Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH:

TK 2A KELOMPOK 3

NAMA : YUNITA NGANA REBUWULA


NIM :PO5303203200667
TINGKAT : 2A

MK : KEPERAWATAN JIWA

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TAHUN AJARAN 2021/ 2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan askep yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Jiwa Pada Dengan Risiko Perilaku Kekerasan’’. Askep ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.

Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam proses penyusunan
makalah ini. Namun atas berkat dukungan dari semua pihak, kami dapat menyelesaikan
makalah ini sehingga kami pun tidak lupa mengucapkan limpah terimakasih kepada
semua pihak tersebut.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat, terutama dapat


menambah wawasan pengetahuan bagi kami sehingga dapat membantu dalam proses
pembelajaran. Kami juga menyadari banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Sekian dan terima kasih.

Waingapu, 23 April 2022

penyusun

DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................

1.3 Tujuan.......................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS.........................................................................................

2.1 Pengertian..................................................................................................................
2.2 Rentang Respon
Marah..................................................................................................................

2.3 Faktor Terjadinya Perilaku


Kekerasan...............................................................................................................

2.4 Tanda dan Gejala...................................................................................................

2.5 Mekanisme koping...............................................................................................

2.6 Penatalaksanaan.....................................................................................................

2.7 Konsep Dasar Keperawatan.....................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................

BAB V PENUTUP...............................................................................................................

5.1 Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat berat dan kronis
yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019). Skizofrenia
merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak yang di
tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh atau
katatonik (Pardede, & Laia. 2020).
Privalensi ganguan jiwa di Indonesia berdasarkan KEMENKES 2019 di urutan
pertama Provinsi Bali 11,1% dan nomor dua disusul oleh Provinsi DI Yogyakarta
10,4%, NTB 9,6%, Provinsi Sumatera Barat 9,1%, Provinsi Sulawesi Selatan
8,8%, Provinsi Aceh 8,7%, Provinsi Jawa Tengah 8,7%, Provinsi Sulawesi
Tengah 8,2%, Provinsi Sumatera Selatan 8%, Provinsi Kalimantan Barat 7,9%.
Sedangkan Provinsi Sumatera Utara berada pada posisi ke 21 dengan privalensi
6,3% (KEMENKES, 2019).
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang dapat berakhir dengan hilanngya dengan
nyawa seseorang. Dalam penanganan penyakit ini karena jiwa yang tergangangu
maka di butuhkan adalah terapi, rehabilitasi serta dengan konseling. Upaya
terbesar untuk penangan penyakit gangguan jiwa terletak pada keluarga dan
masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik adalah bentuk dukungan keluarga dalam
mencegah kambuhnya penyakit skizofrenia (Pitayanti, & Hartono, 2020).
Tanda dan gejala yang timbul akibat skizofrenia berupa gejala positif dan negatif
seperti perilaku kekerasan. Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu
respon marah yang diespresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri
sendiri maupun orang lain. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi
dan pernapasan meningkat, marah, mudah tersinggung, mengamuk dan bisa
mencederai diri sendiri. Perubahan pada fungsi kognitif, fisiologis, afektif, hingga
perilaku dan sosial hingga
menyebabkan resiko perilaku kekerasan. Berdasarkan data tahun 2017 dengan resiko
perilaku kekerasan sekitar 0,8% atau dari 10.000 orang menunjukkan resiko perilaku
kekerasan sanggatlah tinggi (Pardede,2020).Perilaku kekerasan merupakan salah satu
respon terhadap streesor yang dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat menimbulkan
kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Seseorang yang
mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan perubahan perilaku seperti
mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir, gelisah, intonasi suara keras,
ekspresi tegang, bicara dengan semangat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira
secara berlebihan. Pada seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan
mengalami perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah,
orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa,
2020). Risiko mencederai merupakan suatu tindakan yang memungkinkan dapat
melukai atau membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sehingga masalah
yang terjadi pada pasien parilaku kekerasan akan melibatkan keluarga (Suryeti 2017).
Survei awal pada pembuatan askep pada skizofrenia ini dilakukan di Yayasan Pemenag
Jiwa Sumatera dengan pasien resiko perilaku kekerasan dengan pasien nama inisial Tn..
S, klien datang ke yayasan di bawa adik klien karena awalnya klien sering marah,
membanting barang yang ada di rumah, dan sklien juga memukul salah satu keluarga
yang di sekitar rumah klien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah
saebagai berikut : Bagaimana Memberikan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuannya sebagai berikut :
a) Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan
Risiko Perilaku Kekerasan.
b) Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui defenisi, tanda & gejala, faktor
penyebab, mekanisme koping, penatalaksanaan pada pasien dengan
Risiko Perilaku Kekerasa
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Risiko
Perilaku Kekerasan
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa atau masalah keperawatan
pada pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
4. mampu menetapkan intervensi keperawatan secara menyeluruh pada
pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
5. mampu melakukan tindakan keperawatan yang nyata pada pasien
dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
6. mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Risiko Perilaku Kekerasan.
7. mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Risiko Perilaku Kekerasa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Resiko perilaku kekerasan


1. Pengertian
Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan
bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan baik
secara fisik, emosional, seksual dan verbal (Nanda,2016). Resiko perilaku kekerasan
terbagi menjadi dua, yaitu resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri ( risk for
self_ directed violence) dan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain ( risk for
other_directed violence). Nanda (2016) menyatakan bahwa resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri merupakan perilaku yang rentan di mana seorang individu bisa
menunjukkan atau mendemonstrasikan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri,
baik secara fisik, emosional, maupun seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk
resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain, hanya saja tunjukkan langsung kepada
orang lain.
Berbeda dengan resiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan memiliki
definisi sendiri. Perilaku kekerasan di definisikan sebagai suatu keadaan hilangnya
kendali perilaku seseorang yang di arahkan pada diri sendiri, orang lain, atau
lingkungan. Perilaku kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelentaran diri. Perilaku kekerasan
pada orang adalah tindakan agresif yang di tujukan untuk melukai atau membunuh
orang lain. Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku merusak
lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang ada di lingkungan. Klien di
bawah kerumah sakit jiwa sebagaikan besar akibat melakukan kekerasan di rumah.
Perawat harus jelih dalam melakukan pengkajian untuk menggalih penybab perilaku
kekerasan yang di lakukan selama di rumah.
2. Respons Perilaku
Perilaku kekerasan di definikan sebagai bagian dari rentang respons marah
yang paling maladaptif , yaitu amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang di rasakan
sebagai ancaman (Stuart&Laraia,2005). Amuk merupakan respons kemarahan yang
paling maladaptif yang di tandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat
dan merupakan bentuk perilaku destruktif yang tidak dapat di kontrol (Yosep, 2009).
Hal ini di sertai dengan hilangnya kontrol di mana individu dapat merusak diri
sendiri, orang lain atau lingkungan. Berikut ini merupakan beberapa istilah perilaku
kekerasan :

Asertif : Kemarahan yang di ungkapkan tanpa menyakiti orang lain


Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat
Pasif : Respons lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku dekstruksi masih terkontrol
Amuk : Perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol

B. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang, baik secara fisik mapun psikologis. Perilaku kekerasan dapat di lakukan secara
verbal yang di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan mengaju pada dua bentuk, yaitu perilaku kekerasan saat sedang
berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu ( Riwayat perilaku kekerasan).
1. Faktor predisposisi
Menurut stuart ( 2013 ), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya
faktor predisprosisi ( faktor ) yang ( melatar belakangi ) munvulnya masalah dan
faktor presipitasi ( faktor yang memicu adanya masalah ).
Didalam faktor prediposisi, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
masalah perilaku kekerasan, seperti faktor biologis, psikologis dan sosiofultural.
a. Faktor biologis
1. Teori dorongan naluri ( instinctual drive theory )
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebab kan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
2. Teori psikomatik ( psycomatic theory )
Pengalaman marah dapat di akibatkan oleh respon sikologi terhadap stimulus
eksternal maupun internal sehingga, sistem limbik memiliki peran sebagian
pusat untuk mengeskpresikan maupun menghambat rasa malas.
b. Faktor psikologis
1. Teori afresif frustasi ( frustasion aggresion theory )
Teori menerjemahkan perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi. Hal ini dapat terjadi apa bila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keaadan frustasi dapat mendorong individu
untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalu
perilaku kekerasan.
2. Teori perilaku ( behaviororal theory )
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini dapat di capai
apabila terdedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang
diterima saat melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan didalam
maupun diluar rumah atau lingkungan.
3. Teori eksitensi ( existential theory )
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku. Apabila
kebutuhan tsb tidak dipenuhi melalu perilaku konstruktif, maka individu akan
memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipisasi berhbungan dengan pengaruh stresor yang mencetuskan perilaku
kekerasan bagi setiap individu. Stresor dapat disebabkan dari luar maupun dalam.
Stresor yang berasal dari luar dapat berupa serangan fisik, kehilangan, kematian, dll.
Stresor yang berasal dari dalam dapat berupa, kehilangan keluarga atau sahabat yang
di cintai, letakutan terhadap oenyakit fisik, penyakit dalam, dll.
3. Faktor resiko
NANDA ( 2016 ) menyatakan faktor-faktor resiko dari risiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri ( risk for self-directed violonce ) dan resiko perilaku kekerasan
terhadap orang lain ( risk for other-direccted violonce )
a. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri ( risk for self-directed violence )
1. Usia ≥ 45 tahun
2. Usia 15-19 tahun
3. Isyarat tingkah laku ( menulis catatan cinta yang sedih, menyatakan oesan
bernada kemarahan kepada orang tertentu yang telah menolak individu
tersebut, dll )
4. Konflik mengenai orientasi seksual
5. Konflik dalam hubungan interpersonal
6. Pengangguran atau kehilangan pekerjaan ( masalah pekerjaan )
7. Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik
8. Sumber daya personal yang tidak memandai
9. Status perkawinan ( Sendiri, menjanda, bercerai)
10. Isu kesehatan mental ( Depresi, psikosis, gangguan kepribadian,
penyalahgunaan zat)
11. Pekerjaan (Profesional, eksekutif, administrator atau pemilik bisnis, dll)
12. Pola kesehatan dalam keluarga ( Riwayat bunuh diri, sesuatu yang bersifat
kekerasan atau konfliktual)
13. Isu kesehatan fisik
14. Gangguan psikologis
15. Isolasi sosial
16. Ide bunuh diri
17. Rencana bunuh diri
18. Riwayat upacara bunuh diri berulang
19. Isyarat verbal ( membicarakan kematian, menanyakan tentang dosis
mematikan sesuatu obat, ddl)
b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain ( risk for other-directed vionce)
1. Akses atau ketersedian senjata
2. Alterasi ( Gangguan) fungsi kognitif
3. Perlakuan kejam terhadap binatang
4. Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis maupun seksual
5. Riwayat penyalahgunaan zat
6. Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
7. Impulsif
8. Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti pelanggaran lalu
lintas, penggunaan kendaraan bermotor untuk melampiaskan amarah )
9. Bahasa tubuh negatif ( seperti kekakuan, mengapalkan tinju/ pukulan,
hiperaktivitas, dll)
10. Gangguan neurologis ( trauma kepala, gangguan serangan, kejang, dll)
11. Intoksikasi patologis
12. Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kincing di lantai, menyobek
objek di dinding, melempar barang, memecahkan kaca, membanting pintu, dll
13. Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain ( menendang, memukul,
menggigit, mencakar, upaya pemerkosaan, memperkosa, pelecahan seksual,
mengincingi orang, dll)
14. Pola ancaman kekerasan ( ancaman secara verbal terhadap objek atau orang
lain, menyumpah serapah, gestur atau catatan mengancam, ancaman seksual,
dll)
15. Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri, meminjam dengan memaksa,
penolakan terhadap medikasi, dll)
16. Komplikasi perinatal
17. Komplikasi prenatal
18. Menyalahkan api
19. Gangguan psikosis
20. Perilaku bunuh diri
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat di nilai dari ungkapan pasien dan di
dukung dengan hasil observasi
a. Data subjektif
 Ungkapan berupa ancaman
 Ungkapan kata-kata kasar
 Ungkapan ingin memukul/ melukai
b. Data objektif
 Wajah memerah dan tegang
 Pandangan tajam
 Mengatuhkan rahang dengan kuat
 Mengapalkan tangan
 Bicara kasar
 Suara tinggi, menjerit atau berteriak
 Mondar mandir
 Melempar atau memukul benda/ orang lain
5. Mekanisme koping
Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untuk membantu klien
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan
marahnya. Secara umum, mekanisme koping yang sering di gunakan, antara lain
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, depresi, deniel
dan reaksi farmasi.
6. Perilaku
Klien dengan gangguan perilaku kekerasan memiliki bebrapa perilaku yang perlu di
perhatikan. Perilaku klien dengan gangguan perilaku kekerasan dapat membahayakan
bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Adapun perilaku yang
harus di kenali dari klien gangguan resiko perilaku kekerasan, antara lain:
a. Menyerang atau menghindari
Pada keadaan ini respon psikologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi ephineprin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCL meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine , dan saliva meningkat, konstivasi,
kewaspadaan meningkat, di sertakan dengan ketegangan otot seperti rahang
terkatuk tangan mengepal, tubuh menjadi kakudan di sertai refleks yang cepat
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering di tampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya, yaitu perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku asertif
merupakan cara terbaiki individu untuk mengekspresikan rasa marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Dengan perilaku tersebut,
indivudu juga dapat mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya di sertai kekerasan akibat konflik perilaku untuk
menarik perhatian orang.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang di tunjukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
C. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan resiko perilaku kekerasan di rumuskan jika klien saat ini tidak
melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum
mampu mengendalikan perilaku kekerasantersebut
Gambar. Pohon Masalah Diagnosis Risiko Perilaku Kekerasan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Resiko perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan
D. Perencanaan

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWAT
AN

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

(Tuk/Tum)

Resiko perilaku TUM: Klien menunjukkan 1. Bina Kepercayaan


dari klien
kekerasan Klien dan tanda-tanda percaya hubungan
merupakan
keluarga kepada perawat saling percaya hal yang akan

mampu melalui: dengan memudahkan


perawat
mengatasi atau mengemukakan
1.Ekspresi wajah dalam
mengendalikan prinsip melakukan
cerah, tersenyum
resiko perilaku komunikasi pendekatan
keperawatan
kekerasan a. Mau berkenalan terapeutik:
atau
TUK 1: intervensi
b. Ada kontak mata a.
1.Klien dapat selanjutnya
mengucapkan terhadap klien
membina c. Bersedia
salam
hubungan menceritakan
terapeutik.
saling percaya perasaannya
Sapa klien
d. Bersedia dengan ramah,
mengungkapkan baik verbal
masalah ataupun non
verbal.

b. Berjabat
tangan dengan
klien

c. perkenalkan
diri dengan
sopan

d. Tanyakan
nama lengkap
klien dan nama
panggilan yang
disukai klien

e. Jelaskan
tujuan
pertemuan

f. Membuat
kontrak topik,
waktu dan
tempat setiap
kali

g. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya

h. Beri
perhatian
kepada klien
dan perhatian
kebutuhan
dasar klien.

TUK 2 : Kriteria Evaluasi : 2.Bantu klien Menentuk


Klien dapat Setelah 3x intervensi, mengungkapka an
mengidentifisi n perasaan mekanism
kasi penyebab klien dapat : marahnya : e koping
perilaku 1. Menceritakan yang
a. Diskusikan
kekerasan yang penyebab dimiliki
bersama klien
dilakukannya. perilaku oleh klien
untuk
kekerasan dalam
menceritakan
yang menghada
penyebab rasa
dilakukannya. pi
kesal atau rasa
2. Menceritakan masalah.
jengkelnya.
penyebab Selain itu,
perasaan b. Dengarkan juga
jengkel/kesal, penjelasan sebagai
baik dari diri klien tanpa langkah
sendiri menyela atau awal
maupun memberi dalam
lingkunganny penilaian pada menyusun
a. setiap strategi
ungkapan berikutnya
perasaan klien

TUK 3 : Kriteria Evaluasi : Membantu Deteksi


Klien dapat Setelah 3x intervensi, klien dini dapat
mengidentifika klien dapat mengungkapka mencegah
si tanda-tanda menceritakan tanda- n tanda-tanda tindakan
perilaku tanda perilaku perilaku yang bisa
kekerasan kekerasan secara : kekerasan yang membaha
a. Fisik : mata dialaminya. yakan
merah, tangan Diskusikan dan klien dan
mengepal. notivasi klien lingkunga
Ekspresi untuk n sekitar.
tegang dan menceritakan
lain-lain. kondisi fisik
b. Emosional : saat perilaku
perasaan kekerasan
marah, terjadi.
jengkel, - Diskusi
bicara kasar kan dan
c. Sosial : motivas
bermusuhan i klien
yang dialami untuk
saat terjadi menceri
perilaku takan
kekerasan kondisi
fisik
saat
perilaku
kekeras
an
terjadi
- Diskusi
kan dan
motivas
i klien
untuk
menceri
takan
kondisi
emosin
ya saat
terjadi
perilaku
kekeras
an
- Diskusi
kan dan
motivas
i klien
untuk
menceri
takan
kondisi
psikolo
gis saat
terjadi
perilaku
kekeras
an
- Diskusi
kan dan
motivas
i klien
untuk
menceri
takan
kondisi
hubung
an
dengan
orang
lain saat
terjadi
perilaku
kekeras
an.
TUK 4 : Kriteria Evaluasi : Diskusikan Melihat
Klien dapat Setelah 3x intervensi, dengan klien mekanism
mengidentifika klien menjelaskan : seputar e koping
si jenis a. Jenis-jenis perilaku klien
perilaku ekspresi kekerasan yang dalam
kekerasan yang kemarahan dilakukannya menyelesa
pernah yang selama selama ini. ikan
dilakukannya. ini telah 4.1 Diskusikan masalah
dilakukan dengan klien yang
b. Perasaannya seputar dihadapi.
saat perilaku
melakukan kekerasan yang
kekerasan dilakukannya
c. Efektivitas selama ini.\
cara yang 4.2 Motivasi
dipakai dalam klien
menyelesaika menceritakan
n masalah. jenis-jenis
tindak
kekerasan yang
selama ini
pernah
dilakukannya
4.3 Motivasi
klien
menceritakan
perasaan klien
setelah tindak
kekerasan
tersebut terjadi
4.4 Diskusikan
apakakah ada
tindak
kekerasan yang

dilakukannya
masalah yang
dialami
teratasi.

TUK 5: Kriteria evaluasi: Diskusikan Membantu


Klien dapat Setelah 3x intervensi, dengan klien klien
mengidentifika klien menjelaskan akibat negatif melihat
si akibat dari akibat yang timbul atau kerugian dampak
perilaku dari tindak kekerasan dari cara atau yang di
kekerasan yang di lakukannya: tindakan timbulkan
a. Diri sendiri: kekerasan yang akibat
luka, di jauhi di lakukan perilaku
teman dll pada: kekerasan
b. Orang lain/ a. Diri yang di
keluarga: sendiri lakukan
luka, b. Orang klien.
tersinggung,k lain/kel
etakutan dll uarga
c. Lingkungan: c. lingkun
barang atau gan
benda-benda
rusak dll

TUK 6: Kriteria evaluasi: Diskusi dengan Menurunk


Klien dapat Setelah 3x intervensi, klien seputar: an
mengidentifika klien dapat 6.1 Apakah perilaku
si cara menjelaskan:cara- klien mau yang
konstruktif cara sehat dalam mempelajari destruktif
atau cara-cara mengungkapkan cara baru yang
sehat dalam marah. mengungkapka berpotensi
mengungkapka n mrah yang mencedera
n kemarahan sehat i klien dan
6.2 Jelaskan lingkunga
berbagai n sekitar.
alternatif
pilihan untuk
mengungkapka
n kemarahan
selain perilaku
kekerasan yang
diketahui klien
6.3 Jelaskan
cara-cara sehat
untuk
mengungkapka
n kemarahan :
a. Cara fisik :
nafas dalam,
pukul bantal
atau kasur,
olahraga
b. Verbal :
mengungkapka
n bahwa
dirinya sedang
kesal kepada
orang lain
c. Sosial :
Latihan asertif
dengan orang
lain.
d. Spiritual :
sembahyang/do
a, zikir,
meditasi, dsb
sesuai dengan
keyakinan
agamanya
masing-
masing.

TUK 7 : Kriteria Evaluasi : 7.1 Diskusikan Keinginan


Klien dapat Setelah 3x intervensi, cara yang untuk
mendemonstra klien memperagakan mungkin marah
sikan cara cara mengontrol dipilih serta yang tidak
mengontrol perilaku kekerasan anjurkan klien bisa
perilaku secara fisik, verbal memilih cara diprediksi
kekerasan. dan spiritual dengan yang mungkin waktunya
cara berikut : diterapkan serta siapa
a. Fisik : tarik untukmengung yang akan
nafas dalam, kapkan memicuny
memukul kemarahannya. a
bantal/kasur 7.2 Latih klien meningkat
b. Verbal : memperagakan kan
mengungkapk cara yang kepercaya
an perasaan dipilih dengan an diri
kesal/jengkel melaksanakan klien serta
pada orang cara yang asertifitas
lain tanpa dipilih (ketegasan
menyakiti 7.3 Jelaskan ) klieb
c. Spiritual: manfaat cara saat
zikir/doa, tersebut marah/jen
meditasi 7.4 Anjurkan gkel
sesuai klien menrukan
agamanya peragaan yang
sudah
dilakukan
7.5 Beri
penguatan pada
klien, perbaiki
cara yang
masih belum
sempurna
7.6 Anjurkan
klien
menggunakan
cara yang
sudah dilatih
saat
marah/jengkel

TUK 8 : Kriteria evaluasi : 8.1 Diskusikan Keluarga


Klien Setelah 3x Intervensi, pentingnya merupaka
mendapat keluarga mampu : peran serta n sistem
dukungan a) Menjelaskan keluarga pendukun
keluarga untuk cara merawat sebagai g utama
mengontrol klien dengan pendukung bagi klien
risiko perilaku risiko klien dalam dan
kekerasan perilaku mengatasi merupaka
kekerasan risiko perilaku n bagian
b) Mengungkap kekerasan penting
kan rasa puas 8.2 Diskusikan dari
dalam potensi rehabilitas
merawat klien keluarga untuk i klien.
dengan risiko membantu
perilaku klien mengatasi
kekerasan perilaku
kekerasan
8.3 Jelaskan
pengertian,
penyebab,
akibat dan cara
merawat klien
risiko perilaku
kekerasan yang
dapat
dilaksanakan
oleh keluarga
8.4 Peragakan
cara merawat
klien
(menangani
PK)
8.5 Beri
kesempatan
keluarga untik
memperagakan
ulang cara
perawatan
terhadap klien
8.6 Beri pujian
kepada
keluarga
setelah
peragaan
8.7 Tanyakan
perasaan
keluarga

TUK 9 : Kriteria Evaluasi : 9.1 Jelaskan Menyukse


Klien Setelah 3x Intervensi, manfaat skan
menggunakan klien bisa menggunakan program
obat sesuai menjelaskan : obat secara pengobata
program yang a. Manfaat teratur dan n klien.
telah minum obat kerugian jika
ditetapkan b. Kerugian tidak
tidak minum menggunakan
obat obat
Obat
c. Nama obat 9.2 Jelaskan
dapat
d. Bntuk dan kepada klien :
mengontro
warna obat a. Jenis obat
l risiko
e. Dosis yang (nama, warna
perilaku
diberikan dan bentuk
kkerasan
kepadanya obat)
klien dan
f. Waktu b. Dosis yang
dapat
pemakaian tepat untuk
membantu
g. Cara klien
penyembu
pemakaian c. Waktu
han klien.
h. Efek yang pemakaian
dirasakan d. Cara
Mengontr
i. Klien pemakaian
ol
menggunakan e. Efek yang
kegiatan
obat sesuai akan dirasakan
program klien klien
9.3 Anjurkan minum
klien untul : obat dan
a. Minta dan mencegah
menggunakan klien
obat tepat putus
waktu obat.
b. Lapor ke
perawat/dokter
jika mengalami
efek yang tidak
biasa
9.4 Beri pujian
terhadap
kedisiplinan
klien
menggunakan
obat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada pasien dan disimpulkan bahwa
pasien dapat mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan terapi yang di ajarkan oleh
mahasiwa. Dimana pasien dapat melakukan tarik nafas dalam, memukul bantal secara
mandiri untuk mengontrol amarahnya. Pasien juga minum obat secara teratur dan
berbicara secara baik-baik jika ingin meminta sesuatu atau melakukan penolakan, hingga
pasien dapat melakukan spritual sesuai ajaran agama yang dianut.
B. Saran
1. Diharapkan pada keluarga sering mengunjungi pasien selama waktu
perawatan karena dengan seringnya keluarga berkunjung, maka pasien
merasa berarti dan dibutuhkan dan juga setelah pulang keluarga harus
memperhatikan obat dikonsumsi seta membawa pasien kontrol secara
teratur kepelayana kesehatan jiwa ataupun rumah sakit jiwa.
2. Bagi mahasiswa /mahasiwi agar lebih memperdalam ilmu pengetahuan
khusus tentang keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Buku keperawatan Jiwa. Konsep dan Praktik Asuhan


Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan jiwa dan
psikososial
Nanda (2016), definisi risiko perilaku kekerasan
Stuart (2013), faktor predeposisi risiko perilaku kekerasan

Anda mungkin juga menyukai