Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn S PADA IBU Y (56 TAHUN) DENGAN

MASALAH KESEHATAN HIPERTENS DI KELURAHAN REGENCI 1 RT001/RW002,


CIBITUNG
2021

OOM KOMARIYAH, S.Kep


211560311082
Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection (JIVC) sebagai
tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya,
mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg,
hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan
diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO, yaitu:
a.Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg
b.Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg
c.Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of
Hipertension, yaitu:
1)Diastolik
a)< 85 mmHg : Tekanan darah normal
b)85 – 99 mmHg : Tekanan darah normal tinggi
c)90 -104 mmHg : Hipertensi ringan
d)105 – 114 mmHg : Hipertensi sedang
e)>115 mmHg : Hipertensi berat

2)Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


a)< 140 mmHg : Tekanan darah normal
b)140 – 159 mmHg : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
c)> 160 mmHg : Hipertensi sistolik teriisolasi
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium
dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tanda Dan Gejala
Menurut Rokhaeni (2001) manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: mengeluh sakit
kepala, pusing lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1.Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.
2.Sakit kepala
3.Pusing / migraine
4.Rasa berat ditengkuk
5.Penyempitan pembuluh darah
6.Sukar tidur
7.Lemah dan lelah
8.Nokturia
9.Azotemia
10.Sulit bernafas saat beraktivitas
Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler
yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan
suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari 10
gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
2.Penurunan berat badan
3.Penurunan asupan etanol
4.Menghentikan merokok
5.Latihan Fisik
6.Edukasi Psikologis
7.Terapi dengan Obat
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
a.Diuretik
b.ACE-Inhibitor
c.Calsium channel blocker
d.Beta blocker
Diit Hipertensi
1.Konsumsi lemak dibatasi
2.Konsumsi kolesterol dibatasi
3.Konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese
4.Makanan yang boleh dikonsumsi :
a.Makanan yang banyak mengandung garam.
b.Makanan yang banyak mengandung kolesterol
c.Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh.
d.Lemak hewan: sapi, babi, kambing, susu jenuh, cream, keju, mentega.
e.Makanan yang banyak menimbulkan gas.
5.Obat Tradisional Untuk Hipertensi
Cara Pencegahan

1.Pencegahan Primer 2.Pencegahan sekunder

a.Pengelolaan secara menyeluruh bagi


a.Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk \
penderita baik dengan obat maupun dengan
menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, tindakan-tindakan seperti pada pencegahan
Diabetes Mellitus, dsb. primer.
b.Dilarang merokok atau menghentikan merokok. b.Harus dijaga supaya tekanan darahnya
c.Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi tetap dapat terkontrol secara normal dan
rendah garam. stabil mungkin.
d.Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan. c.Faktor-faktor resiko penyakit jantung
ischemik yang lain harus dikontrol.
d.Batasi aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai