Anda di halaman 1dari 24

BAB III

STUDI KASUS

A. Pengkajian

Ruang Poliklinik RS Cibitung Medika tanggal 22 Maret 2022

1. Identitas Klien

Pasien adalah seorang laki-laki bernama “Tn. A” berusia 33 tahun, pasien

tinggal di daerah Bekasi, pasien beragama islam, pendidikan terakhir

SMA, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pekerjaan pasien

adalah tidak bekerja. Pasien kontrol tanggal 22 Maret 2022.

2. Alasan Masuk RS

Keluarga mengatakan pasien di rumah suka marah-marah, memukul

ibunya, merusak barang-barang dalam rumah, melempar rumah, dan

mengamuk disekitar lingkungan rumah. Pasien mengatakan tidak mau

bergaul dengan orang lain, sering menyendiri. Pemeriksaan fisik pada

pengukuran tanda-tanda vital di dapatkan data: TD : 120/60 mmHg, N:

80x/mnt, RR : 20x/mnt S: 36,8○C BB: 61 Kg. Keluhan fisik adalah pasien

mengatakan tidak sakit.

3. Keluhan utama

Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki pacar dan ibunya tidak

setuju kalau anaknya pacaran dengan perempuan itu, akibatnya ibunya

suka memarahi pacarnya itu didepan pasien, akibatnya pasien tidak terima

dan memukul ibunya. Kemudian setelah tenang, pasien dibawa ke RS

Cibitung Medika supada mendapatkan pengobatan.


4. Faktor Predisposisi

a. Riwayat Gangguan Jiwa di masa lalu

Pasien tidak memiliki riwayat sakit jiwa sebelumnya, hanya berobat ke

RS Cibitung Medika karena habis marah-marah.

b. Pengobatan sebelumnya

Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya

c. Pengalaman

Pasien tidak mempunyai pengalaman aniaya fisik, seksual, penolakan,

kekerasan dalam keluarga, bahkan tindakan kriminal.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit

jiwa seperti saya”.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Pengalaman Masa lalu

Pasien mengatakan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

yaitu ibu kandungnya sering dipukuli oleh ayah kandungnya sendiri saat

marahan.

Masalah Keperawatan : Distress masa lalu

5. Pemeriksaan Fisik

Tanda Vital : TD : 120/60 mmHg, N: 80x/mnt, RR : 20x/mnt S: 36,8○C BB: 61

Kg. Keluhan Fisik : Tidak ada keluhan fisik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


a. Psikososial

1) Genogram
Gambar 3.1 Genogram Pasien.

Keterangan :

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Cerai

: Meninggal : Orang terdekat

Penjelasan :

Pasien mengatakan bahwa dirinya anak ke enam dari delapan bersaudara,

belum menikah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2) Konsep Diri

a) Gambaran diri : Saat ditanya bagian tubuh mana yang disukai,

pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya

b) Identitas : Pasien mengatakan namanya “Tn.S” seorang laki-laki


berumur 33 tahun

c) Peran : Pasien mengatakan pasien adalah anak ke enam dari

delapan bersaudara

d) Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin sembuh dari sakitnya, dan

berusaha tidak marah-marah lagi

e) Harga Diri : pasien mengatakan sangat marah saat pacarnya

dimarah-marahin ibunya sendiri didepan pasien.

3) Hubungan Sosial

a) Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti dalam

hidupnya yaitu ibunya

b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat (SMRS): pasien

mengatakan aktif dalam kegiatan gotong royong

c) Selama di rumah pasien aktif beraktifitas seperti bersih-bersih

d) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pada saat

pengkajian pasien dapat berinteraksi dengan baik dan berespon

baik.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4) Spiritual

a) Nilai dan Keyakinan : pasien mengatakan bahwa dirinya orang

yang beragama islam

b) Kegiatan Beribadah : pasien mengatakan berdoa setiap hari.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Status Mental

a. Penampilan : pasien mengatakan selalu mandi 2 kali dalam sehari, sikat


gigi 2 kali sehari dan memakai sabun.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Pembicaraan : pasien berbicara dengan normal, dengan nada lambat dan

lama menjawab stimulus dari perawat. Pasien memulai pembicaraan

saat diberi rangsang stimulus.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Aktivitas Motorik : Pasien terlihat aktif, badan tegap saat duduk.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Alam Perasaan : Pasien merasa sangat marah saat pacar yang dia cintai

dimarah-marahin ibunya didepan pasien. Karena tidak tahan menahan

amarah, pasien kemudian memukul ibunya sendiri.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

e. Afek : Saat dilakukan wawancara pertama kali pada tanggal 22 Maret

2022 afek atau ekspresi pasien terlihat sesuai dengan stimulus

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

f. Interaksi selama wawancara : Saat dilakukan wawancara kontak mata pasien

baik melihat ke perawat, dan saat ditanya pasien kooperatif

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

g. Persepsi Halusinasi : Saat dilakukan pengkajian pasien dapat

menjelaskan bahwa tidak ada halusinasi, karena tidak terima pacarnya

dimarah-marahin ibunya, kemudian pasien memukuli ibunya sendiri

setelah memarahi pacarnya tersebut.

Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan, mencederai orang

lain
h. Proses Pikir : Saat dilakukan wawancara pasien menjawab sesuai dengan

keadaan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

i. Isi Pikir : Saat diwawancarai pasien dapat menjawab pentanyaan sesuai

dengan ide

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

j. Tingkat Kesadaran : Pasien sadar dan tidak bingung atau kacau

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

k. Memori : Saat ditanya masa lalu, pasien ingat, menjawab dengan tepat

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Pasien berkonsentrasi dengan

pertanyaan perawat

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

m. Kemampuan Penilaian : Pasien harus sembuh supaya mampu

menyenangkan ibunya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

n. Daya tilik diri : Pasien menyadari tentang penyakitnya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

7. Kebutuhan Pulang

a. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan : Pasien mampu

memenuhi kebutuhannya secara mandiri.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Kegiatan hidup sehari-hari

1) Perawatan Diri

Pasien mengatakan bahwa pasien mandi, bersihan diri, makan,


BAB/BAK, ganti pakaian dilakukan secara mandiri tanpa ada

paksaan dari keluarga

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

2) Nutrisi

Pasien mengatakan puas dengan pemberian makanan. Pola makan 3

kali sehari habis setiap kali makan. Saat akan pasien tidak

memisahkan diri.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3) Tidur

Pasien tidak merasakan sulit untuk tidur dan masalah dalam kebutuhan

tidurnya. Waktu tidur siang pukul 13.00 s/d 16.00 dan untuk tidur malam

pukul 19.00 s/d 05.00.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Kemampuan klien

Pasien mampu mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat keputusan

berdasarkan keinginan sendiri, dan melakukan pemeriksaan kesehatan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Klien memiliki sistim pendukung

Pasien mengatakan bahwa sistim pendukung dalam keluarga adalah

pacarnya sebagai penyemangat pasien.

Masalah Keperawatn : Tidak ada masalah keperawatan

e. Apakah klien menikmati saat bekerja tentang kegiatannya

Pasien mengatakan belum pernah bekerja, kegiatanya bersih-bersih

rumah, membantu ibunya ke pasar

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


8. Mekanisme Koping

Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan kalau ada masalah hanya

bercerita kepada teman terdekatnya.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Masalah Psikososial dan Lingkungan

a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan

sangat sayang dengan pacarnya

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : pasien mengatakan

kenal dengan saudara-saudaranya

c. Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien lulusan SMU

d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : pasien belum bekerja

e. Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien memiliki rumah sendiri,

tidak kontrak

f. Masalah ekonomi, spesifik : pasien termasuk dari keluarga yang

berkecukupan dan tidak terdapat masalah ekonomi

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien hanya berobat

disaat sakit

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Pengetahuan Kurang Tentang

Pasien mengetahui dan menyadari tentang sakitnya dan pasien juga

mengetahui jenis dan warna obat yang diberikan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Aspek Medik

Diagnosa Medik : F.20.3 (Skizofrenia)


Terapi Medik : Chlorpromazine 2Χ50 mg, Trifluoperazine 2Χ25 mg

12. Daftar Masalah Keperawatan

a. Perilaku Kekerasan

ANALISA DATA

Tanggal Data Etiologi Masalah Ttd


22-03-2022 DS : Resiko mencederai Perilaku Oom
pasien mengatakan memukul diri / orang lain/ kekerasan
ibunya dirumah karena lingkungan
memarahi pacarnya
didepannya, pasien
mengatakan tidak suka Perilaku kekerasan
bergaul dimasyarakat karena
sering di bulli, pasien tidak
nyaman dengan keadaan Gangguan konsep
sekarang karena pasien belum, diri : harga diri
menikah dan merasa minder rendah
dengan teman-teman.
DO :
pasien tampak gelisah, kuatir,
labil, tegang, meremas jari-jari
tangan, gerakan tangan yang
tidak menentu, menyendiri
tidak ingin bercerita dengan
orang lain, kontak mata
kurang, bicara suara kecil,
menjawab saat di tanya saja,
tampak cemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Perilaku kekerasan b/d gangguan konsep harga diri rendah


INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
Perilaku 1 Pasien dapat a. Pasien mau 1) Beri salam/panggil nama
Kekerasan membina membalas salam klien
hubungan b. Pasien mau menjabat 2) Sebutkan nama perawat
saling tangan sambil jabat tangan
percaya c. Pasien mau 3) Jelaskan maksud
menyebutkan nama hubungan interaksi
d. Pasien mau 4) Jelaskan tentang kontrak
tersenyum yang akan dibuat
e. Pasien mau kontak 5) Beri rasa aman dan
mata sikap empati
f. Pasien mengetahui 6) Lakukan kontak singkat
nama perawat tapi sering
g. Menyediakan waktu
untuk kontrak
2 Pasien dapat a. Pasien dapat 1) Beri kesempatan untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan
kasi persaannya perasaannya
penyebab b. Pasien dapat 2) Bantu pasien untuk
perilaku mengungkapkan mengungkapkan
kekerasan penyebab perasaan penyebab jengkel/kesal
jengkel/kesal (dari
diri sendiri, dari
lingkungan / orang
lain)
3 Pasien dapat a. Pasien dapat 1) Anjurkan pasien
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan apa yang
kasi tanda- perasaan saat marah/ dialami saat marah /
tanda jengkel jengkel
perilaku b. Pasien dapat 2) Observasi tanda perilaku
kekerasan menyimpulkan tanda- kekerasan pada klien
tanda jengkel/ kesal 3) Simpulkan bersama
yang dialami pasien tanda- tanda
jengkel/kesal yang dialami
klien
4 Pasien dapat a. Pasien dapat 1) Anjurkan pasien untuk
mengidentifi mengungkapkan mengungkapkan perilaku
kasi perilaku perilaku kekerasan kekerasan yang biasa
kekerasan yang biasa dilakukan dilakukan klien
yang biasa b. Pasien dapat bermain 2) Bantu pasien bermain
dilakukan peran dengan perilaku peran sesuai dengan
kekerasan yang biasa perilaku kekerasan yang
dilakukan biasa dilakukan
c. Pasien dapat 3) Bicarakan dengan pasien
mengetahui cara yang apakah cara yang pasien
biasa dapat lakukan masalahnya
menyesuaikan masalah selesai
atau tidak
5 Pasien dapat a. Pasien dapat 1) Bicarakan akibat /
mengidentifi menjelaskan akibat dari kerugian dari cara yang
kasi akibat cara yang digunakan dilakukan pasien
perilaku pasien 2) Bersama pasien
kekerasan menyimpulkan akibat cara
yang digunakan oleh klien
6 Pasien dapat a. Pasien dapat 1) Tanyakan pada klien
mengidentifi melakukan cara “apakakah ia ingin
kasi cara berespon terhadap mempelajari cara baru
konstruksi kemarahan secara yang sehat?”
dalam konstruksi 2) Berikan pujian jika pasien
merespon mengetahui cara lain yang
terhadap sehat
kemarahan 3) Diskusikan dengan pasien
cara lain yang sehat
a. Secara fisik: tarik nafas
dalam jika sedang
kesal/memukul
bantal/kasur atau olah
raga atau pekerjaan
yang memerlukan
tenaga
b. Secara verbal: katakan
bahwa anda sedang
kesal/tersinggung/
jengkel
c. Secara sosial: lakukan
dalam kelompok cara-
cara marah yang sehat;
latihan asentif. Latihan
manajemen perilaku
kekerasan
d. Secara spiritual:
anjurkan klien
sembahyang, berdo’a/
ibadah lain; meminta
pada Tuhan untuk
diberi kesabaran,
mengadu pada Tuhan
kekerasan/ kejengkelan
7 Pasien dapat a. Pasien dapat 1) Bantu pasien memilih cara
mendemonst mendemonstrasikan yang paling tepat untuk
rasikan cara cara mengontrol pasien
mengontrol perilaku kekerasan 2) Bantu pasien
perilaku  Fisik: tarik nafas mengidentifikasi manfaat
kekerasan dalam, olah raga, cara dipilih
menyiram tanaman 3) Berreinforcement positif
 Verbal : atau keberhasilan klien
engatakannya secara menstimulasi cara tersebut
langsung dengan tidak 4) Anjurkan pasien untuk
menyakiti menggunakan cara yang
 Spiritual: telah dipelajari saat
sembahyang, berdo’a jengkel/marah
atau ibadah lain

8 Klien dapat a. Pasien dapat 1) Jelaskan jenis-jenis obat


menggunak menyebutkan obat- yang diminum pasien
an obat - obatan yang diminum 2) Diskusikan manfaat
obatan yang dan kegunaan (jenis, minum obat dan
diminum waktu, dan efek) kerugian berhenti
dan b. Pasien dapat minum minum obat tanpa seizin
kegunaanny obat sesuai program dokter
a (jenis, pengobatan 3) Jelaskan prinsip benar
waktu, minum obat (baca nama
dosis dan yang tertera pada botol
efek) obat, dosis obat, waktu
dan cara minum)
4) Ajarkan pasien minta
obat dan minum tepat
waktu
5) Anjurkan klien
melaporkan pada
perawat/dokter jika
merasakan efek yang
tidak menyenangkan
6) Beri pujian, jika pasien
minum obat dengan
benar
Tanggal DX Implementasi Evaluasi
Keperawatan
23-03-2022 Perilaku Melakukan SP1P S:
Kekerasan Perilaku kekerasan - “Selamat pagi!, nama saya R”
a. Membina hubungan saling - “Saya mudah marah bila pacar saya dimarahi oleh ibu saya”
percaya dengan - “Nada suara saya langsung tinggi dan suka memukul”
mengungkapka n prinsip - “Saya menjadi jengkel dan langsung memukul”
komunikasi terapeutik - “Biasanya saya langsung pergi keluar rumah dan berjalan-
b. Mengidentifika si perilaku jalan untuk menenangkan hati”
kekerasan yang dialami klien - Klien mengatakan paham dan mengerti cara mengontrol
c. Mengidentifikasi tanda dan perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam
gejala perilaku kekerasan - “Saya mau latihan kalau marah saya datang saya tarik nafas
d. Mengidentifikasi perilaku dalam dari hidung keluarkan dari mulut 3 kali“
kekerasan yang biasa - “Saya mau latihan nafas dalam setiap sore jam 16.00 dan
dilakukan setiap malam sebelum tidur jam 21.00”
e. Mengidentifikasi akibat O:
perilaku kekerasan - Berbicara dengan keras
f. Membantu latihan cara fisik 1 - Klien terlihat gelisah
perilaku kekerasan : latihan - Klien kooperatif
nafas dalam - Kontak mata baik
g. Menganjurkan memasukkan A: SP1P tercapai
dalam jadwal harian P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan SP2P perilaku kekerasan
- Evaluasi SP1P perilaku kekersan
- Monitor klien latihan tarik nafas dalam sesuai dengan jadwal
yang telah disusun
- Motivasi klien untuk melakukan/melatih cara nafas dalam secara
mandiri sesuai jadwal yaitu satiap malam sebelum tidur jam 22.00
Tanggal DX Implementasi Evaluasi
Keperawatan
24-03-2022 Perilaku Melakukan SP2P S:
Kekerasan Perilaku kekerasan - Klien mengatakan perasaannya hari ini senang bertemu lagi
a. Melakukan BHSP dengan klien, dengan penulis
mengingatkan kembali nama - Klien mengatakan “ Saya sudah tidak merasa marah”
penulis dan menanyakan tentang O:
keadaan klien serta menanyakan - Klien kooperatif
apakah klien sering emosi
- Klien dapat mengingat nama perawat dengan baik
- Klien terlihat tenang
- Klien mau melakukan kontak mata dengan perawat
A: BHSP tercapai
P: Lanjutkan intervensi
- Evaluasi SP1P perilaku kekerasan

b. Mengevaluasi cara mengontrol S:


perilaku kekerasan dengan cara - Klien mengatakan kalau sudah diajarkan bagaimana cara
fisik pertama (tarik nafas dalam) untuk nafas dalam.
yang sudah diajarkan dan Klien mengatakan setelah melakukan nafas dalam
mengavaluasi jadwal kegiatan
harian klien emosi/marah sedikit berkurang.
O:
- Klien masih ingat cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik pertama (nafas dalam) yang
sebelumnya telah diajarkan
- Klien terlihat dapat mendemonstrasikan dengan baik
A : SP1P tercapai
P: Lanjutkan intervensi
- Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara fisik 2 yaitu pukul kasur dan bantal

c. Melatih klien mengontrol S:


perilaku kekerasan dengan cara - Klien mengatakan mau diajarkan cara mengontrol
fisik 2 yaitu pukul kasur dan perilaku kekerasan dengan pukul kasur dan bantal
bantal O:
- Klien terlihat paham dengan apa yang baru saja diajarkan
- Klien terlihat dapat mendemonstrasikan cara pukul kasur
dan bantal
A: SP2P teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Evaluasi SP2P Perilaku kekerasan
- Lanjutkan SP3P Perilaku kekerasan
d. Memasukkan latihan cara S:
mengontrol perilaku kekerasan - Klien mengatakan mau memasukkan ke dalam jadwal
dengan cara pukul kasur dan kegiatan harian dan akan berlatih cara memukul kasur dan
bantal kedalam jadwal kegiatan bantal
harian klien
O:
- Klien kooperatif
- Klien terlihat mau melakukan pukul kasur dan bantal
secara mandiri sesuai jadwal yaitu setiap sore jam 16.00
dan malam sebelum tidur jam 22.00
A: SP2P Perilaku kekerasan tercapai
P: Lanjutkan intervensi
- Motivasi klien untuk melakukan/ berlatih cara memukul
kasur dan bantal secara mandiri sesuai jadwal yaitu setiap
sore jam 16.00 dan malam sebelum tidur jam 22.00
Tanggal DX Implementasi Evaluasi
Keperawatan
25-03-2022 Perilaku Melakukan SP3P S:
Kekerasan Perilaku kekerasan - Klien dapat mengingat nama penulis dan mengatakan
a. Melakukan BHSP dengan klien sangat senang mengobrol dengan penulis
dan mengingatkan kembali - Klien mengatakan sudah tidak merasa marah/emosi
nama penulis serta menanyakan lagi apa yang baru saja diajarkan
keadaan klien dan menanyakan - Klien terlihat dapat mendemonstrasikan cara pukul
apakah klien masih merasa
emosi/ marah kasur dan bantal
O:
- Klien masih mengingat nama perawat
- Klien kooperatif saat diajak bicara
- Kontak mata baik
A: BHSP tercapai
P: Lanjutkan intervensi
- Evaluasi SP1P-SP2P perilaku kekerasan

b. Mengevaluasi cara mengontrol S:


perilaku kekerasan dengan cara - Klien mengatakan sudah mencoba cara kedua yaitu pukul
fisik yang pertama dan kedua kasur dan bantal
yang sudah diajarkan serta - Klien mengatakan sudah melatih cara nafas dalam sesuai
mengevaluasi kegiatan harian
klien jadwal
O:
- Klien masih ingat cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik yang pertama dan kedua
( nafas dalam dan memukul kasur dan bantal ) yang
sebelumnya telah diajarkan
- Klien terlihat dapat mendemonstrasikan dengan baik
A : SP1P dan SP2P teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan
cara yang ketiga yaitu sosial/verbal
c. Mendiskusikan dengan klien S:
tentang dosis, frekuensi, - Klien mengatakan paham dengan manfaat meminum obat
manfaat minum obat, akibat secara teratur dan dengan menggunakan prinsip 6 benar
berhenti mengkonsumsi obat-
obat tanpa konsultasi dan bantu
klien menggunakan obat O:
dengan prinsip 6 benar - Klien terlihat paham dengan penjelasan yang diberikan
tentang minum obat secara teratur
- Klien dapat menyebutkan nama obat dan dosis yang
harus di konsumsi pasien setiap hari
A: SP3P pasien tercapai
P: Lanjutkan intervensi
- Evaluasi SP1P sampai SP3P perilaku kekerasan
- Monitor klien latihan nafas dalam, pukul bantal/kasur,
minum obat dengan cara yang baik
26-03-2022 Perilaku Melakukan Evaluasi SP3P S:
Kekerasan Perilaku kekerasan - Klien dapat mengingat nama penulis dan mengatakan
a. Melakukan BHSP dengan klien senang mengobrol dengan penulis
dan mengingat kembali nama - Klien mengantakan sudah tidak merasa marah dan
penulis serta menanyakan emosi lagi
keadaan klien O:
- Klien dapat mengingat nama perawat
- Kontak mata baik
- Klien kooperatif A: BHSP tercapai
P: Lanjutkan intervensi
- Evaluasi SP1P – SP3P perilaku kekerasan

b. Mengevaluasi cara mengontrol S:


perilaku kekerasan dengan cara - Klien mengatakan sudah mencoba cara ke tiga untuk
pertama kedua, dan minum meminta dengan baik bersama teman satu kamarnya yaitu
obat Tn. B
- Klien mengatakan sudah melakukan cara yang diajarkan
yaitu nafas dalam dan pukul kasur dan bantal sesuai dengan
jadwal
- Klien mengatakan masih dapat mengingat tentang
nama dan jenis obat serta dosis obat yang harus
diminum
O:
- Klien masih dapat mengingat cara mengontrol perilaku
kekerasan yang pertama, kedua dan ketiga (nafas dalam,
pukul kasur dan bantal dan minum obat secara teratur
dengan prinsip 6 benar) yang sudah di ajarkan)
- Klien dapat mendemonstrasikan dengan baik dan benar cara
mengontrol perilaku kekerasan
A: SP1P – SP3P tercapai
P: Lanjutkan intervensi
Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang
keempat yaitu spriritual ( beribadah atau berdoa )
PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting suatu proses pemberian asuhan

keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian

harus akurat, lengkap, sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat penting untuk

langkah selanjutnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai respon

individu.

Menurut Damaiyanti Iskandar (2012) Perilaku kekerasan adalah suatu

keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayahkan

secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut gaduh

gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor

dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol. menurut teori (Ade, 2011), tanda

dan gejala pada pasien dengan perilaku kekerasan adalah ditandai dengan: wajah

memerah, tegang, tidak nyaman merasa terganggu, dendam jengkel, mengamuk,

gangguan hubungan sosial, dan menarik diri. Menurut Direja (2011), ada beberapa

faktor penyebab perilaku kekerasan seperti : faktor predisposisi, faktor presipitasi.

Berdasarkan data pengkajian pada Tn. A. data subyektif yang di dapatkan :

pasien mengatakan memukul ibunya berulang-ulang karena memarahi pacarnya,

pasien tidak nyaman karena merasa dikurung dirumah sakit tidak bergaul dengan

orang lain, melempar rumah, merusak barang-barang dalam rumah dan mengamuk

disekitar lingkungan rumah. Data obyektif dari pasien adalah : tampak gelisah,

kuatir, tegang, labil, menyendiri, kontak mata kurang wajah memerah. Maka

berdasarkan data di atas penulis mengambil kesimpulan antara teori dan kasus

nyata tidak ada kesenjangan karena didapatkan data dari kasus nyata sama dengan

teori baik penyebab dan tanda gejala sama menurut (Ade, 2011).
2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori Yosep (2010) ada 8 diagnosa keperawatan sebagai

berikut: Resiko perilaku kekerasan, Harga diri rendah kronik, Resiko mencederai

(diri sendiri, orang lain, lingkungan,), Perubahan Presepsi sensori: halusinasi,

Isolasi social, Berduka disfungsional, Inefektif proses terapi, Koping keluarga

inefektif. Sedangkan pada kasus nyata diagnosa yang muncul adalah : perilaku

kekerasan.

Diagnosa keperawatan prioritas yang didapatkan berdasarkan core problem

adalah : perilaku kekerasan. Alasan mengapa penulis mengangkat diagnosa

perilaku kekerasan sebagai core problem adalah berdasarkan data pengkajian

keluhan utama, tanda dan gejala yang paling menonjol adalah data yang

menunjukan pasien dengan perilaku kekerasan.

Menurut penulis ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena dalam

teori ada delapan diagnosa sedangkan pada kasus nyata hanya terdapat satu

diagnosa saja, karena pada pasien belum keluhan, tanda dan gejala yang

mendukung untuk mengangkat diangnosa yang terdapat pada teori.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses

keperawatan. Carpenito (2007), menyatakan bahwa perencanaan keperawatan

adalah metode pemberian perawatan langsung pada pasien (Sutejo, 2007). Menurut

teori (Yosep, 2010), perencanaan untuk perilaku kekerasan ada 9 TUK antara lain:

Bina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perilaku kekerasan

identifikasi perasaan saat marah/jengkel tanda perilaku kekerasan, identifikasi


perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, identifikasi akibat perilaku kekerasan,

identifikasi cara konstruktif dalam mengkapkan kemarahan, memperagakan cara

mengontrol perilaku kekerasan, keluarga pasien dapat menyebutkan cara

mengontrol dan cara merawat perilaku kekerasan, menyebutkan obat-obatan yang

diminum dan kegunaannya (jenis, waktu dan efek, dosis) dan dapat minum obat

sesuai program pengobatan.

Intervensi yang dapat dilakukan oleh penulis pada pasien adalah sebaagai

berikut mampu membalas salam, mau berjabat tanggan, menyebutkan nama,

pasien mau tersenyum, pasien mau kontak mata dengan perawat, dan pasien mapu

mengetahui nama perawat, dapat mengungkapkan perasaannya dan pasien dapat

mengkupakan penyebab perasaan jengkel/kesal (dari diri sendiri lingkungan dan

orang lain) mengungkapkan apa yang pernah dialaminya saat marah atau jengkel,

mengobservasi tanda saat marah/jengkel tanda perilaku kekerasan dan pasien dapat

menyimpulkannya.

Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan, terdapat kesamaan antara

konsep dasar toeri dengan kasus nyata Tn. A karena penulis melakukan intervensi

sesuai dengan teori dan merancang strategi pelaksanaan sesuai dengan keadaan

pasien.

4. Implementasi Keperawatan

Implentasi merupakan tahap perawat memulai kegiatan dan melakukan

tindakan-tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah pada pasien berdasarkan

intervensi yang ada pada kasus teori (Yosep, 2010). Implementasi yang dilakukan

penulis untuk mengatasi perilaku kekerasan Tn. A selama 4 hari yaitu membina
hubungan saling percaya, melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan

masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, konsep diri, masalah psikososial dan

lingkungan, spiritual, status mental, kebutuhan perawatan di rumah, mekanisme

koping, dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari

membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan,

mengindentifikasi perasaan saat marah/jengkel, tanda dan perilaku kekerasan,

mengidentifikasi perilaku kekerasan yang pernah di lakukan.

Menurut penulis ada kesenjangan karena ada beberapa intervensi yang

belum di lakukan pada pasien yaitu: identifikasi akibat perilaku kekerasan,

identifikasi cara kontruktif, mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan, dukungan keluarga untuk mengontrol risiko perilaku kekerasan, dan

menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses berkelanjutan dimana untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon terhadap

tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dibagi atas dua, yaitu

evaluasi proses atau formatif dialakukan setiap selesai melakukan tindakan,

evaluasi hasil atau sumatif dengan membandingkan respon pasien pada tujuan

umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan (Fitria 2009).

Pada kasus nyata hasil evaluasi SP1: didapatkan dari Tn. A antara lain data

subyektif: pasien menjawab salam, pasien menyebutkan nama :saya Tn. M.B

Umur: 33 thn, jenis kelamin : laki-laki pekerjaan tidak bekerja status : belum

menikah pendidikan: SMA data objektif : Pasien mau berjabat tangan, senyum.

Assessment : Bina hubungan saling percaya tercapai, Planing : lanjutkan SP2.


Pada kasus nyata hasil evaluasi SP2 : didapatkan data subyektif: pasien

mengatakan pasien marah karena ibunya memarahi pacarnya data objektif : pasien

terlihat mampu mengungkapkan perasaan kesal atau jengkel dengan marah-marah,

nada suara keras, mata memerah dan wajah. Assessment : SP2 teratasi, Planing :

lanjutkan ke SP3.

Pada kasus nyata hasil evaluasi SP3 : Data subyektif: Pasien mengatakan

tanda –tanda perilaku kekerasan adalah memukul orang lain atau barang-barang

yang ada di sekitar dan marah-marah tidak jelas, data objektif : Pasien senyum dan

menjelaskan kembali dengan baik Asessment SP3 teratasi Planing : lanjutkan

evaluasi SP1 sampai SP3.

Pada kasus nyata hasil evaluasi SP3 : pasien bisa menyebutkan jenis-jenis

perilaku kekerasan yang biasa di lakukan, pasien mengatakan merasa nyaman, dan

wajah tidak memerah. Menurut penulis tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus nyata karena evaluasi yang di lakukan berdasarkan konsep teori menurut

(Fitria, 2009).

Keterbatasan

Pengalaman dalam merawat pasien dengan gangguan jiwa kurang kompeten,

penulis menyadari dalam melakukan penelitian studi kasus asuhan keperawatan pada

pasien perilaku kekerasan ini terdapat keterbatasan waktu yang diberikan praktek

yang penulis terapkan kurang efektif karena waktu yang di berikan terbatas. Penulis

mengalami kesulitan dalam melakukan pengkajian dan penerapan intervensi.

Dari hasil yang dipeoleh, penulis menyadari bahwa studi kasus ini jauh dari

kesempurnaan karena persiapan yang kurang baik, dan pelaksanaan yang sangat
singkat sehingga hasil yang di peroleh jauh dari kata sempurna dan masih

membutuhkan banyak pembenahan dalam penulisan hasil.

Anda mungkin juga menyukai