Disusun oleh:
Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik segi materi ataupun penulisan, Oleh karena itu
kritik d an saran yang bersifat membangun guna diperbaiki dimasa yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
A. Konsep Medis........................................................................................................4
B. Penelitian Terkait.................................................................................................19
BAB III............................................................................................................................27
A. Pengkajian.............................................................................................................27
B. Analisa Data............................................................................................................40
BAB IV............................................................................................................................67
A. Pengkajian...............................................................................................................67
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................68
C. Intervensi Keperawatan...........................................................................................69
D. Implementasi keperawatan...................................................................................70
E. Evaluasi Keperawatan..........................................................................................71
BAB V.............................................................................................................................74
A. Kesimpulan..........................................................................................................74
B. Saran....................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................75
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik, mental,
sosial dan spritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit maupun
kecacatan. Menurut Undang-Undang RI Nomor. 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa yang dimaksud adalah kondisi dimana seseorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,dapat
bekerja produktif,dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
(Wuryaningsi et al., 2018, p.7). Menurut Scuart ( 2013 ) didalam buku
Wuryaningsih ( 2018 ) menyatakan individu yang memiliki kesehatan jiwa
yaitu individu yang mampu mencapai kebahagian, ketenangan, kepuasan,
aktuallisasi diri dan mampu optimis atau berpikir positif disegala situasi
baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Masalah kesehatn jiwa dimasyarakat sangatlah kompleks.Kondisi
rumah sakit jiwa di indonesia terdapat 34 RS jiwa pemerintahan, 9 RS jiwa
milik swasta/organisasi islam/organisasi sosial dan lainnya dan 1 RSKO di
28 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia, 6 provinsi yang tidak memiliki RS
jiwa yaitu kepulauan riau, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo,
Sulawesi barat dan Papua Barat (Indrayani & Wahyudi, 2019, p.6). Masalah
kesehatan jiwa ini diperkirakan oleh WHO akan menduduki peringkat
pertama penyebab kematian ditahun 2030 setelah penyakit jantung koroner
(Wuryaningsih et al., 2018).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kejiwaan halusinasi.
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan
pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan secara
langsung pada klien dengan perubahan sensori persepsi: halusinasi
pendengaran di rumah sakit Ernaldi Bahar Provinsi sumatera selatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini yaitu;
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan gangguan
persepsi sensor halusinasi pendengaran.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensor halusinasi pendengaran.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensor halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien gangguan
persepsi sensori halusinas pendengaran
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
g. Membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan yang
peneliti dapatkan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien gangguan jiwa (Muhith, 2015). Menurut Johnson, B. S. (1995 :
421) dalam Wijayaningsih, (2015, p.75). Halusinasi adalah persepsi yang
salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita atau
kenyataan seperti melihat bayangan dan suara-suara yang tidak ada.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penciuman (Yusuf
et al., 2015).
2. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, Fitryasari, and Nihayati, (2015, pp. 122-123). Faktor
predisposisi halusinasi sebagai berikut :
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
yang dapat meningkatkan stress dan ansietas yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor Sosisal Budaya
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi, dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta peran ganda atau
peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir
dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi
halusinasi.
4
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia, skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
3. Faktor Presipitasi
a. Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi
b. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinetrin, indolamin,
serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi
realitas termasuk halusinasi
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinakan
berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien mengembangkan
koping untuk menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahaan proses piker, afektif
persepsi, motorik, dan sosial.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Carpetino L.J (1998); Townsend, M.C, (1998); Stuart, G.W
dan Sundeen, S.J (1998) dalam Wijayaningsih, (2015, pp. 76-77) tanda
dan gejala halusinasi sebagai berikut :
5
a. Data Subjektif :
1) Tidak mampu mengenal orang dan tempat
2) Tidak mampu memecahkan masalah
3) Mengungkapkan adanya halusinas (misalnya mendengar suara-
suara atau melihat bayangan)
4) Mengeluh cemas dan khawatir
b. Data Objektif :
1) Mudah tersinggung
2) Apatis atau menarik diri
3) Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi,
kadang berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu
4) Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara
5) Menyerigai dan tertawa tidak sesuai
6) Gerakan mata cepat pikiran yang berubah-ubah
7) Kadang tampak ketakutan
8) Respon-respon yang tidak sesuai
5. Jenis - jenis Halusinasi
Menurut Sutejo (2019) jenis halusinasi terbagi menjadi beberapa
jenis yaitu sebagai berikut :
6
Halusinasi a. Ketakutan pada a. Melihat makhluk
Penglihatan sesuatu atau objek tertentu, bayangan,
yang dilihat seseorang yang
b. Tatapan mata menuju sesudah meninggal
tempat tertentu sesuatu yang
c. Menunjuk kearah menakutkan atau hantu
tertentu dan cahaya
Halusinasi a. Adanya tindakan a. Klien seperti sedang
Pengecapan mengecap sesuatu merasakan makanan
gerakan mengunyah, atau rasa tertentu atau
sering meludah, atau mengunyah sesuatu
muntah
Halusinasi a. Adanya gerakan a. Mencium bau dari
penghinduan cuping hidung karena bau-bauan tertentu,
mencium sesuatu seperti bau
atau mengarahkan mayat,masakan, fases,
hidung pada tempat bayi, atau parfum
tertentu. b. Klien sering
mangatakan bahwa ia
mencium suatu bau
c. Halusinasi penciuman
sering menyertai
kliendemensia
kejang,atau penyakit
serebrovaskular
Halusinasi a. Menggaruk-garuk a. Klien mengatakan ada
perabaan permukaan kulit sesuatu yang
klien terlihat mengerayangi tubuh,
menatap tubuhnya seperti
dan terlihat tangan,serangga,atau
merasakan sesuatu makhluk halus
yang aneh seputar b. Merasakan sesuatu di
tubuhnya permukaan kulit,
7
seperti rasa yang
sangat panas atau
dingin, atau rasa
tersengat aliran listrik.
6. Akibat
Menurut Tonsend, M.C dalam Wijayaningsih (2015) suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik diri sendiri maupun orang lain, seseorang yang dapat berisiko
melakukan tindakan kekerasaan pada diri sendiri dan orang lain dapat
menunnjukkan perilaku :
a. Data Subjektif
1. Mengucapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam
2. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir
b. Data Objektif
1. Wajah tegang, merah
2. Mondar mandir
3. Mata melotot,rahang mengatup
4. Tangan mengepal
5. Keluar keringat banyak
6. Mata merah
7. Rentang Respon
Menurut Stuat 2013 dalam Sutejo (2019,p.10) rentang respon sebagai
berikut :
Adaptif Maladaptif
8
adanya waham, halusinasi, kesukaran proses emosi, perilaku tidak
terorganisasi dan isolasi sosial : menarik diri.
8. Pohon Masalah
Menurut Keliat 2006 dalam Sutejo (2019,p.18) pohon masalah
berdasarkan diagnosis gangguan sensosri persepsi: halusinasi adalah
sebagai berikut :
No
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
.
1. Masalah utama : DS:
Gangguan sensori 1. Klien mengatakan melihat
persepsi : Halusinasi atau mendengar sesuatu
2. Klien tidak mampu mengenal
tempat waktu, orang
DO :
1. Tampak bicara dan ketawa
sendiri
2. Mulut seperti bicara tapi tidak
keluar suara
3. Berhenti bicara setelah seolah
mendengar atau melihat
sesuatu,gerakan mata yang
cepat
9
2. DS:
1. Klien mengatakan merasa
kesepian
2. Klien mengatakan tidak dapat
berhubungan sosial
3. Klien mengatakan tidak
berguna
DO :
1. Tidak tahan terhadap kontak
yang lama
2. Tidak berkonsentrasi dan
pikiran mudah beralih saat
bicara
3. Tidak ada kontak mata
4. Ekspresi wajah murung, sedih
3. DS:
1. Klien mengungkapkan takut
2. Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam dan membuatnya
takut
DO:
1. Tampak larut dalam pikiran
dan ingatannya sendiri
2. Kurang aktifitas, tidak
komunikatif
3. Wajah klien tampak tegang
merah
4. Mata merah dan melotot
5. Tangan mengepal
6. Mondar mandir
10
10. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut sutejo, (2019, pp.19-26) rencana tindakan keperawatan gangguan sensori persepsi : halusinasi yaitu sebagai berikut:
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Gangguan TUM: 1. Ekspresi wajah 1.1 Hubungan saling percaya merupakan
sensori Klien tidak bersahabat Bina hubungan saling percaya dasar untuk memperlancar interaksi
persepsi : mencederai diri menunjukkan rasa dengan mengemukakan prinsip selanjutnya yang akan dilakukan
halusinasi sendiri, orang senang, ada kontak komunikasi teraupetik.
pendengaran lain, dan mata, mau berjabat 3. Sapa klien dengan ramah baik
(auditori) lingkungan tangan, mau verbal ataupun non verbal
menyebutkan nama, 4. Perkenalkan diri dengan sopan
TUK 1 mau menjawab 5. Tanyakan nama lengkap klien dan
Klien dapat salam, klien mau nama panggilan yang disukai
membina duduk berdampingan klien
hubungan saling dengan perawat mau 6. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya mengutarakan 7. Tunjukkan sikap empati dan
masalah yang menerima klien apa adanya
dihadapinya 8. Beri perhatian kepada klien dan
11
perhatian kebutuhan dasar klien.
TUK 2 : 1. klien dapat 1. Adakan kontrak sering dan Selain untuk membina hubungan
Klien dapat menyebutkan isi singkat secara bertahap saling percaya ,kontak sering dan
mengenali waktu dan frekuensi 2. Observasi tingkah laku klien yang singkat akan memutus halusinasi
halusinasi nya timbulnya halusinasi terkait halusinansinya : bicara dan
tertawa tanpa stimulus dan
memandang ke kiri/kanan ke Mengenal perilaku klien pada saat
depan seolah ada teman bicara halusinasi terjadi memudahkan
3. Bantu klien mengenal perawat dalam melakukan intervensi
halusinasinya dengan cara :
a. Jika menemukan klien Mengenal halusinasi mengukapkan
sedang berhalusinansi klien mengehindari factor timbulnya
tanyakan apa suara yang halusnasi
didenagrnya
b. Jika kllien menjawab ada Perngetahuan tentang isi dan waktu
lanjutkan apa yang dikatakan frekuensi munculny halusinasi dapat
suara itu katakana bahwa mempermudah perawat
perawat percaya klien
12
mendegar namum perawat Mengindeitifkasi pengaruh
sendiri tidak mendengarnya halusinansi
(dengan nada bersahabat
tanpa menuduh dan
menghakimi )
c. Katakan bahwa klien lain
juga ada seperti klien
d. katakan bahwa perawat akan
mebantu klien
13
2. Diskusikan dengan klien tentang
apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih
dan senang), beri kesempatan
pada klien untuk mengungkapan
perasaannya.
TUK 3: 1. Klien dapat 1. Bersama klien, identifikasi Usaha untuk memutus halusinasi,
Klien dapat menyebutkan tindakan yang dilakukan jika sehingga halusinasi tidak muncul
mengontrol tindakan yang terjadi halusinasi (tidur, marah, kembali.
halusinasinya biasanya dilakukan menyibukkan diri, dll) Penggunaan reinforcement) dapat
untuk 2. Diskusikan manfaat dan cara meningkatkan harga diri klien.
mengendalikan yang digunakan klien. Jika
halusinasinya bermanfaat beri pujian kepada Memberi alternatif pilihan untuk
klien. mengontrol halusinasi.
Meningkatkan pengetahuan klien
2. Klien dapat 1. Diskusikan dengan klien tentang dalam memutus halusinasi.
mmenyebutkan cara cara baru mengontrol
baru mengontrol halusinasinya: Harga diri klien meningkat.
14
halusinasi. a. Menghardik, mengusir, atau Memberi klien kesempatan untuk
tidak memperdulikan mencoba cara yang telah dipilih.
halusinasinya. Memudahkan klien dalam
b. Bercakap-cakap dengan orang mengendalikan halusinasi.
lain jika halusinasinya muncul.
c. Melakukan kegiatan sehari- Stimulasi persepsi dapat mengurangi
hari. perubahan interpretasi realitas akibat
3. Klien dapat 1. Beri contoh cara menghardik adanya halusinasi.
mendemonstrasikan halusinasi:
cara menghardik, “Pergi! Saya tidak mau
mengusir, dan tidak mendengar kamu, saya mau
memperdulikan mencuci piring atau bercakap-
halusinasinya cakap dengan suster”.
2. Beri pujian atas keberhasilan
klien.
3. Minta klien mengikuti contoh
yang diberikan dan minta klien
mengulanginnya
4. Susun jadwal latihan klien dan
15
minta klien untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-evalcation).
4. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk mengikuti
mengikuti aktivitas terapi aktivitas kelompok,
kelompok orientasi realita, stimulasi
persepsi.
16
(pada saat berkunjeng /pada
saat kunjungan rumah)
b. Gejala halusinasi yang
dialami klien
c. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarga untuk
memutuskan halusinasi
17
efek samping obat. tidak terkontrol risiko mencederai
orang lain.
3. Diskusikan dengan keluarga
tentang dosis, jenis, waktu,
pemberian, manfaat, dan efek
samping obat
4. Anjurkan kepada keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping obat.
18
B. Penelitian Terkait
Untuk melakukan pengayaan tinjauan pustaka, peneliti mengunakan kata kunci health literacy atau covid-19. Kata kunci tersebut
digunakan untuk mencari literature jurnal di database scopus, science direct, proquest, cumulative index to nursing and allied health
literature (cinahi ebsco), covid-19, jurnal nasional. Dengan kata kunci tersebut didapatkan 10 jurnal yang sesuai dalam penelitian ini.
Jurnal yang sesuai dengan ini peneliti sajikan dalam tabel dibawah ini :
Judul artikel,
No Metode Hasil Penelitian
penulis, tahun
1. Penerapan strategi Studi kasus ini merupakan studi kasus Hasil studi menunjukkan bahwa klien 1 dari 19 tanda
pelaksanaan (SP2) “deskriptif” dimana penulis membandingkan dan gejala terjadi penurunan tanda dan gejala sebanyak
pada klien skizoprenia sebelum dan sesudah dilakukan tindakan 58% masalah teratasi atau sebanyak 11 tanda gejala, dan
dengan gangguan asuhan keperawatan dengan implementasi klien II menunjukkan dari 15 tanda dan gejala yang
persepsi sensori : strategi pelaksanaan 2 halusinasi apakah terdapat pada klien terjadi penurunan tanda gejala
Halusinasi klien skizopreniadengan masalah sebanyak 53% masalah teratasi atau sebanyak 8 tanda
penglihatan penulis : keperawatan gangguan persepsi sensori gejala.
Nur muhammad halusinasi penglihatan dapat mengontrol
abiding dan halusinasinya.
wahyuningsih Kesimpulan : strategi pelaksanaan 2 pada klien dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan dapat
Tahun : 2020 vol. 4
19
No.2 membantu mencegah kekambuhan halusinasi sehingga
perawat perlu melakukan tindakan tersebut.
Jurnal : jurnal
manajemen asuhan
keperawatan.
2. Penerapan strategi Metode yang digunakan pada penelitian ini Hasil menunjukkan klien 1 ada penurunan tanda dan
pelaksanaan 1 pada adalah “study kasus” pada 2 pasien yang gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak 7
klien skizoprenia dirawat dirumah sakit jiwa prof.Dr.soerojo tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan
paranoid dengan magelang mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan
gangguan persepsi atau 100% pada klien 2 ada penurunan tanda dan gejala,
Jumlah pasien 2 orang.
sensori halusinasi peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi
penglihatan. sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%.
20
no.1
Jurnal : manajemen
asuhan keperawatan
3. Asuhan keperawatan Karya tulis ilmiah ini mengunakan rancangan Hasil penelitian menunjukkan respon yang berbeda dari
jiwa perubahan penelitian deskriptif, sedangkan jenis kedua pasien. Pada pasien 1 dapat mengontrol dan
persepsi sensori : penelitian yang digunakan dalam penulisan mengurangi frekuensi halusinasi yang dialaminya.
halusinasi penglihatan karya ilmiah ini adalah studi kasus (case Sedangkan pada pasien 2 ia dapat mengontrol dan
dan latihan study) mengurangi frekuensi halusinasi yang dialaminya.
mengontrol halusinasi
Jumlah pasien : 2 orang Kesimpulan : beberapa faktor yang mempengaruhi
dengan menghardik
sehingga terjadi perbedaan hasil dalam penelitian yang
pada pasien Ny.D
diantara nya fase halusinasi umur dan aspek medis.
DAN pasien ny. D
diruang larasati
RSJID Dr. Amino
gondohutomo
provinsi jawa tengah
Penulis: Rif’atul
21
qonita tahun 2018
Jurnal : keperawatan
poltekes kemenkes
semarang
4. Studi kasus aktivitas Penelitian ini dilakukan secara deskriptif Hasil evaluasi klien mengalami penurunan setelah
menggambar dalam selanjutnya dilakukan dengan mengumpulkan dilakukan aktivitas menggambar dengan hasil evaluasi
mengontrol gejala data terkaitdengan gejala halusinasi sebelum klien Tn.I dengan score 18.
halunasi di RSJ dilakukan aktifitas menggambar melalui
prof.Dr soerodjo wawancara. Instrument penelitian untuk
mangelang mengumpulkan data yaitu mengunakan
PSYRT (psycotic symtom rating scale).
Penulis : novianti
saptriadi, erna erawati
dan angga sugiarto
Jumlah pasien : subjek penelitian pasien
Tahun : 2020 vol.3 dengan masalah keperawatan halusinasi yang
no.1 memenuhi kriteria inklusi
Jurnal : keperawatan
22
dan fisioterapi (JKP)
5. Efektivitas terapi Jenis penelitian Kuantitatif mengunakan Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi
musik terhadap pendekatan eksperimen semu (quasi musik terhadap penurunan tingkat halusinasi penglihatan
penurunan tingkat eksperiment) metode penelitian pendekatan pada penderita gangguan jiwa Di RSJ Prof M. Ildrem
halusinasi penglihatan one grup pretest-postest design. Penelitian provinsi sumatera utara.
pada pasien gangguan yang akan diidentifikasi adalah eksperimen
jiwa di RSJ antara variabel musik dengan variabel
prof.DR.M. Ildrem. dependen halusinasi penglihatan. Penelitian
ini dilakukan oleh peneliti selama 7 hari
Penulis : dian angri
setiap pagi dan sore hari dan akhir perlakuan
yanti, wina novita
dilakukan pada hari ke 7 kemudian halusinasi
br,Purba
diobservasi kembali.
Tahun terbit : 2020
6. Pengaruh terapi Jenis penelitian kuantitatif, mengunakan Ada pengaruh terapi okupasi terhadap gejala halusinasi
okupasi terhadap design eksperiment dengan rancangan penglihatan pada pasien halusinasi penglihatan rawat
gejala halusinasi penelitian pre eksperiment dengan inap di yayasan aulia rahma kemiling, bandar lampung
penglihatan pada pendekatan one group pretest-postest design.
pasien halusinasi Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
penglihatan rawat halusinasi penglihatan di yayasan aulia
23
inap di yayasan aulia rahma, kemiling bandar lampung dengan
rahma kemiling jumlah 27 pasien halusinasi penglihatan,
bandar lampung. sampel yang digunakan 27 pasien dengan
halusinasi penglihatan dengan mengunakan
Penulis : niken yuniar
teknik total smpling
sari, budi antoro,
niluh gede pita
setevani
Pengaruh Penerapan Penelitian pra-eksperimenta : one-group pra- Ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada klien
asuhan keperawatan post test design.populasi : semua klien halusinasi terhadap kemampuan klien mengontrol
7.
pada klien halusinasi dengan gangguan halusinasi di ruangan halusinasi.
terhadap kemampuan kenari.Sampel : 14 responden, Teknik
klien mengontrol pengambilan sampel adalah total sampling.
halusinasi di RSKD
provinsi Sulawesi
Selatan ; Muhammad
Hari Samal, Abdul
Kadir Ahmad, St
24
Saidah,2018
8. Upaya peningkatan Studi kasus merupakan studi kasus dengan Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum
harga diri rendah pendekatan asuhan keperawatan jiwa pada dilakukan intervensi skor HDR Ppasien 19 meningkat
dengan terapi Tn.Y. Metode penelitian deskriptif dengan menjadi 24 yang diukur mengguanakan kuisoner
aktivitas kelompok studi kasus, sampel pada penelitian 1 Rosenberg self Esteen Scale.
(stimulasi persepsi) di responden
ruangan sub Akut
laku RSKD provinsi
Maluku ;Hani
Tuasikal ,Moomina
Siauta,Selpina
Embuai;2019
9. Analisis tanda dan Penelitian ini dilakukan pada 16 responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanda dan
gejala resiko perilaku dengan teknikeccidental sampling. Penelitian gejala yang sering muncul pada orang dengan resiko
kekerasan pada pasien ini merupakan penelitian kuantitatif dengan perilaku kekeraan yaitu : mengepalkan tangan,bicara
skizofrenia;Eka desain penelitian desain deskriptif. kasar,suara tinggi menjerit atau berteriak.
Malfasari;Rizka
Febtrina, Dini
Maulinda, Rizka
25
Amimi;2020
10. Tingkat pengetahuan Desain yang digunakan deskriptif korelasi Hasil penelitian ada hubungan pengetahuan pasien
pasien dalam dengan pendekatan cross sectional. Populasi dengan perilaku pasien halusinasi pengelihatan
melakukan cara penelitian adalah pasien yang mengalami
mengontrol dengan gangguan realita atau halusinasi yang
perilaku pasien berjumlah 50 orang. Teknik pengambilan
halusinasi sampel total sampling yaitu sebnayak 50
pendengaran ; responden.
Marisca Agustina ;
2017
26
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. A (L) Tanggal Pengkajian : 31 Desember 2021
Umur : 28 Tahun RM No. : 048385
Informan : Pasien
2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil
- -
Penjelasan : klien pulang atas izin dokter dan klien tampak tenang
27
Aniaya Seksual - - - - - -
Penolakan
- - - - - -
Tindakan Kriminal
- - - - - -
Jelaskan :
1. Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
pernah dirawat tahun 2010 pasien sudah beberapa kali dirawat di RS
Ernaldi Bahar. Dengan gejala tertawa sendiri, mengamuk, klien tidak
teratur dalam minum obat dan jarang kontrol di poli rawat.
2. Pengobatannya berhasil. Klien pulang atas izin dari dokter
3. Pasien sering tertawa sendiri
4. Pasien mengatakan sering mendengar suara perempuan
5. Pasien mengatakan suara mengatakan “ aku sayang kamu ”
Masalah Keperawatan :
Halusinasi pendengaran
Kegiatan teraupetik
28
Tidak Ada Masalah Keperawatan
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 N:90 RR:20 T:36,oC
2. Ukur : TB : 170 cm BB: 68 kg
3. Keluhan fisik ya tidak
Jelaskan :
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Klien tidak ada keluhan fisik.
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Pasien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
---- : Tinggal dalam satu rumah
Penjelasan :
Klien anak ke-3 dari 7 bersaudara, klien belum menikah tinggal bersama
orang tua nya, dalam pengambilan keputusan, orang tua sering
memaksakan kehendak dan klien merasa tertekan.
Masalah Keperawatan:
29
Koping keluarga tidak efektif : kompromi
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada yang aneh dengan dirinya
b. Identitas
Klien mengatakan ia adalah seorang laki-laki, dan usia 28 tahun.
c. Peran
Klien mengatakan berperan sebagai anak, kakak dari adik-adiknya
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin segera pulang kerumah.
e. Harga diri
Klien mengatakan tidak tahu kenapa diantar ke RS Ernaldi Bahar.
Masalah keperawatan:
Tidak ada
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti saudaranya dalam hidupnya
karena sering menolong klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan lebih baik tinggal dirumah daripada ikut berkumpul
dengan keluarga
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan Tidak ada hambatan dalam berhubungan dari orang
lain
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam dan percaya adanya tuhan YME
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan hanya sholat saat magrib dan subuh saja tidak
sholat 5 waktu. Klien mengatakan sering lupa mengerjakan sholat
Masalah keperawatan :
30
Distress spritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
- Tidak Rapi - Penggunaan pakian tidak sesuai
- - -
31
Sedih Ketakutan Putus asa
Masalah keperawatan :
Halusinasi pendengaran
5. Afek
- Datar - Tumpul - Labil Tdk sesuai
Jelaskan : klien diajak untuk bercerita tetapi klien siam saja, klien juga
mengatakan bahwa tinggal sendirian namun respnnya tertawa sendiri
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Pengecapan Penghindu
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi pendengaran
32
8. Proses Pikir
- Neologisme
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
- Obsesi - Fobia - Hipokondria
Waham
Jelaskan: klien tidak berbicara tentang agama, klien tidak ada rasa curiga
Masalah Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan
- - -
33
waktu tempat orang
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
11. Memori
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan :
34
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Jelaskan: Klien dapat memilih tindakan atau kegiatan yang lebih utama.
Pasien mengetahui kalau shalat harus wudhu terlebih dahulu, tahu urutan
wudhu tetapi lupa niat berwudhu.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
35
Jelaskan : Pasien BAB/BAK di toilet secara mandiri.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan :
Pasien mandi dikamar mandi secara mandiri.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
6. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: Pasien mengatakan minum obat secara mandiri dan teratur.
36
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Jelaskan : Pasien mengatakan kegiatannya didalam rumah yaitu menjaga
kerapihan rumah seperti menyapu. Pasien juga bekerja dan yang
mengatur keuangan didalam rumah.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Belanja Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
37
Lain-lain Ya Tidak
Lainnya : Lainnya :
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
38
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien
mengatakan hanya bergaul dengan orang yang dikenal saja.Tidak
ikut kegiatan dilingkungan.
Masalah Keperawatan :
Koping Keluarga Tidak Efektif
X. Pengetahuan Kurang Tentang :
Penyakit jiwa System pendukung
Koping Obat-obatan
Lainnya
39
Jelaskan: Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa yang
dideritanya
Masalah Keperawatan :
Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa
Analisa Data
40
DS : Resiko Perilaku kekerasan
DO :
DO :
DO :
pengobatannya kurang berhasil. Karena pasien jarang
minum obat
DS :
Koping keluarga inefektif
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan, orang
tua sering memaksakan kehendak dan klien merasa
tertekan
DO :
41
DO :
Klien tampak malas beribadah
DS :
Kurang pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa
tentang penyakit jiwa
yang dideritanya
DO :
Klien tidak tau tentang penyakitnya
42
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
GSP: TUM :
Halusinasi Klien dapat mengontrol 1. Setelah 3 x pertemuan, 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari klien
pengdengaran halusinasinya. kilen menunjukan tanda– dengan mengunakan prinsif merupakan hal yang
tanda percaya kepada komunikasi teraupetik: mutlak serta hal yang
TUK : perawat : a. Beri salam setiap interaksi memudahkan dalam
1. Klein dapat membina a. Wajah cerah b. Perkenalkan nama, nama melakukan pendekatan
hubungan saling percaya tersenyum panggilan dan tujuan dan tindakan
b. Ada kontak mata perawat berinteraksi keperawatan kepada
c. Mau berkenalan c. Tanya nama lengkap nama klien
d. Bersedia panggilan di sukai klien
menceritakan d. Buat kontrak yang jelas
perasaan e. Degarkan dengan penuh
perhatian
2. Mengenali halusinasi 2. Setelah pertemuan klien 2. Bantu klien mengenali 2. Agar klien dapat
yang dialami mampu mengenali halusinasinya mengetahui dan
halusinasinya a. Isi mengenali
43
b. Waktu terjadinya halusinasinya
c. Frekuensi
d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat terjadi
halusinasi
3. Klien dapat mengontrol 3. Setelah 3 x pertemuan 3. Latih cara mengontrol 3. Dengan menghardik
halusinasinya klien dapat mengkontrol halusinasi dengan halusinasi dapat
halusinasinya dengan menghardik : memberi
kriteria hasil a. Jelaskan cara kesempataan klien
a. Klien dapat menghardik halusinasi mengatasi masalah
menyebutkan pendengaran dan dengan reaksi
tindakan yang dapat pengelihataan penolakaan terhadap
dilakukan untuk b. Mempraktikan cara halusinasi
mengendalikan menghardik
halusinasinya. c. Minta klien
b. Klien dapat mempraktikan kembali
meenyebutkan cara d. Anjurkan klien untuk
yang baru memasukan ke dalam
c. Klien dapat memilih jadwal kegiataan untuk
44
cara yang telah latihan menghardik.
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasinya
d. Klien dapat
mengikuti terapi
aktivitas kelomponya
4. Pasien dapat 4. Setelah 3 x pertemuan 4. Jelaskan kepada klien : 4. Agar klien dapat
menggunakan obat klien dapat menjelaskan a. Manfaat minum obat mengetahui
sesuai program obat dengan kriteria b. Kerugian tidak minum penggunaan obat yang
hasil obat benar dan manfaat
a. Manfaat minum obat c. Nama obat minum obat serta
b. Kerugian tidak d. Bentuk dan warna obat kerugiaan tidakminum
minum obat e. Dosis yang di berikan obat.
c. Nama obat f. Waktu pemakaian
d. Bentuk dan warna g. Cara pemakaian
obat h. Efek yang di rasakan
e. Dosis yang
45
diberikan Anjurkan klien
f. Waktu pemakaian a. Meminta dan
g. Cara pemakaian menggunakan obat tepat
h. Efek yang dirasakan pada waktu
b. Melaporakan pada
perawat / dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
c. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien.
46
STRATEGI PELAKSANAAN I
Nama : Tn. A
Umur : 28 Tahun
Hari/Tanggal : Sabtu, 01 Januari 2022
Pertemuan : ke-1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Klien mengatakan ini yang ke dua kalinya dibawa ke RS Ernaldi
Bahar
Klien mengatakan sering mendengar suara perempuan
Data Objektif :
Klien tampak gelisah
Klien tampak bebicara sendiri dan tertawa sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Tindakan
Klien mampu melakukan bina hubungan saling percaya
Klien mampu mengidentifikasi isi, jenis halusinasi, situasi munculnya
halusinasi dan frekuensi munculnya halusinasi
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
4. Intervensi Keperawatan
Lakukan bina saling percaya dengan pasien
Identifikasi Halusinasi (Isi,jenis halusinasi, dan situasi muncul
halusinasi)
Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
47
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya mahasiswa keperawatan
Ikest Muhammadiyah Palembang”, nama saya Rizky Amrin Sidiq ,
saya biasa di panggil Rizly. Disini saya akan merawat bapak selama 2
minggu kedepan. Nama bapak siapa ? senang dipanggil apa?
b. Evaluasi atau Validasi
Apa benar ini dengan bapak A ? Bagaimana perasaan bapak hari
ini ? Apa keluhan bapak A saat ini ? bagaimana kalau kita bercakap-
cakap tentang bayangan yang selama ini bapak lihat.
c. Kontrak
2. Fase Kerja
48
terjadwal. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Begini caranya saat suara itu muncul bapak
langsungmenutup telinga dengan kencang dan bilang “Pergi – pergi
suara itu tidak ada , Pergi – pergi kamu itu suara palsu” Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak
peragakan, nah bagus !coba lagi, ya bagus bapak sudah bisa.
3. Fase Terminasi
49
CATATAN PERKEMBANGAN I
Nama : Tn. A
No.RM : 07-79-45
Ruangan : Bangau
Tanggal
Diagnosa Implementasi Evaluasi
/jam
Sabtu, Gangguan - Membina S:
01 Januari 2022 persepsi hubungan saling - Klien mengatakan
15.00 WIB sensori : percaya dengan nama nya A
Halusinasi pasien - Klien mengatakan
Pendengaran - Mengidentifikas sering mendengar suara
i Halusinasi perempuan
(Isi,jenis mengucapkan “ aku
halusinasi, dan sayang kamu”
situasi muncul - klien mengatakan mau
halusinasi) mencoba melakukan
- Melatih cara menghardik
mengontrol
halusinasi O:
dengan cara - Keadaan umum baik
menghardik - klien tampak sesekali
berbicara sendiri
- Klien tampak
melakukan cara
menghardik
A:
- Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi
Pendengaran
50
P: Intervensi dilanjutkan
Perawat :Lanjutkan SP 2
minum obat
yang benar
Klien :Anjurkan pasien
untuk melatih
cara yang sudah
diajarkan
STRATEGI PELAKSANAAN II
51
Nama : Tn. A
Umur : 28 Tahun
Pertemuan : ke-2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
Data Objektif:
3. Tujuan
4. Intervensi Keperawatan
B. Strategi Pelaksanaan
2. Fase Orientasi
52
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum pak, selamat siang pak, Masih ingat dengan saya kan?
coba siapa? iya benar sekali.
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apakah tidur bapak nyenyak? Apa
keluhan bapak A saat ini ? Bagaimana bapak apakah sudah makan siang
dan minum obat? Apakah bapak sudah melakukan apa yang saya
ajarkan kemarin? Iya bagus sekali bapak!
c. Kontrak
2. Fase Kerja
“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara
itu berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara yang
bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa
macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini
yang warna orange (Resperidone) 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7
malam gunanya untuk menghilangkan bayangan yang bapak lihat. Ini
yang putih (Trihexyphenedil) 2 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang kuning (Clozapin) 2 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau bayangann
itu sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan
dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke
dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
53
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat
diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah
makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Fase Terminasi
54
CATATAN PERKEMBANGAN II
Nama : Tn. A
No.RM : 048385
Ruangan : Bangau
O:
- Keadaan umum baik
- klien tampak mengerti
cara minum obat
- klien mampu
menyebutkan warna, dan
aturan pakai obat
- TTV
TD : 120/75 mmHg
55
T : 36,5 °C
N : 92 x/menit
RR : 18 x/menit
A:
- GSP : Halusinasi
Penglihatan
P: Intervensi dilanjutkan
Pasien : Lanjutkan SP 3
bercakap-cakap
Klien :Anjurkan pasien
untuk melatih
kembali cara 1
menghardik dan
cara 2 minum
obat benar
STRATEGI PELAKSANAAN
56
HALUSINASI PENDENGARAN
Nama : Tn. A
Usia : 28 Tahun
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
- Klien mengatakan suara terdengar muncul saat klien sendirian sudah
berkurang
- Klien mengatakan sudah melakukan cara yang diajarkan dan
Data Objektif
- Klien mampu kooperatif dan tenang
- Tatapan mata klien kurang
- Klien sesekali bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran
3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
4. Tindakan Keperawatan (sesuai SP)
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
a. Salam
Assalamualaikum/Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?
Coba siapa? Iyaa benar sekali.
57
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana kabar bapak hari ini? dan bagaimana perasaan bapak saat
ini? Apakah tidur bapak nyenyak? Apakah suara- suara itu sering
muncul ? masih ya pak. Bagaimana bapak masih ingat yang kita
pelajari kemarin ? bagus sekali bapak masih mengingatnya.
c. Kontrak dan Tujuan
Baiklah seperti janji kita kemarin hari ini kita akan latih cara ketiga
untuk mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Bapak ingin berbincang - bincang dimana? Baiklah disini
saja ya. Berapa lama mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15
menit? Tujuan kita hari ini berlatih bercakap-cakap untuk
menghilangkan halusinasi bapak.
2. Fase Kerja
Baik bapak cara ketiga untuk mengontrol halusinasi yang lain adalah
bercakap-cakap dengan orang lain, jadi kalau bapak mendengar suara itu
lagi langsung saja cari teman untuk di ajak bicara. Minta teman untuk
mengbrol dengan bapak, contohnya begini “tolong saya mulai mendengar
suara ayo mengbrol dengan saya” begitu ya pak. Coba praktekan bagus
sekali pak, begitu suster tidak ada, bapak bisa melakukannya sendiri. Jadi
itu tadi cara bercakap-cakap dengan orang lain ya pak.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara bercakap-cakap
b. Evaluasi Objektif
Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi latihan dan belajar apa?
Coba bapak sebutkan? Bagus sekali, bapak masih mengingatnya, jadi
ada berapa cara mengntrol halusinasi pak?
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita tambahkan ke jadwal kegiatan harian ya pak. Nanti
ketika suara-suara itu muncul lakukan yang suster ajarkan dengan
teratur ya.
58
Baiklah cukup sampai disini dulu kita mengobrol, besok kita ketemu
lagi besok kita akan belajar latihan cara yang keempat yaitu
melakukan aktivitas terjadwal. Besok saya akan kembali lagi sekitar
jam 09:00, bagaimana kalo besok kita berbincang- bincang lagi disini?
Waktunya sama seperti yang tadi 15 menit ? Kalau begitu saya
permisi dulu ya bapak.
59
CATATAN PERKEMBANGAN III
Nama : Tn. A
No RM : 048385
Ruangan : Bangau
60
dengan orang lain
- TD: 13/90 mmHg
- N: 92x/menit
- S: 36,6 C
- RR: 17 x/menit
A:
- Gangguan
persepsi
sensori:
Halusinasi
penglihatan
P : Intervensi
dilanjutkan
Pasien :Lanjutkan SP 4
membuat
aktivitas
terjadwal
Klien : Anjurkan
terus melatih cara
mengontrol
halusinasi yang
sudah diajarka .
STRATEGI PELAKSANAAN
61
HALUSINASI PENDENGARAN
Nama : Tn. A
Usia : 28 Tahun
A. ProsesKeperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjectif :
3. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara aktifitas terjadwal
4. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien membuat aktivitas terjadwal
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
62
“apakah bayangan itu masih muncul? Bagaimana kalau kita latihan
mengontrol halulsinasi dengan cara ke empat?”
“Bagaimana pak masih ingat 3 cara yang telah kita pelajari sebelumnya?
Apakah ketiga cara tersebut sudah di praktekkan?”
“ Sesuai janji kita tadi. Kita akan melakukan belajar cara yang ke 4 yaitu
membuat kegiatan terjadwal. Apakah bapak bersedia?”
2. Fase Kerja
“ Baiklah bapak mari kita buat jadwal kegiatan nya, bapak bagun tidur
jam berapa? Oo jam 05:00 jadi mari kita membuat jadwal harian bapak
mulai dari jam 05:00 pagi ya, jam 05:00 bapak bagun tidur dan rapikan
tempat tidur, 05:15 sholat subuh, 05:30 melatih cara menghardik, 06 :
15 mandi, 06:30 sarapan pagi, 07:00 minum obat, jam 07:30 bercakap-
cakap dengan teman, jam 08:00 senam pagi, 09:00 melatih cara
menghardik, jam 10:00 makan snack, 10:20 berbincang-bincang
dengan teman, 11:30 makan siang, 12:00 sholat zuhur, 12:30 tidur
siang, 15:00 makan snack, 15:15 sholat ashar, 15:30 latihan cara
menghardik, 16:00 berbincang-bincang dengan teman, 17:00 mandi
sore, 17:30 makan sore, 18:15 sholat magrib, 19:00 minum obat, 19:30
sholat isya, 20:00 istirahat tidur malam. Nah jadwalnya sudah kita buat
nanti bapak bisa ikuti jadwalnya ya pak. Tujuannya agar bapak dapat
mengalihkan penglihatan yang bapak dilihat. “
3. Fase Terminasi
63
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
Selasa, Gangguan Ajarkan klien membuat S:
04 Januari 2022 persepsi aktivitas terjadwal Klien mengatakan
09:00 WIB sensori: jadwal harian nya
Halusinasi dimulai dari jam
pendengaran 05:00 pagi ya, jam
05:00 bapak bagun
tidur dan rapikan
tempat tidur, 05:15
sholat subuh, 05:30
melatih cara
menghardik, 06 : 15
mandi, 06:30 sarapan
pagi, 07:00 minum
obat, jam 07:30
bercakap-cakap
dengan teman, jam
08:00 senam pagi,
09:00 melatih cara
menghardik, jam
10:00 makan snack,
10:20 berbincang-
bincang dengan
teman, 11:30 makan
siang, 12:00 sholat
zuhur, 12:30 tidur
64
siang, 15:00 makan
snack, 15:15 sholat
ashar, 15:30 latihan
cara menghardik,
16:00 berbincang-
bincang dengan
teman, 17:00 mandi
sore, 17:30 makan
sore, 18:15 sholat
magrib, 19:00 minum
obat, 19:30 sholat
isya, 20:00 istirahat
tidur malam.
O:
- Klien koorperatif,
tenang
- Klien dapat
menyebutkan cara
mengontrol
halusinasi
- Klien memasukkan
jadwal kegistan yang
bisa dia lakukan
TD: 126/74 mmHg
N : 81x/ menit
RR : 20 x/menit
S : 36,6
A:
Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
penglihatan
P:
65
Intervensi dilanjutkan
Evaluasi kegiatan
harian, latih SP yang
sudah di ajarkan
BAB IV
PEMBAHASAN
66
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien
(Muhith, 2015a, p. 4). Data yang dikumpulkan pada saat melakukan pengkajian
proses 2000 jiwa meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi,
fisik, psikososial, lingkungan, pengetahuan, sosial, spiritual dan aspek medik.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan Tn. I.
observasi secara langsung terhadap kemampuan dari perilaku Tn. I. Selain itu
keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan
asuhan di Tn.A. Namun, saat pengkajian dilakukan tidak ada anggota keluarga Tn.
A yang datang menjenguk sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari
pihak keluarga.
Menurut Yusuf, Fitryasari and Nihayati, (2015, pp. 122-123) faktor
predisposisi pada klien dengan gangguan halusinasi dapat muncul dari berbagai
faktor seperti faktor perkembangan atau adanya hambatan perkembangan yang
mengganggu hubungan interpersonal, faktor sosial budaya yang membuat merasa
disingkirkan, faktor psikologis seperti adanya hubungan interpersonal yang tidak
harmonis, faktor biologi seperti adanya kelainan struktur otak yang abnormal, dan
faktor genetik. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh Tn.A karena ibunya
mengalami gangguan pendengaran sejak usianya masih remaja. Kondisi tersebut
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2015, p. 7)
bahwa sebagian besar (54,2%) responden yang mengalami gangguan jiwa
memiliki riwayat keturunan gangguan jiwa. Namun Tn. A tidak memiliki masalah
dengan lingkungan sekitar ia tinggal.
Tanda dan gejala halusinasi ialah mudah tersinggung, apatis atau menarik diri,
tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi yang kadang berhenti
bicara seolah-olah melihat sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan
suara, tertawa tidak sesuai, gerakan mata yang cepat, kadang tampak ketakutan,
respon- respon yang tidak sesuai, mengeluh ceman dan khawatir, mengungkapkan
adanya halusinasi. Gejala-gejala tersebut beberapa juga dialami oleh Tn.A
mengatakan sering mendengar suara wanita mengatakan “aku sayang kamu”dan
67
bercerita tentang masa lalu, dan hampir setiap hari pagi, siang, dan malam, selama
sekitar 10-15 menit, klien merasa kesal dengan yang dirasakannya.
Dari pengkajian pada Tn. Adidapatkan data mengenai jenis dan isi
halusinasi, waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan halusinasi, serta
respon klien terhadap halusinasinya.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi
keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan (Muhith, 2015, p. 8). Proses diagnosis terdiri dari
analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnose
keperawatan. Komponen diagnose keperawatan terdiri dari masalah (problem),
penyebab (etiologi), gejala (symptom), atau terdiri dari masalah dengan penyebab
(Muhith, 2015. p. 8). Menurut Fitria (2012) p. 58 ada pohon masalah dijelaskan
bahwa harga diri rendah merupakan penyebab dari terjadinya penrubahan persepsi
sensori : halusinasi yang mana akan berakibat pada kejadian resiko perilku
kekerasan, Sesuai dengan kasus Tn. A pada analisa data penulis lebih
memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pengelihatan.
68
dirasakannya. Sedangkan pada data objektif ditemukan, Klien sering tertawa
sendiri Klien tampak gelisah, dan emosi jika ditanya terlalu banyak.
C. Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 12) rencana tindakan
keperawatan cara untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan
kesehatan lain. Menurut Stuart, GW dan Sundeen,S.J,2006 dalam Muhith, (2015,
p. 13) rencana tindakan keperawatan membagikan karakteristik tindakan yaitu
konseling/ Psikotrapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan ADL,
terapi modalitas, perawatan berkelanjutan, kolaborasi terapi somatis dan
psikofarma.
69
reinforcement positif Merupakan pemberian penguatan yang menyenangkan
setelah tingkah laku yang diinginkan dapat ditampilkan agar tingkah laku yang
diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan menetap di masa yang akan
datang (Mulawarman et al., 2019, p. 125). Reinforcement Mempunyai
kemampuan untuk menginginkan tindakan yang diberikan reinforcement positif
Akan dilakukan secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu
dengan ke Mawan pelaku tindakan itu sendiri (Mulawarman et al., 2019). Hal ini
sesuai dengan intervensi yang dilakukan penulis yaitu dengan memberikan
reinforcement positif kepada Tn. I ketika Tn. I melakukan setiap strategi
pelaksanaan dengan baik.
D. Implementasi keperawatan
Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 14) perawat
mengimplementasikan tindakan dalam rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan merupakan pengelolaan atau perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahapan perencanaan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan dan jenis tindakan implementasi terdiri dari tindakan mandiri
(independent), Saling ketergantungan atau kalaborasi (interdependent) Dan
tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent) (Muhith, 2015a). Penulis dalam
melakukan implementasi menggunakan jenis tindakan mandiri dan saling
ketergantungan.
70
6 benar minum obat dan menjelaskan kembali pentingnya minum obat dan akibat
jika putus obat.
Pada tanggal 03 januari 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan yang
sudah dilakukan dan mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Tn. A dapat mengontrol halusinasinya dengan
menghardik dan minum obat teratur dengan benar, klien mampu mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada 04 januari 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan harian,
melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu dilakukan klien dan mengajarkan klien memasukkan kegiatan terjadwal
ke jadwal kegiatan harian. Tn.A mampu menyebutkan dan melakukan cara
mengontrol halusinasi yang pernah diajarkan. Klien mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan baik sehingga diberikan Reinforcement positif
berupa alat mandi (sabun, sampo, sikat gigi, dan pasta gigi) serta memberikan
respon perilaku seperti senyum, pin, pujian ,menganggukan kepala untuk
menyetujui, bertpuk tangan, mengacungkan jempol.
E. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada 01 Januari 2022 penulis
melakukan strategi pelaksaaan 1 yang dimana hasil evaluasi klien terlihat dari
hasil pengkajian klien tampak sesekali berbicara sendiri serta klien sudah dapat
melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik menutup telingan
dan bilang “ pergi-pergi kamu suara palsu , saya tidak mau dengar.” Tn.A dilatih
untuk mengikuti cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Kemudian
memberikan Rainformencent positif apabila Tn.A mampu atau berhasil
memperagakan cara menghardik halusinasi yang telah diajarkan. Rencana tindak
lanjut untuk klien yaitu mengajarkan kembali kepada klien untuk melatih kembali
cara menghardik yang telah diajarkan selanjutnya mengajarkan klien untuk
mengontrol halusinasi dengan cara kedua. Menurut penelitian (Zelika &
Dermawan, 2015) bahwa bina hubungan saling percaya untuk menentukan
keberhasilan rencana selanjutnya. Membantu pasien mengenal halusinasi (isi,
waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadinya halusinasi)
71
dan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi yang bertujuan untuk
menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya.
Pada 02 Januari 2022 penulis mengevalusi jadwal kegiatan harian Tn.A
tentang pentingnya minum obat secara teratur. Setelah diulas kembali Tn.A
mampu menjelaskan prinsip 6 benar minum obat dan menjelaskan kembali
pentingnya minum obat dan akibat jika putus obat. Untuk rencana tindak lanjut
mengajarkan pasien untuk memasukkan ke jadwal kegiatan harian dan latih
mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan sebelumnya serta menganjurkan
pasien untuk mengingat kembali yang telah diajarkan. Menurut penelitian
(Fitriana, 2019) mengemukakan bahwa klien mampu minum obat secara teratur
efektif dilakukan dalam mengontrol halusinasi.
Pada tanggal 03 Januari 2022 bahwa klien telah dapat mengontrol
halusinasi dengan menghardik dan minum obat dengan benar. Klien mengatakan
sudah mengerti cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Lalu klien juga bisa dan mampu melakukan SP yang telah diajarkan dengan
benar. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain Perencanaan tindakan adalah melanjutkan intervensi dengan melakukan
latihan cara mengontrol halusinasi dengan minum obat dan bercakap-cakap
dengan orang lain kemudian memasukkanya kedalam jadwal kegiatan klien.
Penelitian (Fresa et al., 2015) Mengemukakan bahwa pasien yang setelah
dilakukan terapi bercakap-cakap mulai mampu mengontrol halusinasinya.
Pada tanggal 04 Januari 2022 bahwa didapatkan klien mengatakan masih
mengingat SP yang pernah diajarkan penulis yaitu menghardik, minum obat
dengan benar dan bercakap-cakap dengan orang lain. Klien mengatakan kegiatan
yang dapat dilakukannya yaitu makan, tidur, sholat, mandi, olahraga, merapikan
tempat tidur, menonton. Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi
yang pernah diajarkan. Klien memasukkan kegiatan yang bisa dilakukannya ke
jadwal kegiatan harian. Perencanaan tindakan keperawatan adalah mengevaluasi
kembali kegiatan yang telah diajarkan dan melatih SP yang telah diajarkan yaitu
menghardik, minum obat dengan benar, bercakap-cakap dengan orang lain dan
mencatat kegiatan terjadwal. Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015)
bahwa penelitian pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu
72
melaksanakan aktivitas terjadwal. Tujuannya adalah partisipasi pasien dalam
kegiatan membantu pasien beraktivitas agar halusinasi tidak dapat muncul.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian dilakukan pada Tn.A dengan gangguan jiwa gangguan
sensori persepsi: halusinasiRencana tindakan keperawatan pada Tn.A adalah
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi,
situasi dan respon klien saat Halusinasi muncul, menjelaskan dan
mengajarkan kalian cara mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian, menjelaskan pentingnya minum obat
secara teratur, menjelaskan akibat putus obat. Mengevaluasi jadwal kegiatan
yang sudah dilakukan dan mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian, melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan yang mampu dilakukan klien dan mengajarkan klien memasukkan
kegiatan terjadwal ke jadwal kegiatan harian.
B. Saran
Perawat harus meningkatkan kemampuan dalam pemberian asuhan
keperawatan perilaku kekerasan dengan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan tentang penatalaksanaan pasien dengan resiko perilaku kekerasan
dengan tidak mengesampingkan savety ( keamanan ) baik bagi pasien,
perawat dan lingkungan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Prim, Riska,2020. Analisis tanda dan genjala resiko perilaku kekerasan pada
pasien skizofrenia. Diakses 11januari2021:20.50WIB.
75
Wahyuningsih, S. (2015). Hubungan Faktor Keturunan Dengan Kejadian
Gangguan Jiwa Di Desa Banaran Galur Kulor Progo Yogyakarta.
76