Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TANDA DAN GEJALA

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DI RUANG RAJAWALI


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing :
1. Dr. H. Abdal Rohim, S.Kp., MH
2. Ns. Khusnul Aini, M.Kep., Sp. Kep. J
3. Ns. Nur Wulan, S.Kep., M.Kep
4. Ns. Anggi Ulfah, S.Kep

Disusun Oleh :
Agam Subarma JNR0220004 Apip Saeful JNR0220004
Aisyah Maulani Putri JNR0220005 Aneu Elfira JNR0220005
Ela Nustiani JNR0220030 Elis Anida Eka Putri JNR0220030
Maula Dewi Az Zahra JNR0220062 Nanda Amalia JNR0220062
Nabila Fathiana JNR0220065 Nia Ramadanti JNR0220067

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2022/2023

Sekretariat : Jl. Lingkar Kadugede No. 02 Kuningan - Jawa Barat Telp. 0232-875847  
Fax. 0232-875123 Email: info@stikeskuningan.ac.id Website:
http://stikeskuningan.ac.id

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan yang
berjudul “Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tanda dan Gejala Pada Pasien
dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat”.
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan
jiwa Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan. Adapun
dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan motivasi dari
berbagai pihak. Maka penulius mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada
teman-teman semua.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, dari
segi teknik penulisan maupun teori. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk bahan perbaikan dimasa yang
akan datang.
Besar harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................4
1.3 Manfaat............................................................................................................4
BAB II TELAAH JURNAL........................................................................................6
BAB III PENERAPAN DAN HASIL TERAPI.......................................................10
3.1 Prosedur Penerapan Terapi............................................................................10
3.2 Hasil Sebelum dan Sesudah Terapi............................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................12
4.1 Gambaran Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum dan.................12
4.2 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tanda dan Gejala Halusinasi
Pendengaran Sebelum dan Sesudah Terapi Musik Klasik Pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di RSJ Prov. Jawa Barat ....................................................13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................14
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................14
5.2 Saran...................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................15
LAMPIRAN................................................................................................................17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan suatu bagian yang tidak dapatterpisahkan dari
kesehatan dan bagian integral serta merupakan unsur utama dalam menunjang
terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh (Sutejo,2019). Tingginya kasus
gangguan kejiwaan di seluruh dunia menjadi perhatian khusus para pemangku
kepentingan yang terkait dengan kebijakan kesehatan mental (Kurniawan &
Sulistyarini, 2017). Menurut UU Nomor 18 pasal 1 & 3 Tahun 2014 Kesehatan
Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja secara produktif serta mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya ( Novrianti Dela 2019).
Menurut data Riskesdas (2018),Provinsi yang memiliki prevalensi
skizofrenia terbesar adalah Bali sebanyak 11%, posisi kedua ditempati oleh
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan 10%, ketiga adalah Nusa Tenggara Barat
dengan 10% dan diikuti oleh Aceh dan Jawa Tengah sebanyak 9%. Departemen
Kesehatan (2010) menyebutkan bahwa Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60%
yang terdiri dari pasien resiko perilaku kekerasan. Menurut data dari Dinas
Kesehatan Jawa Tengah menyebutkan bahwa penderita gangguan jiwa pada tahun
2013 masih 121.962 penderita, pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi
260.247 penderita dan pada tahun 2015 meningkat lagi menjadi 317.504
penderita. Jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kebumen cukup tinggi.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen 2017, hingga bulan
Oktober 2017 ada sedikitnya 2.842 kasus ODGJ di Kabupaten Kebumen.

1
Skizofrenia adalah suatu gangguan proses pikir yang menyebabkan
keretakan dan perpecahan antara emosi dan psikomotor disertai distorsi
kenyataan dalam bentuk psikosial fungsional. Halusinasi adalah suatu persepsi
klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek yang nyata (Muhith,
2015). Akibatnya klien dengan halusinasi (pendengaran) sering tertawa sendiri,
berbicara sendiri bahkan bisa melakukan hal-hal yang dapat membahayakan
dirinya sendiri. Maka dari itu diperlukan penanganan halusinasi yang tepat,
salah-satunya penanganan yang dilakukan adalah pemberian terapi, terapi yang
diberikan bisa dalam bentuk terapi farmakologi, terapi somatis dan terapi
kognitif (cognitive therapy). Terapi kognitif yaitu psikoterapi individu yang
pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan
dan memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan,
sehingga klien merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif
(Townsend, 2009). Melalui terapi kognitif individu diajarkan/ dilatih untuk
mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide dengan benar-benar empertimbangkan
faktor dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan mood (Noprianti Dela,
2019).
Peran perawat jiwa dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan
keperawatan memerlukan suatu perangkat instruksi atau langkah – langkah
kegiatan yang dibakukan. Hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pelayanan
keperawatan memenuhi standar pelayanan. Salah satu jenis SOP yang di
gunakan adalah SOP tentang strategi pelaksaan (SP) tindakan keperawatan pada
pasien. SP tindakan keperawatan merupakan standar model pendekatan asuhan
keperawatan untuk klien dengan gangguan jiwa yang salah satunya adalah
pasien yang mengalami masalah utama halusinasi (Keliat, 2016 dalam Dela,
2022).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren atau persepsi palsu.
alusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan

2
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak
ada orang yang berbicara (Rifai’i Ahmad 2020).

Respons terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak


aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan, serta tidak dapat membedakan keadaan nyata
dan tidak nyata. Pasien schizophrenia mengalami halusinasi disebabkan karena
ketidakmampuan pasien dalam menghadapi stressor dan kurangnya kemampuan
dalam mengenal dan cara mengontrol halusinasi sehingga menimbulkan suatu
gejala(Arisyandi, 2015).
Penatalaksanaan pasien Skizofrenia berupa psikofarmakologi, psikoterapi,
milieu therapy, pendekatan keperawatan, terapi modalitas (Norsyehanet
al.,2015). Salah satu penanganan gangguan skizofrenia yang utama adalah
dengan terapi obat (Kring et al., 2014). Terapi obat dinilai sangat efektif untuk
menurunkan gejala skizofrenia (Crawford et al.,2012). Meskipun gejala positif
pada individu dengan skizofrenia hanya dapat ditangani dengan menggunakan
terapi obat, kesejahteraan mental dari individu dengan skizofrenia masih dapat
ditingkatkan dengan cara menurunkan gejala negatif. Terapi kreatif seperti
terapi musik dapat menjadi alternatif yang memberikan dampak positif terhadap
penderita penyakit mental (dalam Mohammadi, et al., 2012). Berbagai
penelitian juga telah menyatakan bahwa gangguan skizofrenia dapat ditangani
dengan menggunakan terapi musik (dalam Mohammadi, et al., 2012). Beberapa
di antaranya adalah penelitian dari Mohammadi (et al., 2012) dan Talwar (et al.,
2006) yang mengungkapkan bahwa terapi musik dinilai efektif untuk
mengurangi gejala negatif pada individu dengan skizofrenia.
Terapi musik merupakan salah satu intervensi psikososial yang dapat
digunakan untuk menurunkan gejala skizofrenia serta meningkatkan interaksi
sosial serta fungsi neuropsikologis (dalam Kwon, Gang, & Oh, 2013). Terapi
musik dapat mempengaruhi respon fisiologis, aktivitas sistem syaraf, sistem
endokrin, dan sistem kardiovaskular. Terapi musik akhirnya akan menstabilkan
mental dan fisik, meningkatkan emosi, fungsi kognitif, dan perilaku positif
(dalam Kwon, Gang, & Oh, 2013). Hal ini juga menjelaskan mengapa individu
dengan skizofrenia cenderung melihat musik sebagai sesuatu yang menarik dan

3
menenangkan.

4
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tanda dan
Gejala Pada Pasien Halusinasi Di Ruang Rajawali RSJ Prov. Jawa Barat
Kota Bandung.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi pendengaran
sebelum diberikan terapi musik klasik Di Ruang Rajawali RSJ Prov.
Jawa Barat Kota Bandung.
2. Untuk mengidentifikasi tanda dan gejala halusinasi pendengaran
sesudah diberikan terapi musik klasik Di Ruang Rajawali RSJ Prov.
Jawa Barat Kota Bandung.
3. Untuk menganalisis pengaruh terapi musik klasik terhadap tanda dan
gejala pasien halusinasi pendengaran Di Ruang Rajawali RSJ Prov.
Jawa Barat Kota Bandung.

1.2 Manfaat
1.2.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi
perkembangan ilmu keperawatan dan menambah kajian ilmu keperawatan
jiwa khususnya khususnya terait dengan Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di
Ruang Rajawali RSJ Prov. Jawa Barat Kota Bandung.

1.2.2 Manfaat Praktis


1. Bagi RSJ Prov. Jawa Barat Kota Bandung
Dapat memberikan masukan berupa gambaran pengaruh terapi musik
Klasik Terhadap Tanda dan Gejala pada Pasien Halusinasi pendengaran
Di Ruang Rajawali RSJ Prov. Jawa Barat Kota Bandung.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan dapat dijadikan dasar bagi riset selanjutnya untuk
melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang terapi musik klasik
5
terhadap tanda dan gejala pada pasien halusinasi.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya


untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh terapi musik terhadap
frekuensi halusinasi pendengaran.

6
BAB II
TELAAH JURNAL

No. Vol.4
Jurnal
Judul Pengaruh Terapi Musik Mozart Terhadap Kemampuan
Jurnal Mengontrol
Halusinasi pada Pasien Halusinasi di RSJ Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah
Nama Hira Puspaningrum, Heppy Dwi Rochmawati, Sawab
Pernulis
Link http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/
ilmukeperawatan/arti
1 Jurnal
. cle/view/451
Penerbit Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK)
Jurnal
Sasaran Pasien Halusinasi Pendengaran
Terapi
Efektivit Penelitian ini dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan
as terapi jumlah 54 responden, nilai mean rank kemampuan mengontrol
halusinasi 27.00, nilai sum ranks 1431.00 dan nilai p value
0.000 (p value < 0.005). Jadi ada pengaruh menggunakan terapi
musik klasik Mozart terhadap
kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.
No. Vol.3 No.1
Jurnal
Judul Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat
Jurnal Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Ganguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr.M. Ildrem
2
Nama Dian Anggri Yanti, Abdi Lestari Sitepu, Kuat Sitepu, Pitriani,
. Wina
Pernulis
Novita Br. Purba
Link https://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF
Jurnal

7
Penerbit Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF), e-ISSN 2655-0830
Jurnal

Sasaran Pasien Halusinasi Pendengaran


Terapi
Efektivita Pada penelitianini dapat disimpulkan pada pretest dan posttest
s terapi dengan sampel 22 responden memiliki rata-rata sebelum (mean=
4,32), standar deviasi sebesar 0,646 sedangkan pada posttest
dengan sampel 22 responden memiliki ratarata sesudah (mean=
1,68), standar deviasi sebesar 0,568 dengan P-value (0,000) < α
0,05 maka H0 ditolak Ha diterima yang artinya terdapat
pengaruh Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Pendengaran pada pasien
gangguan jiwa Di RSJ Prof. Dr.M. Ildrem Medan.
No. Vol.7 No.1
Jurnal
Judu Efektivitas Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tanda dan
l Gejala
Jurn pada Pasien Halusinasi Pendengaran
al
Nama Wuri Try Wijayanto , Marisca Agustina
Pernulis
Link https://journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/view/234
3 Jurnal
. Penerbit Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia
Jurnal
Sasaran Pasien Halusinasi Pendengaran
Terapi
Efektiv Terlihat nilai mean perbedaan skor antara sebelum dan sesudah
it as adalah 6,200 dengan standar deviasi 2,882. Hasil uji statistik
terapi didapatkan 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan ada
perbedaan antara tanda dan gejala halusinasi pendengaran pada
pasien halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah terapi musik

8
klasik atau ada efektivitas terapi musik klasik terhadap
penurunan tanda dan gejala
halusinasi pendengaran pada pasien halusinasi pendengaran.
No. Vol.7 No.1
4
Jurnal

Judul Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan Perilaku Penderita


Jurnal Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia: Tinjauan
Literatur
Nama Tania Succi Dwi Apriliani, Erna Tsalatsatul Fitriyah, Asri
Kusyani
Pernulis
Link http://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/
article/vie
Jurnal
w/654
Penerbit Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing)
Jurnal
Sasaran Pasien Halusinasi Pendengaran
Terapi
Efektivit Pada kajian literatur review ini teridentifikasi 10 jurnal yang di
as terapi review yang hasil review menunjukkan beberapa bentuk
perubahan perilaku yang tejadi pada penderita halusinasi
pendengaran pada pasien skizofrenia setelah diberikan terapi
musik yaitu menurunkan tanda dan gejala halusinasi, membuat
pasien merasa nyaman, menurunkan kecemasan, mengurangi
perilaku emosional dan dapat meningkatkan
fungsi interpersonal.
No. Vol.2 No.2
Jurnal
Judul Penerapan Terapi Musik Klasik Terhadap Pasien Skizofrenia
Dengan
Jurnal
Masalah Keperawatan Halusinasi
Nama Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
Pernulis
5 Link http://www.jurnal.umitra.ac.id/index.php/jikpi/article/
download/540
Jurnal

9
/597
Penerbit Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)
Jurnal
Sasaran Pasien Halusinasi Pendengaran
Terapi
Efektivi Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan tingkat halusinasi
as terapi pada pasien skizofrenia dengan diagnosa keperawatan
halusinasi setelah diberikan terapi musik klasik. Hasil ini
merekomendasikan perlunya
penelitian selanjutnya untuk melihat efektivitas terapi musik
klasik
terhadap halusinasi pada pasien skizofrenia dengan jumlah
sampel
yang lebih besar dan menggunakan kelompok kontrol serta
mengeksplor perbandingan dengan terapi lain.

10
BAB III
PENERAPAN DAN HASIL TERAPI

3.1 Prosedur Penerapan Terapi


Penerapan terapi musik klasik pada pasien halusinasi yang dilaksanakan pada
21 Juni 2023 di Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, pasien
yang akan diberikan terapi merupakan pasien dengan gangguan halusinasi
pendengaran yang berjumlah 5 orang, data yang diperoleh langsung dari
responden dengan jumlah satu pasien yang diberikan 1 kali implementasi terapi
musik klasik selama 10-15 menit yang dinilai menggunakan kuesioner pre dan
post test dengan jumlah 8 pertanyaan.

3.2 Hasil Sebelum dan Sesudah Terapi


Distribusi rata-rata nilai tanda dan gejala halusinasi klien sebelum intervensi
dianalisis menggunakan mean, standar deviasi, nilai minimal-maksimal.
Sedangkan hasil kesetaraan antara kedua kelompok dicantumkan pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Gambaran Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum
dan Sesudah Terapi Musik Klasik Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok
Kontrol RSJ Provinsi Jawa Barat

No Nama pasien Pre test Post test

1 Tn. S 24 30

2 Tn. S 21 28

3 Tn. S 24 29

4 Tn. T 23 31

5 Tn. A 22 27

6 Tn. Y 19 24

7 Tn. S 21 26

8 Tn. W 11 18 23

9 Tn.P 19 25

10 Tn. A 20 26
Berdasarkan tabel 3.1 didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara hasil pretest
dan postest terapi musik klasik dengan nilai minimum sebesar 18 dan nilai maksimum
31. Dari hasil data di atas terlihat adanya peningkatan yang signifikan sebelum dan
sesudah diberikan terapi musik klasik.

3.2 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tanda dan Gejala


Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah Terapi Musik Klasik Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di RSJ Provinsi Jawa Barat

N Mean SD SE P-
value
10 5.8 1.03 .327 0.00

Berdasarkan tabel 3.2 didapatkan hasil p-value = 0.00 < 0.05 yang artinya
terdapat pengaruh terapi musik kliasik terhadap tanda dan gejala pada pasien
halusinasi pendengaran di ruang Rajawali RSJ Provinsi Jawa Barat.

12
BAB IV
PEMBAHASA
N

4.1 Gambaran Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah
Terapi Musik Klasik Di Ruang Rajawali RSJ Prov. Jawa Barat Kota
Bandung.
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa tentang gambaran tanda dan gejala
halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah terapi musik klasik di Ruang
Rajawali terdapat 10 responden yang telah diberikan terapi musik klasik.
Diketahui hasil pre test didapatkan nilai 18-24 dengan kategori cukup baik dan
post test rata-rata responden mengalami peningkatan dengan nilai 23-31 dengan
kategori baik, kriteria hasil menurut Efendy (2017) :
1. 1-10 : Kurang Baik
2. 11-20 : Cukup Baik
3. 3. 21-30 : Baik

Seluruh pasien mendapatkan terapi medis tipikal, dimana terapi medis tipikal
merupakan terapi yang efektif hanya bagi gejala positif skizofrenia tidak efektif
untuk gejala negatif skizofrenia, hal ini sangat berpengaruh pada kekambuhan
tanda dan gejala skizofrenia sesuai dengan pernyataan Videbeck (2008, dalam
Wahyuni, 2010) bahwa obat-obatan tipikal hanya efektif untuk gejala positif dari
skizofrenia, sedangkan obat-obatan atipikal efektif untuk gejala positif dan
negative pada skizofrenia.
Musik dapat berfungsi sebagai alat terapi kesehatan. Ketika seseorang
mendengarkan musik, gelombang listrik yang ada diotaknya dapat diperlambat
atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami
perubahan. Bahkan, musik mampu mengatur hormon-hormon yang
mempengaruhi stress seseorang, serta mampu meningkatkan daya ingat. Musik
dan kesehatan memiliki kaitan erat, dan tidak diragukan bahwa dengan
mendengarkan musik kesukaannya seseorang akan mampu terbawa ke dalam
suasana hati yang baik dalam waktu singkat.

13
4.2 Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tanda dan Gejala Halusinasi
Pendengaran Sebelum dan Sesudah Terapi Musik Klasik Pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol Di Ruang Rajawali RSJ Prov. Jawa Barat
Kota Bandung.

Berdasarkan tabel 3.2 didapatkan hasil p-value = 0.00 < 0.05 yang artinya
terdapat pengaruh terapi musik kliasik terhadap tanda dan gejala pada pasien
halusinasi pendengaran di ruang Ruang Rajawali RSJ Prov. Jawa Barat Kota
Bandung. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu, Candra,
Gama (2013) yang telah membuktikan bahwa pemberian terapi musik klasik dapat
mengurangi perilaku agresif pasien skizofrenia dan dapat memberikan rasa tenang
pada pasien skizofrenia. Hal ini didukung oleh Wijayanto & Marisca (2017) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh terapi musik klasik terhadap penurunan tanda
dan gejala pada pasien halusinasi pendengaran.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Purvis, T, N (2007)


dalam Siti Eni 2017. Music Therapy in Schizophreniayang telah membuktikan
bahwa pemberian terapi musik klasik dapat mengurangi gejala positif dan gejala
negatif pada pada pasien skizofrenia.

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala halusinasi menurut Damayanti &
Iskandar (2012) yang menerangkan bahwa halusinasi adalah salah satu gejala
gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, pengelihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Selain itu, tanda gejala yang
muncul pada pasien juga berdasarkan rujukan dari Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI, 2016).

Gold, dkk. dalam Wuri dan Marisca (2017), melakukan penelitian


mengenai efektifitas terapi musik sebagai terapi tambahan pada pasien
skizofrenia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi musik yang diberikan
sebagai terapi tambahan pada perawatan standar dapat membantu meningkatkan
kondisi mental pasien skizofrenia.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Tanda dan gejala halusinasi pendengaran sebelum dan sesudah diberikan
terapi musik klasik terdapat perbedaan yang signifikan
2. Terapi music klasik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tanda dan
gejala halusinasi pendengaran dengan p-value = 0.00 < 0.05

5.2 Saran
1. Bagi RSJ Provinsi Jawa Barat
Diharapkan rumah sakit dapat membuat program lanjutan serta menyediakan
sarana untuk menerapkan terapi musik klasik bagi pasien dengan halusinasi.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Diharapkan tenaga pendidik keperawatan dapat menambahkan studi
pendidikan terapi musik pada pasien skizofrenia dengan masalah keperawatan
halusinasi.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya untuk
meneliti lebih lanjut tentang pengaruh terapi musik terhadap frekuensi halusinasi
pendengaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Tania succi Dwi, Erna Tsalatsatul Fitriyah, dan Asri Kusyani. (2021).
Pengaruh Terapi Music Terhadap Perubahan Perilaku Penderita Halusinasi
Pendengaran Pada Pasien Skrizofrenia : Tinjauan Literatur. Jurnal Ilmiah
Keperawatan (Scientific Journal of Nursing).

Arisandy, W. (2017). Pengaruh Penerapan Terapi Musical Pada Pasien Isolasi Sosial
Terhadap Kemampuan Bersosialisasi Dirumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera

Selatan.
http://www.conference.unsri.ac.id/index.php/SNK/article/view/785 Di Akses
Pada Tanggal 27 Juli 2022

Crawford. (2012). Group Art Therapy As An Adjunctive Treatment For People With
Schizophrenia : Multicentre Pragmatic Randomized. Research.

Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktik. Jakarta : Graha Ilmu.

Kwon, M, Gang, M, And Oh, K. (2013). Effect Of The Group Music Therapy On
Brain Wave, Behavior, And Cognitive Function Among Patients With Chronic
Schizophrenia. Asian Nursing Research.

Mohammadi, A, Z. Minhas, L, S. Haidari, And M. Panah F, M.A.(2013). Study Of


The Effects of Music Therapy On Negative And Positive Symptoms In
Schizophrenic Patients. http://www.gjpsy.uni-goettingen.de/gjp-article-
mohammadi. Di Akses Pada Tanggal 27 Juli 2022.

Mulia, Madepan, Meilisa, dan Dewi Damayanti. (2021). Penerapan Terapi Musik
klasik Terhadap Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia (JIKPI)

Norsyehan, N, Lestari D, R, Dan Mulyani Y. (2015). Terapi Melukis Terhadap


Kognitif Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Sambaing Lihum. Dunia
Keperawatan.

Pradana, Krisnanda Aditya, Satriyo Mowo Panuluh, Artha Budi Susila, Duarsa, Dan
Hendra Dwi Kurniawan. (2022). Literature Review : Efektivitas Terapi Music
Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pada Pasien Gangguan Jiwa.
Avicenna : Journal Of Health Research.

Safitri, Emilia Nova, Uswatun Hasanah, Dan Indhit Tri Utami. (2022). Penerapan
Terapi Music Klasik Pada Pasien Halusinasi Pendengaran. Jurnal Cendikia
Muda.
16
Sahfitri, Siti Eni. (2014). Pengaruh Terapi Music Terhadap Tanda Dan Gejala
Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Keperawatan : Universitas
Sumatera Utara.

Sri, Styani Dewi. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Halusinasi
Pendengaran Terintegrasi Dengan Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Juanda
Samarinda.

Wijayanto, Wuri Try, Marisca Agustina. (2017). Efektivitas Terapi Music Klasik
Terhadap Penurunan Tanda Dan Gejala Pada Pasien Halusinasi Pendengaran.
Jurnal Ilmu Keperawatn Indonesia.

17
LAMPIRAN
Reliabilitas

N Q Q Q Q Q Q Q Q
o 1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 3 3 3 4 3 2 3
2 2 3 2 3 4 3 2 2
3 3 4 2 3 2 3 3 4
4 2 4 3 4 2 4 2 2
5 4 2 3 3 2 2 3 3
6 2 2 3 3 2 3 2 2
7 3 3 2 3 2 3 2 3
8 2 3 2 1 3 2 2 3
9 3 2 2 2 3 3 2 2
10 2 2 3 3 2 2 3 3

18
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUSIK

Tujuan :

1. Pasien mampu mengikuti proses terapi musik dengan tenang dan nyaman
2. Pasien mampu mengurangi tanda dan gejala halusinasi pendengaran

Setting :
1. Pertemuan dilakukan di salah satu ruangan yang ada di rumah sakit
2. Suasana harus tenang dan nyaman
3. Pasien berbaring rileks atau duduk bersandar

Alat :
1. Buku raport pasien
2. Alat tulis
3. Mp3
4. Head set

Metode

1. Mendengarkan musik dengan tenang


2. Diskusi Tanya jawab

Langkah-langkah kegiatan

A. Persiapan
1. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B. Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis :
“selamat pagi aa, apa kabar?
2) Perkenalan nama dan panggilan terapis :
“Perkenalkan nama saya ……. , aa bisa memanggil saya dengan
panggilan …. . Saya mahasiswa Stikes Kuningan yang sedang
melakukan mini riset mengenai pengaruh terapi musik terhadap

19
halusinasi pendengaran di rumah sakit ini a”

3) Menanyakan nama dan panggilan pasien :


“kalau saya boleh tau nama aa siapa?, aa senang nya di panggil apa
aa?
4) Membuat kontrak tempat dan waktu dengan pasien bahwa terapi
akan dilaksanakan secara individual dalam satu sesi dengan durasi
waktu 10 menit :
“aa maunya mendengarkan musik dimana aa?” “aa punya waktu
berapa menit untuk kita mendengarkan musik a?
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini “Bagaimana
perasaan aa hari ini? :
“bagaimana dengan halusinasi aa hari ini?” “Sudah berapa kali aa
mendengarkan suara halusinaasi aa pada hari ini a?”
2) Mengevaluasi cara generalis yang telah diketahui pasien dalam
mengontrol halusinasi
“mengenai suara dari halusinasi yang aa dengar, apa saja yang sudah
diajarkan oleh perawat di rumah sakit ini untuk menghilangkanya
aa? “apakah cara-cara yang aa katakan tadi sudah aa lakukan ketika
suara itu datang?
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu :
a) Mendengarkan musik dengan nyaman dan tenang
“hari ini saya akan memberikan terapi musik kepada aa tujuan
nya agar aa merasa lebih nyaman dan rileks sehingga”
b) Mengurangi tanda dan gejala halusinasi pendengaran :
“tujuan terapi musik ini disamping untuk membuat aa rileks juga
tujuannya untuk mengurangi tanda dan gejala dari halusinasi
yang aa rasakan”
2) Terapis menjelaskan aturan sebagai berikut:
a) Terapi dilakukan dalam satu sesi dengan durasi waktu 10 menit,
terapi dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak pertemuan 2 hari

20
sekali selama 2 minggu :
“sekarang saya akan menjelaskan mengenai aturan dari kegiatan
Fase kerja
terapi kita ini ya a, terapi musik ini akan kita lakukan sebanyak 3 kali dengan
jarak pertemuan 2 hari sekali selama 2 minggu”
b) Lama kegiatan 10 menit
“adapun lama waktu aa untuk mendengarkan musik setiap kali terapi adalah 10
menit”
c) Pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
“saya harapkan aa dapat mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir
d) Pasien mendengarkan musik dengan tenang dan nyaman :
“dan saya harap aa juga dapat mendengarkan musik yang akan saya berikan dengan
rileks dan tenang karena musik yang saya berikan adalah musik klasik yang
memiliki alunan menenangkan” Terapis mendiskusikan tentang:

a. Kejadian halusinasi
“ sekarang kalau boleh saya tahu apa bunyi suara halusinasi yang aa dengar”
b. Perasaan dan perilaku negatif yang muncul akibat halusinasi
“akibat dari halusinasi tadi, hal-hal jelek apa yang sudah aa lakukan
c. Memperdengarkan musik klasik ketelinga pasien dibantu dengan head
set selama 10 menit
“nanti saya akan memasukkan alat ini a namanya earphone / headset ke
telinga aa, dari sini lah nantinya suara musik akan keluar a”
d. Terapis memberikan pujian atas ketersediaan pasien dalam mengikuti
proses terapi musik
“bagaimana aa, sekarang apakah ibu bersedia untuk mendengarkan
musik yang akan saya berikan?” “bagus sekali aa ,aa sudah bersedia
mendengarkan musik yang akan saya berikan”
C. Terminasi
1. Evaluasi

a. Menanyakan perasaan pasien setelah latihan

“bagaimana sekarang perasaan aa setelah aa mendengarkan musik yang


saya berikan? Memberikan umpan balik positif atas kerjasama pasien

21
yang baik

“aa bagus sekali sudah mau mengikuti kegiatan ini dengan baik dari
awal hingga akhir ya a, terima kasih ya aa”
2. Kontrak yang akan datang

a. Menyepakati pertemuan yang akan datang

“aa masih mau mendengarkan musik seperti hari ini lagi kan? “untuk
dua hari yang akan datang aa mau nya kita melakukan kegiatan ini lagi
jam berapa, dimana dan berapa lama a?

3. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan pada saat proses terapi berlangsung, khusunya pada saat
tahap fase kerja, aspek yang dievaluasi adalah kemampuan pasien
memperkenalkan diri, mengungkapan kejadian halusinasi yang dialami
pasien.

a. Dokumentasikan kemampuan pasien dalam mengikuti proses terapi


musik.
Buku raport pasien :

N Aspek yang dinilai Tangg Ya/tidak


o al

1 Memperkenalkan diri dengan baik


2 Mengungkapkan kejadian Halusinasi
3 Mengikuti proses terapi musik
dengan baik

22
Kuisioner Identitas Responden

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah pertanyaan pada tempat yang telah disediakan


2. Beri tanda (√) pada kotak yang tersedia
3. Isilah pertanyaan sesuai dengan keadaan anda

1. Nama :
2. Usia : Tahun
3. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan

4. Status Perkawinan:

kawin Duda Janda


Belum Kawin
5. Pendidikan
Terakhir:

SD
PT
SMP

SMA

6. Pekerjaan Terakhir:

Pegawai Negeri Wiraswasta

Pegawai swasta Lainnya sebutkan………………

7. Terapi Medik Saat ini :


8. Lama Rawat Saat ini :
9. Lama Sakit :
10. Diagnosa Medik Saat ini :

23
Kuisioner Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran

Petunjuk Pengisian:

1. Kuisioner diisi oleh perawat atau peneliti berdasarkan


hasil wawancara terhadap responden

2. Berilah tanda (X) pada pilihan jawaban yang sesuai


dengan kondisi yang anda alami pada saat ini

1. Seberapa sering saudara mengalami halusinasi pendengaran


Suara-suara tidak ada atau hanya sekali dalam
seminggu Suara-suara terjadi kurang dari seminngu
Suara-suara terjadi kurang dari satu hari Suara-suara terjadi
kurang dari satu jam
Suara-suara terjadi secara terus menerus atau hanya berhenti
dalam beberapa menit atau detik

2. Berapa lama halusinasi itu terjadi ?

Suara-suara ada selama kurang dari 3

detik Suara-suara ada selama beberapa

detik Suara-suara ada selama beberapa

menit Suara-suara ada selama beberapa

jam Suara-suara ada selama seharian

penuh

24
3. Seberapa kuat halusinasi yang saudara dengar berisikan hal-hal yang

tidak menyenangkan?

Tidak ada

Sepertiga suara-suara yang muncul berisikan hal-hal yang

tidak menyenangkan

Separuh suara-suara yang muncul berisikan hal-hal yang tidak

menyenangkan

Tiga perempat dari suara-suara yang muncul berisikan hal-hal

yang tidak menyenangkan

Semua suara-suara yang muncul berisikan hal-hal yang tidak

menyenangkan

4. Seperti apa isi halusinasi yang tidak menyenangkan saudara dengar?

Suara-suara tidak menyenangkan tidak ada

Suara-suara berisi komentar tentang orang lain contoh perawat

itu jelek

Suara-suara berisi komentar terhadap prilaku saudara sendiri

contoh kamu jangan melakukan kativitas

Suara-suara memberi komentar terhadap konsep diri saudara

contoh kamu gila, bodoh dan malas

Suara-suara memeritah melakukan tindakan kekerasan

seperti perintah untuk menyakiti diri sendiri, keluarga

ataupun orang lain

5. Bagaimana perasaan saudara ketika mendengar halusinasi

25
Tidak menyebabkan gangguan pikiran
Sepertiga suara-suara menyebabkan gangguan pikiran Setengah dari
suara-suara yang didengar menyebabkan gangguan pikiran
Tiga perempat suara-suara yang didengar menyebabkan

gangguan pikiran

Keseluruhan suara-suara yang didengar menyebabkan

gangguan pikiran

6. Bagaimana pengaruh halusinasi terhadap diri saudara?

Tidak menyebabkan gangguan pikiran

gangguan pikiran kecil, mengganggu pikiran tapi masih dapat

melakukan aktivitas

gangguan pikiran sedang, mengganggu pikiran tapi masi dapat

melakukan sebagian aktivitas

Sangat mengganggu tetapi tidak merasa buruk Sangat

mengganggu dan pasien merasa paling buruk

7. Apakah halusinasi tersebut mengganggu aktivitas sehari-hari saudara?

Tidak mengganggu

Suara-suara halusinasi mengganggu kehidupan pasien seperti

ganggan konsentrasi tetapi pasien masih mampu melakukan

aktivitas sehari-hari, berhubungan social dengan oranglain dan

keluarga secara mandiri

suara-suara halusinasi menyebabkan akibat yang sedang

terhadap aktivitas sehari-hari, hubungan sosial dengan orang

lain dan keluarga, perlu diarahkan dalam melakukan

perawatan diri

26
Suara-suara halusinasi menyebabkan akibat yang berat

terhadap aktivitas sehari-hari, hubungan sosial dengan

oranglain dan keluarga, perlu dibimbing dalam melakukan

perawatan diri

Suara-suara menyebabkan akibat yang kompleks,pasien tidak

mampu melakukan aktivitas sehari-hari, hubungan sosial

dengan oranglain dan keluarga, perlu bantusan untuk

melakukan perawatan diri

8. Bagaimana kemampuan saudara dalam mengontrol halusinasi

Pasien percaya bahwa ia bisa mengontrol halusinasi

pendengarannya Pasien percaya bahwa hampir setiap waktu ia

dapat mengontrol halusinasi pendengaran nya

Pasien percaya bahwa kadang-kadang ia

dapat mengontrol halusinasi pendengaran

nya

Pasien percaya bahwa ia dapat mengontrol halusinasi

dengarnya, tetapi hampir keseluruhan waktu tidak dapat

mengontrol halusinasi pendengaran tersebut

Pasien tidak mampu mengontrol halusinasi dengarnya dan

tidak dapat menolak halusinasi pendengarannya.

27
N Nam Score Kelomp
o a Akhir ok
1 Ny. 30 Perlakua
S n
2 Ny. 28 Perlakua
S n
3 Ny. 29 Perlakua
S n
4 Ny. 31 Perlakua
T n
5 Ny. 27 Perlakua
A n
6 Ny. 24 Kontrol
Y
7 Ny. 26 Kontrol
S
8 Ny. 23 Kontrol
W
9 Ny. 25 Kontrol
P
10 Ny. 26 Kontrol
A

Your temporary usage period for IBM SPSS Statistics will expire in 4906 days.

T-TEST GROUPS=Kelompok(1 2)

/MISSING=ANALYSIS

/VARIABLES=Score_Akhir

/CRITERIA=CI(.95).

T-Tes

Notes

Output Created 22-JUN-2023


11:54:43
Comments

Active Dataset DataSet0


Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 10

Definition of Missing User defined missing


values are treated as
missing.
Cases Used Statistics for each analysis
are based on the cases with
no missing or out-of-range
data for any variable in the
analysis.

Syntax T-TEST
GROUPS=Kelompok(1 2)

/MISSING=ANALYSIS

/
VARIABLES=Score_Akhir

/CRITERIA=CI(.95).
Processor Time 00:00:00,05

Elapsed Time 00:00:00,13

Group Statistics

Std. Std.
Kelomp N Mean Deviati Error
ok on Mean
Score_A 1 5 24.80 1.304 .583
khi r
2 5 29.00 1.581 .707

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality t-test for


of Variances Equality of
Means

F Si t d
g. f
Score_A Equal .122 .736 -4.583 8
khi r variances
assumed
Equal variances -4.583 7.720
not assumed

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Mean Std.
Sig. (2-tailed) Differen Error
ce Differen
ce
Score_Akhi Equal variances assumed .002 -4.200 .917
r
Equal variances .002 -4.200 .917
not assumed
Independent Samples Test

t-test for Equality of


Means

95% Confidence
Interval of Difference
Lower Upp
er
Score_Akhir Equal variances assumed -6.313 -2.087

Equal variances not assumed -6.327 -2.073

Anda mungkin juga menyukai