(PENYAKIT GRAVES)
DISUSUN OLEH :
NIM :PO5303203200748
NIM. : PO5303203200699
TINGKAT : 2 B
TA. 2020/2021
2
KATA PENGANTAR
Rasa Syukur yang sedalam - dalamnya kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Kuasa karena hanya dengan rahmat dan petunjuk-Nya lah saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Menyadari akan keterbatasan kemampuan saya, maka dalam hal ini
kami mengharap kritik dan saran membangun.
Besar harapan saya semoga penulisan makalah ini dapat memenuhi syarat.
Mudah-mudahan hasil dari tugas makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat
bagi kita sekalian, Amin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
A. Bagaimana konsep medis pada penyakit graves................................................
B. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit graves……………………….
BAB III PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar tiroid adalah bagian dari sistem endokrin yang terletak di depan trakea
yang berperan dalam menghasilkan hormon, salah satunya tiroid. Hormon tiroid
membantu mengatur metabolisme tubuh, yang oleh karenanya membantu mengatur
suasana hati, berat badan, dan kadar energi. Normalnya, kelenjar hipofise
menghasilkan suatu stimulating hormone yang merangsang kelenjar tiroid untuk
mensekresikan hormon tiroid. Kelainan pada kelenjar tiroid bisa berupa hiperfungsi
dan hipofungsi dari kelenjar tiroid, goiter, dan penyakit graves.
Penyakit Graves adalah suatu kondisi kesehatan dimana terjadi peningkatan
kadar hormon tiroid akibat produksi yang berlebihan dari kelenjar tiroid. Pada
penyakit graves tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang sel-sel yang sehat dari
kelenjar tiroid. Antibodi-antibodi tersebut meniru kerja dari stimulating hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise sehingga menyebabkan sekresi berlebihan dari
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Penderita penyakit graves dapat menunjukkan
gejala seperti rasa cemas, lekas marah, rasa lelah, kehilangan berat badan yang tidak
diharapkan dan bahkan penonjolan bola mata. Kondisi ini sering pada wanita terutama
berusia antara 20-40 tahun. Perokok juga memiliki resiko tinggi dari penyakit graves.
meskipun kondisi ini secara umum tidak mengancam jiwa, penanganan diperlukan
untuk mempertahankan kualitas hidup karena jumlah berlebihan dari hormon tiroid
didalam tubuh dapat mempengaruhi suasana hati dan bahkan dapat menyebabkan
depresi pada kasus berat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai
”Asuhan Keperawatan Dengan Penyakit Graves”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan tentang konsep medis pada Penyakit Graves.
5
C. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan data untuk pengembangan
ilmu pengetahuan mengenai korelasi antar kadar 25(OH)D serum dengan IL-4 dan
TRAb pada penyakit Graves.
2. Penelitian ini dapat menjelaskan pentingnya pemeriksaan vitamin D pada penyakit
Graves.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Penyakit Graves adalah jenis yang paling banyak djumpai. Kondisi ini terjadi akibat
pengeluaran hormon tiroid yang berlebihan yang disebabkan oleh abnormalitas
stimulasi klenjar tiroid oleh imunoglobulin sirkulasi. Gangguan ini 8 kali lebih sering
dialami oleh wanita dibandingkan pria dan mencapai puncak antara dekade ke 2 dan ke
4 kehidupan. Kondisi ini dapat muncul setelah syok emosional, stres, atau infeksi,
tetapi siknifikan pasti dari hubungan ini tidak dipahami (Brunner & Suddarth, 2014).
Penyakit graves adalah suatu penyakit autoimun yang tidak diketahui
penyebabnya, bercirikan pembesaran kelenjar tiroid dan sekresi hormon tiroid yang
berlebihan, serta keadaan dimana antibodi berikatan dengan reseptor TSH dan
menstimulasi kelenjar tiroid untuk melepaskan T3, T4 atau keduanya secara berlebihan
(Lewis, Sharon, 2014). Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang
menyebabkan hipertiroidisme (Marlene Hurst, 2016).
Penyakit Graves adalah penyakit yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang over
aktif dan merupakan penyebab hipertioid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini
biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering dari pada pria. Diduga penyebabnya
adalah penyakit autoimun, dimana antibody ditemukan dalam peredaran darah yaitu
Tyroid Stimulating Immunogirobulin (TSI Antibodies), Thyroid peroksidase
antibodies (TPO) dan TSH Reseptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah
stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, semsitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiridan tidak bergantung pada tinggi
rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit dapat menyebabkan kulit jadi merah,
kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak (Amin Huda Nurarif, 2015).
Jadi penyakit graves adalah suatu keadaan terganggunya sistem imun akibat proses
autoimun, dimana sistem imun tersebut memicu pembentukan antibodi yang disebut
Thyroid Stimulating Immunoglubolin (TSI) dan berikatan dengan Thyroid Stimulating
Hormone Reseptor (TSHR) yang menstimulasi kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormon tiroid secara berlebihan dan merupakan penyebab tersering hipertiroidisme
yang belum diketahui penyebabnya secara pasti.
7
Kelenjar tiroid dbentuk dari divertikulum tiroid yang berkembang dari dasar
foregut pada usia gestasi 3-4 minggu, bermigrasi ke kandal dan akhirnya mendapatkan
posisi yang normal dibawah laring. Kelenjar tiroid mulai mensekresikan hormonnya
padausia perkembangan janin 18 minggu.
Secara mkroskopik kelenjar tiroid tersusun dari folikel-folikel tertutup (>1 juta),
yang berbentuk sferis berongga, dilapisi bagian dalamnya oleh sel-sel epitel kuboid.
Bagian rongga folikel terisi oleh substansi sekretorikyang disebut koloid, yaitu suatu
zat berprotein yang terdiri atas tiroglobuln dan berfungsi sebagai bentuk simpanan
hormone tiroid. Tiroglobulin ini diproduksi oleh sel folikel, mengandung senyawa asa
amino tirosin, yang selanjutnya akan terbentuk hormone T4 dan T3. Jika kelenjar
inaktif, foliekl menjadi kecil, sel-sel pelapisan berbentuk koboid dan kolumnar, koloid
berkurang, dan tepi-tepinya cekung, yang membentuk lacuna absorpsi. Diantara
foikrlfolikel terdapat sel parafolikel, yang mengeluarkan kalsitonim.
Pada penyakit Graves, secara mokroskopik, sel-sel epitel folikel tampak kolumnar
dan bertambah jumlah dan ukurannya. Folikel tampak kecil dan rapat. Koloidnya
8
Efek fisiologis hormon tiroid pada berbagai organ tubuh, antara lain:
n reproduksi normal
wanita dan proses
laktasi
Lain-Lain Kalorigenik Merangsang konsumsu O2 oleh
jaringan yang aktif bermetabolisme
C. Etiologi
Kelenjar tiroid memproduksi T3 dan T4 dalam jumlah berlebihan yang dapat di
sebbakan oleh suatu penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang
kelenjar tiroid. Penyebab lainya dapat berupa tumor jinak (adenoma) yang
mengakibatkan membesarnya kelenjar tiroid (goiter) atau produksi TSH yang
berlebihan leh kelenjar pituitary, disebabkan oleh tumor pituitary (Mary Digiolio &
Donna Jackson, 2014).
D. Patofisologi
Graves disease merupakan salah satu contoh dari gangguan autoimun hipersensitif
tipe II. Sebagian besar gambaran klinisnya disebabkan karena produksi autoantibodi
yang berikatan dengan reseptor TSH, dimana tampak pada sel folikuler tiroid ( sel
yang memproduksi tiroid). Antibodi mengaktifasi sel tiroid sama seperti TSH yang
menyebabkan peningkatan produksi dari hormon tiroid. Opthalmopathy infiltrat
(gangguan mata karena tiroid) sering terjadi yang tampak pada ekspresi reseptor TSH
pada jaringan retroorbital. Penyebab peningkatan produksi dari antibodi tidak
diketahui. Infeksi virus mungkin merangsang antibodi, dimana bereaksi silang dengan
reseptor TSH manusia. Ini tampak sebagai faktor predisposisi genetik dari Graves
disease, sebagian besar orang lebih banyak terkena Graves disease dengan aktivitas
antibodi dari reseptor TSH yang bersifat genetik (Mary Digiolio & Donna Jackson,
2014).
10
E. Manifestasi Klinis
Menurut Amin Huda Nurarif dalam buku NANDA NIC NOC tahun 2015,
manifestasi klinis pada penyakit graves sebagai berikut:
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel
folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus
menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang
tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi
rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua
merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap hipertiroidisme, oleh
12
karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat mendeteksi kadar TSH sampai
angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4
bebas (free T-4/FT4).(1,2,3).
G. Penatalaksanaaan Medis
Pengobatan terhadap Graves disease termasuk penggunaan obat-obat anti tiroid
(OAT), yodium radioaktif dan tiroidektomi (eksisi pembedahan dari kelenjar tiroid).
Pengobatan hipertiroid pada graves disease adalah dengan obat-obatan seperti
methimazole atau propylthiouracil (PTU), yang akan menghambat produksi dari
hormon tiroid, atau juga dengan yodium radioaktif . Pembedahan merupakan salah
satu pilihan pengobatan, sebelum pembedahan pasien diobati dengan methimazole
atau propylthiouracil (PTU). Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi tiroksin
dengan OAT dosis tinggi untuk menghambat produksi hormon tiroid namun pasien
tetap dipertahankan eutiroid dengan pemberian tiroksin. Penambahan tiroksin selama
terapi dengan OAT juga akan menurunkan produksi antibodi terhadap reseptor TSH
dan frekuensi kambuhnya hipertiroid.
BAB III
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
1. Pengumpulan data
1) Identitas penderita
2) Keluhan Utama
6) Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
3) Sistem Kardiovaskuler
4) Eliminasi
5) Integritas Ego
7) Pernafasan
8) Neurosensori
9) Keamanan
10) Seksualitas
3. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Scan
Scan dapat mengetahui daerah dari kelenjar tiroid yang paling aktif dan
menghasilkan maksimum T3 dan T4. Scan juga dapat mengetahui kanker
tiroid, tumor atau nodul
3) Ultrasonografi
2 Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa serta
sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif.
o
1 Data Subjektif:
Klien mengeluh jantung Penurunan Perubahan
berdebar-debar dan nyeri dada curah jantung frekuensi
Data Objektif: jantung
TD meningkat, takikardi
2 Faktor Resiko:
-Kehilangan berlebihan Resiko -
kekurangan
melalui rute normal (Diare) - volume cairan
Penurunan berat badan -
Faktor yang mempengaruhi
cairan (status hipermetabolik)
3 Data Subjektif:
klien mengatakan Ketidakseimba hipermeta
mengalami penurunan berat ngan nutrisi bolik
badan tetapi tidak mengalami kurang dari
penurunan nafsu makan Data kebutuhan
Objektif: tubuh
Penurunan berat badan
4 Data Subjektif:
- Klien mengeluh demam Hipertermia Penyakit
Data Objektif:
-Peningkatan suhu
tubuh >37,400C.
5 Data Subjektif:
Klien mengeluh sering Intoleransi Kelemaha
kelelahan Data Objektif: Aktivitas n umum
Adanya atrofi otot
klien tampak lemas
Data yang telah dianalisa dapat dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan
meliputi aktual, potensial, dan kemungkinan.
17
B. Diagnosa keperawatan
f. anjurkan
untuk
menurunkan
stres
Elastisitas makanan
e Kolaborasika
. n pemberian
cairan 0,9 %
19
NaCl.
Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
tujuan
Mampu
mengidentifika
si kebutuhan
nutrsi
dikonsultasi
dengan ahli
gizi)
e Timbang
. berat badan
pasien pada
interval yang
tepat
20
normal Kompres
pasien pada
Nadi dan RR
lipatan paha
dalam rentang
dan aksila
normal
Berikan
Tidak ada
pengobatan
perubahan
untuk
warna kulit dan
mencegah
tidak ada
terjadinya
pusing
menggigil
Mampu
melakukan
aktivitas sehari
hari
TTV Normal
Mampu
berpindah :
dengan atau
tanpa bantuan
alat
Status respirasi
: pertukaran
gas dan
ventilasi
adekuat
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut juga
evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan secara
terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali
umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit graves merupakan penyakit autoimun yang tidak dapat diketahui secara
pasti penyebabnya, kapan remisinya tercapai dan membutuhkan penekanan proses
autoimun secara terus menerus. Oleh karena itu pengelolaan penyakit graves ini
23
memerlukan evaluasi teratur dan kerjasama dokter, perawat dan pasien, termasuk
ketaatan pasien minum obat sehingga tujuan pengobatan dapat dicapai.
B. Saran
Setelah membaca tulisan ini, penulis berharap pembaca dapat memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit graves.
24
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia.Yogyakarta:Rapha Publishing.
http://www.GraveDisease.com