Anda di halaman 1dari 15

HIPERTENSI

(DARAH TINGGI)

Azka Egarizkya Tanzi // Marzuki


STUDI KASUS
Seorang pasien datang dengan riwayat hipertensi selama 3 tahun datang ke klinik untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium, hasil sebagai berikut:
a. Tekanan darah: 135/90 mmHg
b. Gula darah puasa: 150 mg/dl
c. Gula darah sewaktu: 250 mg/dl
d. HbA1C: 8%
e. LDL: 100 mg/dl
f. Kolesterol total:199 mg/dl
g. Trigliserida: 145 mg/dl

Note : Diketahui pasien rutin mengkonsumsi obat captopril 25 mg/hari.


P E N G E RT I A N
Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada pada angka 130/80 mmHg
atau lebih. Jika tidak segera ditangani, hipertensi bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti
gagal jantung, penyakit ginjal, hingga stroke.
Tekanan darah dinyatakan dalam dua nilai angka yang dipisahkan dengan garis miring atau yang
biasanya disebut “per”. Angka di awal, yaitu di sebelah kiri garis miring menandakan tekanan
sistolik. Ini adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi untuk memompa
darah keluar dari jantung.
Angka di akhir yang berada setelah garis miring menandakan tekanan diastolik, yaitu tekanan
darah saat jantung berelaksasi dan menyedot atau menerima darah masuk kembali ke dalam
jantung.
P E N G E RT I A N
Pada kondisi normal, tekanan darah orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Artinya, tekanan
sistoliknya adalah 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHG.
Tekanan darah tinggi yang terjadi terus-menerus dapat membuat jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini lama-kelamaan bisa membuat jantung membesar,
merusak pembuluh darah, dan membuat ginjal tidak bisa bekerja dengan baik.
Oleh karena itu, hipertensi perlu segera ditangani. Setelah tekanan darah kembali normal pun,
perlu terus dilakukan pemantauan dan bahkan penggunaan obat rutin agar tekanan darah selalu
terkontrol.
JENIS-JENIS HIPERTENSI
KRISIS
PRIMER/ESENSIAL
HIPERTENSI
Hipertensi yg muncul secara jenis hipertensi yang sudah mencapai
bertahap selama bbrp tahun tahap parah.

SEKUNDER URGENSI
tekanan darah tinggi karena HIPERTENSI
memiliki satu atau beberapa Bagian dari krisis
kondisi medis. hipertensi

PREHIPERTENSI EMERGENSI
kondisi kesehatan di mana tekanan darah sudah terlewat tinggi dan
tekanan darah Anda lebih tinggi telah menyebabkan kerusakan pada organ
dari biasanya tubuh
JENIS-JENIS HIPERTENSI
DALAM HIPERTENSI PADA
KEHAMILAN
Hipertensi dalam kehamilan dapat LANSIA
menyebabkan masalah bagi ibu dan tekanan darah yang lebih tinggi
bayinya dibanding orang yang masih muda.

POSTPARPTUM SISTOLIK TERISOLASI


tekanan darah sistoliknya meningkat
PREEKLAMSIA hingga mencapai 140 mmHg atau lebih,
Sebagian besar kasus postpartum
preeklampsia dapat berkembang dalam sedangkan tekanan darah diastoliknya
waktu 48 jam setelah persalinan berada di bawah 90 mmHg.

PULMONAL RESISTEN
tekanan darah tidak dapat
tekanan darah yang mengalir di terkontrol meski sudah
dalam paru-paru. menggunakan obat-obatan
hipertensi.
Pentingnya Klasifikasi Hipertensi:

• Klasifikasi membantu dalam merencanakan pendekatan


pengelolaan yang sesuai dengan tingkat keparahan dan faktor
risiko individu.

• Dengan mengidentifikasi apakah hipertensi bersifat primer


atau sekunder, profesional kesehatan dapat menentukan
strategi pengobatan yang tepat.

• Klasifikasi juga memberikan kerangka kerja bagi profesional


kesehatan untuk menentukan sasaran pengobatan dan
memantau respon terhadap pengobatan.
FA K T O R

USIA KETURUNAN KEGEMUKAN


Berusia di atas 65 tahun Memiliki keluarga yang Menderita obesitas, sleep
juga menderita tekanan apnea, diabetes, atau
darah tinggi penyakit ginjal
FA K T O R

GARAM KEHAMILAN KOLESTROL


Sering mengonsumsi Sedang hamil Memiliki kadar kolestrol
makanan tinggi garam yang tinggi
dalam jumlah banyak
Tekanan darah tinggi dikenal dengan istilah the silent killer atau penyakit yang membunuh secara

diam-diam. Hal ini karena sering kali hipertensi tidak menimbulkan gejala atau tidak disadari sampai tekanan

darah sudah sangat tinggi atau hipertensi sudah menimbulkan komplikasi.

Kondisi ini mana tekanan darah sudah sangat tinggi disebut krisis hipertensi, yaitu ketika tekanan darah sudah

mencapai 180/120 mmHg atau lebih.

Gejala yang dapat muncul ketika tekanan darah terlalu tinggi adalah: Mual dan muntah, Sakit

kepala, Mimisan, Nyeri dada, Gangguan penglihatan, Telinga berdenging, Gangguan irama jantung, Kencing

berdarah
Diagnosis Hipertensi:
1. Pemeriksaan Tekanan Darah:
1. Diagnosis hipertensi didasarkan pada pengukuran tekanan darah. Diagnosis ditegakkan jika
tekanan darah persisten melebihi batas tertentu.
2. Tekanan darah diukur dalam milimeter merkuri (mmHg) dan terdiri dari dua angka: tekanan
sistolik dan diastolik.
3. Diagnosis hipertensi biasanya ditegakkan jika tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥ 80 mmHg.
2. Pengukuran Berkala:
1. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan secara berkala, terutama pada orang dewasa dan
lansia.
2. Pemeriksaan rutin membantu mendeteksi perubahan tekanan darah sejak dini dan
memungkinkan intervensi sebelum komplikasi berkembang.
3. Pemeriksaan Tambahan:
1. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk menilai risiko kardiovaskular,
termasuk tes darah untuk menilai kadar kolesterol, gula darah, dan fungsi ginjal.
2. Elektrokardiogram (EKG) atau tes pencitraan jantung mungkin direkomendasikan untuk menilai
kerusakan jantung yang mungkin disebabkan oleh hipertensi.
Pencegahan
pencegahan hipertensi seringkali dapat dicapai melalui perubahan gaya hidup sehat dan kebiasaan hidup yang baik. Berikut
adalah beberapa langkah pencegahan yang dapat membantu menurunkan risiko hipertensi:
1. Pertahankan Berat Badan Sehat: Menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengendalikan tekanan
darah.
1. Perubahan Gaya Hidup Sehat:
1. Aktivitas Fisik: Lakukan olahraga secara teratur, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda, setidaknya 150
menit per minggu.
2. Hentikan Aktivitas yang Tidak Sehat: Hindari gaya hidup yang tidak sehat, seperti merokok dan mengonsumsi
narkoba terlarang.
2. Diet Rendah Garam dan Lemak:
1. Kurangi Konsumsi Garam: Batasi asupan garam, karena garam dapat meningkatkan tekanan darah. Hindari
makanan olahan yang tinggi garam dan perhatikan label nutrisi.
2. Diet DASH: Pertimbangkan mengadopsi Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), yang kaya akan
buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak.
3. Olahraga Teratur:
1. Aktivitas fisik yang teratur membantu mengontrol berat badan, meningkatkan kesehatan jantung, dan menurunkan
tekanan darah.
2. Pilih kegiatan yang Anda nikmati, seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau tari.
4.Pengelolaan Stres:
1. Temukan cara untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau aktivitas relaksasi.
2. Tetapkan waktu untuk bersantai dan melakukan kegiatan yang membawa kebahagiaan dan
ketenangan.
5.Berhenti Merokok dan Mengurangi Konsumsi Alkohol:
3. Berhenti Merokok: Merokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko
hipertensi. Berhenti merokok memberikan manfaat besar bagi kesehatan.
4. Konsumsi Alkohol yang Terkendali: Jika Anda mengonsumsi alkohol, lakukan dengan
moderat. Batasi konsumsi alkohol sesuai panduan kesehatan.
6.Pemantauan Rutin Kesehatan:
5. Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan tekanan darah secara teratur.
6. Melibatkan profesional kesehatan dalam perencanaan dan pemantauan pencegahan
hipertensi.
7.Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:
7. Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau memiliki faktor risiko lainnya,
berkonsultasilah dengan dokter untuk saran dan pengelolaan yang lebih spesifik.
Obat-obatan Hipertensi:

• Inhibitor ACE (Angiotensin-Converting Enzyme):


• Contoh: enalapril, lisinopril.
• Membantu melebarkan pembuluh darah dengan menghambat enzim yang merangsang
penyempitan pembuluh darah.
• ARBs (Angiotensin II Receptor Blockers):
• Contoh: losartan, valsartan.
• Bekerja dengan cara yang mirip dengan ACE inhibitor untuk mengendalikan tekanan darah.
• Diuretik:
• Contoh: hidroklorotiazid, furosemid.
• Meningkatkan pembuangan air dan garam dari tubuh, membantu menurunkan volume darah dan
tekanan darah.
• Beta-Blocker:
• Contoh: metoprolol, propranolol.
• Mengurangi denyut jantung dan kekuatan kontraksi jantung, mengurangi tekanan darah.
• Kalsium Antagonis:
• Contoh: amlodipin, nifedipin.
• Memengaruhi aliran kalsium ke dalam sel-sel otot jantung dan pembuluh darah, sehingga
membantu mengendalikan tekanan darah.
• Obat-obatan Kombinasi:
• Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan kombinasi obat untuk mencapai kontrol
tekanan darah yang optimal.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai