Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULLUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

Amanah hidayati 1814401035


Elita 1814401036
Dhea marcjova 1814401037
Suci tri lestari 1814401038
Mutiara okta vianti 1814401039
Elly susanti 1814401040
Eka nur safitri 1814401041
Mustika pirlina 1814401042

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


DIPLOMA III KEPERAWATAN
2019/2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan,sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang “laporan pendahuluan isolasi sosial”.
Pembuatan makalah tentang ini“laporan pendahuluan isolasi sosial”,
dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam mencapai tujuan mata ajar,
sehingga memahami dan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi para
mahasiswa.
Penulisan makalah ini masuuh jauh dari kesempurnaan serta masih peprlu
dikembangkan lebih lanjut lagli sebagaimana mestinya. Oleh karena itu saran dan
kritik yang memmbangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk
perbaikan dan kesempurnaan isi dari makalah ini. Semoga makalah asuhan
keperawatan halusinasi ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna
dalam proses pembelajaran.
Akhir kata sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Bandar Lampung, 22 februari 2020

Penulis

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PASIEN


ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI
A. Masalah Utama

Isolasi social : menarik diri

B. Pengertian Isolasi sosial

Isolasi suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998). Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,1993 dikutip Budi Keliat, 2001).

Isolasi sosial menurut Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono Y (2010)


adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang lain
menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan Menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalanya (Depkes, 2006 dalam Dermawan D dan Rusdi, 2013).

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya (Keliat, 2011)

C. Proses Terjadinya Masalah

Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi


(perkembengan,biologis, dan sosial budaya).faktor presipitasi (sosial budaya dan
psikologis),pe nilaian terhadap stressor,sumber koping,mekanisme koping.
Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada
orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan
ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomuikasi dengan orang lain, leih
menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiata lain terabaikan.

1. predisposisi

a. faktor perkembangan
kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang.setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang
harus dilalui individu dengan sukses,karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat terpenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya .kurangnya
stimulasi,kasih sayang,perhatian dan kehangantan dan oarang tua/pengasuh
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
tidak percaya.

b. faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.kelainan struktur


otak seperti atropi,pembesaran ventrikel,penurunan berat volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizoferenia.

c. faktor sosial budaya

faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain,misalnya anggota keluargan yang tidak
produktif diasingkan orang lain (lingkungan sosialnya).

2. Presipitasi

a. sosial budaya

sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina


hubungan dengan orang lain,misalnya anggota keluarga yang labil yang dirawat
di rumah sakit.

b. psikologis

tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan


individu untuk berhubungan dengan orang lain.intensitas kecemasan yang ekstrim
yang memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi
masalah diyakini akan menimbulankan berbagai masalah gangguan berhubungan
(menarik diri).

D. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada klien pada saat
wawancara biasanya berupa beberapa hal di bawah ini :
a. klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. klien mengatakan hubungan ya g tidak berarti dengan orang lain
d. klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. klien merasa tidak berguna
g. klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observer,antara lain :
a. tidak memiliki teman dekat
b. menarik diri
c. tidak komunikatif
d. tindakan berulang dan tidak bermakna
e. asyik dengan pikirannya sendiri
f. tidak ada kontak mata
g. tampak sedih,apatis,efek kumpul
Isolasi sosial merupakan keadaan subjektif.meskipun demikian,perawat harus
memvalidasi inferensi atau dugaan yang berkonsentrasi pada perasaan
kesendirian karena penyebabnya beragam dan setiap klien menunjukkan
kesendirian mereka dalam cara yang berbeda.menurut carpenito mayet
(2009),karakteristik isolasi sosial terbagi menjadi dua,yaitu karakter utama
(mayor) dan karakter tambahan (minor).
a. Karakter utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter) ini meliputi
mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan: hasrat untuk
melakukan kontak dengan orang lain: memberitahukan adanya rasa
ketidakamanan dalam situasi sosial: dan mendeskripsikan kurangnya
hubungan yang bermakna.
b. Karakter tambahan
1. waktu berjalan lambat
2. ketidakmampuan untuk berkonstrasi dan membuat keputusan.
3. Merasa tidak berguna
4. Menarik diri
5. Sedih ,efek tumpul.
6. Rendahnya kontak mata
7. Diasyikkan oleh fikiran dan kenangan
8. Tampak depresi,cemas atau marah
9. Gagal untuk berinteraksi dengan orang orang dekat

E. Penilaian stressor

Penilaian stressor adalah seseorang terhadap respon yang ditimbulkan akibat


mengalami harga diri rendah salah satunya adalah isolasi sosial. Penilaian
terhadap stressor yang dialami klien dengan isolasi sosial meliputi kognitif
efektif,fiiologis,prilaku dan sosial.

1. kognitif
stuart(2009) yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatat
kejadian stressfull dan reaksi yang ditimbulkan secara
emosional,fisiologis,serta prilaku dan reaksi sosial seseorang yang
ditampilkan akibat kejadian stressfull dalam kehidupan selain memilih pola
kopping yang digunakan.
2. afektif
stuart (2009) respon afektif terkait dengan ekspresi emosi,mood,dan sikap.
Respon afektif yang ditampilkan dipengaruhi oleh ketidakmampuan jangka
panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi
kecendrungan respon terhadap ancaman harga diri klien.
3. fisiologis
stuart (2009) respon fisiologis merupakan respon neurobiologist yang
bertujuan untuk menyiapkan klien dalam mengatasi bahaya.
4. prilaku
adalah hasil dai respon emosional dan fisiologis. respon prilaku isolasi sosial
teridentifikasi 3 prilaku yang maladaftif yaitu sering melamun,tidak mau
bergaul dengan klien lain tidak mau mengemukakan pendapat,mudah
menyerah dan ragu ragu dalam mengambil keputusan atau dalam melakuan
tindakan.

F. Mekanisme koping

individu yang mengalami respon sosial maladaptive menggunakan bergabai


mekanisme dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan
dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik. Koping yang berhubungan
dengan gangguan kepribadian anti sosial antara lain: proyeksi,merendahkan
orang lain.Koping ini berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang :
formasi reaksi,isolasi,idelisasi orang lain dan merendahkan orang lain.

G. Sumber koping

sumber koping merupakan pilihan atau strategi bantuan untuk memutuskan


mengenai apa yang dapat dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Dalam
menghadapi stressor klien dapat menggunakan berbagai sumber koping yang
dimilikinya baik internal ataupun external.

H.MasalahKeperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


NO DATA MASALAH
1. 1. Data Subyektif Isolasi Sosial : menarik diri
Klien mengatakan: saya tidak mampu,
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
2)Data Obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.
2. 1) Data subyektif: Gangguan konsep diri : harga
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak diri rendah
bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik
diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
2)Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ ingin mengakhiri hidup.

I. Pohon Masalah dan Diagnosa Keperawatan


Resiko  perubahan sensori

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan harga diri : harga diri rendah

Tidak efektifnya koping individu; koping defensif

J. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko  perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah

I. Strategi Pelaksanaan tindakan keperawatan (Individu,


Keluarga dan kelompok)
a.Individu
SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
        penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan

        berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,

     dan mengajarkan pasien berkenalan  

1. Fase Orientasi (Perkenalan):


“Assalammu’alaikum ”“Saya mahasiswa poltekkes tanjung karang jurusan
keperawatan d3,ibu biasanya senang di panggil siapa? Saya senang dipanggil
Ibu Her, Saya perawat di Ruang Mawar ini… yang akan merawat Ibu.”“Siapa
nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau
kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman S? Mau dimana kita
bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, S?
Bagaimana kalau 15 menit”

2.Fase Kerja:
(Jika pasien baru)”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat
dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya?”(Jika pasien sudah lama dirawat)”Apa yang
S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S
kenal di ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman
yang S kenal?” “Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang  lain?” ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita
mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai
teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasiendapat menyebutkan
beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah
S belajar bergaul dengan orang lain ?«  Bagus. Bagaimana kalau sekarang  kita
belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho S, untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Bireun,
hobi memasak”“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S.
Coba berkenalan dengan saya!”“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus
sekali”“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

3.FaseTerminasi:
”Bagaimana perasaan S setelah kita  latihan berkenalan?””S tadi sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali””Selanjutnya S dapat
mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga S
lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain.  S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.””Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini  untuk mengajak S
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?””Baiklah,
sampai jumpa. Assalamu’alaikum

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap  (berkenalan


dengan orang pertama -seorang perawat-)

1.Fase Orientasi :
“Assalammualaikum S! ”“Bagaimana perasaan S hari ini?« Sudah dingat-ingat
lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman
dengan Suster ! »« Bagus sekali, S masih ingat. Nah  seperti janji saya, saya
akan mengajak S mencoba berkenalan  dengan teman saya perawat N. Tidak
lama kok, sekitar 10 menit »« Ayo kita temui perawat N disana »

2.Fase Kerja :
( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)« Selamat pagi perawat N,
ini  ingin berkenalan dengan N »« Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat
N seperti yang kita praktekkan kemarin « (pasien mendemontrasikan cara
berkenalan dengan perawat N : memberi salam, menyebutkan nama,
menanyakan nama perawat, dan seterusnya)« Ada lagi yang S ingin tanyakan
kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga perawat N »« Kalau tidak
ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya  jam 1 siang nanti »« Baiklah
perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya  dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan
perawat N untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain)

3.FaseTerminasi:
 “Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N””S tampak
bagus  sekali saat berkenalan tadi” ”Pertahankan terus  apa yang sudah S
lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan
berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba
sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan


orang kedua-seorang pasien)

1.Fase Orientasi:
“Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?”Apakah S bercakap-
cakap dengan perawat N kemarin siang”(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa
lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain”Bagaimana perasaan S setelah
bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang””Bagus sekali S menjadi
senang karena punya teman lagi””Kalau begitu S ingin punya banyak teman
lagi?””Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu
pasien O””seperti biasa kira-kira 10 menit””Mari kita temui dia di ruang makan”

2.Fase Kerja:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )« Selamat pagi , ini ada pasien
saya yang ingin berkenalan. »« Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan
dengannya seperti yang telah S lakukan sebelumnya. » (pasien
mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »« Ada lagi yang S
ingin tanyakan kepada O»« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa
sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi
jam 4 sore nanti »(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)« Baiklah
O, karena S sudah selesai berkenalan, saya  dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain)

3.Fase Terminasi:
 “Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O””Dibandingkan kemarin
pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”  ”pertahankan apa yang
sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O  jam 4 sore
nanti””Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan  berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1
siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap.    Bagaimana S, setuju kan?””Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk
membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya.
Sampai besok.. Assalamu’alaikum”

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL


1. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal
MRS (masukrumahsakit), informan, tanggal pengkajian, No RumahSakit dan
alamatklien.

2. Keluhan utama

Tanyakan pada keluarga/klienhal yang menyebabkan klien dan keluarga


datang kerumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah, dan perkembangan yang dicapai.

3. Faktor predisposisi

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan


jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
criminal. Dan pengkajiannya melipu tipsikologis, biologis, dan social budaya.

4. Aspekfisik/biologis

Hasil pengukurantanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek psikososial

Genogram yang menggambarkan tiga generasi

 Konsepdiri
 Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental

Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isipikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.

7. Kebutuhan persiapan pulang


a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan
kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.

8. Mekanisme koping

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.

9. Masalah psikososial dan lingkungan

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,


pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.

10. Pengetahuan

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.

11. Aspekmedik

Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,


psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

12. Daftar masalah keperawatan


a. Isolasi sosial : menarikdiri
b. Gangguan hubungan sosial :menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah.

13. Analisa data

NO DATA MASALAH
1. 1. Data Subyektif Isolasi Sosial : menarik diri
Klien mengatakan: saya tidak mampu,
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
2)Data Obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.
2. 1) Data subyektif: Gangguan konsep diri : harga
Klien mengatakan: saya tidak mampu, diri rendah
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
2)Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.

14. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut


adalah

1. Gangguanpersepsisosial: Halusinas
2. Isolasisosial: MenarikDiri
3. Resikomencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

15. Rencana Tindakan Keperawatan


N Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
O
1. Tujuan Umum : Setelah 1 x 30 menit SP 1 :
Pasien mampu pertemuan pasien : 1. Bina hubungan
berinteraksi dengan 1. Mampu membina saling percaya
orang lai secara optimal hubungan saling percaya dengan tindakan :
di tandai dengan pasien -  Mengucapkan
Tujuan Khusus: menunjukkan ekspresi salam setiap kali
Pasien mampu : wajah bersahabat, interaksi dengan
1. Membina hubungan memperlihatkan rasa pasien
saling percaya senang, ada kontak mata, - Berkenalan
2. Menyadari penyebab mau berjabat tangan, mau dengan pasien :
isolasi sosial menyebutkan namanya, perkenalakan nama
3. Berkenalan dengan mau menjawab salam, dan nama panggilan
perawat pasien mau duduk yang disukai, serta
berdampingan dengan tanyakan nama dan
perawat, mau nama panggilan
mengutarakan masalah pasien
yang dihadapi - Menanyakan
2. Mampu mengenal perasaaan dan
penyebab isolasi sosial, keluhan pasien saat
keuntungan berhubungan ini
dengan orang lain, dan - Buat kontrak
kerugian tidak asuhan: apa yang
berhubungan akan dilakukan
3. Mampu berkenalan bersama pasien
dengan perawat nerapa lama akan
4.Mampu menyusun dikerjakan, dan
jadwal kegiatan harian dimana tempatnya
berkenalan - Jelaskna bahwa
informasi yang
diperoleh untuk
kepentingan terapi
akan dirahasikan
- Setiap sat
tunjukkan sikap
empati terhadap
pasien
- Penuhi kebutuhan
dasar pasien bila
memungkinkan
2.Bantu pasien
mengenal penyebab
isolasi sesuai
dengan tindakan
sebagai berikut :
- Menanyakan
pendapat pasien
tentang kebiasaan
berinteraksi dengan
orang lain
- Siapa yang satu
rumah dengan
pasien
- Siapa yang dekat
dengan pasien
- Apa sebabnya?
- Siapa yang tidak
dekat dengan
pasien dan apa
sebabnya
- Meanyakan apa
yang menyebabkan
pasien tidak ingin
berinteraksi dengan
orang lain
3.Bantu pasien
mengenal
keuntungan
berhubungan
dengan orang lain
dengan cara
mendiskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka
4. Bantu pasien
mengenal kerugian
tidak berhubungan
dilakukan dengan
cara :
- Mendiskusikan
keruguan bila
pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul
dengan orang lain
- Menjelaskan
pengaruh isolasi
sosial terhdap
kesehatan fisik
pasien
5.Latih dan ajarkan
pasien berkenalan
dengan cara :
- Jelaskan kepada
pasien cara
berinteraksi dengan
orang lain
- Berikan contoh
bcara berinteraksi
dengan perawat
atau tamu :
-  Sebutkan dulu
nama kita dan nama
panggilan asal dan
hobi
-  Menanyakan
nama, nama
panggilan asal dan
hobi
6.Masukan dalam
jadwal harian

2. 4. Berkenalan dengan 2- Setelah interaksi 1 x 30 - Menilai


3 orang dan berbicara menit  pasien : kemampuan dan
sambil melakukan 2 1.      Mampu berinterakasi perkembangan
kegiatan harian dengan orang lain secara pasien
bertahap : berkenalan - Memberikan
dengan 2-3 orang kesempatan dan
2.      Mampu berbicara motivasi klien untuk
sambil melakukan mau melakukan
kegiatan harian (2 interaksi secara
kegiatan) bertahap dan
3.      Mampu interaksi saat
memasukkan dalam melakukan kegiatan
jadwal kegiatan harian

3. 5. Berkenalan denga 4-5 Setelah interaksi 1 x 30 SP 3 :


orang dan berbicara menit pasien : 1. Evaluasi kegiatan
sambil melakukan 2 1. Mampu menyebutkan yang lalu (SP 1 dan
kegiatan harian baru kegiatan yang sudah SP 2). Beri pujian
dilakukan 2.Latih cara
2. Mampu beribteraksi berbicara saat
dengan orang lain secara meakukan kegiatan
bertahap : berkenala harian ( 2 kegiatan
dengan 4-5 orang sambil baru)
berbicara sambil 3.Masukan pada
melakukan 2 kegiatan jadwal kegiatan
(baru) untuk latihan
3.Mampu memasukkan berkenalan 4-5
dalam jadwal kegiatan orang berbicara
harian saat melakukan 4
kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA

Muhith,abdul.”pendidikan keperawatan jiwa(teori dan aplikasi)”.penerbit andi


publisher,Yogyakarta.

Kliet,Budi anna.”model praktik keperawatan professional”.penerbit EGC.Jakarta

Stuart,G.W.(2010).”Buku saku keperawatan jiwa”.edisi 6.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai