DISUSUN OLEH:
OOM KOMARIYAH (211560311083)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gangguan jiwa diseluruh dunia mencapai hampir 450 juta orang, dimana
dengan data dan fakta bahwa hampir separuh populasi dunia tinggal di negara
bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap
jiwa bervariasi dimana prevelensi Rumah tangga dengan ART gangguan jiwa
tertinggi adalah provinsi Bali (11%) dan terendah provinsi Kepulauan Riau
(3%). Untuk proporsi rumah tangga yang memiliki ART gangguan jiwa
(14%) dan yang tidak sebanyak (86%), sedangkan yang pernah melakukan
pasung tiga bulan terakhir sebanyak (31,5%) dan yang tidak sebanyak
(68,5%).
(10,7%) dan perdesaan (18,2%). Pada tahun 2021 di Indonesia (14%) dimana
tiga bulan terkahir pada tahun 2021 di Indonesia (31,5%) dimana perdesaan
(15,1), minum obat rutin (48,9%) dan tidak rutin (51,1%). Menurut Riskedas
2018 alasan tidak minum obat 1 bulan terakhir yang merasa sudah sehat
(36,1%), tidak rutin berobat (33,7%) tidak mampu membeli obat rutin
(23,6%), tidak tahan ESO (7%), sering lupa (6.1%), merasa dosis tidak sesuai
(6,1%), obat tidak tersedia (2,4%), dan lainnya (32%) (Riskesdas, 2018).
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan
pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi
dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau
perilaku kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien akan
dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan, bila tidak ditangani dengan baik maka perilaku
kualitas sumber daya manusia yang potensial, tidak hanya tanggung jawab
kepada aspek fisik, tetapi juga aspek psikologis, social budaya dan spiritual,
yang tidak tahu cara menangani perilaku klien dirumah, keluarga merupakan
perawat di Rumah Sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di Rumah yang
Jawa Barat pada tahun 2019 mencatat rata-rata pasien rawat inap di rumah
sakit jiwa sebanyak 249 orang dengan presentase 38% yang mengalami
halusinasi, 5% yang mengalami harga diri rendah, 15% yang menarik diri, 1
% yang mengalami defisit perawatan diri. Dan pada bulan Januari sampai
Desember tahun 2021 mencatat rata-rata pasien rawat inap di rumah sakit
jiwa di Jawa Barat sebanyak 168 orang dengan jumlah rata-rata pasien IGD
bulan Januari sampai Desember 2021 sebanyak 227 orang. Dengan presentase
36% yang mengalami halusinasi,32% yang mengalami perilaku kekerasan, 4
% yang mengalami harga diri renda, 13% yang mengalami isolasi social, 1%
orang, RPK 2 orang, Skizofrenia 25 orang. Dari data tersebut ada yang
mengalami gangguan jiwa salah satunya yaitu gangguan jiwa berupa perilaku
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Medika
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat khusunya
untuk salah satu bahan acuan untuk melakukan penelitian yang akan
datang.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung
pada diri sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada
psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada
2. Etiologi
diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan
karena budaya yang pasif-agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
kekerasan.
3. Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan (pada diri
sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
Effect
Perilaku Kekerasan
Core
Causa
perilaku destruktif.
individu seperti pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari perasaan
sebagai berikut :
2) Pandangan tajam
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
kekerasan.
1. Definisi
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan
2. Tipe-tipe Keluarga
inti, keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diproleh
adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau
kehilangan pasangannya. 4) Orang tua tunggal (Singgle parent family)
adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak
alone adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah. 6)
hidup serumah. 2) Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan
Homoseksual adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
3. Ciri-ciri Keluarga
4. Tugas Keluarga
perubahannya.
keadaanya.
tempat tinggalnya.
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih baik parah
klien kambuh seperti tali-temali, benda tajam dan benda pecah belah
yang dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan sekitar.
1. Pengkajian
adalah pengumpulan data. Samber data terbagi menjadi dua yaitu sumber
data primer yang berasal dari klien dan sumber data sekunder yang
diperoleh selain klien seperti keluarga, orang terdekat, teman, orang lain
yang tahu tentang status kesehatan klien dan tenaga kesehatan. Data
kemampuan koping yang dimiliki klien. Data- data yang diperoleh selama
Menurut Keliat (2010), data yang perlu dikaji pada pasien dengan
mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku dan suara keras.
(Handayani et al., 2017).
2. Diagnosa Keperawatan
pola respons klien baik actual maupun potensial dan merupakan dasar
3. Rencana Keperawatan
kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling percaya antara perawat
keperawatan.
bersama keluarga.
6. Evaluasi
dilaksanakan.
laksanakan.
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
keluarga.
BAB III
STUDI KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Alasan Masuk RS
3. Keluhan utama
suka memarahi pacarnya itu didepan pasien, akibatnya pasien tidak terima
b. Pengobatan sebelumnya
c. Pengalaman
d. Riwayat Keluarga
yaitu ibu kandungnya sering dipukuli oleh ayah kandungnya sendiri saat
marahan.
5. Pemeriksaan Fisik
1) Genogram
Gambar 3.1 Genogram Pasien.
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Cerai
Penjelasan :
belum menikah.
2) Konsep Diri
delapan bersaudara
3) Hubungan Sosial
baik.
4) Spiritual
6. Status Mental
d. Alam Perasaan : Pasien merasa sangat marah saat pacar yang dia cintai
lain
h. Proses Pikir : Saat dilakukan wawancara pasien menjawab sesuai dengan
keadaan
dengan ide
k. Memori : Saat ditanya masa lalu, pasien ingat, menjawab dengan tepat
pertanyaan perawat
menyenangkan ibunya
7. Kebutuhan Pulang
1) Perawatan Diri
2) Nutrisi
kali sehari habis setiap kali makan. Saat akan pasien tidak
memisahkan diri.
3) Tidur
Pasien tidak merasakan sulit untuk tidur dan masalah dalam kebutuhan
tidurnya. Waktu tidur siang pukul 13.00 s/d 16.00 dan untuk tidur malam
c. Kemampuan klien
tidak kontrak
disaat sakit
a. Perilaku Kekerasan
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pengkajian
pengkajian harus akurat, lengkap, sesuai kenyataan, dan kebenaran data sangat
secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering juga disebut
gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon terhadap suatu
stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol. menurut teori (Ade,
2011), tanda dan gejala pada pasien dengan perilaku kekerasan adalah ditandai
Direja (2011), ada beberapa faktor penyebab perilaku kekerasan seperti : faktor
sakit tidak bergaul dengan orang lain, melempar rumah, merusak barang-
barang dalam rumah dan mengamuk disekitar lingkungan rumah. Data obyektif
dari pasien adalah : tampak gelisah, kuatir, tegang, labil, menyendiri, kontak
karena didapatkan data dari kasus nyata sama dengan teori baik penyebab dan
2. Diagnosa Keperawatan
Koping keluarga inefektif. Sedangkan pada kasus nyata diagnosa yang muncul
pengkajian keluhan utama, tanda dan gejala yang paling menonjol adalah data
Menurut penulis ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena
dalam teori ada delapan diagnosa sedangkan pada kasus nyata hanya terdapat
satu diagnosa saja, karena pada pasien belum keluhan, tanda dan gejala yang
3. Intervensi Keperawatan
TUK antara lain: Bina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perilaku
waktu dan efek, dosis) dan dapat minum obat sesuai program pengobatan.
nama, pasien mau tersenyum, pasien mau kontak mata dengan perawat, dan
konsep dasar toeri dengan kasus nyata Tn. A karena penulis melakukan
berdasarkan intervensi yang ada pada kasus teori (Yosep, 2010). Implementasi
hari yaitu membina hubungan saling percaya, melakukan pengkajian mulai dari
5. Evaluasi Keperawatan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dibagi atas dua, yaitu
Pada kasus nyata hasil evaluasi SP1: didapatkan dari Tn. A antara lain
data subyektif: pasien menjawab salam, pasien menyebutkan nama :saya Tn.
M.B Umur: 33 thn, jenis kelamin : laki-laki pekerjaan tidak bekerja status :
belum menikah pendidikan: SMA data objektif : Pasien mau berjabat tangan,
lanjutkan SP2.
Pada kasus nyata hasil evaluasi SP2 : didapatkan data subyektif: pasien
marah-marah, nada suara keras, mata memerah dan wajah. Assessment : SP2
mengatakan tanda –tanda perilaku kekerasan adalah memukul orang lain atau
barang-barang yang ada di sekitar dan marah-marah tidak jelas, data objektif :
Pasien senyum dan menjelaskan kembali dengan baik Asessment SP3 teratasi
Pada kasus nyata hasil evaluasi SP3 : pasien bisa menyebutkan jenis-
nyaman, dan wajah tidak memerah. Menurut penulis tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus nyata karena evaluasi yang di lakukan berdasarkan
keperawatan pada pasien perilaku kekerasan ini terdapat keterbatasan waktu yang
diberikan praktek yang penulis terapkan kurang efektif karena waktu yang di
penerapan intervensi.
Dari hasil yang dipeoleh, penulis menyadari bahwa studi kasus ini jauh
dari kesempurnaan karena persiapan yang kurang baik, dan pelaksanaan yang
sangat singkat sehingga hasil yang di peroleh jauh dari kata sempurna dan masih
PENUTUP
A. Kesimpulan
diri di dalam kamar dan tidak ingin bergaul dengan orang lain sering
B. Saran
peneliti. Bagi peneliti, ini dapat di jadikan data dasar dan pedoman untuk
Gusti Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta Timur;
CV. Trans Info Media
Keliat, B., et al. (2015). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. EGC.
Jakarta.
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan
Aplikasi. Jakarta; Salemba Medika