Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

Tingkat 2 Reguler 1

Kelompok 1:

SILWI YUSHA MALINDA (1814401001)

TIKA OKTAVIANA (1814401002)

YESI ANJELINA (1814401003)

REGINA NOVITA SARI (1814401004)

SUSI SUSYANTI (1814401005)

FENI SELFIA (1814401006)

AMBAR WULANDARI (1814401007)

ALDO (1814401008)

SRI MULYANI (1814401009)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN DIII KEPERAWATAN

T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,atas Rahmat dan

Karunia-Nya,kami dapat menyelesaikan penulisan makalah mengenai “Konsep Dasar


Keperawatan Jiwa”. Ucapan terimakasih kami sampaikan,kepada semua pihak yang telah
membantu dan juga kepada para penulis yang tulisannya kami kutib untuk penulisan
makalah ini.

Pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”,begitu pula dengan
makalah ,kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dari penulisan
makalah ini.Untuk itu kami bersedia dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 14januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan JIwa......................................................................2


2.2 Definisi Gangguan Jiwa...........................................................................4
2.3 Model Konsep Keperawatan Jiwa............................................................5
2.4 Proses Keperawatan Jiwa.........................................................................8
2.5 Laporan Pendahuluan...............................................................................12
2.6 Standar Pelaksanaan.................................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dikatakan sebagai makhluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian
bahwa manusia merupakan makhluk yang utuh.Manusia dikatakan sehat jiwanya apabila
dalam berada kondisi fisik, metal, dan sosio yang terbebas dari gangguan penyakit tidak
dalam kondisi yang tertekan sehingga tidak menimbulkan stress. Kondisi ini akan
memungkinkan manusia untuk hidup lebih produktif, dan mampu melakukan hubungan
social yang memuaskan. Dalam melakukan peran dan fungsinya perawat harus melakukan
pemilihan model yang tepat dalam menerapkan asuhan keperawatan jiwa yang sesuai
dengan paradigma keperawatan jiwa

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan jiwa?
2. Apa saja prinsip-prinsip dari keperawatan jiwa?
3. Bagaimana model konsep perawatan dalam keperawatan jiwa?
4. Bagaimana proses berlangsungnya dalam keperawatan jiwa?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang keperawatan jiwa.
2. Untuk mengetahui model konsep perawatan dalam keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui proses keperawatan jiwa

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN JIWA


Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi.Manifestasi jiwa antara lain tampak pada
kesadaran, afek, emosi, psikomotor, proses berpikir, persepsi, dan sifat kepribadian.
Kesadaran dalam hal ini lebih bersifat kualitatif, diukur dengan memperhatikan
perbedaan stimulus (stressor) dan respons (perilaku yang ditampilkan), serta tidak
diukur dengan Glasgow Coma Scale (GCS).

Menurut beberapa ahli menyatakan bahwa kesehatan jiwa sebagai berikut:


1. KBBI menyatakan bahwa sehat adalah dalam keadaan bugar nyaman adalah realatif,
karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan. Bagi
seorang kuli bangunan, kaki kejatuhan batu, tergencet, dan berdarah-darah adalah hal
yang biasa, karena hanya dengan sedikit membersihkannya, kemudian disobekkan
dengan pakaian gumalnya, lalu dibungkus, kemudian dapat melanjutkan peketjaan
lahi. Namun, sebagian orang, sakit kepala sedikit harus pergi kerumah sakit atau
berobat ke luar negeri.
2. Karl Menningger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi
dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
3. Micheal Kirk Patrick mendefinisikan orang yang sehat jiwa adalah orang yang
bebas dari gejala gangguan psikis, serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang ada
padanya.
4. Chausen mengatakan bahwa orang yang sehat adalah orang yang dapat mencegah
gangguan mental akibat berbagai stressor, serta dipengaruhi oleh besar kecinya
stressor, intemsutas, makna, budaya, kepercayaan, agama, dan sebagainya.

2
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut.

1. Menyesuaikan diri secara kontrukstif pada kenyataan, meskipun kenyataan


itu buruk.
2. Merasa bebas secara relative dari ketegangan dan kecemasan
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima.

Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan professional didasarkan pada


ilmu perilaku, ilmu keperawatan jwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan
respon psikososial maladaptif yang disebabkan oleh gangguan biopsikososial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan
keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatakan, mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah kesehatan jiwa
klien ( individu, kelompok, keluarga, komunitas).

Prinsip keperawatan jiwa berlandaskan paradigma dapat ditinjau dari 4 komponen


yaitu manusia, lingkungan, kesehatan,dan keperawatan.

1. Manusia
 Fungsi seseorang sebagai makhluk holistic yaitu bertindak, berinteraksi, dan
bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan.
 Setiap individu mempunyai kebutuhan asar yang sama dan penting
 Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat.
 Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri.
 Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinganan untuk
mengajar tujuan professional
 Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan keinginan untuk
mengejar tujuan personal
 Setiap individu mempunyai kapasitas koping yang bervariasi
 Setiap indivuidu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan

3
 Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku tersebut meliputi persepsi
pikiran, perasaan dan tindakan

2. Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistic dipengaruhi oleh lingkungan dan dalam dirinya
dan lingkungan dari luar baik keluarga, kelompok, komunitas.Dalam berhubungan
dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar
dapat beradaptasi hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan
perubahan individu.
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan
salahsatu segi kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, setiap individu mempunyai
hak memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4. Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa perawat memandang manusia secara holistic dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik metodologi dalam keperawatan jiwa
adalah menggunakan diri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dalam
menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan.Kesadaran
ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan
situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta
memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang
konstruktif pada klien dan membantu klien respon secara konstruktif.Sehingga
akhirnya klien belajar penanganan masalah yang merupakan modal dasar
menghadapi berbagai masalah kehidupan.

2.2 DEFINISI GANGGUAN JIWA


Gangguan jiwa adalah menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang
yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hadaya
(impairment) didalam satu ataau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi
psikologi, perilaku, biologi, dan gangguan tidak hanya terletak di dalam hubungan antara

4
orang itu tetapi juga dengan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
jiwa sebagai berikut :
1. Organobiologi atau jasmaniah seperti infeksi, keracunan, kelainan bawaan, kurang
vitamin, cidera akibat kecelakaan, kanker, kelainan peredaran darah.
2. Psikologi seperti konflik jiwa dan perhatian orang tua, kekecewaan, stress, frustasi,
dan semua yang berkaitan dengan kegolak jiwa seseorang.
3. Social budaya mencangkup segala pengaruh keadaan, corak dan nilai kebudayaan
yang ada dalam masyarakat seseorang tinggal atau hidup.

2.3 KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA


Model perawatan kesehatan jiwa mencerminkan sudut pandang dalam mempelajari
penyimpangan prilaku dan proses terapeutik dikembangkan. Model praktik dalam
keperawatan kesehatan jiwa ini menggambarkan sebuah psikodinamika terjadinya
gangguan jiwa.Beberapa model perawatan kesehatan jiwa yang dikembangkan antara
lain: model psikoanalisis, model interpersonal, model social, eksistensial, suportif,
prilaku, komunikasi, model medic dan model stress adaptasi.
a. Model psiko analisa
Merupakan model pertama yang di kemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan
pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dicapai.Gejala yang Nampak merupakan simbul dari konflik.
Proses terapi
1. Memakan waktu yang lama.
2. Menggunakan teknik asosiasi bebas dan analis mimpi: menginterprestasikan
perilaku, menggunakan transferens untuk memperbaiki masa lalu,
mengidentifikasi area masalah.
Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi.
b. Terapis : mengupayakan perkembangan trasferens, menginterpretasikan pikiran
dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik.

5
b. Model interpersonal
Menurut model Sulivan, teori ini meyakini bahwa prilaku berkembang dari
hubungan interpersonal. Dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap :
1. Orientasi yaitu perawat klien melakukan kontrak awal untuk bina hubungan saling
percaya dan terjadi proses pengumpulan data.
2. Identifikasi yaitu perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan
askep.
3. Eksplorasi yaitu perawat memberikan gambaran kondisi klien.
4. Resolusi yaitu perawat memandirikan klien.

Proses terapi :

1. Mengeksplorasi proses perkembangan.


2. Mengoreksi pengalaman interpersonal.
3. Redukasi.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya.

Peran pasien dan terapis :

1. Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan.


2. Terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien menggunakan empati dan
menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
c. Model eksistensi
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus
hubungan dirinya dengan lingkungannya.

Proses terapi :

1. Rational emotive therapy.


Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya.
2. Terapi logo.
Adalah terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan karena
tanpa arti berati eksis.

6
3. Terapi realitas.
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya, dan cara untuk
mencapainya.

Peran pasien perawat :

1. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman berate untuk mempelajari tentang diri yang sebenarnya.
2. Terapis : membantu pasien untuk mengenali diri, mengklarifikasi realita dari
suatu situasi, mengenali pasien tentang perasaan tulus dan memperluas keadaan
diri pasien.
d. Model social
Menurut Caplain situasi social dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini
mengemukakan pandangan social terhadap perilaku bahwa factor social dan
lingkungan menciptakan setres yang menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan
gejala perilaku menyimpang.

Proses terapi ada 3 jenis :

1. Pencegahan primer.
2. Manipulasi lingkungan.
3. Intervensi krisis.

Peran pasien dan terapis :

1. Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerja sama dengan terapis
untuk menyelesaikan masalah nya.
2. Terapis : menggali system social pasien, membantu pasien menggali sumber yang
tersedia, dan menciptakan sumber baru.
e. Model komunikasi
Teori ini menyatakan bahwa gangguan prilaku terjadi apabila pesan tidak di
komunikasi kan dengan jelas. Fase komunikasi ini ada 4 yaitu : pra interaksi,
orientasi, kerja, dan terminasi.

7
Proses terapi :

1. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah.


2. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
3. Memberi alternative kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif.
4. Melakukan analisa proses interaksi.

Peran terapis yaitu :

1. Pasien : memperhatikan pola komunikasi, bermain peran, bekerja untuk


mengklarifikasi komunikasi nya sendiri, memvalidasi peran dari orang lain.
2. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarkan
prinsip komunikasi yang baik.
f. Model prilaku
Model ini di kembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini
meyakinkan bahwa perubahan prilaku akan mengubah kognitif dan efektif.
Proses terapy
1. Desenlisasi/pengalihan
2. Teknik relaksasi
3. Asertif training
4. Reforcemen atau memberikan penghargaan
5. Self regulation atau mengamati prilaku klien : keterampilan, set standar
keterampilan, self observasi, self evaluasi, self reiforcmen.
Peran pasien dan terapis
a. Pasien :
1. Mempraktikan teknik perilaku yang di gunakan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah.
2. Penggalakan latihan.
b. Terapis :
1) Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan prilaku.
2) Membantu mengembangkan hirarki prilaku.
3) Menguatkan perilaku yang diinginkan.

8
2.4 PROSES KEPERAWATAN

Proses keperawatan menjelaskan bagaimana perawwat ,mengelola asuhan pada


indivudu, keluarga, kelompok, dan komunitas dengan pendekatan penyelesaian masalah
yang sistematis dalam pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah
merupakan titik sentral dalam proses penyelesaian masalah ini.

A. Pengkajian
Dalam keperawatan, pengkajian merupakanpengumpulan data subjektif dan objektif
secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi individu,
keluarga, dan komunitas. (Craven dan Hirle, 2000). Format pengkajian meliputi aspek-
aspek identitas pasien, alasan masuk, factor predisposisi, fisik, psikososial, status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan, dan aspek medic.
Terdapat dua jenis pengkajian yang dilakuakan untuk menghasilkan diagnosis
keperawatan yang akurat, yaitu komprehensif dan focus.Pengkajian komprehendif
mencakup seluruh aspekm kerangka pengkajian keperawatan untuk menentukan status
kesehatan inndividu, keluarga, kelompok, atau komunitas.Misalnya, pengkajian
komprehensif indiviud dilakukan ketika klien masuk ke Rumah Sakit atau pusat
pelayanan home care. Pengkajian focus berpusat pada maslah atau perhatian khusus.
Misalnya, klien mengatakan “saya mendengar suara yang menyuruh saya untuk
membakar rumah”.
Tujuan pengakajian keperawatan yaitu:
1. Pengkajian keperawatan terfokus pada data yang diperlukan untuk mengidentifikasi
respon dan pengalaman manusia
2. Pengkajian keperawatan dilakukan bermitra dengan individu, keluarga, kelompok,
komunitas.
3. Temuan berdasarkan pada penelitian dan factor lainnnya.

B. Diagnosa keperawatan
Landdasan untuk pemberian asuhan keperawatan kesehatan jiwa adalah pengenalan
dan pengidentifikasian pola respon terhadap masalah kesehatan jiwa atau penyakit

9
psikiatri yang actual atau psikiatrial. Untuk menentukan diagnosa keperawatan apakah
actual, resiko, atau keejahteraaandalam keperawatan jiwa maka ditentukan dengan
membuat pohon masalah yang terdiri dari core problem, cause dan effect dimana core
problem adalah diagnose kperawatan actual berdasarkan prioritas.

C. Intervensi Keperwatan
Perawat kesehatan jiwa membuat rencana tindakan atau intervensi keperawatan
bertujuan spesuifik dan unik untuk setiap kebutuhan klien.Rencana tindakan keperawatan
terdiri dari empat komponen, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, rencana tindakan
keperawatan, dan rasional.Tujuan umum berfokus pada penyelesaian masalah (P).tujuan
khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E).Tujuan ini merupakan kemampuan pasien
yang harus dicapai. Pada umumnya kemapuan pasien ini terdiri dari tiga aspek (stuart and
sundeen, 2002) yaitu:
1. Kemampuan kognitif diperlukan untuk menyelesaikan etiologi ari diagnosis
keperawatan
2. Kemampuan psikomotor diperlukan agar etiologi dapat selesai.
3. Kemampuan afektif perlu dimiliki agar pasien percaya akan kemampuan
menyelesaikan masalah.

D. Implementasi Kepereawatan
Dalam mengimplentasikan interevensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan
intrevnsi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit meningkatkan,
memeprtahankan dan memulihkan kesehatan fisik dan mental, kebutuhan klien terhadap
pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui standar
pelayanaan dan asuhan keperawatan.Pedoman tindakan keperawatan dibuat unutk
tindakan pada klien baik secara individual, kelompok maupun yang terkait dengan ADL
(Activity Daily Living).Dengan adanya perincian kebutuhan waktu, diharapakan setiap
perawat memiliki jadwal harian untuk masing-masing klien sehingga waktu kerja perawat
menjadi lebih efektif dan efisien (Keliat dan Akemat,2009).

10
E. Evaluasi
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi perkembangan klien dalam memcapai hasil
yang diharapkan asuhan keperawatan adalah proses dinamika yang melibatkan perubahan
dalam status kesehatan klien sepanjang waktu,pemicu kebutuhan terhadap data baru,
berbagai diagnose keperawatan, dan memodifikasi rencana sesuai dengan asuhan
kebutuhan klien.

F. Dokumentasi
Perawat kesehatan jiwa mendokumentasiakan keseluruhan proses keperawatan yang
dilakuakan pada klienn mulai dari awal sampai akhir rangkaian proses keperawatan.

11
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus
Ibu X usia 45 tahun seseorang pembantu rumah tangga, mengalami cacat pada wajah
karena di siram air panas oleh majikannya. Sejak kejadian itu tidak mau keluar kamar dan
berinteraksi dengan orang lain. Hasil wawancara dengan perawat di peroleh data bahwa
klien berkata kalau dia berkata dia menyesal tidak mendengar nasehat suaminya supaya
berhenti dari pekerjannya itu. Berdasarkan pengamatan klien banyak ngelamun diam san
tidak mau melihat wajahnya di cermin.

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Deskripsi
Gardner ( dalam Faucher, 2003) mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran yang
dimiliki seseorang dalam pikarannya tentang penampilan ( misalnya , ukuran dan bentuk )
tubuhnya serta sikap yang dibentuk seseorang terhadap karaktersitik- karakteristik dari
tubuhnya. Citra tubuh harus dibedakan dari “ harga diri” dan “ kualitas hidup” karena kedua
konsep ini tidak hanya mencakup penampilan, tetapi juga hubungan seseorang, pandagan
dengan religious budaya, karir, dan nilai ( Bolton, dkk., 2010).

B. Etiologi
1. Factor predisposisi
A. Factor Biologis:
Factor biologis yang paling dominan terlihat adalah ketidak puasan terhadap bentuk dan
ukuran tubuh.Misalnya pada klien penderita penyakit kronis seperti amputasi, strok,
masektomi dll.
B. Fakror psikologi:
Factor psikologi berkaitan dengan keadaan depresi, rendah diri, dan ketidaksempurnaan
yang dirasakan seseorang.
C. Factor social budaya: Factor social budaya antara lain adalah pesan media dan keluarga
seperti papan reklame internet majalah dll. Selain itu kekhawatiran dan tekanan keluarga
juga dapat menyebabkan ketidakpuasan tubuh dan ansietas tubuh.

12
2. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :
1. Transisi peran perkembangan
2. Transisi peran situasi
3. Transisi peran sehat /sakit
3. Penilaian terhadap Stressor
1) Stressor yang dapat Menyebabkan Gangguan Citra Tubuh
2) Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
3) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan
infuse.
4) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disrtai dengan pemasanagn
alat di dalam tubuh.
5) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh.
6) Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan
7) Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll).
4. Tanda dan Gejala
a. Data subjektif
1. Perubahan gaya hidup
2. Takut akan penolakan atau reaksi pada orang lain
3. Focus pada kekuatan, fungsi, atau penampilan masa lalu
4. Perasaan negative tentang tubuh
5. Perasaan tak berdaya, keputusasaan, atau ketidakberdayaan
6. Preokupasi ( terpaku pada satu hal ) dengan perubahan atau kerugian
7. Penekanan pada kekuatan yang tersisa dan pencampian yang tinggi
8. Ekstensi batas tubuh untuk bergabung dengan objek lingkungan
9. Deperdonalisasi sebagian atau kerugian kata ganti impersonal
10. Penolakan untuk memverifikasi perubahan yang sebenernya

13
b. Data objektif
1. Hilangnya bagian tubuh
2. Perubahan actual dalam struktur atau fungsi
3. Menghindar untuk melihat atau menyentuh bagian tubuh;
4. Mengekspos tubuh secara berlebihan dengan disenagaja atau tidak disengaja
5. Trauma atas adanya bagian tubuh yang tidak berfungsi
6. Perubahan dalam keterlibatan social
7. Perubahan kemampuan untuk memperkirakan hubungan spasial tubuh terhadap
lingkungan.

5. Mekanisme koping
Dalam kehidupan sehari-harinya, individu menghadapi pemgalaman yang mengganggu
ekuibrium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan hubungan dengan
orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negative. Munculnya
ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecah masalah (mekanisme koping)
yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut.Klien gangguan konsep diri
menggunakan mekanisme kopingyang dapat dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka
pendek dan koping jangka panjang.

1. Koping jangka pendek


Karakteristik koping jangka pendek :
a. Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara krisis. Misalnya
menonton televise, kerja keras, olahraga berat.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
kegiatan social politik, agama
c. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri,
misanya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olahraga
d. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan, misanya penyalahgunaan zat.

14
2. Koping jangka panjang
Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan identitas negative.
1. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan harapan
masyarakat.
3. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai adalah :
1. Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada
(dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru
2. Disposiasi, respons yang tidak sesuai dengan stimulus
3. Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
4. Prijeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
5. Displacement, mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain
yang kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi.

A. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS :
 Klien merasa Kekerasanfisik
malu dengan ↓ Gangguan citra tubuh
kondisi wajahnya Perubahan bentuk tubuh ( cacat)
dan takut menjadi Gangguan citra tubuh
bahan
pembicaraan
orang.

DO :
 Klien tidak mau
keluar kamar dan

15
berinteraksi
dengan orang lain
karena cacat pada
wajahnya, klien
tidak mau melihat
wajahnya
dicermin.
DS : Kekerasan fisik
 Klien merasa ↓
malu dengan Perubahan bentuk tubuh: cacat
kondisi wajahnya wajah
dan takut menjadi ↓
bahan Gangguan citra tubuh
pembicaraan ↓ Harga diri rendah
orang. Klien kehilangan kepercayaan diri
DO : ↓
 Klien tidak mau Klien tidak mau melihat wajahnya
keluar kamar dan dicermin
berinteraksi ↓
dengan orang lain Hargadirirendah
karena cacat pada
wajahnya, klien
tidak mau melihat
wajahnya
dicermin.
DS : Kekerasan fisik
 Klien merasa ↓
malu dengan
kondisi wajahnya Perubahan bentuk tubuh: cacat Isolasi sosial
dan takut menjadi wajah
bahan ↓
pembicaraan Gangguan citra tubuh
orang. ↓
Klien malu dengan kondisinya
DO : ↓
 Klien tidak mau
keluar kamar dan
berinteraksi

16
dengan orang lain Klien tidak mau berinteraksi
karena cacat pada dengan orang lain
wajahnya, klien ↓
tidak mau melihat Isolasi sosial
wajahnya
dicermin.

B. Pohon Masalah

HARGA DIRI RENDAH


GANGGUAN CITRA TUBUH

ISOLASI SOSIAL

III. Diagnosis Keperawatan


A. Gangguan harga diri: harga diri rendah
B. Gangguan citra tubuh
C. Isolasi social:menarik diri

C. Intervensi

17
Diagnosis Perencanaan
keperawata
Tujuan Intervensi Rasional
n
Gangguan Setelah pemberian 1.Beri kesempatan klien 1.Dengan
Citra Tubuh asuhan selama 3 x 24 mengungkapkan mengungkapkan
jam klien menunjukkan perasaannya : perasaannya beban
peningkatan harga diri. A. Bimbing klien klien akan berkurang.
mengungkapka
Kriteria Hasil: n perasaannya 2.Respon menghakimi
-     Klien dapat B. Gunakan dapat merusak
menigkatkan pertanyaan hubungan saling
keterbukaan dan terbuka percaya dan
hubungan saling C. Dengarkan menurunkan harga diri
percaya. ungkapan klien klien
dengan aktif
-     Klien 3.Lingkungan yang
mengidentifikasi 2.Beri respon yang tidak tenang mampu
perubahan citra menghakimi: membantu klien
tubuh. 1. Tidak dalam memfokuskan
menyalahkan pikiran
-     Klien dapat pendapat klien
menilai 2. Menerima 4.Memotivasi klien
kemampuan dan pendapat klien memandang dirinya
aspek positif yang secara positif,
dimilki. 3.Ciptakan lingkungan Penilaian negatif
yang tenang dengan cara semakin menambah
-     Klien dapat mengurangi stimulus rasa tidak percaya diri
menerima realita eksternal yang berlebihan klien
perubahan struktur, dalam interaksi
bebntuk atau fungsi
tubuh. 4.Diskusikan kemampuan

18
dan aspek positif yang
-     Klien dapat dimiliki klien
menyusun cara-
cara menyelasaikan
masalah yang
dihadapi.

-     Klien dapat
melakukan tindakn
pengembalian
intergritas tubuh.

IV. Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan (Individu, Keluarga dan kelompok)

A. Individu

Sp 1 : Bina hubungan saling percaya, identifikasi perasaan pasien, aspek positif, melatih fungsi
tubuh yang masih baik.

Fase Orientasi

Perawat : assalamualaikum, selamat pagi ibu (senyum)

Pasien : waalaikumsalam

Perawat : perkenalkan nama saya perawat sani yang akan merawat ibu disini. Nama ibu
siapa ya bu?

Pasien : nama saya tumijah

Perawat : bagaimana kabar ibu hari ini?

Pasien : alhamdulillah baik sus

19
Perawat : baiklah, apa keluhan yang ibu rasakan hari ini?

Pasien : saya merasa malu dengan diri saya sendiri yang mengalami cacat pada wajah sus

Perawat : baiklah bu, bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang apa yang ibu rasakan
selama ini?

Pasien : iya sus

Fase kerja

Perawat : ibu,(memegang tangan atau pundak pasien). Bagaimana perasaan ibu setelah
mengalami kejadian ini?

Pasien : saya merasa sedih, malu, terkadang saya merasa seperti di kucilkan, terlebih lagi

wajah saya yang cacat seperti ini karena disiram air panas oleh majikan saya.
Saya juga malu untuk berinteraksi dengan orang orang diluar sana, saya takut jika
nanti saya akan dibicarakan oleh banyak orang.

Perawat : lalu, apa yang ibu lakukan ketika perasaan bersalah itu muncul?

Pasien : saya hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini.

Tapi asya tidak bisa membohongi diri saya sendiri, saya berteriak ketika melihat
wajah saya dan mengingat kejadian itu.

Perawat : maaf ibu, sekarang apa yang dapat ibu lakukan dengan keadaan yang sekarang?

Pasien : jujur sus saya ingin melakukan aktivitas seperti biasanya meskipun

keadaan saya seperti ini.

Perawat : baiklah begini bu, sepertinya ibu harus berusaha untuk melatih diri agar ibu tidak
merasa malu lagi.

Pasien : bagaimana caranya sus?

20
Perawat : caranya yaitu dengan berusaha berfikir positif, jika ada orang lain yang
menyinggung mengenai wajah ibu sebaiknya ibu tetaplah bersikap tenang dan
selalu berfikir positif, dengan begitu ibu akan merasa lebih tenang dan tidak malu
untuk berinteraksi dengan orang disekitar ibu lagi.

Pasien : baiklah sus, saya akan mencoba saran dari suster

Fase Terminasi

Perawat : ibu, bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang bincang hari ini?

Pasien : alhamdulillah saya merasa lebih baik dan lega rasanya sus

Perawat : ibu, semoga ibu bisa mencoba saran dari saya agar ibu tidak merasa malu lagi,
baiklah bu saya akan kembali lagi kesini besok dan menanyakan apakah ibu sudah
mencoba saran saya atau belum. Bagaimana, apakah ibu bersedia?

Pasien : ya sus saya bersedia

Perawat : baiklah ibu mau nya jam berapa?

Pasien : jam 10 pagi sus

Perawat : ya ibu, terimakasih dan saya akan kembali lagi besok jam 10 pagi. Baiklah
kalau begitu saya permisi dulu ya bu, assalamualaikum

Pasien : iya sus, waalaikumsalam.

21
Sp 2

1. Memintapasienuntukterbukaperasaannya
2. Melatihkoordinasifungsianggotatubuh
3. Merencanakankegiatan yang dapatdilakukankedepan
4. Mengevaluasiperasaanpasien

Fase Orientasi

Perawat : “Assalamualaikumwr.wb”

“selamatpagibapak/ibu

Pasien : “walaikumsalam”

Perawat : “ bagaimanaibucara yang kemarinkitalatihsudahbapak/ibulakukan?

Pasien : “ sudah saya coba, tapi tetap saja saya merasa tidak berguna sama sekali. Karena

yang bias saya lakukan hanya kegiatan-kegiatan ringan saja. Saya ingat sedih dan
kecewa dengan diri sendiri ketika melihat wajah saya sendiri yang cacat”

Perawat :”baiklah bapak/ibu, sesuai kesepakatan kemarin kita akan berbincang-bincang


dan mengajarkan bagaimana cara untuk kelakukan pekerjaan yang lainnya dan
mengkoordinasikan bagaimana tubuhbapak/ibu yang lain”

Pasien : “ yapak/ibu”

Perawat : “ya” (mengangguk)

Fase Kerja

Perawat : “bagaimanaperasaanbapak/ibusekarangapakahsudahmembaik?

”Pasien :”Alhamdulillah sudah agak membaik, tapi ada yang masih membebandikan
pikiran saya”

Perawat : “ kira-kira apa itu bapak/ibu?”

22
Pasien :”saya masih merasa kurang bias mengontrol perasaan. Apalagi ketika saya

mendengar orang lain membicarakan wajah saya, sulit sekali untuk tetap”

Perawat :“seperti itu ya bapak/ibu . begini bapak /ibu ketika ibu mendengar ada orang yg
membicarakan wajah ibu maka ibu tak perlu menghiraukan, dan tetap berfikir
positif bahwa semua orang memiiki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing.” Bagaimana apa ibu paham dengan pejelasansaya?

Pasien : “baik, akan saya usahakan’’

Perawat : Mulai sekarang bapak/ibu dapat melakukan bisa menerapkan hal ini setiap
mendengarkan ejekan orang ataupun orang orang yang membicara kan masalah
wajah ibu/bapak, ibu?bapak harus percaya diri. Jika sekira nya bapak/ibu sudah
merasa sangat terbebani oleh omongan orang lain maka sebaiknya bapak/ibu
segera membicarakan nya dengan keluarga atau pun orang terdekat bapak/ibu.
Atau mungkin bapak/ibu dapat melakukan kegiatan seperti refreshing (jalan jalan)
agar ibu dapat menghilangkan persepsi ibu untuk mengingat cemoohan orang lain
terhadap bapak/ibu. Kalau begitu apakah bapak/ibu bersedia saya ajak jalan jalan
di sekitar taman ini?

Pasien : mari, saya bersedia. Saya ingin sekali dapat berfikiran positif terhadap orang lain

walaupun mereka memang benar sedang mencemooh wajah saya.

Perawat : alhamdulillah, rencana yang sangat bagus sekali bu (perawat tersenyum). Saya
doakan semoga ibu dapat melaksanakan nya dengan baik ya bu.

Pasien : amiiiiin pak/bu.

Perawat : mari bu (sambil berjalan menuju taman)

23
Fase Terminasi

Perawat : bagaimana perasaan nya bapak/ibu setelah melakukan hal yang saya ajarkan?

Pasien : alhamdulillah, saran yang telah bapak/ibu telah beri kepada saya sudah dapat

saya terapkan terutama untuk lebih percaya diri.

Perawat : bagus sekali, baiklah bapak/ibu apakah bapak/ibu dapat menjelaskan sedikit
tentang yang kita diskusikan tadi?

Pasien : hari ini bapak/ibu menjelaskan kepada saya cara agar saya bisa lebih percaya

diri kepada lingkungan sekitar dan tidak perlu berpikiran buruk terhadap orang
orang yang mencemooh wajah saya. Serta mengajak saya berjalan jalan keliling
taman untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada diri saya.

Perawat : bagus sekali bapak/ibu (tersenyum). Ternyata bapak/ibu sudah memahami


dengan apa yang saya sampaikan. Mungkin pertemuan ini saya akhiri dan saya
doa kan agar bapak/ibu selalu sehat untuk melakukan aktivitas sehari hari ya
pak/bu.

Pasien : amin, terima kasih pak/bu.

Perawat : sama sama, kalau begitu saya permisi pamit dulu ya pak/bu.

Assalamualaikum

Pasien : walaikumsalam wr.wb

24
25
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesehatan Jiwa adalahberbagau karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.Menurut
WHO pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang
yang dapat merasakan kebebasan secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M dan Iskandar.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: Refika Aditama

Purwaningsih, W dan Ina Karlina. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Nuha
Medika

Suliswati, dkk.2005 .Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : EGC


Yusuf, A., Rizky, dkk. 2015 .Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Keperawatan-
Jiwa-Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 13 Januari 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai