DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan,sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang “laporan pendahuluan isolasi sosial”.
Pembuatan makalah tentang ini“laporan pendahuluan isolasi sosial”,
dimaksudkan untuk membantu para mahasiswa dalam mencapai tujuan mata ajar,
sehingga memahami dan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi para
mahasiswa.
Penulisan makalah ini masuuh jauh dari kesempurnaan serta masih peprlu
dikembangkan lebih lanjut lagli sebagaimana mestinya. Oleh karena itu saran dan
kritik yang memmbangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna untuk
perbaikan dan kesempurnaan isi dari makalah ini. Semoga makalah asuhan
keperawatan halusinasi ini mampu memberikan konstribusi positif dan bermakna
dalam proses pembelajaran.
Akhir kata sebagai penulis mengucapkan terimakasih bagi semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
Isolasi suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998). Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,1993 dikutip Budi Keliat, 2001).
1. predisposisi
a. faktor perkembangan
kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama
proses tumbuh kembang.setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang
harus dilalui individu dengan sukses,karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat terpenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya .kurangnya
stimulasi,kasih sayang,perhatian dan kehangantan dan oarang tua/pengasuh
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
tidak percaya.
b. faktor biologis
faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
membina hubungan dengan orang lain,misalnya anggota keluargan yang tidak
produktif diasingkan orang lain (lingkungan sosialnya).
2. Presipitasi
a. sosial budaya
b. psikologis
Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada klien pada saat
wawancara biasanya berupa beberapa hal di bawah ini :
a. klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. klien mengatakan hubungan ya g tidak berarti dengan orang lain
d. klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. klien merasa tidak berguna
g. klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observer,antara lain :
a. tidak memiliki teman dekat
b. menarik diri
c. tidak komunikatif
d. tindakan berulang dan tidak bermakna
e. asyik dengan pikirannya sendiri
f. tidak ada kontak mata
g. tampak sedih,apatis,efek kumpul
Isolasi sosial merupakan keadaan subjektif.meskipun demikian,perawat harus
memvalidasi inferensi atau dugaan yang berkonsentrasi pada perasaan
kesendirian karena penyebabnya beragam dan setiap klien menunjukkan
kesendirian mereka dalam cara yang berbeda.menurut carpenito mayet
(2009),karakteristik isolasi sosial terbagi menjadi dua,yaitu karakter utama
(mayor) dan karakter tambahan (minor).
a. Karakter utama
Karakter yang harus hadir (satu atau lebih karakter) ini meliputi
mengekspresikan perasaan kesendirian atau penolakan: hasrat untuk
melakukan kontak dengan orang lain: memberitahukan adanya rasa
ketidakamanan dalam situasi sosial: dan mendeskripsikan kurangnya
hubungan yang bermakna.
b. Karakter tambahan
1. waktu berjalan lambat
2. ketidakmampuan untuk berkonstrasi dan membuat keputusan.
3. Merasa tidak berguna
4. Menarik diri
5. Sedih ,efek tumpul.
6. Rendahnya kontak mata
7. Diasyikkan oleh fikiran dan kenangan
8. Tampak depresi,cemas atau marah
9. Gagal untuk berinteraksi dengan orang orang dekat
E. Penilaian stressor
1. kognitif
stuart(2009) yang menyatakan bahwa faktor kognitif bertugas mencatat
kejadian stressfull dan reaksi yang ditimbulkan secara
emosional,fisiologis,serta prilaku dan reaksi sosial seseorang yang
ditampilkan akibat kejadian stressfull dalam kehidupan selain memilih pola
kopping yang digunakan.
2. afektif
stuart (2009) respon afektif terkait dengan ekspresi emosi,mood,dan sikap.
Respon afektif yang ditampilkan dipengaruhi oleh ketidakmampuan jangka
panjang terhadap situasi yang membahayakan sehingga mempengaruhi
kecendrungan respon terhadap ancaman harga diri klien.
3. fisiologis
stuart (2009) respon fisiologis merupakan respon neurobiologist yang
bertujuan untuk menyiapkan klien dalam mengatasi bahaya.
4. prilaku
adalah hasil dai respon emosional dan fisiologis. respon prilaku isolasi sosial
teridentifikasi 3 prilaku yang maladaftif yaitu sering melamun,tidak mau
bergaul dengan klien lain tidak mau mengemukakan pendapat,mudah
menyerah dan ragu ragu dalam mengambil keputusan atau dalam melakuan
tindakan.
F. Mekanisme koping
G. Sumber koping
J. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri.
2. Gangguan hubungan sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri
rendah
2.Fase Kerja:
(Jika pasien baru)”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat
dengan S? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya?”(Jika pasien sudah lama dirawat)”Apa yang
S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S
kenal di ruangan ini” “Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman
yang S kenal?” “Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap
dengan pasien yang lain?” ”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita
mempunyai teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai
teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasiendapat menyebutkan
beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah
S belajar bergaul dengan orang lain ?« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita
belajar berkenalan dengan orang lain” “Begini lho S, untuk berkenalan dengan
orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal saya dari Bireun,
hobi memasak”“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari
mana/ Hobinya apa?”“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S.
Coba berkenalan dengan saya!”“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus
sekali”“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan
percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”
3.FaseTerminasi:
”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?””S tadi sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali””Selanjutnya S dapat
mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada. Sehingga S
lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien
lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya.””Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S
berkenalan dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?””Baiklah,
sampai jumpa. Assalamu’alaikum
1.Fase Orientasi :
“Assalammualaikum S! ”“Bagaimana perasaan S hari ini?« Sudah dingat-ingat
lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil bersalaman
dengan Suster ! »« Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya
akan mengajak S mencoba berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak
lama kok, sekitar 10 menit »« Ayo kita temui perawat N disana »
2.Fase Kerja :
( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)« Selamat pagi perawat N,
ini ingin berkenalan dengan N »« Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat
N seperti yang kita praktekkan kemarin « (pasien mendemontrasikan cara
berkenalan dengan perawat N : memberi salam, menyebutkan nama,
menanyakan nama perawat, dan seterusnya)« Ada lagi yang S ingin tanyakan
kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga perawat N »« Kalau tidak
ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »« Baiklah
perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan
perawat N untuk melakukan terminasi dengan S di tempat lain)
3.FaseTerminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N””S tampak
bagus sekali saat berkenalan tadi” ”Pertahankan terus apa yang sudah S
lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan
berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan sebagainya.
Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba
sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”
1.Fase Orientasi:
“Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?”Apakah S bercakap-
cakap dengan perawat N kemarin siang”(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa
lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain”Bagaimana perasaan S setelah
bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang””Bagus sekali S menjadi
senang karena punya teman lagi””Kalau begitu S ingin punya banyak teman
lagi?””Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu
pasien O””seperti biasa kira-kira 10 menit””Mari kita temui dia di ruang makan”
2.Fase Kerja:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )« Selamat pagi , ini ada pasien
saya yang ingin berkenalan. »« Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan
dengannya seperti yang telah S lakukan sebelumnya. » (pasien
mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »« Ada lagi yang S
ingin tanyakan kepada O»« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa
sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi
jam 4 sore nanti »(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)« Baiklah
O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi »(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain)
3.Fase Terminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O””Dibandingkan kemarin
pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan apa yang
sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore
nanti””Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap
dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1
siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana S, setuju kan?””Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk
membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya.
Sampai besok.. Assalamu’alaikum”
2. Keluhan utama
3. Faktor predisposisi
4. Aspekfisik/biologis
Hasil pengukurantanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek psikososial
Konsepdiri
Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien,
afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isipikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan berhitung.
8. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus
internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan
tanggung jawab kepada orang lain.
10. Pengetahuan
11. Aspekmedik
NO DATA MASALAH
1. 1. Data Subyektif Isolasi Sosial : menarik diri
Klien mengatakan: saya tidak mampu,
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
2)Data Obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.
2. 1) Data subyektif: Gangguan konsep diri : harga
Klien mengatakan: saya tidak mampu, diri rendah
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
2)Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.
1. Gangguanpersepsisosial: Halusinas
2. Isolasisosial: MenarikDiri
3. Resikomencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA