Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.J.

M DENGAN HALUSINASI

PENGLIHATAN DI RUANGAN KATRILI RSJ PROF. DR. V. L.

RATUMBUYSANG KALASEY 2 MANADO

Clinical Teacher (CT) : Maria Terok S.Pd, S.SiT,M. Kes

Clinical Instructur (CI) : Ns. Dolvi Bulura, S.Kep

Disusun Oleh :

NI LUH PUSPINA SARI

711440119076

DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas cinta dan Kasihnya kepada

saya sehingga pembuatan “Asuhan Keperawatan Jiwa pada T.n J.M Dengan

Halusinasi Penglihatan” dapat diselesaikan.

Penulis berharap ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca pada

umumnya dan penulis pada khususnya. Asuhan Keperawatan Jiwa yang saya buat ini

masih sangat jauh dari kata sempurna ,maka dari itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran dari para pembaca untuk bisa saya perbaiki dan membuat asuhan

keperawatan yang lebih baik.

Manado, 22 November 2021

NI LUH PUSPINA

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................5

A. Latar Belakang..............................................................................................5

B. Rumusan Masalah........................................................................................8

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................8

D. Manfaat Penulisan........................................................................................9

BAB II.........................................................................................................................10

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................10

A. Definisi Halusinasi......................................................................................10

B. Jenis-Jenis Halusinasi.................................................................................11

C. Etiologi.........................................................................................................12

D. Rentang Respons Neurobiologi..................................................................16

E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi....................................................18

F. Mekanisme Koping.....................................................................................20

BAB III........................................................................................................................22

TINJAUAN KASUS...................................................................................................22

CATATAN PERKEMBANGAN.........................................................................42

BAB IV........................................................................................................................56

PEMBAHASAN..........................................................................................................56

3
BAB V.........................................................................................................................58

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................58

A. Kesimpulan..................................................................................................58

B. Saran............................................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................61

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

utama dinegara-negara maju, modern, dan industri yaitu penyakit

degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Gangguan jiwa tidak

dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung,

namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta

invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat

pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Widiyanto

dkk, 2016).

Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku yang secara

klinis bermakna yang berhubungan dengan distress atau penderitaan dan

menimbulkan kendala pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia. Salah

satu yang termasuk gangguan jiwa adalah skizofrenia. (Suryenti dkk, 2017).

Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan

penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas

(halusinasi dan waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif

(tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan

aktivitas sehari-hari. (Suryenti dkk, 2011).

Kesehatan jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri pada lingkungan serta berintegrasi dan berinteraksi dengan

5
baik, tepat dan bahagia (Menninger, 2015). Menurut Undang - Undang

Kesehatan Jiwa no 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana

seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri sendiri, dapat

mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu berkontribusi

untuk komunitasnya. Seseorang yang sehatjiwa dapat menyesuaikan diri

secara konstruktif pada kenyataan, merasa bebas secara relatif dari ketegangan

dan kecemasan, merasa lebih puas memberi daripada menerima. Angka

penderita gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta

orang yang menderita gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan

jiwa sepertinya tinggal di negara yang berkembang, sebanyak 8 dari 10

penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan. Menurut World

Health Organization (WHO) pada tahun 2016, secara global, terdapat sekitar

35 juta orang yang mengalami depresi, 60 juta orang dengan gangguan

bipolar, 21 juta orang dengan skizofrenia, dan 47,5 juta orang dengan

demensia.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 dilaporkan, Indonesia

yang diperkirakan sekitar50 juta atau 25% dari penduduk Indonesia

mengalami gangguan jiwa, diantaranya adalah skizofrenia. Prevalensi

skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk.

Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang, akan terdapat

6
gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta

orang. Klien dengan diagnosa skizofrenia 70% mengalami halusinasi

(Sutinah, 2016). Klien dengan diagnosis medis skizofrenia sebanyak 20%

mengalamihalusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, 70%

mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan,

dan 10% mengalami halusinasi lainnya (Suryenti, 2017).

Dari pengamatan penulis di RSJPROF. dr. V. L. Ratumbuysang

Manado, Sulawesi Utara, dampak dari halusinasi tersebut bisa menimbulkan

perilaku kekerasan yang dapat melukai orang lain, dan mencederai diri sendiri

seperti pada kasus klien halusinasi memakan telinga orang lain, biasanya

halusinasi tersebut bersifat menyuruh yang bisa membuat klien melakukan

sesuatu yang tidak diinginkannya, dan hal tersebut tidak bisa ditahan oleh

klien. Sehingga diperlukan pemberian asuhan keperawatan dengan proses

terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat, klien

ataupun keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan jiwa secara komprehensif pada klien dengan halusinasi

penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L. Ratumbuysang Manado,

Sulawesi Utara.

7
B. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian masalah latar belakang diatas, maka rumusan

masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien

dengan Halusinasi Penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara.”

C. TujuanPenulisan
1. Untuk memahami Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori

Halusinasi Penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

2. Melakukan pengkajian pada klien dengan masalah gangguan persepsi

sensori : halusinasi penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

3. Merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan masalah gangguan

persepsi sensori : halusinasi penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr.

V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

4. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan masalah gangguan

persepsi sensori : halusinasi penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr.

V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

5. Melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan masalah gangguan

persepsi sensori : halusinasi penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr.

V. L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

8
6. Mengevaluasi klien dengan masalah gangguan persepsi sensori :

halusinasi penglihatandi Ruang Katrili RSJ PROF. dr. V. L.

Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara

D. ManfaatPenulisan

Menambah wawasan penulis dalam hal melakukan studi kasus dan

mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan klien dengan masalah

ganngguan persepsi : halusinasi penglihatan

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi

rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan masalah

gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

Dapat memberikan masukan dalam pelayanan kesehatan yaitu dengan

memberikan dan mengajarkan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

pada klien sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DefinisiHalusinasi

Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan

tanpastimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat tentang

sesuatutanpa ada objek atau rangsangan yang nyata dan hilangnya kemampuan

manusiauntuk membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan

eksternal(Trimelia, 2011).

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang

dialamioleh klien gangguan jiwa. Klien merasakan sensasi berupa suara,

penglihatan,pengecapan, perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang

nyata(Keliat, 2014).

Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek atau gambaran

danpikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat

meliputisemua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

halusinasiadalah adanya gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau

gambaran danpikiran sering terjadi yang dialami oleh klien gangguan jiwa berupa

suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan dengan persepsi yang

salah terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata.

10
B. Jenis-Jenis Halusinasi

Menurut Trimeilia (2011) jenis-jenis halusinasi adalah sebagai berikut :

1. Halusinasi pendengaran (auditory)

Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, mentertawakan,

mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatu (kadang-kadang hal

yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga pada

sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup

telinga, mulut komat-kamit, dan ada gerakan tangan.

2. Halusinasi penglihatan (visual)

Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar, orang atau

panorama yang luas dan kompleks, bisa yang menyenangkan atau

menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat tertentu,

menunjuk ke arah tertentu, ketakutan pada objek yang dilihat.

3. Halusinasi penciuman (olfactory)

Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau darah, urine

atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah

ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakan cuping hidung, mengarahkan

hidung pada tempat tertentu, menutup hidung.

4. Halusinasi pengecapan (gustatory)

11
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan, seperti rasa

darah, urine atau feses. Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap, mulut

seperti gerakan mengunyah sesuatu, sering meludah, muntah.

5. Halusinasi perabaan (taktil)

Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti

merasakan sensasi listrik dari tanah, benda mati atau orang. Merasakan ada

yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil dan makhluk halus.

Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-raba

permukaan kulit, terlihatmenggerakkan badan seperti merasakan sesuatu

rabaan.

6. Halusinasi sinestetik

Merasakan fungsi tubuh, seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,

makanan dicerna atau pembentukan urine, perasaan tubuhnya melayang di

atas permukaan bumi. Perilaku yang muncul adalah klien terlihat menatap

tubuhnya sendiri dan terlihat seperti merasakan sesuatu yang aneh tentang

tubuhnya.

C. Etiologi

1. Faktor predisposisi

Menurut Yosep (2010) faktor predisposisi klien dengan halusinasi :

a) Faktor perkembangan

12
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,

mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentah terhadap stress.

b) Faktor sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi

akanmerasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada

lingkungannya.

c) Faktor biologis

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stres

yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan

suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stres

berkepanjanganjangan menyebabkan teraktivitasnya neurotransmitter

otak.

d) Faktor psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus

padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa

depannya. Klien lebihmemilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata

menuju alam hayal.

e) Faktor genetik dan pola asuh

13
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukan

hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor presipitasi

a. Perilaku

Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,

perasaan tidak aman, gelisah, bingung, perilaku menarik diri, kurang

perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

membedakan keadaan yang nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan

Heacock (1993) mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan

atas hakikat keberadaan seorang individu sebagai makhluk yang dibangun

atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spritual. Sehingga halusinasi dapat

dilihat dari lima dimensi yaitu :

1) Dimensi fisik

Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti

kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga

delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu

yang sama.

2) Dimensi emosional

Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat

diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi, isi daari halusinasi

14
dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak

sangguplagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi

tersebut klien berbuat sesuatu terhadap kekuatan tersebut.

3) Dimensi intelektual

Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan

halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls

yang menekan, namun merupakan satu hal yang menimbulkan

kewaspadaan yang dapat menagmabil seluruh perhatian klien dan

jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

4) Dimensi sosial

Klien mengalami gangguan interaksi sosial dari fase awal dan

comforting klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata

sangat membahayakan. Klien asik dengan halusinasinya, seolah-olah

ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

contoh diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi

halusinasi dijadikan ancaman, dirinya atau orang lain individu

cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses

interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang

memuaskan, serta mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga

klien selalu berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak

berlangsung.

15
5) Dimensi spritual

Secara spritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup,

rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang

berupaya secara spritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya

terganggu, karena ia sering tidur larut malam dan bangun sangat siang.

Saat terbangun terasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering

memaki takdir tetapi lemah dalam upaya memjemput rezeki,

menyalahkan lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya

memburuk.

D. Rentang Respons Neurobiologi

1. Respon adaptif adalah respon yang yang dapat diterima oleh norma-norma

sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah

tersebut.

a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.

b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari

pengalaman ahli.

d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

16
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi denagn orang lain dan

lingkungan.

2. Respon psikosial meliputi

a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan

b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan

yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera

c. Emosi berlebihan atau berkurang

d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas

kewajaran

e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang

lain

3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikanmasalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon

maladaptif ini meliputi :

a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan

walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan

kenyataan sosial.

b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal

yang tidak realita atau tidak ada.

c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.

17
e. Isolasi sosial adalah kondisi sendirian yang dialami oleh individu dan

diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan

yang negatif mengancam.

E. Tahapan Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut Yosep (2010) dan Trimeilia (2011) tahapan halusinasi ada lima fase

yaitu:

1. Stage I (Sleep Disorder) Fase awal seseorang sebelum muncul halusinasi.

Karakteristik :

Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut

diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa

sulit karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat

narkoba, dikhianati kekasih, masalah di kampus, di drop out, dst. Masalah

terasa menekan karena terakumulasi sedangkan support sistem kurang dan

persepsi terhadap masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangung terus-menerus

sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap lamunan-lamunan awal

tersebut sebagai pemecahan masalah.

2. Stage II (Comforting Moderate Level of Anxiety) Halusinasi secara umum ia

terima sebagai sesuatu yang alami.

Karakteristik :

18
Klien mengalami emosi yang berlanjut, seperti adanya perasaan cemas,

kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba untuk memusatkan

pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman

pikiran dan sensorinya dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam

tahapan ini ada kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya.

Perilaku yang muncul biasanya dalah menyeringai atau tertawa yang tidak

sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata cepat,

respon verbal lamban, diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

3. Stage III (Condemning Severe Level of Anxiety) Secara umum halusinasi

sering mendatangi klien.

Karakteristik :

Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien

mulai merasa tidak mampu mengontrolnya dan mulai berupaya untuk

menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien. Klien

mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya tersebut dan menarik

diri dari orang lain dengan intensitas watu yang lama. Perilaku yang muncul

adalah terjadinya peningkatan sistem syaraf otonom yang menunjukkan

ansietas atau kecemasan, seperti : pernafasan meningkat, tekanan darah dan

denyut nadi menurun, konsentrasi menurun.

4. Stage IV (Controling Severe Level of Anxiety) Fungsi sensori menjadi tidak

relevan dengan kenyataan.

19
Karakteristik :

Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang datang.Klien

dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai

fase gangguan psikotik. Perilaku yang biasanya muncul yaitu individu

cenderung mengikuti petunjuk sesuai isi halusinasi, kesulitan berhubungan

dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa detik/menit.

5. Stage V (Concuering Panic Level of Anxiety) Klien mengalami gangguan

dalam menilai lingkungannya.

Karakteristik :

Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancam dengan

datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau

perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung

selama minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan

komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat. Perilaku yang muncul

adalah perilaku menyerang, risiko bunuh diri atau membunuh, dan kegiatan

fisik yang merefleksikan isi halusinasi (amuk, agitasi, menarik diri).

F. Mekanisme Koping

Menurut Dalami dkk (2014) mekanisme koping adalah perilaku yang mewakili

upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman yang menakutkan

berhubungan dengan respon neurobiologi maladaptif meliputi:

20
1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali

seperti apa perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah

proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.

2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada

orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk

menjelaskan kerancuan persepsi).

3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindari sumber

stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain.

Sedangkan reaksi psikologis individu menunjukan perilaku apatis,

mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan bermusuhan.

21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN

Identitas Klien

Nama : Tn.J.M

Umur / TTL : 54 Tahun / Airmadidi, 13 Mei 1966

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Suku/Bangsa : Minahasa/ Indonesia

Alamat : Airmadidi

No. RM : 2065

Tanggal MRS : 22 April 2017

Tanggal Pengkajian : 22 November 2021 Jam 11.00 WITA

Identitas Penanggung jawab

Nama : Ny. T.M

Umur : 63 Tahun

Pekerjaan : IRT

Alamat : Bahu

Hubungan : Kakak

22
Alasan Masuk: Klien di bawa ke Rumah sakit oleh ibunya pada 22 April 2017,

karena klien sering melihat bayang-bayang hitam yang muncul didepannya,

marah-marah tanpa sebab, dan memukuli kepala ayahnya menggunakan kayu

hingga meninggal

Keluhan saat di kaji:Saat di kaji klien tampak gelisah dan terusberjalan mondar-

mandir

Faktor Predisposisi

a. Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

b. Pegobatan klien sebelumnya kurang berhasil karena putus obat

c. Klien frustasi karena selalu melihat bayang-bayang hitam yang muncul

didepannya

d. Klien mengatakan pernah menjadi korban penganiayaan oleh keluarganya

e. Di dalam anggota keluarga hanya klien megalami penyakit ini

Masalah keperawatan :Gangguan presepsi sensori : halusinasi penglihatan

Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital

TD :100/80 mmHg N: 88x/m R: 18x/m SB: 36,9oC

b. Tinggi badan :165 Cm Berat badan: 60 kg

c. Keluhan fisik : klien mengatakan tidak mempunyai keluhan untuk saat ini,

tetapi sebelumnya, klien mengatakan sering sakit kepala

23
Psikososial

a. Genogram

A B

Keterangan :

: Meninggal

: Klien

: Laki-laki / Perempuan

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

: Cerai

24
Konsep diri

1) Gambaran diri : klien mengatakan menyukai seluruh bentuk tubuhnya.

2) Identitas diri : klien menyadari dirinya seorang laki-laki, anak ke 3 dari 3

bersaudara, dan merupakan pasien RSJ Ratumbuysang

3) Peran diri: klien mengatakan dia merupakan seorang ayah dalam

keluarganya.

4) Ideal diri : klien berharap ingin cepat sembuh dan di jemput oleh

keluarganya untuk pulang bertemu keluarganya.

5) Harga Diri : klien mengatakan kurang berhubungan dengan orang lain

dikarenakan malu dengan dirinya sendiri dan merasa tidak percaya diri

Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

Hubungan sosial

a. Klien mengatakan suka mengikuti kegiatan dalam rumah sakit (seperti

ibadah, olahraga, dan kegiatan lain).

b. Klien mengatakan awalnya hanya suka bergaul denganJemmy dan Frans .

Karena menurut klien hanya mereka yang dapat dipercaya.

c. Klien mengatakan orang-orang disekitarnya pelit.

25
Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : klien menganut Agama Kristen Protestan

b. Kegiatan Ibadah : klien mengatkan selalu mengikuti ibadah yang dilakukan di

kalasey

Status Mental

a. Penampilan fisik : klien tampak bersih, tidak berbau, selalu gantipakaian

setelah mandi.

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah

b. Pembicaraan : klien bicara terus terang ketika ditanyakan, cara bicara klien

lambat.

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah

c. Aktivitas Motorik : klien jarang di tempat tidur/ jongkok di lantai klien

kebanyakan komat kamit sendiri dan mondar mandir

Masalah keperawatan :Resiko perilaku kekerasan

d. Alam perasaan : klien mengatakan sering melihatbayang-bayang hitam yang

muncul didepannya

Masalah keperawatan :Halusinasi penglihatan

e. Afek lebih: afek klien tumpul, klien bisa berespon dengan stimulus yang

kuat baru klien berespon.

Masalah keperawatan :Halusinasi

26
f. Interaksi selama wawancara :klien kooperatif, kontak mataklien ada

danselalu bicara terus terang.

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah

g. Persepsi : klien mengatakan sering melihat bayang-bayang hitam yang

muncul

Masalah keperawatan :Halusinasi Penglihatan

h. Proses pikir : klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang di tanya

dengan respon cukup baik, pembicaraan klien kadang berhenti lalu di

lanjutkan kembali

Masalah keperawatanpertan :Tidak ada masalah

i. Isi pikir: saat berinteraksi dengan klien tidak di temukan adanya waham,

obsesi dan fobia.

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah

j. Tingkat kesadaran : saat wawancara klien sadar, klien tidak mengalami

disorientasi: waktu, tempat dan orang lain, klien mampu mengenal waktu

saat pagi,siang, sore dan malam di RSJ klien mengenal yang merawatnya

adalah ses yang di ruangan.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

k. Memori : klien dapat mengingat kejadian masa lalu yang menyebabkan dia

stress

27
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung: klien mampu berkonsentrasi dalam

menjawab pertanyaan dan mampu berhitung 1-10.

m. Kemampuan penilaian: klien memiliki gangguan kemampuan penilaian

ringan, di mana klien dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan

bantuan orang lain (perawat), misalnya dengan memberikan kesempatan

pada klien untuk memilih, mandi dulu sebelum makan atau makan dulu

sebelum mandi, setelah di beri penjelasan ternyata klien dapat mengambil

keputusan dengan benar yaitu mandi dulu sebelum makan.

n. Daya tilik diri : klien menyadari dirinya sakit dan di rawat di Rumah Sakit

Jiwa.

Kebutuhan

a. Makan/ minum: Dilakukan secara mandiri, makan 3x sehari, porsi makan

dihabiskan, minum sesuai kebutuhan tubuh klien ( diarahkan)

b. BAB/BAK: Dilakukan secara mandiri ( diarahkan)

c. Mandi: Dilakukan secara mandiri mandi 2x sehari, menggunakan sabun dan

air ( diarahkan)

d. Berpakaian/ berhias: Dilakukan secara mandiri ( diarahkan)

e. Istirakat dan tidur: Dilakukan secara mandiri, tidur dan istirahat ±8 jam

( diarahkan)

f. Penggunaan obat:Dilakukan secara mandiri (diarahkan)

28
g. Pemeliharaan kesehatan: Dilakukan secara mandiri ( diarahkan)

Mekanisme Kopimg

a. Adaptif : klien bicara dengan orang lain jika di ajak bicara.

b. Maladaptive: klien mengatakan jika punya masalah klien memendamnya

sendiri dan tidak menggungkapkanya kepada orang lain.

Masalah psikososial dan lingkungan

a. Masalah dengan lingkungan kelompok, spesifik: klien kurang bergaul dengan

orang lain, tetapi jika bersama Jemmy dan Frans dia suka bercerita.

b. Masalah berhubungan dengan pendidikan, spesifik: klien memiliki latar

belakang pendidikan SLTA.

c. Masalah dengan pekerjaan, spesifik : klien pernah bekerja sebagai pedagang.

d. Masalah dengan perumahan spesifik : tidak ada masalah.

e. Masalah dengan ekonomi, spesifik : tidak ada masalah

f. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : terkadang klien sering

bertanya kapan berhenti minum obat.

Aspek medik

a. Diagnosa medik : Skizofrenia Paranoid

b. Terapi medis :

Resperidon 2 mg, 2x1

29
Clorilex 100 mg, 2x1/2

THP, 2x1

Vit B, 1X1

Vit B12, 1X1

ANALISA DATA

No Data Masalah
1. DS : ( D.0085)
-Klien mengatakan sering melihat bayangan hitam yang Gangguan Persepsi
muncul didepannya Sensori Halusinasi
Penglihatan
DO :
-Klien tampak gelisah
-Klien tampak mondar-mandir
TTV :
TD : 100/80 mmHg N : 88x/m R : 18x/m SB :
36,9oC
2. DS : (D.0087)
- Klien mengatakan kurang berhubungan dengan orang lain Harga Diri Rendah
dikarenakan malu dengan dirinya sendiri dan merasa tidak Situasioal
percaya diri berhubungan dengan
Ketidakadekuatan
DO : Pemahaman
-Klien tampak pesimis dengan hidupnya
3. DS : (D.0146)
- Klien mengatakan frustasi karena selalu melihat bayangan Risiko Perilaku Kekerasan
hitam Berhubungan dengan

30
- Klien mengatakan sering marah-marah tanpa sebab Halusinasi

DO :
- Pandangan klien tampak tajam
- Klien jarang di tempat tidur/ jongkok di lantai klien
kebanyakan komat kamit sendiri dan mondar mandir

POHON MASALAH

Effect : Dampak Resiko perilaku kekerasan

Core problem: Masalah utama Halusinasi Penglihatan

Cause : Penyebab Harga diri rendah

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan Persepsi Sensori b.d gangguan penglihatan


2. Harga Diri Rendah Situasional b.d ketidakadekuatan pemahaman
3. Resiko perilaku kekerasan b.d halusinasi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

N Diagnosa Perencanaan Keperawatan


o Keperawatan Tujuan Kriteria Intervensi

31
Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan - Distorsi Manajemen
Persepsi Sensori tindakann sensori Halusinasi
b.d gangguan keperawatan menurun - Anjurkan melakukan
penglihatan selama 2x5 jam distraksi (mis.
diharapkanPerseps - Perilaku melakukan aktivitas
DS : i Sensori halusinasi dan teknik relaksasi)
-Klien Membaik menurun - Ajarkan klien cara
mengatakan mengontrol halusinasi
sering melihat - Kolaborasi
bayangan hitam pemberian obat
yang muncul antipsikotik
didepannya

DO :
-Klien tampak
gelisah
-Klien tampak
mondar-mandir
TTV :
TD : 100/80
mmHg N :
88x/m R :
18x/m SB :
36,9oC

2 Harga Diri Setelah dilakukan - Penilaian Promosi Harga Diri


Rendah tindakann diri positif - Diskusikan persepsi

32
situasional b.d keperawatan meningkat negatif diri
ketidakadekuata selama 2x5 jam - Anjurkan
n pemahaman diharapkanHarga - mengidentifikasi
Diri Meningkat Meremehka kekuatan yang dimiliki
DS : n - Latih peningkatan
- Klien kemampuan tanggung jawab untuk
mengatakan mengatasi diri sendiri
kurang masalah - Latih
berhubungan menurun pernyataan/kemampua
dengan orang lain n positif diri
dikarenakan malu Latih cara berfikir dan
dengan dirinya berperilaku positif
sendiri dan - Latih meningkatkan
merasa tidak kepercayaan pada
percaya diri kemampuan dalam
menangani situasi
DO :
-Klien tampak
pesimis dengan
hidupnya

3. Resiko perilaku Setelah dilakukan - Suara Pencegahan Perilaku


kekerasan b.d tindakann keras Kekerasan
halusinasi keperawatan menurun - Monitor adanya
selama 2x5 jam benda yang berpotensi
DS : diharapkanKontro - Bicara yang membahayakan
- Klien l Diri Meningkat ketus - Latih mengurangi
mengatakan menurun kemarahan secara
frustasi karena verbal dan non verbal

33
selalu melihat dengan cara terapkan
bayangan hitam teknik relaksasi atau
- Klien berbicara
mengatakan
sering marah-
marah tanpa sebab

DO :
- Pandangan klien
tampak tajam
- Klien jarang di
tempat tidur/
jongkok di lantai
klien kebanyakan
komat kamit
sendiri dan
mondar mandir

34
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

 HARI PERTAMA
Selasa, 23 November 2021/ Jam 08.30 – 12.00 WITA

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Gangguan Persepsi - Menganjurkan melakukan S:
Sensori b.d gangguan distraksi (mis. melakukan Klien mengatakan masih
penglihatan aktivitas dan teknik relaksasi) sering melihat bayangan
- Mengajarkan klien cara hitam
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian obat O:
antipsikotik -Klien tampak gelisah
-Klien tampak masih
mondar-mandir
TTV :
TD : 130/80 mmHg N:
73x/m R : 18x/m SB :
36,4oC

A:
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis. melakukan
aktivitas dan teknik
relaksasi)
- Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik

35
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi manajemen
halusinasi dilanjutkan
Harga Diri Rendah - Mendiskusikan persepsi S:
situasional b.d negatif diri - Klien mengatakan kurang
ketidakadekuatan - Menganjurkan berhubungan dengan orang
pemahaman mengidentifikasi kekuatan lain dikarenakan malu
yang dimiliki dengan dirinya sendiri dan
- Melatih peningkatan merasa tidak percaya diri
tanggung jawab untuk diri
sendiri O:
- Melatih -Klien tampak pesimis
pernyataan/kemampuan dengan hidupnya
positif diri
Melatih cara berfikir dan A:

berperilaku positif - Diskusikan persepsi

- Melatih meningkatkan negatif diri

kepercayaan pada - Anjurkan

kemampuan dalam mengidentifikasi kekuatan

menangani situasi yang dimiliki


- Latih peningkatan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan

36
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan pada
kemampuan dalam
menangani situasi
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi Promosi Harga
Diri dilanjutkan

Resiko perilaku - Memonitor adanya benda S:


kekerasan b.d yang berpotensi yang - Klien mengatakan frustasi
halusinasi membahayakan karena selalu melihat
bayangan hitam
- Melatih mengurangi - Klien mengatakan sering
kemarahan secara verbal dan marah-marah tanpa sebab
non verbal dengan cara
terapkan teknik relaksasi atau O:
berbicara - Pandangan klien tampak
tajam
- Klien kebanyakan komat
kamit sendiri dan mondar
mandir

A:
- Monitor adanya benda
yang berpotensi yang

37
membahayakan
- Latih mengurangi
kemarahan secara verbal
dan non verbal dengan cara
terapkan teknik relaksasi
atau berbicara
Masalah belum teratasi

P:
Intervensi pencegahan
perilaku kekerasan
dilanjutkan

 HARI KEDUA
Rabu, 24 November 2021 / Jam 09.00 – 11.30 WITA

Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Gangguan Persepsi - Menganjurkan melakukan S:
Sensori b.d gangguan distraksi (mis. melakukan Klien mengatakan sudah
penglihatan aktivitas dan teknik relaksasi) jarang melihatbayang-
- Mengajarkan klien cara bayangan hitam yang
mengontrol halusinasi sering menggangunya
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik O:
-Klien tampak mulai
tenang
TTV :
TD : 80/60 mmHg N:

38
65x/m R : 18x/m SB :
36,7oC

A:
- Anjurkan melakukan
distraksi (mis. melakukan
aktivitas dan teknik
relaksasi)
- Ajarkan klien cara
mengontrol halusinasi
- Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik
Masalah sudah teratasi

P:
Intervensi manajemen
halusinasi dihentikan
Harga Diri Rendah - Mendiskusikan persepsi S:
situasional b.d negatif diri - Klien mengatakan
ketidakadekuatan - Menganjurkan sekarang sudah mulai
pemahaman mengidentifikasi kekuatan berhubungan dengan
yang dimiliki orang-orang disekitarnya
- Melatih peningkatan dan mulai percaya diri
tanggung jawab untuk diri
sendiri O:
- Melatih -Klien tampak mulai
pernyataan/kemampuan optimis dengan hidupnya
positif diri
Melatih cara berfikir dan

39
berperilaku positif A:
- Melatih meningkatkan - Diskusikan persepsi
kepercayaan pada negatif diri
kemampuan dalam - Anjurkan
menangani situasi mengidentifikasi kekuatan
yang dimiliki
- Latih peningkatan
tanggung jawab untuk diri
sendiri
- Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
Latih cara berfikir dan
berperilaku positif
- Latih meningkatkan
kepercayaan
padakemampuan dalam
menangani situasi
Masalah sudah teratasi

P:
Intervensi Promosi Harga
Diri dihentikan

Resiko perilaku - Memonitor adanya benda S:


kekerasan b.d yang berpotensi yang - Klien mengatakan
halusinasi membahayakan sudahmulai bisa
- Melatih mengurangi mengontrol stressnya
kemarahan secara verbal dan ketika melihat bayangan-

40
non verbal dengan cara bayangan tersebut
terapkan teknik relaksasi atau - Klien mengatakan sudah
berbicara mulai bisa mengontrol
kemarahannya

O:
- Pandangan tajam klien
tampak sudah mulai
berkurang

A:
- Monitor adanya benda
yang berpotensi yang
membahayakan
- Latih mengurangi
kemarahan secara verbal
dan non verbal dengan cara
terapkan teknik relaksasi
atau berbicara
Masalah sudah teratasi

P:
Intervensi pencegahan
perilaku kekerasan di
hentikan
CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/waktu Implementasi Evaluasi


23-11- SP1 S:

41
2021 Orientasi - Klien mengatakan “saat
/ - Mengucapkan salam ini bayangan hitam
09.00- kepada klien yang menganggu sudah
11.30 Hasil: tidak
Klien tampak membalas muncul”.“Biasanya
salam dengan senyum bayangan hitam
- Menanyakan perasaan tersebut muncul
klien diwaktu saat saya
Hasil: sendiri dan tidak
Klien mengatakan beraktifitas
perasaannya saat ini - Klien mengatakan klien
sangat baik dan senang sudah mengikuti cara
- Menyampaikan topic yang sudah diajarkan
yang akan dibicaraan (menghardik) yaitu,
Hasil: tutup mata, tutup
Topic yang akan telinga, yakinkan dalam
dibahas mengenai cara hati, pergi kamu
menghardik halusinasi pergi… kamu tidak
- Kontrak tempat, waktu nyata kamu palsu.
Hasil: O:
Klien mengatakan di - Klien memperagakan
kamar klien, selama 10 cara menghardik
menit dengan cukup baik
Tahap Kerja - Klien memasukan
- Menjelaskan cara kedalam kegiatan
menghardik halusinasi tentang cara
Hasil: menghardik
Klien mengatakan sudah

42
mengetahuinya A:
sebelumnya - SP1Tercapai
- Memperagakan cara P:
menghardik - Lanjutkan ke SP 2
Hasil:
Klien tampak
meperhatikan saat
diperagakan
- Meminta klien untuk
memperagakan Kembali
Hasil:
Klien dapat
memperagakan dan
mengulang Kembali n
- Memantau penerapan
cara ini, menguatkan
perilaku klien
Hasil:
Klien dapat menerapkan
cara mengardik
halusinasi yang telah
diajarkan
Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik
halusinasi
Hasil:

43
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
legah dan lebih nyaman
- Membuat jadwal
Latihan
Hasil:
Klien mengatakan akan
memasukan di dalam
jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ad acara
kedua yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klien tampak senang
dan antusias saat
diberitahukan hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama saja
sebelum jam makan
siang

SP2 S:
Orientasi - Klien mengatakan “saat
- Mengucapkan salam ini bayang-bayangan

44
kepada klien hitam sudah tidak
Hasil : muncul”.“bayangan
Klien tampak merespon hitam sudah tidak
salam yang diberikan terlihat sejak kemarin
ddengan gembira dan tadi malam”
- Menanyakan apakah - Klien mengatakan klien
bayangan itu masih senang mengikuti cara
muncul kedua dalam
Hasil: mengendalikan
Klien mengatakan sudah halusinasi
tidak muncul lagi O:
- Apakah cara yang dilatih - Klien tampak
sebelumnya sudah berinteraksi dengan
dipakai baik
Hasil: - Tampak konsentrasi
Klien mgatakan klien klien baik
massih mengingatnya - Tampak kontak mata
- Menyampaikan topic klien baik
yang akan dibahas - Klien dapat melakukan
Hasil: Teknik kedua yaitu
Topic yang akan dibahas berbincang-bincang
yaitu mengontrol dengan orang lain
halusinasi dengan dengan baik
bercakap-cakap dengan - Klien tampak
orang lain melakuakn aktifitas
- Kontrak waktu sehari-hari mengatur
Hasil: pakaian, mencuci kamr
Mengotrak waktu dengan mandi, megatur tempat

45
klien kira-kira 10 menit tidur, beribadah, dll
A:
Tahap Kerja - SP2 Tercapai
- Mengajarkan kepada P:
klien jika suara mulai Lanjutkan SP3 & SP4
datang langsung mencari
teman untuk berbicang-
bincang
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak sanagt
memperhatikan jalannya
pencejalasan
- Mencontohkan cara
meminta tolong kepoada
teman untuk mengobrol
halusinasi jika datang
Hasil:
“Tolong!!, saya mulai
melihat bayangan hitam.
Ayo mengobrol dengan
saya!. Saat dicontohkan
klien tampak
memperhatikan dan
mengulangi kata tersebut
Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik

46
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih
legah dan lebih nyaman
- Membuat jadwal
Latihan
Hasil:
Klien mengatakan akan
memasukan di dalam
jadwal kegiatan klien
- Memberitahu kepada
klien bahwa ad acara
ketiga yang dapat
mengendalikan suara-
suara tersebut
Hasil:
Klien tampak senang
dan antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
ditempat yang sama
pada besok hari

24-11- SP3 S:
2021 - Klien mengatakan “saat

47
09.00- Orientasi ini bayang-bayangan
12.00 - Mengucapkan salam hitam sudah tidak
kepada klien muncul”.“bayangan
Hasil : hitam sudah tidak
Klien tampak merespon terlihat sejak kemarin
salam yang diberikan dan dan tadi malam”
klien tampak senang - Klien mengatakan klien
- Menanyakan apakah senang mengikuti cara
apakah 2 cara itu efektif ketiga dan keempat
Hasil: mengendalikan
Klien mengatakan 2 cara halusinasi dengan
yang telah diajari itu melakukan aktivitas
sangat membatu terjadwal dan
mengotrol dan menggunakan obat
mengahardik halusinasi secara teratur
dari klien O:
- Apakah cara yang dilatih - Klien tampak
kemarin sudah dipakai melakukan aktifitas
Hasil: sehari-hari mengatur
Klien megatakan klien pakaian, mencuci
masih mengingatnya kamar mandi, mengatur
- Menyampaikan topic tempat tidur, beribadah,
yang akan dibahas dll
Hasil: - Klien tampak
Topic yang akan dibahas berinteraksi dengan
yaitu mengontrol baik
halusinasi dengan - Tampak konsentrasi
melaksanakan aktifitas klien baik

48
terjadwal - Tampak kontak mata
klien baik
Tahap Kerja - Klien memahami cara
- Menjelaskan pentingnya ke 3 dengan melakukan
aktifitas yang teratur aktivitas terjadwal
untuk mengatasi - Klien memahami cara
halusinasi menggunakan obat
Hasil: secara teratur
Saat dijelaskan klien
tampak memperhatikan A:
dengan baik - SP 3 dan 4Tercapai
- Mendiskusikan aktifitas P:
yang biasa dilakukan - Evaluasi Kembali SP1,
klien SP2, SP3, dan SP 4
Hasil: dalam mengendalikan
Klien mengatakan klien halusinasi
sudah mempunyai - Intervensi dihentikan
jadwal sebelumnya
tentang aktifitas klien
sehari-hari
- Menyusun jadwal
aktitas sehariphari
sesuai dengan aktifitas
yang telah dilatih
Upayakan klien
mempunyai aktivitas
dari bangun pagi sampai
tidur malam,7 hari

49
dalam seminggu
Hasil :
Klien sudah mempunyai
jadwal aktifitas yang
dilakukan sehari-hari
sebelumnya
- Memantau pelaksanaan
jadwal kegiatan,
memberikan penguatan
terhadap perilaku klien
yang positif
Hasil:
Klien melakukan
kegiatan aktifitas sesuai
dengan jadwal yang ada,
dan saat diberikan
pyujian atas perlakuan
positif dari klien, klien
terlihat senang dan
gembira

Terminasi
- Menayakan perasaan
klien setelah mengikuti
cara mengahardik
halusinasi
Hasil:
Klien mengatakan
perasaan klien lebih

50
nyaman sekarang
kareena sudah
mengetahui banyak cara
dalam mengontrol
halusinasi
- Menanyakan 3 cara
yang sudah diajarkan
Hasil:
Klien dapat
menyebutkan 3 cara
yang telah diajarkan
- Memberiahukan kepada
klien akan dilatih
menggunakan obat
secara teratur
Hasil:
Klien tampak senang
dan antusias saat
diberitahuakn hal itu
- Kontak waktu, tempat
Hasil:
Klien mengatakan
tempatnya di nurse
station saja, dan waktu
sebelum makan siang

SP4

51
Orientasi
- Mengucapkan salam
kepada klien
Hasil :
Klien tampak merespon
salam yang diberikan dan
klien tampak senang
- Menanyakan perasaan
klien hari ini
Hasil:
Klien mengatakan hari
ini klien sedikit sedih
karena hari ini
merupakan hari terakhir
perawat praktik di
ruangan
- Menanyakan kepada
klien apakah
menggunakan 3 cara
yang sudah diajarkan
Hasil:
Klien mengatakan klien
sudah memasukan ke
dalam jadwalnya dan
klien tidak akan lupa
melakukannya jika
bayangan itu datang
- Apakah jadwal kegiatan

52
yan dibuat sudah
dilakukan
Hasil:
Klien mgatakan klien
sudah melakukannya
sedari kemarin
- Menanyakan kepada
klien apakah pagi tadi
sudah minum obat
Hasil:
Klien mengatakan sudah
minum obat
- Menyampaikan topic
yang akan dibahas
Hasil:
Hari ini kita akan

mendiskusikan tentang
obat-obatan yang
sementara diminum
- Kontrak waktu
Hasil
20 menit

Tahap Kerja
- Menjelaskan kegunaan
obat
Hasil:
Saat penjelasan

53
berlangsung klien
tampak mengerti dan
antusias
- Menjelaskan resiko
kalau putus obat
Hasil:
Klien tampak cemas saat
dijelaskan resiko putus
obat
- Menjelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
Hasil:
Klien tampak sudah
mnngerti cara
mendapatkan obat yaitu
melalui dokter
- Jelaskan cara
menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar
(benar obat, benar
klien, benar cara, benar
waktu, benar dosis)
Hasil:
Saat dijelaskan klien
tampak menyimak
dengan baik dan dapat
mengulangi kembali

54
tentang prinsip 5 benar

55
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan keperawatan pada klien dengan masalah halusinasi

penglihatan pada Tn. J.M, setelah dilakukan tindakan selama 2 hari mendapatkan

hasil yg cukup baik pada klien artinya klien mengalami peningkatan kemampuan

juga dalam mengontrol halusinasi, penurunan risiko perilaku kekerasan, terjadi

peningkatan harga diri ke arah lebih baik dan meminum obat dalam setiap harinya

dengan teratur sesuai anjuran .

Asuhan keperawatan ini sesuai dengan teori pendapat Notoatmojo (2010)

bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin mudah untuk

menerima informasi tentang objek atau yang berkaitan dengan pengetahuan.

Menurut Nurdiana (2007), bahwa salah satu faktor penyebab terjadinya kekambuhan

penderita skizofrenia khususnya halusinasi adalah kurangnya peran keluarga dalam

perawatan terhadap anggota yang menderita halusinasi. Ekonomi juga berperan

dalam merawat klien halusinasi disertai pendidikan yang tinggi mempengaruhi cara

merawat klien yang mengalami gangguan jiwa.

Penulis berasumsi bahwa keberhasilan asuhan keperawatan pada klien

disebabkan oleh keinginan mereka untuk sembuh sehingga mereka selalu mengikuti

apa yang telah diajarkan untuk melawan halusinasi. Dari pihak rumah sakit juga

telah membantu merawat klien dalam mengontrol kebutuhan minum obat secara

56
teratur. Penulis juga berasumsi, hal yang menyebabkan klien menderita gangguan

jiwa seperti ini mungkin dikarenakan faktor keluarga yaitu ibunnya yang sudah

membawanya ke RSJ dan memberikan tekanan yang berujung stress yang tidak

mampu klien hadapisehingga membuat klien menjadi seperti ini.

57
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Klien Tn. J.M dengan

masalah Halusinasi Penglihatan yang dilakukan di Ruang Katrili RSJ PROF. DR. V.

L. Ratumbuysang Manado, Sulawesi Utara maka dapat disimpulkan :

1. Kesimpulan Klien

1) Hasil Pengkajian pada Tn. J.Mdidapatkan data subyektif klien mengatakan

melihat bayang-bayang hitam yang muncul didepannya. Data objektif yang

didapatkan klien tampak gelisah dan sering mondar-mandir.

2) Masalah keperawatan yang didapat dari hasil pengkajian Tn. J.Madalah

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Penglihatan.

3) Intervensi Keperawatan di masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Penglihatanadalah Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi, Monitor isi

halusinasi, Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi, Anjurkan

memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi, Anjurkan melakukan distraksi

(mis. Melakukan aktivitas) Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan

antiansietas, ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas terjadwal dan minum

obat secara teratur.

4) Pelaksanaan tindakan klien Tn. J.Mdengan cara mengajarkan Strategi

58
Pelaksanaan (SP) klien Gangguan Persepsi Sensori: HalusinasiPenglihatan.

Implementasi Tn. J.Mberlangsung selama 2 hari dalam kondisi mampu

mengontrol halusinasi dan minum obat secara teratur di setiap harinya.

5) Evaluasi pada studi kasus ini adalah Klien Tn. J.M mampu membina

hubungan saling percaya, klien kooperartif, klien dapat melakukan cara

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-cakap, melakukan

kegiatan, serta mampu menunjukkan dan menyebutkan kembali jenis obat dan

manfaatnya.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatann hendaknya mengkuti

langkah-langkah proses keperawatan sesuai dengan pelaksanaan tindakannya

yang dilakukan secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil sesuai dengan

yang diharapkan.

2. Bagi Klien

Diharapkan klien mampu melakukan SP Gangguan Persepsi Sensori:

Halusinasi Penglihatanyang telah diajarkan oleh perawat disetiap jadwal yang

telah dibuat bersama agar halusinasi tidak kambuh kembali.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil asuhan keperawatan jiwa ini dapat menjadi referensi lain

59
serta dapat menjadi acuan untuk dikembangkan kembali dalam asuhan

keperawatan pada klien dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Penglihatan

60
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2010. Konsep Dasar Keperawatan. Edisi I. Jakarta: EGC Dalami, dkk.

2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa.Jakarta: CV. Trans Info

Media. Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Farida dan Yudi. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes, 2018.

Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2018, badan peneliti &

pengembangan Depkes RI. Jakarta. Keliat, B.A Dkk, (2014).

Model Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta : EGC Manurung, S. 2011.

Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Muhit, A (2015). Pendidikan

Keperawatan Jiwa (Teori dan Aplikasi). Yogyakara: ANDI Nurarif, Amin Huda dan

Hardi Kusuma (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan Nanda Nic-Noc edisi revisi jilid 3 Skizofrenia hal.137: Jogyakarta. MediAction.

Rahayu, D.R. 2016. Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

dengan klien Ny. S di ruang Bima Instalasi Jiwa Rumah Sakit Umum Daerah

Banyumas. Universitas Muahammadiyah: Purwokerto. Rasmun. 2009. Keperawatan

Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta: CV. Sagung

Seto. Setiadi. 2012. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan; Teori

dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sumijatun. 2010. Konsep Dasar Menuju

Keperawatan Profesional. Jakarta: Trans Info Media. Trimeilia (2011) asuhan

61
keperawatan klien Halusinasi Jakarta : Trans Info Media Wawan dan Dewi. 2011.

Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha

62

Anda mungkin juga menyukai