Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberi banyak
kenikmatan rahmat serta karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.A DENGAN MASALAH
HALUSINASI PENDENGARAN DI DESA BAYUR RT 06 RW 06
KECAMATAN BUMIAYU BREBES”.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu
saran kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selalu dinantikan. Akhirnya
penyusun mengharapkan semoga dengan segala kesederhanaannya dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Brebes, 24 februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................I
DAFTAR ISI .................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................1
B. Rumusan masalah .......................................................................4
C. Tujuan penulisan .......................................................................4
D. Manfaat penulisan ......................................................................5

BAB II TINJAUAN TIORI


A. Definisi
1. Faktor-faktor penyebab klien gangguan jiwa Halusinasi
Pendengaran ........................................................................6
2. Pohon Masalah.....................................................................8
3. Intensitas Level Halusinasi ..................................................8
B. Konsep keluarga
1. Pengertian keluarga .............................................................10
2. Ciri - ciri keluarga................................................................11
3. Tipe keluarga........................................................................11
4. Tugas kesehatan keuarga......................................................12
5. Faktor – faktor yang mempengaruhi keluarga ...................14
6. Strategi pelaksanaan tidakan keperawatan halusinasi.........15

BAB III : TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian..............................................................................19
B.. Diagnosa keperawatan ..........................................................28
C.. Intervensi keperawatan.........................................................29
D. Implementasi dan Evaluasi keperawatan................................38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan yang pesat di segala bidang berdampak pada tata kehidupan
masyarakat terutama di daerah perkotaan yang memerlukan penyesuaian.
Namun tidak semua masyrakat dapat menyesuaikan dengan perubahan
tersebut. Akibatnya adalah terjadi berbagai masalah kesehatan jiwa. Perilaku,
perasaan dan pikiran yang luar biasa yang jika tidak ditatalaksana dengan baik
dapat menimbulkan ancaman bagi pasien tersebut maupun orang lain
(Kemenkes, 2011).
Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada lingkungan serta beintegrasi dan berinteraksi dengan
baik, tepat dan bahagia (Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang No 18
Tahun 2014 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa Kesehatan Jiwa adalah
kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu
berkontribusi untuk komunitasnya. Seseorang yang sehat jiwa dapat
menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, merasa bebas secara
relatif dari ketegangan dan kecemasan, merasa lebih puas memberi daripada
menerima. Angka penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global,
sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang
mengalami 3 gangguan jiwa sepertinya tinggal di negara yang berkembang,
sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan.
Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak
450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar
10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan

1
berkembang di tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh
diri, lebih dari 90% dari 1 juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat
gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di semua negara pada perempuan
dan laki-laki, pada semua tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik di
pedesaan maupun di perkotaan.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 dilaporkan, prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per 1000 jiwa, sedangkan di
Kaltim 1,4 per 1000 jiwa, pemicu peningkatan penentu gangguan jiwa di
Samarinda dikarenakan musibah banjir, kebakaran, dan putus cinta. Sebagai
gambaran, setidaknya tercatat 10.597 pasien yang mengalami gangguan jiwa
pada tahun 2012. Angka lalu meningkat pada tahun 2013 sekitar 13,46% atau
mencapai 13.893 pasien (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 terdapat peningkatan
proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan cukup signifikan jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7% karena
faktor dari keluarga yang merawat klien dirumah.
Salah satu masalah keperawatan jiwa adalah gangguan persepsi senosri
halusinasi, halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indera tanpa adanya rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
seperti suatu persepsi palsu, berebda dengan ilusi dimana pasien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi
tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan
sebagai sesuatu yang nyata oleh pasien (Purba,dkk,2010).
Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016) menyatakan bahwa pasien dengan
halusinasi dengan diagnosa medis skizofrenia sebanyak 20% mengalami
halusinasi pendengaran dan penglihatan secar bersamaan, 70% mengalami
halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan, dan 10%
mengalami halusinasi lainnya. Adapun gejala-gejala yang dapat diamati pada
pasien halusinasi diantaranya bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa
sebab, menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas,

2
mencium seperti sedang membau baui sesuatu, menutup hidung, sering
meludah atau muntah, serta menggaruk - garuk permukaan kulit (Yusuf,
Fitriyasari, Nihayati, 2015).
Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu di rumah sakit, menurut
sullinger 1998 dalam (Yosep & Sutini 2016 ) pertama yaitu klien dimana
diketahui bahwa klien yang gagal meminum obat teratur mempunyai
kecendrungan untuk kambuh, kedua faktor dokter sebagai pemberi resep yang
diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat
mencegah kambuh dan efek 5 samping, ketiga yaitu penangung jawab klien
setelah pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap bertanggung jawab
atas program adaptasi klien di rumah sakit, dan yang keempat yaiyu
ketidakmampuan keluarga dalam merawat klien juga sebagai faktor penyebab
kekambuhan klien.
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun
demikian, jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
kembali sehingga untuk memulihkannya sangat sulit. Untuk itu perawat harus
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga agar keluarga mampu
menjadikan pendukung yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di
rumah sakit maupun dirumah. Tindakan keperawatan yang bertujuan agar
keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik dirumah sakit maupun
dirumah, dan keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif bagi
pasien (Muhith,2015).
Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam pada tahun 2016
mencatat rata-rata pasien rawat inap di RSJD. Atma Husada Mahakam
Samarinda sebanyak 249 orang, jumlah pasien rata-rata pasien IGD pada tahun
2016 sebanyak 2,57 orang, dengan presentase 38% yang mengalami halusinasi,
5% yang mengalami harga diri rendah, 15% yang menarik diri, 1% yang
mengalami waham, 35% yang mengalami perilaku kekerasan dan 6% yang
mengalami defisit perawatan diri. Dan pada bulan Januari sampai Mei tahun
2017 mencatat rata-rata pasien rawat inap di RSJD Atma Husada Mahakam

3
sebanyak 168 orang, jumlah rata-rata pasien IGD bulan Januari sampai Juni
tahun 2017 sebanyak 2,27 orang. Dengan presentase 36% yang mengalami
halusinasi, 4% yang mengalami harga 6 diri rendah, 13% yang mengalami
isolasi sosial, 1% yang mengalami waham, 32% yang mengalami perilaku
kekerasan dan 5% yang mengalami defisit perawatan diri.
Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang proses
keperawatan pasien dengan Halusinasi Pendengaran terintegrasi dengan
keluarga melalui studi kasus dengan pendekatan Karya Tulis Ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini bagaimana asuhan
keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran terintegrasi dengan keluarga di wilayah puskesmas sempaja.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Klien Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi Pendengaran di Dusun Bayur Rt 06 Rw 06 Desa
Dukuthuri Bumiyu
2. Tujuan Khusus
1. Mengkaji pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran di Dusun Bayur Rt 06 Rw 06 Desa Dukuthuri Bumiyu
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien dengan masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Dusun Bayur Rt 06 Rw 06
Desa Dukuthuri Bumiyu
3. Menyusun perencanaan keperawatan pasien dengan masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Dusun Bayur Rt 06 Rw 06
Desa Dukuthuri Bumiyu
4. Melaksanakan intervensi keperawatan pasien dengan masalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Dusun Bayur Rt 06 Rw 06
Desa Dukuthuri Bumiyu
.

4
5. Mengevaluasi pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran di Dusun Bayur Rt 06 Rw 06 Desa Dukuthuri
Bumiyu.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Menambah informasi dan menambah wawasan penulis dalam
melakukan studi kasus dan mengaplikasikan ilmu tentang asuhan
keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi : halusinasi
pendengaran.
2. Bagi Tempat Penelitian
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan rumah sakit dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien dengan masalah gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan
memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
pada keluarga dan terutama untuk pasien sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan koping keluarga dan pasien serta dapat menjadikan peran
keluarga untuk ikut aktif berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi
pelaksanaan dalam asuhan keperawatan. gangguan jiwa sepertinya tinggal di
negara yang berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu
tidak mendapatkan perawat.
4. manfaat bagi institusi pendidikan
Dapat digunakan sebagai pembelajaran mahasiswa dalam bidang
keperawatan jiwa dan sebagai dasar dalam penelitian selanjutnya.
5. manfaat bagi peneliti lain
Dapat di gunakan sebagai referensi dalam penelitiaan selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definsi
Asuhan keperawatan jiwa pada klien Gangguan jiwa Halusinasi
Pendengaran Terintegrasi dengan Keluarga adalah suatu proses interpersonal
(interaksi dengan orang lain) yang dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan serta mempertahankan perilaku individu gangguan jiwa pada
fungsi yang seharusnya dengan menerapkan teori model keperawatan jiwa dan
melakukan 5 proses asuhan keperawatan jiwa (analisa, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi) serta penggunaan komunikasi terapeutik untuk
menuju hubungan interpersonal yang baik (Stuart, 2015) pada klien Halusinasi
Pendengaran yang terintegrasi keluarga dimana keluarga dan klien itu
diberikan tindakan bersamaan dan juga memiliki keserasian antar keluarga.
Menurut damaiyanti, 2008, halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi
palsu berupa suara, pengliatan, pengecapan, perabahan atau penghiduan, klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa di jumpai adanya rangsangan dari
luar,walaupun tampak sebagian sesuatu yang “khayal”, halusinasi sebenernya
merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang “teresepsi”(yosep,
2010)
Halusinaasi adalah perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang
datang disertai gangguan respon yang kurang, berlebihan, atau distori terhadap
stimulus tersebut(Nanda- 1, 2012)
1. Faktor-faktor penyebab klien gangguan jiwa Halusinasi Pendengaran
Gangguan jiwa halusinasi pendengaran merupakan salah satu gejala
gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien
merasakan sensasi berupa suara tanpa stimulus nyata (Keliat,2012).
Dari pengertian diatas bahwa halusinasi pendengaran di sebabkan oleh
2 faktor yaitu faktor predisposisi dan presipitasi (Yosep, 2009). Faktor

6
Presdisposisi, ada beberapa faktor yang menyebabkan halusinasi
pendengaran yaitu : Faktor Perkembangan adalah Tugas perkembangan
klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
Faktor Sosiokultural adalah Seseorang yang merasa tidak diterima
lingkungannya sejak bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungannya. Faktor Biokimia adalah faktor yang
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress yang
berkepanjangan teraktivasinya neurotransmiter otak. Misalnya terjadi
ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
Faktor Psikologis adalah Tipe kepribadian lemah dan tidak
bertanggung jawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal
ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan
yang tepat demi masa depannya. Faktor Genetik dan Pola Asuh disebutkan
bahwa Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
Faktor Presipitasi, Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep
(2009) masalah halusinasi di landaskan atas hakikat keberadaan individu
sebagai makhuk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio, psiko, sosial,
strategi pelaksanaan spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi tersebut diantaranya yaitu: Dimensi Fisik itu adalah Halusinasi
dapat ditimbulkan karena kondisi fisik seseorang seperti kelelahan yang luar
biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga deliriun, intoksikasi alkohol
dan insomnia dalam waktu yang lama.
Dimensi Emosional merupakan Perasaan cemas yang berlebihan
terhadap masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi.

7
Isi halusinasi pada dimensi ini biasanya berupa perintah memaksa dan
menakutkan, sehingga klien tidak mampu lagi menentang perintah tersebut
dan berbuat sesuatu seperti yang diperintahkan oleh halusinasinya. Dimensi
Intelektual merupakan dimensi ini individu yang mengalami halusinasi akan
mengalami penuruan fungsi ego. Yang pada awalnya halusinasi timbul
karena usaha ego untuk melawan impuls yang menekan, namun tak jarang
usaha tersebut dapat menimbulkan kewastratei pelaksanaanadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien bahkan mengontrol semua perilaku
klien.
2. Pohon Masalah (Ermawati, et all. 2014)

Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan


verbal) effect

Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi Pendengaran
Core problem

Isolasi social
Causa

Harga diri rendah ( menarik diri )

3. Intensitas Level Halusinasi


Table Karaakteristik dan perilaku pasien halusinasi
Level Karakteristik Halusinasi Prilaku Pasien
Tahap 1 1. Mengalami ansietas 1. Tersenyum atau
Memberikan rasa kesepian, rasa tertawa sendiri
nyamaan tingkat bersalaah, dan 2. Menggerakan bibir
anisietas sedaang, ketakutan. tanpa suara.
secara umum 2. Mencoba berfokus 3. Pergerakan mata

8
halusinasi pada fikiran yang yang cepat.
merupakan suatu dapat menghilangkan 4. Respon verbal
kesenangan. ansietas. yang hangat.
3. Fikiran daan 5. Diam dan
pengalamaan senssori berkonsentrasi.
masih ada dalam
kontrol kesadaran.
Tahap 2 1. Pengalaaman senrosi 1. Meningkatkan
Menyalahkan, menakutkan system saraf otak
tingkat kecemasan 2. Mulai merasa 2. Rentang perhatian
berat pengalaman kehilaangan kontrol menyempit
sensori tidak dapat 3. Merasa dilecehkan 3. Kosentrasi dengan
di tolak lagi oleh pengalam pengalaman
sensori tersebut sensori
4. Menarik diri dari 4. Kehilangaan
orang lain kemampuan
NON PSIKOTIK membedakan
halusinasi dari
realita
Tahap 3 1. Pasien menyerah dan 1. Perintah
Mengontrol menerima haalusinasi di taati
tingkat kecemasan pengalaman 2. Sulit berhubungan
berat pengalaman sensorinya. dengan orang lain.
sensori tidak dapat 2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhaatian
di tolak lagi atraktif hanya beberapa
3. Kesepian bila detik atau menit
pengalaman sensori 4. Gejala fisik
berakhir ansietas berat
PSIKOTIK berkeringat,
tremor, dan tidak
mampu mengikuti

9
perintah
Tahap 4 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku panik
Menguasai tingkat menjadi ancaman 2. Pontensial tinggi
kecemasan panik 2. Halusinasi dapat untuk bunuh diri
secara umum berlangsung selama atau membunuh
diatur dan beberapa jam atau 3. Tindakan
pengaruhi oleh hari kekerasan
waham agistasi, menarik
diri, atau katanoia
4. Tidak mampu
merespon
terhadap perintah
yang kompleks
5. Tidak mampu
berespon terhadap
lebih dari satu
orang.

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini
tergantung pada orientasi dan cara pandang yang di gunakan seseorang
dalam mendefinisikan. Ada beberapa pengertian keluarga menurut para ahli,
anatara lain adalah : Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat
dekat hubungannya dengan seseorang. Di keluarga itu seseorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berinteraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-
nilai, pola pemikiran dan kebiasaanya yang berfungsi sebagai saksi segenap
budaya luar serta mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah suatu
ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa
yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang

10
perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baiknya anak
sendiri atau adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan.
Mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari msyarakat yang terdiri
atas keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Setiadi,
2008., Harmoko., 2012., Padila., 2012).
Jadi, dalam suatu asuhan keperawatan jiwa gangguan halusinasi
pendengaran yang terintegrasi dengan keluarga. Bahwa, keluarga itu
sangatlah penting klien dimana keluarga itu merupakan unit terkecil dalam
masyarakat yang mencirikan terikat oleh ikatan darah dan terbagi ada tipe
keluarga besar maupun keluarga inti.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (Padila, 2012) ciri-ciri
keluarga yaitu Keluarga itu merupakan hubungan perkawinan, Keluarga
berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan
yang sengaja dibentuk atau dipelihara, Keluarga mempunyai sistem tata
nama (nomen clatur) termasuk perhitungan garis keturunan, Keluarga
mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota keluarga
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak, Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah
atau rumah tangga.
3. Tipe Keluarga
Keluarga terbagi menjadi berbagai tipe yaitu ada Keluarga inti (terkait
dengan pernikahan) keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran
sebagai orang tua, atau kelahiran, terdiri atas suami, istri, anak-anak mereka
biologis, adopsi, atau keduanya. Kedua yaitu Keluarga orientasi (keluarga
asal) Unit keluarga tempat seseorang dilahirkan. Ketiga yaitu Extended
family merupakan keluarga inti dan individu terkait isinya (oleh hubungan

11
darah), yang biasanya merupakan anggota keluarga asal dari salah satu
keluarga inti. Keluarga ini terdiri atas sanak saudara mencakup kakek atau
nenek, istri, paman, keponakan, dan sepupu.
4. Tugas Kesehatan Keluarga
1). Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-
perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil
apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan
menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya
perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya. Contohnya seperti
keluarga mengetahui apa yang di derita anggota keluarga yang sakit,
mengenal masalah yang mengenai keadaan anggota keluarga.
2). Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan Yang Tepat
Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan di antara anggota keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan sebuah tindakan. 17 Tindakan kesehatan yang dilakukan
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang
terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mempunyai
keterbatasan dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta
bantuan kepada orang lain di lingkungan tempat tinggalnya. Contohnya
memberikan pertolongan pertama dengan membawa klien ke pelayanan
kesehatan.
3). Memberi Perawatan Pada Anggota Keluarga Yang Sakit
Sering kali keluarga mengambil tindakan yang kurang tepat, tetapi
jika keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh
tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi lagi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan
atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

12
tindakan untuk pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji
seperti apakah keluarga aktif dalam merawat klen, bagamana cara
keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan klien,
bagaimana sikap keluarga terhadap klien. Contohnya seperti merawat
klien dengan mengajak berkativitas seperti biasa dirumah dan apabila ada
yang sakit langsung membawa anggota keluarga ke pelayanan kesehatan.
4). Memodifikasi lingkungan keluarga Yang Sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi
bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu
yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan timpat tinggal. Oleh
karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat kesehatan bagi
anggota keluarga. Contohnya 18 dalam memodifkas yaitu seperti
menjaga sanitasi lngkungan dalam keadaan bersih, memelhara dan
meningkatkan lingkungan rumah tetap aman dan nyaman.
5). Menggunakan Fasilitas Kesehatan Ada Di Masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi
atau meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah
yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari
segala macam penyakit. Contohnya seperti pengetahuan keluarga saat
berobat untuk kliennya apakah dapat di jangkau tempat pelayanan
kesehatannya, keuntungan yang di dapat di pelayanan kesehatan serta
kepercayaan keluarga dengan pelayanan kesehatan tersebut. Keberhasilan
perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan di rumah yang
kemudian mengakibatkan klien harus dirawat kembali(kambuh). peran
serta keluarga sejak awal asuhan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat klien di rumah, sehingga kemungkinan
kekambuhan dapat dicegah (Videbeck, 2008).
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Keluarga

13
Merawat Klien Gangguan Jiwa Halusinasi Pendengaran Pendidikan yang
rendah mempengaruhi keluarga dalam merawat klien sehingga dalam
pengetahuan klien dalam mengobati merawat klien juga kurang. Sebaliknya
pendidikan yang baik berdampak baik keluarga dalam merawat klien 19
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan dalam
merawat klien gangguan jiwa. Pekerjaan yang tidak menentu akan
mempengaruhi keluarga dalam merawat klien dengan gangguan jiwa
berdampak pada pekerjaan yang tidak tetap akan mengakibatkan untuk
pengobatan klien juga terhambat. Sebaliknya jika pekerjaan yang tetap akan
membantu untuk merawat klien.
Dukungan keluarga Semakin besar dukungan keluarga akan semakin
besar kemampuan keluarga dalam merawat. Dengan dukungan memberikan
klien pengetahuan baru dapat membuat motivasi tinggi yang lebih baik buat
klien sebaliknya jika dukungan yang kurang diterima klien dapat
mengakibatkan dampak buruk bagi klien. Dan juga jika sikap keluarga baik
terhadap klien Semakin baik sikap keluarga semakin baik juga keluarga
dalam merawat klien gangguan jiwa. Sebaliknya jika sikap keluarga acuh
terhadap klien akan berdampak bagi klien.
Dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara sikap keluarga
dengan kemampuan keluarga dalam merawat klien. Jadi, keluarga juga ada
punya 5 tugas pokok dalam mengelola klien atau asuhan pada klien
gangguan jiwa yaitu: mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan
yang tepat, memberikan perawatan pada klien, membuat rumah yang sehat
serta mengunakan fasilitas kesehatan dimana kalau keluarga sudah menjalan
kan dengan baik tugas tersebut klien akan tetap dalam kondisi baik yang ada
juga dipengaruhi berbagai fakto dalam merawatnya seperti pendidikan,
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga serta pekerjaan yang baik. Ada
beberapa 20 strategi/tindakan yang dapat dilakukan perawat pada klien dan
keluarga agar dalam merawat klien dirumah dapat terkontrol.
6. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Halusinasi Pendengaran Pada
Klien Dan Keluarga

14
1. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada klien
Tujuan tindakan Strategi pelaksanaan Tindakan keperawatan
1. Pasien dapat Sp 1 1. Sp 1: Membantu
mengenali pasien mengenal
halusinasi halusinasi
yang di menjelaskan caraa
aalaminya mengontrol
2. Pasien dapat Sp 2 halusinasi,
mengontrol mengajarkaan
halusinasinya pasien mengontrol
3. Pasien Sp 3 halusinasi dengan
mengikuti cara menghardik.
program 2. Sp 2: melatih
pengobaataan pasien mengontrol
secaaraa halusinasi dengan
optimal cara bercakap
cakap bersama
orang laen
3. Sp 3. : melatih
pasienmengontrol
halusinaasi dengan
melaksanakan
aktivitas terjadual.
Sp 4 4. Sp 4: melatih
pasien minum obat
teratur.

2.strategi pelaksanaan tindaakan keperaawatan padaa keluarga

15
N Tujuan tindakan Strategi Tindakaan keperawatan
o pelaksanaan
1. Keluargaa SP 1 1. Sp 1 keluarga:
dapat terlibat memberikan pendidikan
dalam kesehaatan tentang
perawatan pengertian halusinasi,
pasien,baik di jenis haalusinasinya
rumah sakit yang dialami pasien,
maaupun di tanda dan gejala
rumah halusinasi, daan cara-
2. Keluarga SP 2 cara merawat pasien
dapat menjadi halusinasi
sistem 2. Sp 2 keluarga: melatih
pendukung keluarga praktik
yang efektif merawat pasien
untuk pasien langsung dihadapan
pasien, memberi
kesempatan kepada
keluarga untuk
mempergarakan cara
merawat pasien dengan
pasiendengan
haalusinasi langsung di
hadapan pasien
SP 3 3. Sp3keluarga:membuat
perencanaan pulang
bersama keluaarga

4. Srategi kunjungan keluarga

16
Fase Aktivitas
1. Fase inisiasi 1. Klarisifikasi sumber rujukan
untuk kunjungan rumah
2. Klasifikasi tujuan kunjungan
ke rumaah
3. Desain kunjungan ke rumah
2. Fase pra kunjungan 1. Lakukan kontak dengan
keluarga memberitahu klien
dan keluarga bahwa perawat
akan melakukan kunjungaan
ke rumah
2. Satukan persepsi tentang
tujuan kunjungan dengan
keluarga:memberitahu dan
menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan agar tidak
ada salah paham antara
perawat dan keluarga
3. Apa keinginan keluarga dari
kunjungan rumah : keluarga
mengharapkan perawat dapat
membantu, memberitahu dan
mengajari cara merawat
klien di rumah
4. Buat jadwal kunjungan:
kunjungan di lakukaan
selama 6 hari dan setiap hari
dan setiap hari sekali
daalaam sehari kunjungan
rumah.
5. Telaah rujukan / reference
3. Fase di dalam rumah 1. Memperkenalkan diri,

17
identitas diri daan
professional:memberitahu ke
klien dan keluarga nama da
nasal serta menjadi BHSP
2. Interaksi social
3. Tetapkan hubungan P & K:
menjalin BHSP
4. Implementasikan proses
keperawatan: 1 memberikan
sp 1 pada hari pertaama pada
klien dan keluarga,
melakukan kontrak yang
akan dating.
4. Fase terminasi 1. Telaah ( evaluasi )
kunjungan dengan
keluarga: apabila sp 1
sudah berhasil lanjut dari
kedua dengan sp 2 pada
klien dan keluarga
2. Rencanakan untuk
kunjungan berikutnya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 23 Februari 2021

A. PENGKAJIAN
1. Identitas

18
a. Identitas pasien
Nama : Tn. A
Tempat tanggal lahir : Brebes, 24 Januari 1980
Jenis kelamin : Lali - laki
Umur : 41 tahun
Status : Cerai
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Alamat :Dusun Bayur Rt. 06 Rw. 06 Desa Dukuhturi
Bumiayu
b. Idenitas keluarga
Nama : Ny. S
Umur : 75 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat :Dusun Bayur Rt. 06 Rw. 06 Desa Dukuhturi
Bumiayu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub. Dengan klien : Ibu

2. Keluhan Utama
Klien merasakan mendengar suara atau bisikan dari mantan istrinya yang
marah-marah. Sering melamun dan berbicara senidiri. Pasien sering marah-
marah saat mendengar bisikan tersebut.
Masalah keperawatan:.Gangguan persepsi sensori: halusinasi
3. Factor Predisposisi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu

19
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami sakit yang sama
sejak 2007
b. Pengobatan sebelumnya
Keluarga mengatakan pengobatan kurang berhasil karna putus obat
c. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1) Aniaya fisik : - - - -
2) Aniaya seksusal : - - - -
3) Penolakan : - - - -
4) Kekerasan dalam keluarga : - - - -
5) Tindakan kriminal : - - - -
Klien tidak pernah mengalami penganiayaan maupun kekerasan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
d. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan istrinya meninggalkan dirinya untuk laki-laki lain
padahal dia sudah menjadi tulang punggung keluarga tetapi tetap istrinya
selingkuh dan menikah lagi. Klien merasa sedih dan kecewa. Klien
merasa malu dan tidak mau melakukan apapun lagi.
Masalah keperawatan: Koping individu in-efektif

f. Apakah pernah mengalami sakit/sakit berat, kecelakaan/trauma


Keluarga mengatakan klien tidak pernah mengalami sakit berat dan tidak
pernah mengalami kecelakaan.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Suhu : 36,6℃

20
Nadi : 79 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
b. Ukur
Berat badan : 69 kg
Tinggi badan : 165 cm
Keluhan fisik : Tidak ada keluhan fisik, bentuk kepala simetris,
kulit kepala cukup bersih

5. Psikososial
a. Genogram

21
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
X : Meninggal
: Cerai

b. Konsep diri
1) Cira tubuh
Klien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya
2) Identitas
Klien mengatakan bernama A merupakan seorang laki-laki
3) Peran
Sebelum sakit klien di rumah mempunyai tanggung jawab sebagai
tulang punggung keluarga. Klien berhenti bekerja dan anaknya dibawa
oleh istrinya. Klien mengatakan semenjak sakit tidak dapat bergaul
dengan teman-temannya.
4) Ideal diri
Klien mengatakan tidak ingin lagi mendengar suatu suara atau
bisikan-bisikan yang jahat.
5) Harga diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sangat malu dengan lingkungannya.
Klien merasa dirinya tidak dihargai sejak dirinya ditinggal istrinya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah

22
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibu kandungnya.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Sebelum sakit klien orang yang giat bekerja, beberapa kali ikut
kegiatan kegamaan dan klien adalah orang yang dramah dengan
tetangga. Dan sekarang tidak lagi mau berkomunikasi dengan orang
lain.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan oramg lain
Karena sakit klien susah berhubungan dengan orang lain.
d. Spiritual
1) Nilai daan keyakinan
Klien mengatakan beragam islam
2) Kegiatan ibadah
Klien tidak pernah beribadah.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan seperti biasa, klien kadang mandi 2x sehari
menggunakan sabun dan menggosok gigi.
b. Pembicaraan
Saat berinteraksi nada suara klien rendah, bicara klien lambat.

c. Aktivitas motoric
Ativitas keseharian klien merasa gelisah ketika mendengar suara-suara
yang selalu memarahinya.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih karena libur dengan keluarga terutama anaknya.
e. Afek

23
Afek klien datar, menjawab saat ditanya.
f. Interaksi selama wawancara
Klien tampak curiga ketika melihat orang baru.
g. Persepsi
Klien mengatkan terkadang mendengar ada suara-suara dan bisikan
yang kurang jelas ditelinganya.
h. Isi pikir
Saat diajak interaksi, klien tampak mengulang kata-kata yang sama dan
klien banyak bingung.
i. Arus pikir
Klien lambat karena klien tidak mampu memulai pembicaraan dan
lebih banyak terdiam.
j. Tingkat kesadaran
Klien bingung dan suka menyendiri.
k. Memori
Klien dapat mengingat kegiatan sehari-hari.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu behitung dari angka 1-10.
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan dalam mengambil
keputusan.
n. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa suara yang ia dengarkan itu nyata walaupun
tidak bisa melihatnya.

7. Kebutuhan dan Aktivitas sehari-hari


a. Makan
Klien mengatakan makan 3x sehari, menghabiskan 1porsi penuh nasi
sayur dan lauknya. Nafsu makan baik. Makanan yang disukai daging.
Cara makan tidak menggunakan sendok tetatpi langsung dengan tangan.

24
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.
b. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 3-5x sehari.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
c. Mandi
Klien mengatakan mandi kadang 2x sehari. Klien mengatakan jarang
sikat gigi, sikat gigi hanya jika ingin saja. Klien tidak mencuci
ramburnya secara teratur sehingga nampak kotor dan berbau. Kuku klien
juga tampak kotor dan ujung kukunya berwarna hitam.
Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri
d. Berpakaian
Pakaian klien nampak lusuh, dan sediikit berantakan. Ibu klien
mengatakan klien seringkalimenolak jika disuruh ganti baju. Biasanya
berganti baju 1-2 hari sekali.
Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri
e. Istirahat dan tidur
Ibu klien mengatakan klien tidur malam biasanya dari jam 9 malam
sampai jam 8/9 pagi, tidur siang tidak menentu.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
f. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat apapun.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

g. Pemeliharaan kesehatan
Ibu klien mengatakan bingung perihal pengobatan untuk anaknya,
dikarenakan masalah ekonomi keluarga. Ibu klien memilih merawat
anaknya sendiri di rumah.
h. Aktivitas di dalam rumah

25
Ibu klien mengatakan klien tidak mau melakukan kegiatan apapun
dirumah seperti mencuci pakaian, menyiapkan makanan, dll. Klien
bergantung pada ibunya.
Masalah keperawatn: Syndrom deficit perawatan diri
i. Aktivitas di luar rumah
Klien tidak pernah beraktivitas di luar rumah.
Masalah keperawatan: Koping individu in-efektif
8. Mekanisme Koping
Maladaftif : Klien merespon halusinasi dengan marah-marah sendiri dan
berbicara sendiri.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok atau keluarga
Klien mengatakan tidak pernah berhubungan dengan kelompok-
kelompok tertentu.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada masalah berhubungan dengan lingkunga.
c. Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan pernah gagal dalam pekerjaannya.
d. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahan.
e. Masalah dengan ekonomi
Klien lahir ditengah keluarga dengan ekonomi menengah.
f. Masalah dengan lainnya
Tidak masalah dengan pelayanan kesehatan.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

10. Aspek Medik


Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoida
Terapi :-
11. Daftar Masalah Keperawatan
a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

26
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Koping Individu In-efektif
d. Defisit Perawatan Diri

12. Analisa Data


No Data Fokus Problem
1, DS : Gangguan persepsi sensori:
Klien mengatakan sering mendengar halusinasi pendengaran
bisikan suara saat ingin tidur dan saat
sendiri, isi suara tersebut yaitu
pertengkaran dirinya dan istrinya.
DO :
Klien terlihat sering berbicara
sendiri, senyum sendiri dan marah-
marah saat sendirian.
2. DS: Gangguan Konsep Diri :
1. Klien mengatakan malu akan Harga Diri Rendah
dirinya yang ditinggal istrinya
2. Klien tidak mau bekerja lagi dan
tidak mau beraktivitas diliuar rumah.
DO :
1. Klien tampak sedih dan gelisah.
2. Klien terlihat sering menunduk
dan nada bicara pelan.
3. DS : Koping Individu Inefektif
1. Klien mengatakan sudah berusaha
mencukupi kebutuhan anak dan
istrinya tetapi istinya malah
meninggalkan drinya dan
menikah lagi serta membawa
anaknya.

27
DO :
1. Tatapan mata kosong

13. Pohon Masalah


Resiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan harga diri rendah

Koping individu inefektif

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
c. Koping Individu in-efektif

28
C. INTERVENSI
NAMA KLIEN : Tn.A
N HARI, DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA INTERVENSI
O TANG KEPERAW
HASIL KEPERAWAT
GAL ATAN
AN
1. Selasa, Gangguan TUM:
23 Persepsi Klien tidak
Februari Sensori : menciderai
2021 Halusinasi diri sendiri,
09.00 Pendengaran orang
WIB lain&lingk
ungan 1. Ekspresi Sp 1 :
TUK : wajah Bina hubungan
Klien dapat bersahaba saling percaya
membina t, e rasa dengan
hubungan senang, mengemukakan
saling ada prinsip
percaya kontak teraupetik:
mata, mau  Sapa klien
berjabat dengan
tangan, ramah baik
mau verbal
menjawab maupun non
salam, verbal
mau  Perkenalkan
menjawab diri denga
nama, sopan
klien mau  Tanyakan
1. Klien duduk nama
mampu dengan lengkap dan
mengena perawat, nama
l klien mau panggilan
halusina mengutara yang disukai
sinya. kan klien
masalah  Jelaskan
yang tujuan
dihadapin pertemuan
ya

1. Klien
dapat
menyebu
tkan Sp 1 :
waktu, Adakan kontak
isi, dan sering dan
frekuensi singkat secara
timbulny bertahap
a Sp 2 :
halusinas Observasi
i tingkah laku
klien yang
terkait dengan
halusinasinya:
tertawa dan
bicara tanp
stimulus dan
memandang
kekiri/kanan/dep
2. Klien an seolah-olah
mampu ada teman bicara
mengont Sp 3 :
rol Bantu klien
halusina mengenal
si halusinasinya,
dengan cara:
 Jika
menemukan
kie sedang
berhalusinasi
: tanyakan
apakah ada
suara yang
1.Klien didemgarnya
mampu  Jika klien
mendemos menjawab
trasikan ada,
halusinasi lanjutkan:
dengan apa yang
cara dikatakan
menghardi suara itu.
k Katakan
bahwa
perawat
percaya klien
mendenagr
suara itu,
namn
perawat
sendiri tidak
mendengarny
a(dengan
nada
bersahabat
tanpa
memuduh/me
nghakimi).
 Katakana
bahwa klien
lain juga ada
tang seperti
klien.
 Katakana
bahwa
perawat akan
membantu
klien

Sp 1 :
Beri contoh cara
menghardik
halusinasi:
 “pergi! Saya
tidak mau
mendengar
kamu, saya
mau mecuci
piring/bercaka
p-cakap
dengan orang
lain.”
Sp 2 :
Beri pujian atas
keberhasilan
klien
Sp 3 :
Minta klien
mengikuti
contoh yang
diberikan dan
minta klien
mengulanginya
2. Selasa, Gangguan TUM
23 konsep diri : Klien dapat
Februari harga diri melakukan
2021 rendah aktivitasny
09.00 a sehari-
WIB hari

TUK 1. Klien Sp 1 :
1. Klien mengide Diskusikan
dapat ntifikasi kemampuan dan
mengide kemamp aspek positif
ntifikasi uan dan yang dimiliki
kemamp aspek klien dan buat
uan& positif daftarnya jika
aspek yang klien tidak
positif dimiliki. mampu
yang mengidentifikasi
dimiliki. maka dimulai
oleh perawat
untuk memberi
pujian pada
aspek positif
yang dimiliki
klien
Sp 2 :
Setiap bertemu
2. Klien 2. Klien klien hindarkan
dapat menilai memberi
menila kemamp penilaian negatif
kemamp uan yang Sp 3 :
uan dimiliki Utamakan
yang untuk memberi pujian
dimiliki dilaksana yang realistis
untuk kan.
dilaksan
akan Sp 1 :
Diskusikan
dengan klien
3. Klien 3. Klien kemampua yang
dapat membuat masih dapat
(meneta rencana dilaksanakan
pkan) kegiatan selama sakit
merenca harian. Sp 2 :
nakan Diskusikan
kegiatan kemampuan
sesuai yang dapat
dengan dilanjutkan
kemamp pelaksanaanya
uan
yang Sp 1 :
dimiliki Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang
dapat dilakukan
setiap hari
sesuai
kemampuan
 Kegiatan
mandiri
 Kegiatan
dengan
bantuan
sebagian
 Kegiatan
yang
membutuhan
batuan total
Sp 2 :
Tingkatkan
kegiatan sesuai
dengan
toleransikomdisi
klien
Sp 3 :
Beri contoh cara
pelaksanaan
kegiatan yag
boleh klien
lakukan.

3. Selasa, Koping TUM :


23 individu in- Setelah
Februari efektif dilakukan
2021 tindakan
09.00 keperawata
WIB n
diharapkan
pasien
dapat
melakukan
koping
individu
menjadi 1. Pasien Sp 1 :
efektif. mampu  Membina
membina huubungan
TUK : hubungan saling percaya
1. Klien saling  Membantu
dapat percaya pasien
memventila 2. Pasien mengenal
si mampu koping yang
perasaanya mengenal tidak efektif
secara koping  Menganjurkan
bebas individu koping
secara konstruktif :
efektif bicara terbuka
3. Pasien dengan orang
mampu lain.
melakuka Sp 2 :
n koping Mengajarkan
secara koping
konstrukti konstruktif :
f yaitu melakukan
berbicara kegiatan
terbuka
kepada Sp 3 :
orang lain Mengajarkan
4. Pasien koping
mampu konstruktif :
melakuka latihan
n jadwal fisik/olahraga
kegiatan  Ijinkan klien
harian untuk
yang menangis
telah  Sediakan
dibuat kertas dan
5. Setelah alat tulis jika
dilakukan klien belum
interaksi mau bicara
klien  Nyatakan
mampu kepada klien
memventi bahwa
lasi perawat
perasaann dapat
ya secara mengerti
bebas apabila klien
6. Setelah belum siap
dilakukan membicarak
interaksi an
klien masalahnya
dapat Tanyakan
mengiden klien apakah
tifikasi pernah
koping mengalami
dan hal yang sama
perilaku Tanyakan
yang cara-cara
berkaitan yang dapat
dengan dilakukan
kejadian dalam
yang mengatasi
dihadapi perasaan dan
masalah
Identifikasi
koping yang
pernah
dipakai

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NAMA KLIEN : Tn.A


N HAR DX TUM, IMPLEMENTAS EVALUASI TT
O I KEP TUK I D
TGL
1. Selas Ganggu TUM:
a, an Klien tidak
23 Persepsi menciderai
febru Sensori: diri sendiri,
ari Halusin orang lain
2021 asi &
09. Pendeng lingkungan
00 aran . Sp 1: S : Klien
WIB Membina menjawab
TUK: hubungan saling salam, klien
Klien dapat percaya dengan menyebutkan
membina mengemukakan nama Tn. A
hubungan prinsip terapeutik: umur 41 tahun
saling  Menyapa O : Klien mau
percaya klien berjabat
dengan tangan, pasien
ramah baik mampu
verbal berkenalan
maupun dengan baik.
non verbal A : Bina
 Memperke hubungan
nalkan diri saling percaya
dengan tercapai
dengan P:
sopan Perencanaan
 Menanyaka dilanjutkan
n nama
lengkap
dan nama
1. Klien panggilan
mampu yang TUK 1
mengena disukai S: Klien
l  Menjelaska mengatakan
halusina n tujuan bisikan-
sinya. pertemuan bisikan tidak
jelas di
telinganya
Sp 1: biasanya 1
Mengadakan kali dalam
kontak sering dan sehari. Suara
singkat secara itu muncul
bertahap baik saat
Sp 2: pasien sendiri
Mengobservasi maupu saat
tingkah laku klien bersama orang
yang terkait lain.
dengan O: Klien
halusinasinya: mampu
tertawa dan bicara mengungkapk
tanpa stimulus dan an perasaan
memandang ke klien.
kiri/kanan/depan A: TUK 1
seolah-olah ada teratasi
teman bicara PP: Lanjutkan
Sp 3: SP 2
Membantu klien gangguan
mengenal persepsi
halusinasinya sensori :
dengan cara: halusinasi
 Jika PK:
menemuka Memotivasi
n klien klien untuk
sedang untuk
berhalusin bercakap-
asi: cakap dengan
tayakan orang lain.
2. Klien apakah ada
mampu suara yang
mengont didengarny
rol a
halusina  Jika klien
si menjawab
ada,
lanjutkan:
apa yang
dikatakan
suara itu.
Katakan
bahwa
perawat
percaya
klien TUK 2
mendengar
suara itu, S: Klien
namun mengatakan ia
perawat sudah bisa
sendiri melakukan
tidak cara untuk
mendengar mengabaikan
nya suara itu
(dengan O: Klien
nada tampak bisa
bersahabat mengulangi
tanpa kembali cara
menuduh/ mengusir/men
menghaki ghardik
mi). bisikan-
 Katakan bisikan itu.
bahwa A: TUK 2
klien lain teratasi
juga ada PP: Lanjutkan
tang SP 3
seperti gangguan
klien. persepsi
 Katakan sensori :
bahwa halusinasi
perawat PK :
akan Memotivasi
membantu klien
klien. mengontrol
halusinasi
engan cara
Sp 1: menghardik
Memberi contoh dan melatih
cara menghardik sesuai jadwal.
halusinasi:
 “pergi!”
saya tidak
mau
mendengar
mu, saya
mau
mencuci
piring/
bercakap-
cakap
dengan
orang lain
Sp 2:
Memberi pujian
atas keberhasilan
klien
Sp 3:
Meminta klien
mengikuti contoh
yang diberikan dan
minta klien
mengulanginya.
2 Selas Ganggu TUM:
a, 23 an Klien dapat
Febr Konsep melakukan
uari Diri: aktivitasny
2021 Harga a sehari- TUK 1
09.00 Diri hari Sp 1: S: Klien
WIB Rendah TUK: mendiskusikan mengatakan
1. Klien kemampuan dan apa saja yang
dapat aspek positif yang bisa dia
mengi dimiliki klien dan lakukan dan
dentifi buat daftarnya jika tak bisa ia
kasi klien tidak mampu lakukan
kemam mengidentifikasi O: Klien
puan maka dimulai oleh menunjukan
& perawat untuk kegiatan apa
aspek memberi pujian saja yang bisa
positif pada aspek positif ia lakukan
yang yang dimiliki A: TUK !
dimilik klien. teratasi
i. Sp 2: PP: Perawat
Setiap bertemu memberikan
klien hindarkan pujian atas
memberi penilaian keberhaslian
negatif klien
Sp 3: melakukan
Mengutamakan kegiatannya
memberi pujian PK:
yang realistis Memotivasi
klien dengan
Sp 1: pujian realistis
2. Klien Mendiskusikan
dapat dengan klien
menilai kemampuan yang TUK 2
kemam masih bisa S: Klien
puan dilaksanakan mengatakan
yang selama sakit. hanya
dimilik Sp 2: membersihkan
i untuk Mendiskusikan meja setelah
dilaksa kemampuan yang makan dan
nakan. dapat dilanjutkan membereskan
pelaksanaannya. tempat tidur
O: Klien
tampak
membereskan
meja setelah
makan dan
membereskan
tempat tidur
A: TUK 2
teratasi
PP: Perawat
memberi
pujian atas
3. Klien
Sp 1: keberhasilan
membu Merencanakan klien
at bersama klien melakukan
rencan aktivitas yang kegiatannya
a dapat dilakukan PK:
kegiata setiap hari sesuai Memotivasi
n kemampuan klien untuk
harian tetap
melakukan
kegiatan
sesuai jadwal

TUK 3
S: Klien
mengatakan
merasa senang
dan lebih
tenang.
O: Klien mau
dan mampu
membersihkan
tempat
tidurnya,
membersihkan
meja setelah
makan.
A: TUK 3
teratasi
P: lanjutkan
SP 3

Anda mungkin juga menyukai