Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

(PENYAKIT GRAVES)

DISUSUN OLEH :

NAMA : YUNIATI ITA LEWA

NIM :PO5303203200748

:YUNITA NGANA REBULUWA

NIM. : PO5303203200699

TINGKAT : 2 B

MATA KULIA : KMB 11

DOSEN PEMB : Veronika Taru Skep, Ns,Mkep

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN WAINGAPU

TA. 2020/2021
2

KATA PENGANTAR

Rasa Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Menyadari akan keterbatasan kemampuan saya, maka dalam hal ini
kami  mengharap kritik dan saran membangun.
Besar harapan saya semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat
bagi kita sekalian, Amin.

Penulis
3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................... 
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Bagaimana konsep medis pada penyakit graves................................................
B. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit graves……………………….
BAB III PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar tiroid adalah bagian dari sistem endokrin yang terletak di depan trakea
yang berperan dalam menghasilkan hormon, salah satunya tiroid. Hormon tiroid
membantu mengatur metabolisme tubuh, yang oleh karenanya membantu mengatur
suasana hati, berat badan, dan kadar energi. Normalnya, kelenjar hipofise
menghasilkan suatu stimulating hormone yang merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresikan hormon tiroid. Kelainan pada kelenjar tiroid bisa berupa hiperfungsi
dan hipofungsi dari kelenjar tiroid, goiter, dan penyakit graves.
Penyakit Graves adalah suatu kondisi kesehatan dimana terjadi peningkatan
kadar hormon tiroid akibat produksi yang berlebihan dari kelenjar tiroid. Pada
penyakit graves tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang sel-sel yang sehat dari
kelenjar tiroid. Antibodi-antibodi tersebut meniru kerja dari stimulating hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise sehingga menyebabkan sekresi berlebihan dari
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Penderita penyakit graves dapat menunjukkan
gejala seperti rasa cemas, lekas marah, rasa lelah, kehilangan berat badan yang tidak
diharapkan dan bahkan penonjolan bola mata. Kondisi ini sering pada wanita terutama
berusia antara 20-40 tahun. Perokok juga memiliki resiko tinggi dari penyakit graves.
meskipun kondisi ini secara umum tidak mengancam jiwa, penanganan diperlukan
untuk mempertahankan kualitas hidup karena jumlah berlebihan dari hormon tiroid
didalam tubuh dapat mempengaruhi suasana hati dan bahkan dapat menyebabkan
depresi pada kasus berat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai
”Asuhan Keperawatan Dengan Penyakit Graves”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien yang


mengalami gangguan kelenjar endokrin: penyakit graves pada berbagai tingkat usia
secara komprehensif berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki.

2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tentang konsep medis pada Penyakit Graves.
5

2. Mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada Penyakit Graves.

C. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data untuk pengembangan
ilmu pengetahuan mengenai korelasi antar kadar 25(OH)D serum dengan IL-4 dan
TRAb pada penyakit Graves.
2. Penelitian ini dapat menjelaskan pentingnya pemeriksaan vitamin D pada penyakit
Graves.
6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit Graves adalah jenis yang paling banyak djumpai. Kondisi ini terjadi akibat
pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan yang disebabkan oleh abnormalitas
stimulasi klenjar tiroid oleh imunoglobulin sirkulasi. Gangguan ini 8 kali lebih sering
dialami oleh wanita dibandingkan pria dan mencapai puncak antara dekade ke 2 dan ke
4 kehidupan. Kondisi ini dapat muncul setelah syok emosional, stres, atau infeksi,
tetapi siknifikan pasti dari hubungan ini tidak dipahami (Brunner & Suddarth, 2014).
Penyakit graves adalah suatu penyakit autoimun yang tidak diketahui
penyebabnya, bercirikan pembesaran kelenjar tiroid dan sekresi hormon tiroid yang
berlebihan, serta keadaan dimana antibodi berikatan dengan reseptor TSH dan
menstimulasi kelenjar tiroid untuk melepaskan T3, T4 atau keduanya secara berlebihan
(Lewis, Sharon, 2014). Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang
menyebabkan hipertiroidisme (Marlene Hurst, 2016).
Penyakit Graves adalah penyakit yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang over
aktif dan merupakan penyebab hipertioid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering dari pada pria. Diduga penyebabnya
adalah penyakit autoimun, dimana antibody ditemukan dalam peredaran darah yaitu
Tyroid Stimulating Immunogirobulin (TSI Antibodies), Thyroid peroksidase
antibodies (TPO) dan TSH Reseptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah
stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, semsitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiridan tidak bergantung pada tinggi
rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit dapat menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak (Amin Huda Nurarif, 2015).
Jadi penyakit graves adalah suatu keadaan terganggunya sistem imun akibat proses
autoimun, dimana sistem imun tersebut memicu pembentukan antibodi yang disebut
Thyroid Stimulating Immunoglubolin (TSI) dan berikatan dengan Thyroid Stimulating
Hormone Reseptor (TSHR) yang menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan dan merupakan penyebab tersering hipertiroidisme
yang belum diketahui penyebabnya secara pasti.
7

B. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid


1. Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di anterior trakea, dibawah laring membentang dari CS
sampai TI. Bentuknya seperti kupu-kupu dan merupakan kelenjar endokrin yang
terbesar dengan berat 10-20 gram. Tersusun atas dua buah lobus, yang disatukan oleh
jaringan tiroid yang tipis yang dinamakan isthmus.
Mendapat suplai darah dari dua pasang arteri, yaitu arteri tiroidea superior sebagai
percabangan pertama arteri karotis eksterna yang menyuplai kelenjar tiroid bagian
superior dan arteri tiroidea inferior yang berasal dari trunkus tiroservikalis yang
merupakan cabang arteri subklavia. Ada tiga buah vena yang mengalirkan darah keluar
dari kelenjar tiroid, diantaranya Vena Tiroidea Superior, Medialis dan Inferior. Vena
Superior dan Medialis mengalirkan darah balik kedalam Vena Jugularis Interna,
sedangkan Vena Tiroidea Inferior mengalirkan darah ke Vena Brakiosefalika.
Keenjar Tiroid dipersarafi oleh saraf parasimpatis (adrenagik) dan simpatis
(kolinergik). Saraf adrenagik berasal dari ganglia servikalis dan saraf kolinergik
berasal dari nervus vagus.

Kelenjar tiroid dbentuk dari divertikulum tiroid yang berkembang dari dasar
foregut pada usia gestasi 3-4 minggu, bermigrasi ke kandal dan akhirnya mendapatkan
posisi yang normal dibawah laring. Kelenjar tiroid mulai mensekresikan hormonnya
padausia perkembangan janin 18 minggu.

Secara mkroskopik kelenjar tiroid tersusun dari folikel-folikel tertutup (>1 juta),
yang berbentuk sferis berongga, dilapisi bagian dalamnya oleh sel-sel epitel kuboid.
Bagian rongga folikel terisi oleh substansi sekretorikyang disebut koloid, yaitu suatu
zat berprotein yang terdiri atas tiroglobuln dan berfungsi sebagai bentuk simpanan
hormone tiroid. Tiroglobulin ini diproduksi oleh sel folikel, mengandung senyawa asa
amino tirosin, yang selanjutnya akan terbentuk hormone T4 dan T3. Jika kelenjar
inaktif, foliekl menjadi kecil, sel-sel pelapisan berbentuk koboid dan kolumnar, koloid
berkurang, dan tepi-tepinya cekung, yang membentuk lacuna absorpsi. Diantara
foikrlfolikel terdapat sel parafolikel, yang mengeluarkan kalsitonim.

Pada penyakit Graves, secara mokroskopik, sel-sel epitel folikel tampak kolumnar
dan bertambah jumlah dan ukurannya. Folikel tampak kecil dan rapat. Koloidnya
8

berkurang, tepi-tepinya mencekung akibat proteolisis cepat tiroglobuin. Antara folikel


terdapat sebaran limfosit.

2. Fisiologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid mensintesis dan mensekresi tiga hormon tiroid yaitu, Tiroksin
(T4), Tri-iodotironin (T3) dan Kalsitonin atau Tirokalsitonin.

Hormon Tiroksin dan Tri-iodotironin berperan dalam mengatur laju


pertumbuhan dan laju metabolisme. Sedangkan Kalsitonin berfungsi utama
menurunkan kadar kalsium plasma dengan cara menghambat reansorpsi kalsium di
tulang.

Efek fisiologis hormon tiroid pada berbagai organ tubuh, antara lain:

Organ Efek Mekanisme


Target
Jantung Kronotropik Meningkatkan jumlah dan afinitas
reseptor β-adrenergik

Inotropik Meningkatkan respon terhadap


katekolamin dalam darah.

Meningkatkan kontraktilitas jantung dan irama jantug.


Jaringan Katabolik Merangsang lipolisis
Lemak
Otot Katabolik Meningkatkan
penguraian protein
Tulang Perkembanga dan Mendorong
n pertumbuhan normal
Metabolik dan perkembangan
tulang, mempercepat
pergantian tulang.
Sistem Saraf Perkembanga Mendorong
n perkembangan
Usus Metabolik Meningkatkan laju
penyerapan
karbohidrat.
Lipoprotein Metabolik Merangsang
pembentukan
reseptor LDL.
Reproduksi Perkembanga Meningkatkan
9

n reproduksi normal
wanita dan proses
laktasi
Lain-Lain Kalorigenik Merangsang konsumsu O2 oleh
jaringan yang aktif bermetabolisme

Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai


kompensasi tubuh terhadap kebutuhan O2 dalam
metabolisme

C. Etiologi
Kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan yang dapat di
sebbakan oleh suatu penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang
kelenjar tiroid. Penyebab lainya dapat berupa tumor jinak (adenoma) yang
mengakibatkan membesarnya kelenjar tiroid (goiter) atau produksi TSH yang
berlebihan leh kelenjar pituitary, disebabkan oleh tumor pituitary (Mary Digiolio &
Donna Jackson, 2014).

Penyakit Graves disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody


yang disebut thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid.
TSI Meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dcirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid
(goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot). (Tarwono, 2013).

D. Patofisologi
Graves disease merupakan salah satu contoh dari gangguan autoimun hipersensitif
tipe II. Sebagian besar gambaran klinisnya disebabkan karena produksi autoantibodi
yang berikatan dengan reseptor TSH, dimana tampak pada sel folikuler tiroid ( sel
yang memproduksi tiroid). Antibodi mengaktifasi sel tiroid sama seperti TSH yang
menyebabkan peningkatan produksi dari hormon tiroid. Opthalmopathy infiltrat
(gangguan mata karena tiroid) sering terjadi yang tampak pada ekspresi reseptor TSH
pada jaringan retroorbital. Penyebab peningkatan produksi dari antibodi tidak
diketahui. Infeksi virus mungkin merangsang antibodi, dimana bereaksi silang dengan
reseptor TSH manusia. Ini tampak sebagai faktor predisposisi genetik dari Graves
disease, sebagian besar orang lebih banyak terkena Graves disease dengan aktivitas
antibodi dari reseptor TSH yang bersifat genetik (Mary Digiolio & Donna Jackson,
2014).
10

E. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Huda Nurarif dalam buku NANDA NIC NOC tahun 2015,
manifestasi klinis pada penyakit graves sebagai berikut:

1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.


2. Peningkatan tonus otot tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebih.
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi BAB.
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.
7. Gangguan reproduksi.
11

8. Tidak tahan panas.


9. Cepat letih.
10. Pembesaran kelenjar tiroid.
11. Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat
didalam orbit mata.
Menurut Marlene Hurst dalam Buku keperawatan medikal bedah tahun 2016,
manifestasi klinis pada penyakit graves sebagai berikut:
1. Goiter (pembengkakan pada leher)
2. Cemas, gemetaran, tremor.
3. Intoleransi terhadap panas, berkeringat.
4. Penurunan berat badan namun nafsu makan meningkat.
5. Peningkatan defekasi bising usus hiperaktif.
6. Eksoftalmus (penonjolan bola mata) : hanya terlihat pada penyakit Graves.
7. Kulit hangat, lembab, licin, kemerahan.
8. Tekanan darah normal, peningkatan nadi (90-160x/m saat istirahat), denyut nadi
bounding, aritmia, palpitasi ( Fibrilasi atrial pada klien berusia lebih dari 50 tahun)
9. Peningkatan frekuensi pernafasan.
10. Dispnea saat olahraga.
11. Masalah menstruasi (amenorea), masalah Fertilitas
12. Penurunan libido
13. Ginekomastia (peningkatan payudara) pada pria (jarang terjadi).
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan
hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan
(axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar
hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam
keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan
T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon
tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.

Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel
folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus
menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang
tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi
rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua
merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh
12

karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai
angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4
bebas (free T-4/FT4).(1,2,3).

Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan, USG, EKG) untuk


menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes
supresi tiroksin. (Mary Digiolio & Donna Jackson, 2014).

G. Penatalaksanaaan Medis
Pengobatan terhadap Graves disease termasuk penggunaan obat-obat anti tiroid
(OAT), yodium radioaktif dan tiroidektomi (eksisi pembedahan dari kelenjar tiroid).
Pengobatan hipertiroid pada graves disease adalah dengan obat-obatan seperti
methimazole atau propylthiouracil (PTU), yang akan menghambat produksi dari
hormon tiroid, atau juga dengan yodium radioaktif . Pembedahan merupakan salah
satu pilihan pengobatan, sebelum pembedahan pasien diobati dengan methimazole
atau propylthiouracil (PTU). Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi tiroksin
dengan OAT dosis tinggi untuk menghambat produksi hormon tiroid namun pasien
tetap dipertahankan eutiroid dengan pemberian tiroksin. Penambahan tiroksin selama
terapi dengan OAT juga akan menurunkan produksi antibodi terhadap reseptor TSH
dan frekuensi kambuhnya hipertiroid.

Pengobatan dengan iodium radioaktif diindikasikan pada : pasien umur 35 tahun


atau lebih, hipertiroid yang kambuh setelah dioperasi, gagal mencapai remisi sesudah
pemberian OAT, tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT dan pada
adenoma toksik, goiter multinodular toksik. Digunakan I131 dengan dosis 5-12mCi
per oral.
13

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GRAVES

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam


menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan,
kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese,
pemeriksaan fisik, pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang
lainnya. Seperti dibawah ini a. Anamnese

1) Identitas penderita

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,


alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah
sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama

Adanya peningkatan suhu tubuh, penurunan berat badan, nyeri dada


(angina), sering kelelahan, mual, muntah, urine dalam jumlah berlebihan, dan
diare.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat penyakit tiroid yang dialami, infeksi, riwayat penggunaan


obat-obatan seperti lithium dan merokok.

4) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit graves atau hipertiroidisme, tindakan medis


yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh penderita.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Adanya faktor genetik penyakit graves, riwayat keluarga yang


mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormon toroid atau
pengobatan antitiroid, dihentikan terhadappengobatan antitiroid, dilakukan
pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian insulin
14

yangmenyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan jantung,


penyakit yang baru terjadi (pneumonia).

6) Riwayat psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami


penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.

2. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat


badan dan tanda –tanda vital.

2) Aktivitas dan Istirahat

Adanya insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan


koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot, terlihat lemas.

3) Sistem Kardiovaskuler

Adanya palpitasi, nyeri dada (angina), disritmia (Fibrilasi atrium),


irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang
berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).

4) Eliminasi

Adanya urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam feses (diare).

5) Integritas Ego

Adanya Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik,


Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.

6) Makanan dan Cairan

Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,


makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, adanya
Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.

7) Pernafasan

Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada


krisis tirotoksikosis).
15

8) Neurosensori

Pusing, kesemutan, kelemahan pada otot parasetia, gangguan


penglihatan, disorientasi, stupor.

9) Keamanan

Suhu meningkat di atas 37,400 C, diaforesis, kulit halus, hangat dan


emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang
menjadi sangat parah.

10) Seksualitas

Adanya penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

1) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : T3 meningkat (N: 70-250 mg/dl), T4


meningkat (N: 4-12 mcg/dl), TSH menurun.

2) Scan

Scan dapat mengetahui daerah dari kelenjar tiroid yang paling aktif dan
menghasilkan maksimum T3 dan T4. Scan juga dapat mengetahui kanker
tiroid, tumor atau nodul

3) Ultrasonografi

USG membantu mendeteksi cycts, tumor, dan nodul kelenjar tiroid.

2 Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif.

N Data Problem Etiologi


16

o
1 Data Subjektif:
Klien mengeluh jantung Penurunan Perubahan
berdebar-debar dan nyeri dada curah jantung frekuensi
Data Objektif: jantung

TD meningkat, takikardi
2 Faktor Resiko:
-Kehilangan berlebihan Resiko -
kekurangan
melalui rute normal (Diare) - volume cairan
Penurunan berat badan -
Faktor yang mempengaruhi
cairan (status hipermetabolik)
3 Data Subjektif:
klien mengatakan Ketidakseimba hipermeta
mengalami penurunan berat ngan nutrisi bolik
badan tetapi tidak mengalami kurang dari
penurunan nafsu makan Data kebutuhan
Objektif: tubuh
Penurunan berat badan
4 Data Subjektif:
- Klien mengeluh demam Hipertermia Penyakit
Data Objektif:
-Peningkatan suhu
tubuh >37,400C.
5 Data Subjektif:
Klien mengeluh sering Intoleransi Kelemaha
kelelahan Data Objektif: Aktivitas n umum
Adanya atrofi otot
klien tampak lemas

Data yang telah dianalisa dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
17

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu, keluarga


atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual, potensial atau
kemungkinan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah
tersebut. Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
penyakit Graves adalah sebagai berikut :

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung. (Amin


Huda Nurarif, 2015).

1. Resiko kekurangan volume cairan.(Amin Huda Nurarif,2015).


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik.(Brunner & Suddarth, 2014)
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit. .(Brunner & Suddarth, 2014)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.(Mary Digilio, 2014)
C. Perencanaan atau Intervensi

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas


keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah
masalah keperawatan penderita.

N Diagnosa NOC NIC


o

1. Penurunan Setelah dilakukan tindakan monitor


curah jantung keperawatan selama 3 x 24 perubahan
berhubungan jam, diharapkan pasien tekanan darah
dengan dapat n mempertahankan evaluasi
perubahan curah jantung yang adekuat adanya nyeri
frekuensi sesuai dengan kebutuhan dada
jantung tubuh.
catat adanya
Dengan kriteria hasil : tanda dan
Tanda tanda vital dalam gejala
rentang normal penurunan
tidak ada kelelahan cardiac putput

tidak ada penurunan monitor


kesadaran toleransi
aktivitas
pasien
atur periode
latihan dan
istirahat untuk
menghindari
kelelahan
18

f. anjurkan
untuk
menurunkan
stres

2 Resiko setelah a Monitor


. kekurangan dilakukan . frekuensi
volume cairan tindakan b kehilangann
keperawatan . cairan pasien
selama 3x24 Monitor
c
jam diharapkan status hidrasi
.
kekurangan ( kelembaban
volume cairan d
membran
dapat dicegah. .
mukosa, nadi
Dengan kriteria adekuat,
hasil : tekanan
Tekanan darah, darah
nadi, suhu ortostatik),
tubuh dalam jika
batas normal. diperlukan

Tidak ada Monitor vital


tanda tanda sign Monitor
dehidrasi masukan

Elastisitas makanan

turgor kulit atau cairan

baik, membran dan hitung

mukosa intake kalori

lembab, tidak harian.

ada rasa haus


yang
berlebihan.

e Kolaborasika
. n pemberian
cairan 0,9 %
19

NaCl.

3 Ketidakseimbanga Setelah Kolaborasi dengan


. n nutrisi kurang dilakukan ahli gizi untuk
dari kebutuhan tindakan menentukan jumlah
tubuh keperawatan kalori dan nutrisi yang
berhubungan selama 3 x 24 dibutuhkan pasien
dengan jam, Berikan informasi
hipermetabolik diharapkan yang tepat tentang
nutrisi pasien kebutuhan nutrisi
seimbang
Kaji adanya alergi
dengan.
makanan
Dengan kriteria
hasil : Berikan makanan yang
terpilih (sudah
Tidak ada
tanda tanda
malnutrisi

Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan

Mampu
mengidentifika
si kebutuhan
nutrsi

dikonsultasi
dengan ahli
gizi)

e Timbang
. berat badan
pasien pada
interval yang
tepat
20

4 Hipertermia Setelah a Monitor


. berhubungan dilakukan . tekanan
dengan penyakit. tindakan b darah, nadi
keperawatan . dan RR
selama 2 x 24 Monitor
c
jam diharapkan warna dan
.
suhu tubuh suhu kulit
pasien kembali d
Berikan
normal. .
pengobatan
Dengan kriteria e untuk
hasil : . mengatasi

Suhu tubuh penyebab

dalam rentang demam

normal Kompres
pasien pada
Nadi dan RR
lipatan paha
dalam rentang
dan aksila
normal
Berikan
Tidak ada
pengobatan
perubahan
untuk
warna kulit dan
mencegah
tidak ada
terjadinya
pusing
menggigil

5 Intoleransi Setelah Bantu pasien untuk


. aktivitas dilakukan mengidentifaksi
berhubungan tindakan kekurangan dalam
dengan kelemahan keperawatan beraktivitas
umum selama 3 x 24 Bantu klien untuk
jam diharapkan mengidentifikasi
dapat aktivitas yang mampu
beraktivitas dilakukan
sperti semula.
Monitor respon fisik
Dengan kriteria klien
hasil : a.
21

Mampu
melakukan
aktivitas sehari
hari

TTV Normal

Mampu
berpindah :
dengan atau
tanpa bantuan
alat

Status respirasi
: pertukaran
gas dan
ventilasi
adekuat

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan


melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien. Pelaksanaan mencakup
melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-hari. Setelah
dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan tehnik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak.
22

Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara
terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali
umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit graves merupakan penyakit autoimun yang tidak dapat diketahui secara
pasti penyebabnya, kapan remisinya tercapai dan membutuhkan penekanan proses
autoimun secara terus menerus. Oleh karena itu pengelolaan penyakit graves ini
23

memerlukan evaluasi teratur dan kerjasama dokter, perawat dan pasien, termasuk
ketaatan pasien minum obat sehingga tujuan pengobatan dapat dicapai.

B. Saran

Setelah membaca tulisan ini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit graves.
24

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2014.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12.Jakarta:EGC.

Digiolio, Mary.2014.Keperawatan Medikal Bedah Ed. Bahasa

Indonesia.Yogyakarta:Rapha Publishing.

http://www.GraveDisease.com

Hurst, Marlene.2016.Buku Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Bahasa


Indonesia.Jakarta:EGC.

Nurarif, A.H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC-NOC.Yogyakarta:Medi Action.

Sharon, lewis.2014.Medical Surgical Nursing 1.Inggris:Mosby Company.

Tarwono.2013.Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:CV.

Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai