Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. KASUS (Masalah Utama)


Gangguan sensosri persepsi : Halusinasi

B. Pengertian Halusinasi
 Menurut fontaine, (2009) halusinasi adalah terjadinya pengelihatan, suara,
sentuhan, bau maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap organ – organ indera.
 SEdangkan menurut Towsend (2009), Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi
atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi terhadap reseptor –
reseptornya, halusinasi merupakan persepsi sensosi yang salah yang mungkin
meliputi salah satu dari kelima panca indera. Hal ini menunjukkan bahwa
halusinasi dapat bermacam – macam yang meliputi halusinasi pendengaran,
pengelihatan, penciuman, perabaan dan pengcapan.
 Stuart (2009) juga menyatakan bahwa halusinasi dengan merupakan masalah
utama yang paling sering dijumpai.

C. Proses Terjadinya Masalah

Halusinasi sering secara umum ditemukan pada klien skizofrenia. Proses terjadinya
Halusinasi pada klien skizofernia dapat dijelaskan berdasarkan Model adaptasi Stuart
dan Laraia (2005 ; Stuart, 2009) yaitu faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian
stressor, sumber koping dan juga mekanisme koping.

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologi
1. Genetik
Secara genetic ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang
mempredisposisikan individu mengalami skizofernia (Copel, 2007).
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar
yang menunjukkan anak kembar identik beresiko mengalami skizofernia
sebesar 50% sedangkan pada kembar non identik/praternal beresiko 15%
mengalami skizofernia, angka ini meningkat sampai 30% jika kedua orang
tua biologis menderita skizofernia (Cancro dan Lehman, 2000 : Videbeck,
2008 : Stuart, 2009).
2. Neuroanatomi
Penelitian menunjukkan kelainan anatomi, fungsional dan neorokimia diotak
klien skizofernia hidup dan postmortem, penelitian menunjukkan bahwa
kortek prefrontal dan sistem limbic tidak sepenuhnya berkembang pada
diotak klien dengan skizofernia.Penurunan volume otak mencerminkan
penurunan baik materi putih dan materi abu – abu pada neuron akson
(Kuroki et al, 2006 : Higgins, 2007 dalam Stuart, 2009).
3. Neorokimia
Penelitian dibidang neurotransmisi telah memperjelaskan hipotesis
disregulasi pada skizofernia, gangguan terus menerus dalam satu atau lebih
neorotransmiter atau neuromodulator mekanisme pengaturan hemostatic
menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu.
4. Imonovirologi
Sebuah penelitian untuk menemukan “virus skizofernia” telah berlangsung
(Torrey et al, 2007 ; Dalman et al, 2008). Bukti campuran menunjukkan
bahwa paparan prenatal terhadap firus influenza, terutama selama trimester
pertama, mungkin menjadi salah satu faktor penyebab skizofernia pada
beberapa orang tetapi tidak pada orang lain (Brown et al, 2004).
b. Faktor Psikologis
Awal terjadinya skizofernia di fokuskan pada hubungan dalam keluarga yang
mempengaruhi perkembangan gangguan ini, teori awal menunjukkan
kurangnya hubungan dengan orang tua dan anak,serta disfungsi sistem
keluarga sebagai penyebab skizofrenia dalam pengertian lain disebutkan
beberapa anak dengan skizofernia menunjukkan kelainanhalus yang meliputi
perhatian ,koordinasi,kemampuan sosial,fungsi neuromotor dan respon
emosional jauh sebelum mereka menunjukka gejala yang jelas dari
skizofernia (schiffman et al,2004 dalam stuart ,2009).
c. Faktor sosial budaya
Faktor sosial budaya yang menyebabkan terjadinya skizofernia adalah adanya
double bind didalam keliarga dan konflik dalam keluarga. Torry (1995, dalam
Videbeck, 2008) juga menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial yang dapat
menyebabkan terjadinya skizofernia adalah adanya disfungsi dalam
pengasuhan anak maupun dinamika keluarga. Konflik tersebut apabila tidak
diatasi dengan baik maka akan menyebabkan resiko terjadinya skizofernia.
2. Faktor presipitasi
Pada kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam beregulasi sejumlah
informasi.Informasi normal diproses melalui aktifitas neuron. Stimulus visual dan
auditori di deteksi dan di deteksi dan didesain oleh thalamus dan dikirim untuk
diproses di lobus prontal. Sedangkan pada klien skizofernia terjadi mekanisme
yang abnormal dalam memproses informasi (Perry, Geyer dan Braff, 1999 dalam
Stuard dan Laraia, 2005 : Stuard 2009).
3. Penlaian Terhadap stressor
Merupakan penilaian individu ketika menghadapi stressor yang datang.
Berdasarkan Stuart dan Lariaia (2005). Penilaian, seseorang terhadap stressor
terdiri dan respon kognitif, afektif, fisiologis, prilaku, dan sosial. Hal ini
memberikan arti bahwa apabila individu mengalami suatu steroser maka ia akan
merespon stressor tersebut dan akan tampak melalui tanda dan gejala yang muncul
4. Sumber Kopping
Berdasarkan stuard dan Laralia (2005), sumber kopping merupakan hal yang
penting dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang menghadapinya.
Sumber kopping tersebut meliputi aset ekonomi, sosial support, nilai dan
kemampuan individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber
kopping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan mengatasi stressor
yang ada. Keluarga merupakan salah satu sumber kopping yang dibutuhkan indivu
ketika mengalami stres. Hal tersebut sesuai dengan fibdback (2008) yang
menyatakan bahwa keluarga memang merupakan salah satu sumber pendukung
yang utama dalam penyembuhan skizofernia.
5. Mekanisme Kopping
Pada klien skizofernia, klien berusaha untuk melindungi dirinya dari pengalaman
yang disebabkan oleh penyakitnya. Klien akan melakukan regresi untuk mengatasi
kecemasan yang dialaminya, melakukan proyeksi sebagain usaha untuk
menjelaskan persepsinya dan menarik diri yang berhubungan dengan masalah
membangun kepercayaan dan keasikan terhadap pengalaman internal (Stuard dan
Laralia, 2005 : Stuard, 2009).
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

No DATA MASALAH
1 Gangguan sensori persepsi :
DS :
 Pasien mengatakan mendengar Halusinasi
suara – suara atau kegaduhan
 Pasien mendengar mendengar
suara yang mengajak bercakap –
cakap
 Pasien mengatakan mendengar
suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
 Pasien mengatakan melihat
bayangan, sinar, bentuk
geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster
 Pasien mengatakan mencium
bau – bauan seperti bau darah,
urin atau feses, kadang – kadang
bau itu menyenangkan
 Pasien mengatakan merasakan
rasa seperti darah, urin atau
feses
 Pasien mengatakan merasa takut
atau senang dengan
halusinasinya
DO :
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah – marah tanpa sebab
 Mengarahkan telinga kea rah
tertentu
 Menutup telinga
 Menunjuk – nunjuk kearah
tertentu
 Ketakutan pada sesuatu yang
tidak jelas
 Mencium sesuatu seperti
membaui bau – bauan tertentu
 Menutup hidung
 Sering meludah
 Muntah
 Menggaruk – garuk permukaan
kulit (Kemenkes, 2012)

E. POHON MASALAH

Resiko Prilaku Kekerasan

Gangguan Sensori
Persepsi Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri rendah

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Anda mungkin juga menyukai