalahan di organ dan pembuluh darah)

Dokter akan melakukan beberapa tes, seperti tes darah dan urine dan mengajukan beberapa
pertanyaan tentang kondisi kesehatan pasien untuk mengidentifikasi risiko terjadi masalah
lainnya.
Pengobatan hipertensi akan ditentukan oleh dokter berdasarkan usia dan kondisi pasien, serta
tingkat keparahan hipertensi. Berikut contohnya:

 Jika tekanan darah pasien secara konsisten di atas 140/90 mmHg, tetapi risiko lain rendah,
pasien akan disarankan untuk membuat beberapa perubahan pada gaya hidup.
 Jika tekanan darah pasien secara konsisten di atas 140/90 mmHg dan risiko komplikasi tergolong
tinggi, pasien akan dianjurkan untuk mengubah gaya hidup dan mengonsumsi obat penurun
tekanan darah.
 Jika tekanan darah pasien secara konsisten di atas 160/100 mmHg, pasien akan disarankan
untuk mengubah gaya hidup dan mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah.

Perubahan gaya hidup

Pengobatan terbaik untuk pengidap tekanan darah tinggi adalah dengan menerapkan pola hidup
sehat dan seimbang. Berikut contohnya:

 Mengurangi asupan garam

Penderita disarankan untuk diet sehat jantung dengan mengurangi asupan garam. WHO
merekomendasikan pengurangan konsumsi garam hingga di bawah 5 gram per hari untuk
membantu dalam mengurangi risiko hipertensi.

 Melakukan latihan fisik secara teratur

Anda dianjurkan untuk berolahraga setidaknya 150 menit setiap minggu, namun jangan langsung
melakukannya sekaligus. Anda bisa membaginya menjadi 30 menit per hari agar tubuh bisa
beradaptasi.

Jenis olahraganya pun tidak perlu rumit. Contohnya, berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang.

 Menghindari stres

Menghindari atau belajar mengelola stres dapat membantu seseorang untuk mengendalikan
tekanan darah.  Anda bisa melakukan meditasi, yoga, hobi yang Anda gemari, atau memanjakan
diri di spa.

 Jangan merokok

Merokok tak hanya dapat meningkatkan tekanan darah, tapi juga menjadi faktor risiko dari
berbagai gangguan kesehatan lain.

 Jauhi konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah, jadi penderita hipertensi
dihimbau untuk menghindari kebiasaan satu ini.

 Menerapkan pola makan yang seimbang


Penderita perlu mengubah pola makannya agar nutrisi yang masuk ke tubuh menjadi lebih
seimbang. Misalnya, dengan mengonsumsi lebih banyak buah, sayur, ikan, gandum utuh, dan
kacang-kacangan, serta mengurangi makanan berminyak dan berlemak.

 Menjaga berat badan

Kelebihan berat badan berkontribusi terhadap hipertensi. Pasalnya, jantung harus bekerja lebih
keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Karena itu, penderita hipertensi perlu
menurunkan berat badannya jika berlebihan.

Jenis obat hipertensi

Apabila perubahan gaya hidup saja tidak cukup untuk mengatasi hipertensi, dokter dapat
merekomendasikan obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah Anda. Jenis obat akan
ditentukan berdasarkan umur, kondisi kesehatan, dan tekanan darah Anda.

Beberapa jenis obat darah tinggi yang dianjurkan oleh dokter umumnya meliputi:

 Diuretik

Diuretik bekerja dengan membantu ginjal mengeluarkan air dan sodium, sehingga volume darah
berkurang. Contoh obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.

 Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor

Jenis obat ini bekerja dengan mencegah formasi suatu zat kimia yang mempersempit pembuluh
darah, sehingga pembuluh darah lebih lebar dan aliran darah menjadi lebih lancar. Contoh obat
dalam kategori ini adalah lisinopril dan captopril.

 Angiotensin II receptor blockers (ARBs)

Kegunaan obat ini sama dengan ACE inhibitor, yaitu memperlebar pembuluh darah. Hanya saja
cara kerjanya berbeda.

ARB akan menangkal efek dari zat kimia yang mempersempit pembuluh darah. Beberapa contoh
obat ARB meliputi candesartan dan losartan.

 Calcium channel blocker atau antagonis kalsium

Obat jenis ini mengendurkan otot pembuluh darah, dan juga dapat menurunkan detak jantung.
Beberapa jenis obat ini termasuk amlodipine dan diltiazem.

Dalam menggunakan obat, panduan dokter sangat penting karena beberapa obat memiliki efek
samping maupun interaksi dengan makanan yang perlu diperhatikan.

Berikut merupakan beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena
tekanan darah tinggi dan mengurangi tekanan darah anda:
 Mengurangi konsumsi garam dan menjalani diet sehat
 Mengurangi konsumsi alkohol dan kafein
 Mengurangi berat badan jika diperlukan
 Berolahraga teratur
 Beristirahat cukup

Penyakit tekanan darah tinggi seringkali tidak menimbulkan gejala apapun. Karena itu sangat
penting untuk melakukan pemeriksaan fisik secara rutin untuk mencegah hipertensi yang lebih
parah. Namun ada beberapa situasi mendesak yang mengharuskan anda untuk mengunjungi
dokter, diantaranya adalah:

 Jika anda mengikuti anjuran dokter dan tekanan darah anda masih tinggi
 Jika anda memiliki keluhan tertentu, seperti kelelahan, mual, sesak nafas, sakit kepala, keringat
berlebih, detak jantung tidak teratur, bermasalah dengan penglihatan, atau mengalami
disorientasi/ linglung. Apabila anda mengalami keluhan seperti diatas, sebaiknya anda
mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat karena keluhan tersebut dapat disebabkan oleh
tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol atau dari efek samping obat yang telah anda
konsumsi

Ada beberapa hal yang perlu anda persiapkan sebelum berkonsultasi dengan dokter, diantaranya
adalah,

1. Buatlah janji dengan dokter yang tepat: Jika anda mengalami atau mendampingi seseorang yang
menderita tekanan darah tinggi, buatlah janji dengan dokter spesialis penyakit dalam atau
jantung pembuluh darah
2. Bawalah hasil tes yang mendukung pemeriksaan: Jika anda telah melakukan pemeriksaan
laboratorium sebelumnya, anda dapat membawa hasil pemeriksaan guna mempermudah
dokter untuk mendiagnosis keadaan anda
3. Jika diperlukan mintalah orang lain untuk mendampingi: Memiliki pendamping ketika
mengunjungi dokter dapat sangat membantu anda secara emosional dan dalam berdiskusi
dengan dokter

 telah anda konsumsi

Pada saat konsultasi, pertama dokter akan membaca riwayat kesehatan dan hasil tes terbaru
pasien. Dokter akan bertanya tentang kronologi serta keluhan pasien. Setelah itu dokter akan
melakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan tekanan darah atau pemeriksaan laboratorium
lainnya yang mendukung.

Setelah hasil didapatkan, dokter akan mendiagnosis keadaan pasien dan memberikan
rekomendasi kesehatan kepada pasien. Dokter juga akan memberikan resep obat untuk beberapa
kasus tekanan darah tinggi untuk menjaga atau mengurangi tekanan darah pasien.

Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/symptoms-
causes/syc-20373410   
diakses pada 21 September 2018
NHS. https://www.nhs.uk/conditions/high-blood-pressure-hypertension/treatment/
diakses pada 21 September 2018

WHO. http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence/en/
diakses pada 21 September 2018

Medical News Today: https://www.medicalnewstoday.com/articles/150109.php#management-


and-treatment
diakses pada 16 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai