Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memasuki area reformasi yang ditandai dengan perubahan-

perubahan yang cepat disegala bidang. Munculnya reformasi total karena

ketimpangan dari hasil pembangunan dibidang kesehatan antar daerah dan antar

golongan, serta derajat kesehatan masih tertinggal di negara tetangga. Ada lima

fenomena formasi bidang kesehatan meliputi perubahan pada bidang dinamika

kependudukan, temuan substansial iptek kesehatan, tantangan global perubahan

lingkungan dan demokrasi disegala bidang (Nursalam, 2012).

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas pelayanan publik yang

bergerak di bidang kesehatan. Undang-Undang tentang Rumah Sakit No 44

Tahun 2009 menyebutkan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalandan gawat darurat.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya dalam

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah pengelolaan dalam

manajemen keperawatan.

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui

anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Gillies, 2009).

1
2

Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional

dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan lima fungsi manajemen,

yaitu perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian.

Kelima fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan memerlukan

ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang

mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan

berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan

perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan

di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan

global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan

secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi

(Nursalam, 2012).

Keperawatan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan dirumah sakit

wajib memberikan layanan perawatan yang prima, efisien, efektif, dan produktif

kepada masyarakat. Perawat merupakan pemberi asuhan keperawatan kepada

pasien serta memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil

langkah – langkah keperawatan dalam kesembuhan pasien dan keselamatan

pasien (patient safety).

Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang

membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu

tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.


3

Organisasi kesehatan dunia dalam WHO for patient safety solutions with

joint commission international (2007) juga telah menjelaskan bahwa sasaran

keselamatan pasien yang perlu tercapai pada sebuah rumah sakit (Adji, 2012)

adalah : (1) ketepatan identifikasi pasien; (2) peningkatan komunikasi yang

efektif; (3) peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai; (4) kepastian

tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi; (5) pengurangan risiko infeksi

terkait pelayanan kesehatan; dan (6)pengurangan risiko pasien jatuh. Untuk

mencapai sasaran keselamatan pasien, manajemen ruangan harus menjalankan

fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal (Tribowo, 2013).

Salah satu sasaran keselamatan pasien adalah tercapainya pengurangan

resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, infeksi adalah invasi tubuh oleh

patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Rumah sakit

merupakan salah satu tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena

mengandung populasi mikroorganisme yang sangat tinggi dengan jenis virulen

yang mungkin telah resisten terhadap antibiotik. Adapun indikator pencegahan

infeksi di suatu rumah sakit adalah salah satunya dengan hand hyigene.

Mencuci tangan sangat penting dilakukan oleh semua tenaga kesehatan

yang terlibat dalam merawat pasien karena cuci tangan merupakan prosedur awal

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan tindakan. Cuci tangan

bertujuan untuk membersihkan tangan dari segala jenis kotoran, mencegah

terjadinya infeksi silang melalui tangan dan mencegah perpindahan transmisi

kuman antar pasien.


4

Standar asuhan keperawatan sangat mempengaruhi terjadinya infeksi di

rumah sakit karena tenaga keperawatan memiliki kemampuan dalam

menjalankan dan mempraktekan teknik aseptik, peralatan dan obat yang sesuai.

Menurut Darmadi (2009) infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan oleh

pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit.

Suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila sebelum dirawat tidak

ditemukan tanda – tanda klinis infeksi namun setelah dirawat muncul tanda –

tanda infeksi dalam waktu 3x 24 jam. Hal ini terkait dengan kontak langsung

dengan pasien, prosedur invasif, terapi yang diberikan dan lamanya perawatan

mempengaruhi terjadinya infeksi.

Menurut WHO (2010) menyatakan bahwa pencegahan infeksi rumah

sakit membutuhkan keterpaduan, pemantauan dan program dari semua tenaga

kesehatan meliputi: dokter, perawat, terapis, apoteker dan lain-lain. Oleh karena

itu sangat penting dilakukan tindakan mencegah infeksi di suatu rumah sakit

karena jika tidak dilakukan tindakan pencegahan infeksi dapat memperpanjang

hari rawat dan menimbulkan efek yang dapat merugikan pasien serta akan

menmbulkan dampak negatif yang akan di terima oleh rumah sakit, hal ini dapat

berupa penurunan mutu rumah sakit, sehingga hal ini akan menyebabkan nilai

promosi rumah sakit akan mengalami penurunan.

Rumah Sakit dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit umum daerah

yang ada di Kota Padang yang memiliki visi dan misi dalam mewujudkan

pelayanan yang prima kepada pasien.Syarat untuk terwujudnya pelayanan prima

salah satunya haruslah didukung oleh fungsi manajemen pelayanan yang baik
5

termasuk manajemen keperawatan. Dengan demikian, dibutuhkan adanya

manajemen keperawatan untuk mencapai pelayanan yang prima pada pasien

karena perawatlah yang lebih lama berinteraksi dengan pasien.

Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih

tinggi sehingga terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien.Hubungan

yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila menerapkan suatu

model asuhan keperawatan yang baik. Dengan demikian, maka pelayanan pasien

menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di

rumah sakit. Asuhan keperawatan yang rendah menyebabkan mutu pelayanan

keperawatan juga menurun dan akhirnya memicu penurunan tingkat keselamatan

pasien di rumah sakit, hal yang demikian akan terus menerus berulang jika tidak

segera diatasi.

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem

dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dan diharapkan dapat

mencegah terjadinya cidera. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi

dan pengelolaan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden;

kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi

untuk mencegah, mengurangi serta meminimalkan risiko (Adji, 2012).

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang sangat dibutuhkan

mengingat saat ini banyak pasien yang dalam penanganannya sangat

memprihatikan, dengan adanya sistem ini diharapkan dapat meminimalisir

kesalahan dalam penanganan pasien baik pada pasien UGD, rawat inap maupun
6

pada pasien poliklinik (PERSI 2006). Komitmen, kompeten dan etis keperawatan

diperlukan untuk menjaga keselamatan pasien (Can, 2012).

Untuk mencapai sasaran keselamatan pasien sebagaimana yang telah

dicanangkan oleh Menteri Kesehatan tersebut, manajemen ruangan harus

menjalankan fungsi manajerial untuk patient safety dengan optimal. Ada 7

langkah yang sudah menjadi standar untuk menuju Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, yaitu : (1)membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien; (2)

memimpin dan mendukung staf; (3) mengintegrasikan aktivitas pengelolaan

risiko; (4) mengembangkan sistem pelaporan; (5) melibatkan dan berkomunikasi

dengan pasien; (6) belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien;

dan (7) mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 8-

13April 2019 di Ruangan Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang

didapatkan bahwa pemilahan sampah masih belum berjalan secara maksimal,

dimana masih banyak sampah medis yang seharusnya masuk dalam sampah

infeksius tetapi malah masuk kedalam tempat sampah non infeksius. Seperti

masih ditemukannya pembuangan masker dan bekas plabot infus pada tempat

sampah non infeksius. Kantong tempat sampah infeksius dan non infeksius

warnya sama, sehingga jika petugas mau membuang sampah infeksius ketika

selesai melakukan tindakan penempatannya tidak tepat.

Saat dilakukan observasi langsung ditemukan 6 orang perawat dan 6

orang keluarga pasien di kelas III laki-laki tidak melakukan cuci tangan 5 momen

dan 6 langkah. Dimana perawat sangat jarang ditemukan cuci tangan ketika
7

berpindah dari satu pasien ke pasien lain dengan alasan hanya tersedia satu

handrub di depan ruangan pasien, dan handrub tempat tidur pasien hanya tersedia

1 dari 4 tempat tidur di ruang isolasi, 3 dari 5 tempatbtidur di kelas II wanita, 3

dari 7 tempat tidur di kelas III wanita, sedangkan handrub di kelas II pria hanya

tersedia 1 dari 5 tempat tidur, dan kelas III pria handrub hanya 1 dari 7 tempat

tidur. Diantara yang tersedia terlihat ada yang kosong sehingga susah untuk di

jangkau ketika ingin melakukan cuci tangan saat berpindah dari satu pasien ke

pasien yang lain. Banyak keluarga pasien yang belum mengerti tentang cara cuci

tangan 5 momen dan 6 langkah, berdasarkan hasil wawancara dengan 4 orang

keluarga di ruang kelas III laki-laki didapatkan sebelum masuk ke ruangan

rawatan mereka tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan 5

momen dan 6 langkah. Hasil wawancara kepada salah satu perawat pelaksana

dikatakan bahwa di ruangan sudah ada penanggung jawab untuk pengelolaan

handrub namun tidak berjalan baik.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal 8 s/d

13April 2019 dengan metode observasi, wawancara dan kuesioner ditemukan dari

6 orang perawat di ruang Interne terdapat 2 orang perawat tidak menggunakan

handscone saat melakukan redressing, 1 orang perawat tidak menggunakan

handscone saat melakukan tindakan pemasangan infuse dan 3 orang perawat tidak

menjelaskan cara mencuci tangan kepada pasien yang baru masuk. Selain itu dari

8 status yang di observasi tidak ditemukan adanya EWS pada status. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terdapat pada ruangan Interne


8

belum optimalnya penerapan metode pelaksanaan orientasi pasien baru masuk,

dan belum ditemukannya EWS pada status pasien.

Berdasarkan data tersebut mahasiswa praktek profesi manajemen

keperawatan bersama tenaga keperawatan di ruangan rawat inap penyakit dalam

tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas untuk dapat mencapai

penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan.

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu mengidentifikasi masalah dan penyelesaian masalah (problem

solving) yang ada di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu :

a. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan di

Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang

b. Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan di

Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr.Rasidin Padang.

c. Mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang

d. Membuat Planning Of Action (POA) bersama perawat ruangan untuk

pemecahan masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.


9

e. Melaksanakan Planning Of Action (POA) yang telah disusun bersama

perawat ruangan dalam pemecahan masalah manajemen pelayanan

keperawatan di Ruangan Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.

f. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sesuai Planning Of Action

(POA) terhadap masalah manajemen pelayanan keperawatan di Ruangan

Rawat Inap Interne RSUD dr. Rasidin Padang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan

1. Pengertian

Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang

artinya seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu

pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan yang

diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang

difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu

keuntungan (Nursalam, 2012).

Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen didefinisikan

sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain,

sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.

Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin,

dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan

asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga,

dan masyarakat.

Pengertian Manajemen Keperawatan menurut Harsey dan Blanchard (1977)

dalam Suyanto (2008), pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan

kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain.

10
11

Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu

pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan

rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang

komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit

maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Asmuji, 2012).

2. Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan

sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional,

sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung.

Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat

dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang

manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah

penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan.

Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-

beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut

George Terry, yaitu :

a. Planning (Perencanaan)

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi,

sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk

mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas

staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai


12

pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan

sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas –

tugasnya.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk

menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi

dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan

Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan

bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan

melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka

miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Controling (Pengawasan, Monitoring)

Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus

pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi

terhadap penyimpangan yang terjadi.

3. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling

berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu

input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik.

a. Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lainberupa

informasi, personel, peralatan dan fasilitas


13

b. Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dantingkat

pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang

mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan.

c. Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output ataukeluaran

yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan

keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian untuk

menindaklanjuti hasil atau keluaran.

d. Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapatdilakukan

melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan

kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.

e. Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan

untukmenyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang.

Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan,

audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja

perawat.

4. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan

Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan

yang efektif sebaiknya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat

pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola

kegiatan keperawatan meliputi :

a. Menetapkan penggunaan proses keperawatan.


14

b. Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan

doagnosa.

c. Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh

perawat .

d. Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.

1) Manajemen Pelayanan Keperawatan

Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang perawatan

yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu :

a) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan)

b) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor)

c) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)

2) Manajemen Asuhan Keperawatan

Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan

proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep

manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian atau evaluasi.

B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

1. Definisi MPKP

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem

(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat

profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan,

yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996).
15

Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan

dalam praktik keperawatan profesional. Pengembangan MPKP merupakan

upaya banyak negara untuk memberdayakan keperawatan dalam layanan

kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang disertai biaya

tinggi dalam layanan kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2006).

Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur

dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat

sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna

Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011).

Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan

Rumondang Panjaitan (2011) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu :

a. Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan

belajar sepanjang hayat untuk menopang praktik ilmu yang bermutu.

b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat

keputusan untuk pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat

Primer. Kepala ruangan rawat berperan sebagai fasilitator atau mentor.

c. Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode

keperawatan primer.

d. Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi,

konsultasi antar tim, dan koferens antar tim serta konferens untuk

penyelesaian konflik.

e. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat

mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat


16

layanannya yang profesional. Penghargaan dapat juga berupa keberadaan

perawat sebagai seorang ahli atau spesialis.

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat

unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan

sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang

diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan.

Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan

keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan

dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam,

2011).

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP

Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model

Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut :

a. Sesuai dengan visi dan misi institusi.

Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keeprawatan harus

didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.

Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan

asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan

keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.

c. Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya.

Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan

efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya


17

suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan

didapat hasil yang sempurna.

d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat.

Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien

terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model

yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang

kepuasan pelanggan.

e. Kepuasan dan kinerja perawat.

Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan

kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan

perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam

pelaksanaannya.

f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim

kesehatan lainnya.

Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab

merupakan dasar pertimbangan penetuan model. Model asuhan

keperawatan diharapkan akan dapat meninkatkan hubungan interpersonal

yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.


18

5. Pilar-Pilar dalam MPKP

Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar

yang digunakan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut :

a. Pilar I : Manajemen Approach (pendekatan manajemen)

Dalam model praktik keperawatan mensyaratkaan pendekatan

manajemen sebagai pilar praktik perawatan professional yang pertama.

Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari :

1) Perencanaan

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990).

Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang

apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana

kegiatan itu dilakukan.

Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP

meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka

pendek ; harian, bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis perencanaan terdiri

dari :

a) Rencana jangka pendek

i. Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala

ruangan kegitannya meliputi : Operan, pre conference dan post

conference, mengecek SDM dan sarana prasarana, melakukan

interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan


19

perhatian khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat

pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat

terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat,

lingkungan yang belum teratasi, mempersiapkan dan

merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam,

dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien.

ii. Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian

ketua tim meliputi: operan, pre conference dan post conference,

penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang

menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat

pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain,

menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai perawat yang dinas.

iii. Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana

harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk

sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan

tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post

conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan,

mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian rencana

harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari perencanaan

harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen

dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim


20

b) Rencana jangka menengah

i. Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan kepala

ruangan meliputi : membuat jadwal dan memimpin case

conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan

kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan

memimpin rapat bulanan perawat, membuat jadwal dan

memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal supervisi dan

penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan

dokumentasi, membuat laporan bulanan.

ii. Rencana Bulanan Ketua Tim. Mempresentasikan kasus dalam

case conference, memimpin pendidikan kesehatan kelompok

keluarga, melakukan supervisi perawat pelaksana.

c) Rencana jangka panjang

Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil

kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana

tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana

kegiatan tahunan mencakup :

i. Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP

baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4

pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan.

ii. Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-

masing tim. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan

yang masih rendah pencapaiannya. Ini bertujuan


21

mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan

meningkatkannya dimasa mendatang.

iii. Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan

jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim

menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan

formal, membuat jadwal untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

2) Pengorganisasian

Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar

alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk

mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan,

menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik

vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai

tujuan organisasi.

Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP

menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan

Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Clinical Care

Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim

bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.


22

Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP (Sitorus, 2006)

Kepala Ruangan CCM

PP1 PP2 PP3

PA PA PA
PAGI
PA PA PA

PA PA PA
SORE
PA

MALA PA PA PA
M
PA

LIBUR/
PA PA PA
CUTI
PA PA PA
9-10 9-10 9-10
pasien pasien pasien

3) Pengarahan

Dalam pengarahan terdapat kegiatan delegasi, supervise,

menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang

mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik.

Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam

rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Istilah lain yang digunakan sebagai padanan pengarahan adalah

pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada


23

akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah

direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).

Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang

mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk

memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus

melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998). Di ruangan MPKP

pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Menciptakan budaya motivasi

2. Manajemen waktu: Rencana Harian

3. Komunikasi efektif melalui kegiatan:

4. Operan antar shift

5. Pre conference tim

6. Post conference tim

7. Manajemen konflik

8. Pendelegasian dan supervisi

4) Pengendalian

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau

pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai pemeriksaan apakah

segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,

instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang

bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat

diperbaiki dan tidak terjadi lagi. Pengontrolan penting dilakukan untuk


24

mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera

direspon dengan cara duduk bersama.

Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau

standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi

keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada

proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil)

yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter.

Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit

dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk

rencana yang akan datang.

b. Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)

Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus pada

proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan

pengembangan staf perawat. Sistem penghargaan menjelaskan

manajemen keperawatan khususnya manajemen SDM keperawatan agar

produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Metode

dalam penyusunan tenaga keperawatan harus teratur, sistematis, rasional,

yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan

yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai kepada

pasien.

Compensatory reward (kompensasi penghargaan) menjelaskan

manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia

(SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah


25

pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan

tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan

yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktik

profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang

perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan

yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan

program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun

tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang

digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang

dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

sesuai yang diharapkan.

c. Pilar III : Professional Relationship (Hubungan Profesional)

Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim

kesehatan) dan penerima pelayanan disebut dengan hubungan profesional

secara eksternal. Sedangkan hubungan professional secara internal yaitu

pada pelaksanaannya terjadi antara perawat dengan perawat, perawat

dengan petugas kesehatan lainnya dan perawat dengan dokter.

d. Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan

Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan

menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu.

Manajemen asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan

keperawatan yang menerapkan proses keperawatan secara holistic dan

dilakukan secara mandiri oleh perawat.


26

3. Komponen-Komponen dalam MPKP

Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan

professional, yaitu : ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan

keperawatan, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan.

a. Ketenagaan Keperawatan

Jumlah tenaga keperawatan disuatu ruang rawat ditetapkan

berdasarkan derajat ketergantungan pasien sesuai dengan Metode

Douglas. Penetapan derajat ketergantungan dilakukan berdasarkan

petunjuk penetapan derajat ketergantungan pasien.

Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam Satu Ruang Rawat


Klasifikasi Pasien
Jumlah
Minimal Parsial Total
Pasien
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan

(Metode Douglas) adalah sebagai berikut :

1) Perawatan Minimal

a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.

b) Makan dan minum dilakukan sendiri.

c) Ambulasi dengan pengawasan.

d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.

e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.


27

2) Perawatan Parsial

a) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.

b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.

c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.

d) Dipasang voley kateter, intake output dicatat.

e) Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan

prosedur.

3) Perawatan Total

a) Semua kebutuhan pasien diabantu.

b) Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam.

c) Makan melalui atau NGT, intravena terapi.

d) Pemakaian suction.

e) Gelisah/disorientasi.

b. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan

Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan

yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan

berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Model

sistem asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah tim,

primer, dan kasus (Nursalam, 2011). Grant dan Massey (1997) dan

Marquis dan Huston (1998) dikutip oleh Nursalam (2011), jenis metode

pemberian asuhan keperawatan telah dijabarkan pada tabel 1.


28

Tabel 1
Jenis Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998)

Metode Deskripsi Penanggung


Jawab
Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Perawat yang
keperawatan. Perawat melaksanakan tugas bertugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal pada
kegiatan yang ada. Metode fungsional tindakan
dilaksanakan oleh perawat dalam tertentu
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia
kedua, pada saat itu karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat, maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi
keperawatan kepada semua pasien di semua
bangsal.
Kasus Berdasarkan pendekatan holistis dari Manajer
filosofi keperawatan. Perawat keperawatan
Bertanggungjawab terhadap asuhan dan
observasi pasien tertentu dengan rasio
pasien : perawat = 1 : 1. Setiap pasien
ditugaskan kepada semua perawat yang
melayani kebutuhannya pada saat dia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode ini umumnya dilakukan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti isolasi atau perawatan intensif.
Tim Enam sampai tujuh perawat profesional dan Ketua tim
perawat pelaksana bekerja sebagai suatu
tim, disupervisi oleh ketua tim. Metode ini
menggunakan tim yang terdiri atas anggota
yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2 –
3 tim yang terdiri dari tenaga profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim
kecil yang saling membantu.
Primer Berdasarkan pada tindakan yang Perawat
komprehensif dan filosofi keperawatan. primer (PP)
Perawat bertanggung jawab terhadap semua
29

aspek asuhan keperawatan dari hasil


pengkajian kondisi pasien untuk
mengkoordinasikan asuhan keperawatan.
Rasio 1 : 4 atau 1 : 5 (perawat : pasien).
Metode penugasan dimana satu orang
perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien
mulai dari pasien masuk hingga keluar
rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara
si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode ini ditandai dengan adanya
S keterkaitan kuat dan terus-menerus antara
perawat dan pasien yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan, dan koordinasi
asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
S

elain itu, ada juga model modifikasi MPKP Tim-Primer yang digunakan

secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000)

dalam Nursalam (2012), penetapan sistem model ini didasarkan pada

beberapa alasan :

1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat

primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1

Keperawatan atau setara.

2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung

jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas

asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat

pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar

adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan

diberikan oleh perawat primer/ketua tim.


30

Tingkatan dan Spesifikasi MPKP menurut Sitorus (2006)


Tingkat Praktik Metode Ketenagaan Dokumentasi Aspek
Keperawata
n Pemberian Penelitian
Askep
Stand renpr
MPKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah ar a
memberika Keperawat
Pemula n an sesuai (masalah
Kebutuh aktual
asuhan Primer an )
keperawata
n .
SKp/Ner
profesional 2. s
tingkat (1:25-30
pemula pasien)
sebagai
CCM.
3. DIII
Keperaw
a
Tan
sebagai
perawat
primer
pemula.
4. SPK/DIII
Keperaw
a
Tan
sebagai
PA.
Stand renpr
MPKP Mampu Modifikasi 1. Jumlah ar a 1. Penelitian
memberika Keperawat aktua
I n an sesuai (masalah l deskriptif
masala
asuhan primer kebutuha dan h oleh PN.
keperawata
n n. risiko) 2. Identifikasi
profesional 2. Ners masalah
31

Spesialis
tingkat I penelitian.
3.
(1:25-30 Pemanfaata
pasien) n hasil
sebagai penelitian.
CCM.
SKp/Ner
3. sPP.
4. sebagai
DIII
Keperaw
a
Tan
sebagai
PA
Manajeme
MPKP Mampu n 1. Jumlah Clinical 1. Penelitian
Memberika Sesu Pathway/stand Eksperime
II n kasus dan ai ar n
oleh
Asuhan modifikasi kebutuha renpra Ners
Keperawata keperawata
n n n. spesialis.
Professiona prime 2.
l r 2. Spesialis Identifikasi
tingkat II Ners (1:1 masalah
PP) penelitian.
3.
sebagai Pemanfaata
CC
M. n hasil.
SKp/Ner
3. s
sebagai
PP.
32

4. DIII
Keperaw
a
Tan
sebagai
PA
Manajeme
MPKP Mampu n 1. Jumlah Clinical 1. Penelitian
Memberika Sesu Pathway/stand eksperime
III n kasus dan ai ar n
Asuhan modifikasi kebutuha renpra lebih
Keperawata keperawata
n n n. banyak.
Professiona prime 2.
l r 2. Doktor Identifikasi
Keperaw
tingkat II a masalah.
tan 3.
klinik Pemanfaata
(konsulta n hasil.
sn).
3. Ners
spesialis
(1:1 PP)
sebagai
CCM.
SKp/Ner
4. s
sebagai
PP.
5. DIII
Keperaw
Atan
sebagai
PA.

c. Proses Keperawatan

Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan

yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara

bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam


33

pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam

pengambilan keputusan adalah :

1) Identifikasi masalah.

2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah.

3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan

melaksanakannya.

4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.

Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada

langkah-langkah proses keperawatan yaitu :

1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic.

2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah

masalah keperawatan.

3) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah.

4) Implementasi rencana, dan

5) Evaluasi hasil tindakan.

d. Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem

pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik,

maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui

secara berkesinambungan.

Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang

pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi


34

berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber

data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian,

sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan

asuhan keperawatan.

Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien.

Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian,

rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan

perkembangan pasien.

Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah

sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima

komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP,

hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan,

pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan

keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan.

C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP

Pada MPKP tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan asuhan

keperawatan dibedakan atas tugas tugas dan tanggung jawab Kepala Ruangan,

Clinical Care Manager (CCM), PP dan PA. (Ratna Sitorus dan Rumondang

Panjaitan, 2011).

1. Kepala Ruangan

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah

perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada


35

MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners dengan

pengalaman. Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi.

Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah :

a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).

b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.

c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan.

d. Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan.

e. Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan

mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan,

anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.

f. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.

g. Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing

siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan,

dengan mengikuti sistem MPKP.

h. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis

dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain Kepala

Ruangan bersama CCM dan PP mengingatkan kembali pasien dan

keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka

di ruangan yang bersangkutan.

i. Mengecek perlengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set

setiap hari.
36

j. Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal

penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku profesional.

k. Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh

Kepala Ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil

PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan Kepala

Ruangan.

l. Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitasyang dibutuhkan

di ruangan.

m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja

semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan

kenaikan pangkat.

n. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk

membahas kebutuhan di ruangan.

o. Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan

keperawatan.

2. Clinical Care Manager (CCM)

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp/Ners

dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners spesialis.

Pada MPKP tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu orang tetapi

disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) sesuai kasus yang ada.CCM

brtugas sesusai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab CCM

adalah :
37

a. Melakukan pembimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP

(ronde keperawatan)

b. Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.

c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.

d. Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian.

e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan

peneltian.

f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.

g. Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi

tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordnasikan, mengarahkan

dan mengevaluasi mahasiswa praktek, dan membahas dan mengevaluasi

tentang penerapan MPKP.

h. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi

masukan untuk perbaikan.

i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang

asuhan keperawatan.

3. Perawat Primer (PP)/Ketua Tim

Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat

dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP

tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKpNers. PP dapat bertugas

pada pagi, sore, atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada

pagi atau sore saja.


38

Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut :

a. Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk

ruangan berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga

tercipta hubungan terapeutik.

b. Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian

yang sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari libur.

c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar

renpra sesuai dengan hasil pengkajian.

d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah

tanggung jawabnya sesuai pasien yang di rawat (pre conference).

e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap

giliran jaga, sesuai kondisi yang ada.

f. Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi

tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.

g. Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA.

h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.

i. Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan

tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA

j. Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaan laboratorium

k. Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat

Pelaksana.

l. Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggung jawabnya.


39

m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan

perkembangan pasien setiap hari.

n. Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari

untuk membahas kondisi keperawatan pasien.

o. Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah

ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan.

p. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

q. Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasin dirawat.

r. Bekerja sama dengan Clinical Care Manager (CCM)

s. Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta

evidence based practice (EBP)

4. Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana

Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya

perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. namun pada beberapa

kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan pada

beberapa MPKP Yang dikembangkan.

Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut :

a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan

kepada PP, bila ada hasil yang belum jelas.

b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai

lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.


40

c. Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format

orientasi pasien dan keluarga jika PL tidak ada di tempat.

d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra.

e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan

mendokumentasikannya pada format yang tersedia.

f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.

g. Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.

h. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.

i. Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yang

perlu diselesaikan.

j. Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,

pengobatan dan tindakan.

k. Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan

PP.

l. Melakukan inventarisasi fasilitas yng terkait dengan timnya.

m. Membantu tim lain yang membutuhkan.

n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang

menjadi tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP.

D. Hand higyne

1. Pengertian

Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari kotoran, mulai dari

ujung jari hingga siku dan lengan atas dengan cara tertentu sesui kebutuhan.
41

Mencuci tangan mencegah terjadinya infeksi silang melalui tangan dan

menjaga kebersihan individual. Adapun variasi mencuci tangan adalah

dengan mencuci tangan bersih dan mencuci tangan steril (Eni Kusyati,2016).

Kesadaran cuci tangan (hand hygiene) pada petugas kesehatan

merupakan perilaku yang mendasar dalam upaya mencegah infeksi silang.

Cuci tangan mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan terjadinya

infeksi nosokomial di rumah sakit dan perawat mempunyai andil besar

karena berinteraksi dengan pasien selama 24 jam(Fauzia, 2014).

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersikan jari-jemari menggunakan air atau pun cairan lainnya oleh

manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai ritual keagamaan,

ataupun tujuan-tujuan lainnya. Antiseptik merupakan bahan kimia untuk

mencegah multiplikasi mikroorganisme pada permukaan tubuh, dengan cara

membunuh mikroorganisme tersebut atau menghambat pertumbuhan dan

aktivitas metaboliknya. Hand sanitizer antiseptik yang sering digunakan

adalah alkohol. Alkohol telah digunakan secara luas sebagai obat antiseptik

kulit karena mempunyai efek menghambat pertumbuhan bakteri.

2. Macam –macan pembersih tangan

1) Pembersihan Tangan dengan cairan Antiseptik (Handrub) adalah

mencuci tangan dengan menggunakan cairan antiseptik yang berbahan

dasar alkohol gel di seluruh permukaan tangan untuk meminimalkan

pertumbuhan mikroorganisme tanpa menggunakan air dan handuk (pada

tangan yang bersih.


42

2) Pembersih Tangan dengan Sabun Antiseptik/cairan/larutan dan air

mengalir (Handwash) adalah mencuci tangan dengan air mengalir

dengan menggunakan sabun/cairan antiseptik yang bertujuan

membersihkan tangan dari transien mikroorganisme di tangan (pada

tangan yang kotor).

3. 5 momen cuci tangan

1) Sebelum kontak dengan pasien

2) Sebelum melakukan tindakan aseptik,

3) Sesudah terpajan dengan cairan tubuh pasien yang berisiko,

4) Sesudah kontak dengan pasien

5) Sesudah kontak dengan area sekitar pasien

4. Prosedur Pembersihan Tangan

a. Sabun dan air (Handwash)

Langkah-langkah :

1) Buka perhiasan yang digunakan, basahi tangan dengan air mengalir

2) Tuangkan sabun ke telapak tangan

3) Ratakan dengan kedua telapak tangan

4) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan

dan sebaliknya

5) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

6) Jari-jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci dan saling

digosokkan
43

7) Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman

tangan kanan dan lakukan sebaliknya

8) Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan

sebaliknya

9) Bilas kedua tangan dengan air mengalir

10) Keringkan kedua tangan dengan tissue sekali pakai

11) Gunakan bekas tissue tersebut untuk menutup kran air

12) Sekarang tangan sudah aman

b. Cairan Antiseptik (Handrub)

Langkah-langkah :

1) Tuangkan larutan antiseptik bebasis alkohol ke telapak tangan

sebanyak 3-5 tetes

2) Gosok kedua telapak tangan hingga merata

3) Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan

dan sebaliknya

4) Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari

5) Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci dan saling

digosokkan

6) Gosok ibu jari kiri dengan gerakan berputar dalam genggaman

tangan kanan dan lakukan sebaliknya

7) Gosok telapak tangan kiri dengan memutar ujung jari-jari kanan dan

sebaliknya

8) Sekarang tangan sudah aman


44

E. Penempatan sampah

1. Pengertian dasar tentang sampah

Sampah adalah merupakan suatu bahan buangan yang mempunyai

potensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun proses-

proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat

mempunyai nilai ekonomi yang negative karena dalam penenganannya baik

untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup

besar.

2. Karakteristik sampah padat medis dirumah sakit

Sampah medis dikelompokkan menurut WHO, 2005 dalam

pembuangan sampah padat medis layanan kesehatan yaitu sebagai berikut :

1) Kelompok A

Yang termasuk kelompok A adalah perban bekas pakai, sisa lap atau

tisu, sisa potongan tubuh manusia dan benda lain yang terkontaminasi

serta semua sisa hewan percobaan yang dilaboratorium yang

memungkinkan dilaksanakan

2) Kelompok B

Yang termasuk kelompok B adalah bekas jarum suntik, bekas pecahan

kaca dan laiinya

3) Kelompok C

Yang termasuk kelompok C adalah sampah dari ruang laboratorium

dan post partum kecuali yang termasuk golongan A


45

4) Kelompok D

Yang termasuk kelompok D ini adalah bahan kimia dan bahan-bahan

farmasi tertentu

5) Kelompok E

Pelapis bed-pan disposable, Urinoir dan lain sebagainya

3. Pengelolaan sampah dirumah sakit

Berdasarkan UU RI NO.18 Tahun 2009 tentangpengelolaan sampah,

pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi sampah.

Berdasarkan sifat dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi :

1) sampah ada mudah membusuk terdiri atas sampah organic seperti sisa

sayuran, sisa daging, daun dll. 2) sampah yang tidak mudah membusuk

seperti plastic, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunandll. 3). Sampah

beruba debu/abu. 4). Sampah berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti

sampah berasal dari industry dan rumah sakit yang mengandung zat-zat

kimia dana gen penyakit yang berbahaya (UU No.18 Tahun 2008).

4. Pemilahan sampah padat dirumah sakit

Sampah yang dihasilkan dari setiap kegiatan rumah sakit perlu dipilah

dalam suatu tempat tertentu dengan cara yang benar, sebab bila pemisahan

sampah medis dan non medis tidak dilakukan dengan benar akan

merupakan tempat bersarangnya serangga terutama lalat dan nyamuk, dan


46

menyebabkan petugas pengelola sampah bekerja lam padat saat sampah

medis diangkut karena pencampuran sampah rumah sakit. Sehingga harus

tersedia empat penampungan sampah yang bentuk ukuran dan lebel atau

lambing jenis sampah yang disesuaikan dengan jenis warna dan banyaknya

sampah yang dihasilkan setiap harinya.


BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM RSUD dr. RASIDIN PADANG

Berdasarkan observasi, kuesioner dan wawancara tanggal 8-12April 2019

didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Kajian Situasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang

1. Visi RSUD dr Rasidin Padang

Terwujudnya pelayanan RS yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan

pasien.

2. Misi RSUD dr Rasidin Padang :

Menyelenggarakan pelayanan yang komprehensif, berkualitas yang

mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan pelayanan

publik.

3. Motto RSUD dr Rasidin Padang :

Kesembuhan anda adalah kebahagiaan kami

4. Filosofi RSUD dr Rasidin Padang

Kami berkeyakinan tidak ada hal yang tidak dapat diperbaiki, pelayanan

yang bermutu tinggi dan memuaskan konsumen akan membuahkan

keberhasilan oleh karena itu hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,

dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

52
53

B. Kajian Situasi di Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin

Padang

1. Karakteristik Ruangan

a. Visi dan Misi Ruang Rawat Penyakit Dalam

Visi dan Misi Ruang Rawat Penyakit Dalam dalam pelaksaanannya

pengorganisasian mengacu ke Visi dan Misi Rumah Sakit dan Bidang

Keperawatan.

b. Visi dan Misi Bidang Keperawatan

1) Visi

a) Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima melalui

proses keperawatam

b) Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu

dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

c) Terpeliharanya hubungan kerja sama yang efektif dengan

semua anggota tim kesehatan

d) Terlaksananya pengembangan sumber daya manusia

keperawatan melalui pendidikan berkelanjutan bagi tenaga

keperawatan baik formal maupun non formal sesuai rencana

pengembangan tenaga keperawatan.

e) Terciptanya iklim yang menunjang proses belajar dalam

kegiatan pendidikan bagi pengembangan tenaga keperawatan.

2) Misi

a) Memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar

pelayanan
54

b) Meningkatkan citra keperawatan melalui penerapan etika

keperawatan dalam memberikan pelayanan prima

c) Menyelenggarakan pelayanan keperawatan prima dan

terjangkau seluruh lapisan masyarakat

d) Menyelenggarakan pelayanan keperawatan prima dan

terjangkau seluruh lapisan masyarakat.

c. Sifat Kekaryawanan Ruangan

1) Fokus Telaah

Di dalam bidang pelayanan fokus telaah ruang rawat penyakit

dalam adalah semua jenis diagnosa medis diantaranya masalah

kasus interne (penyakit dalam) yaitu jantung, paru, neurologim

endokrin, pencernaan.

2) Lingkup Garapan

Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruang rawat penyakit

dalam adalah pemenuhan dasar manusia. Berdasarkan fokus

telaah, maka lingkup garapan ruang rawat penyakit dalam adalah

memberikan pelayanan secara terpadu dari berbagai multidisiplin

ilmu secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan

segala aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan

pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas

hidup yang terjadi akibat masalah atau gangguan fisiologis pada

satu atau berbagai sistem tubuh manusia.


55

3) Basis Intervensi

Basis intervensi ruang rawat inap anak merupakan salah satu

bagian dari pelayanan yang mengutamakan pelayanan yang

nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga

memerlukan pelayanan yang profesional.

4) Model Layanan

Model layanan keperawatan yang diterapkan di ruang rawat

penyakit dalam RSUD dr. Rasidin Padang adalah dengan

menggunakan metode tim. Tim dalam ruangan ini dibagi menjadi

2 yaitu Tim A (Pasien Perempuan) dan tim B (Pasien Laki-laki).

Tim diketuai oleh seorang ketua yim yang telah dipilih oleh kepala

ruangan. Pada dinas sore dan malam memiliki satu penanggung

jawab saja.

Alur overan dimulai di nurse station untuk melaporkan setiap

pasien yang menjadi tanggug jawab PP, setelah overan di nurse

station perawat melakukan overan ke kamar atau bed pasien untuk

menanyakan keluhan kemudian menyampaikan pergantian shift

dinas serta memperkenalkan penanggung jawab pada pasien

tersebut, setelah selesai overan ke setiap bed pasien kemudian

seluruh perawat kembali ke nurse station untuk mendiskusikan

tentang pasien yang dilihat pada saat overan. Setelah overan

berakhir dilanjutkan dengan pre confrence yang dilakukan oleh

KATIM dan PP dalam tim masing-masing dimana dilakukan

penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil


56

evaluasi dan kondisi klien yang dilaporkan oleh perawat yang

bertugas sebelumnya. Namun pre conference dan post coference

jarang dilakukan oleh perawat karena keterbatasan waktu.

5) Letak Ruangan

Letak ruang rawat penyakit dalam berada di samping Irna Bedah

dan Instalasi Gizi RSUD dr. Rasidin Padang dengan rincian

sebagai berikut :

1) Disebelah Timur terdapat lahan kosong

2) Disebelah Selatan terdapat ruang Bedah/Kebidanan

3) Disebelah Utara terdapat ruang Gizi

4) Disebelah Barat terdapat IGD

6) Kapasitas Ruangan

Ruang rawat penyakit dalam mempunyai ruangan untuk pasien

yaitu :

Tabel 2.1
Jumlah Ruangan Rawat dan Bed Pasien di Ruang Rawat
Penyakit Dalam

No. Ruang TIM A TIM B Jumlah


1. Kelas 1 4 - 4
2. Kelas 2 5 5 10
3 Kelas 3 7 7 14
4 Isolasi - 4 4
Jumlah 32

Berdasarkan tabel diatas terdapat jumlah bed yang ada di ruang

rawat penyakit dalam berjumlah 32 bed pasien.


57

2. Analisis terhadap Klien

a. Karakteristik Klien

Karakteristik klien di ruang rawat penyakit dalam RSUD Dr.

Rasidin Padang terdiri atas berbagai jenis diagnosa medis 10 penyakit

terbanyak diantaranya bronkopneumonia, PPOK, diabetes millitus,

demam berdarah (DHF), hipertensi, CHF, Gastritis, Typoid, Anemia,

dan tuberkulosis paru (TB). Dari berbagai masalah ini pasien dapat

diberikan pelayanan keperawatan yang professional, bermutu, dan

unggulan di Kota Padang sesuai dengan visi ruang rawat penyakit

dalam.

b. Tingkat ketergantungan

Tingkat ketergantungan klien diruang rawat penyakit dalam untuk

6 hari rawatan pada tanggal 8-13 April 2019, dari 138 pasien terdapat

5 pasien dengan minimal care, 128 pasien dengan parsial care, dan 5

total care.

3. Sumber Daya/ Kekuatan Kerja

a. Manusia/ketenagaan

Jumlah tenaga keperawatan diruang rawat penyakit dalam adalah 17

orang, terdiri dari Ners 5 orang, D III Keperawatan 11 orang, S1

keperawatan 1 orang. Masa kerja 70% > 10-15 tahun.


58

ketenagaan
ners
5
s1
11 1
DIII

Masa Kerja

20% 10% < 5 th


> 5 s.d 10 th
> 10 s.d 15 th
70%

b. Non manusia

1) Metode

Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang rawat

inappenyakit dalamadalah metode tim, yaitu kepala ruangan akan

memilih ketua tim (tim A dan Tim B), jika katim berhalangan

hadir katim tersebut menunjuk salah satu perawat pelaksana untuk

menggantikan dirinya. Kepala ruangan memilih perawat pelaksana

untuk bertugas pada masing-masing tim kemudian katim dan

perawat pelaksana berkolaborasi dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien.


59

2) Money

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan

perawat pelaksana semua keuangan diruangan dikelola

sepenuhnya oleh administrasi rumah sakit. Sehingga kebutuhan

pengembangan ruangan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan

serta permintaan kebutuhan pasien yang sebelumnya diajukan oleh

ruangan kepada pihak rumah sakit.

3) Machine

Hasil observasi diruang rawat inap penyakit dalam diperoleh

data bahwa terdapat fasilitas penunjang seperti troli 3 buah (yaitu

troli injeksi 2 buah, 1 troli tempat EKG), dan terdapat 2 tempat

obat-obat oral dan obat injeksi pasien, kulkas, TV, dispenser yang

mendukung kualitas pelayanan optimal. Rumah sakit telah

memberikan beberapa fasilitas penunjang yang berkaitan dengan

perkembangan teknologi misalnya dengan mengadakan peralatan-

peralatan medis yang canggih seperti USG, rontgen, labolatorium

yang merupakan fasilitas penunjang rumah sakit.

4. Lingkungan Kerja

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan ruang rawat penyakit dalam memiliki jendela dan

pencahayaan yang baik, terdapat ventilasi. Ruangan rawat penyakit

dalam memiliki jara sekitar 50 meter dari ruangan lain, sehingga rung

interne jauh dari kebisisngan dari ruang lain. Lingkungan sekitar

ruangan lumayan rapi, blangko askep yang teletak pada tempatnya


60

yaitu lemaridan benda-benda yang lain yang rusak dan tidak terpakai

diletakkan digudang dan ruangan.

b. Lingkungn Non Fisik

Lingkungan non fisik di ruangan rawat penyakit dalam dilihat

dari sirkulasi udaranya sudah optimal.

5. Kajian Indikator Mutu Ruangan

a. BOR (Bed Occupancy Rate = persentase tingkat penggunaan tempat

tidur pada satuan waktu tertentu)

Menurut Depkes RI (2013), Berdasarkan teori nilai parameter

BOR yang ideal adalah antara 60-85%. Indikator ini memberikan

gambaran tentang tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur di

rumah sakit.

Berdasarkan data yang didapatkan dari rekam medis ruang rawat

penyakit dalam pada 3 bulan terakhir yaitu :

Tabel 2.2
Data Rekam Medis Penyakit Dalam 3 Bulan Terakhir

Bulan Jumlah Pasien Jumlah Hari Rawat


Januari 2019 121 725
Februari 2019 111 676
Maret 2019 103 554

Rumus :

(Jumlah hari rawatan di rumah sakit)


x 100%
(Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu periode)

Berdasarkan data diatas didapatkan BOR di ruang penyakit dalam

3 bulan terakhir yaitu Januari 2019 sebanyak 77%, Februari 2019

sebanyak 71%, dan Maret 2019 sebanyak 68%.


61

b. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Depkes RI (2007) adalah rata-rata lama rawat

seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran

tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,

apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang

perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang

ideal antara 6-9 hari (Depkes 2010).

Rumus :

(Jumlah lama dirawat)

(Jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Berdasarkan data ALOS pada 3 bulan terakhir yaitu pada bulan

Januari 2019 sebanyak 7 hari, Februari 2019 sebanyak 5 hari, dan

Maret 2019 sebanyak 6 hari.

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2008) adalah rata-rata hari dimana tempat

tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator

ini memberikan gambaran tingkat efesiensi penggunaan tempat tidur.

Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :

((Jumlah tempat tidur x Periode) – Hari rawatan)

(Jumlah pasien keluar (hidup + mati))

Berdasarkan dari rekam medis didapatkan TOI diruangan interne

pada 3 bulan terakhir yaitu Januari 2019 sebesar 2 hari, Februari 2019

sebesar 4 hari, dan Maret sebesar 2 hari.


62

d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Depkes RI (2008) adalah frekuensi pemakaian

tempat tidur pada satu periode, beberapa kali tempat tidur dipakai

dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu

tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)

Jumlah tempat tidur

Berdasarkan data dari rekam medis didapatkan BTO di ruangan

interne sebanyak 3 bulan terakhir yaitu Januari 2019 sebanyak 4 kali,

Februari 20191-2 kali, dan Maret 2019 sebanyak 2-3 kali.

6. Analisis Pelaksanaan Fungsi-Fungsi Manajemen

a. Perencanaan

1) Visi dan Misi

Berdasarkan hasil observasi tanggal 8april 2019 didapatkan

adanya visi dan misi rumah sakit di ruangan penyakit dalam juga

memiliki visi dan misi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan

didapatkan penyusunan visi dan misi rumah sakit telah

melibatkan unsur setiap tenaga kesehatan dari berbagai unit,

demikian juga visi misi bidang keperawatan. Kepala ruangan

mengatakan untuk visi dan misi rumah sakit sudah ada dan untuk

visi dan misi ruangan juga sudah ada yang mengacu pada visi dan

misis rumah sakit.


63

Hasil kuesionerdidapatkan 100% perawat pelaksana

menyatakan ruangan memiliki visi dan misi.

Analisis :-

2) Kebijakan organisasi ruangan

Jajaran manajerial ruangan memiliki akses secara langsung

dengan kepala ruangan, setiap kebijakan kepala ruangan yang

diturunkan sudah melingkupi permasalahan dan aspek yang

memperhatikan kepentingan keperawatan.

Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 8-12Aprili 2019

kebijakan organisasi sudah berjalan dengan sebagaimana

mestinya terlihat dari setiap pertukaran shift dinas dilakukan

pembagian tugas.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa setiap staff

sudah mempunyai uraian tugas yang jelas dan tertulis bagi setiap

tenaga keperawatan. Batas dan wewenang tanggung jawab

perawat cukup jelas, metode yang digunakan dalam pemberian

asuhan keperawatan adalah metode tim.

Hasil penyebaran kuesioner didapatkan 100% perawat

melaksanakan metode penugasan dalam ruangan di rumah sakit

sebagaimana mestinya. 100% perawat melakukan pembagian

tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.

Analisis : -
64

3) Perencanaan Strategis Organisasi

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan tanggal 8

April 2019 didapatkan kepala ruangan terlibat dalam perencanaan

strategis ruangan dan juga melibatkan secara langsung perawat

pelaksana, termasuk pertemuan bulanan yang sudah

terjadwal.Setiap kepala ruangan sudah memiliki rencana tahunan.

Dari hasil observasi terdapat rencana strategis ruangan yaitu

rencana bulanan dan tahunan dari kepala ruangan.

Analisis : -

b. Pengorganisasian

1) Struktur Organisasi

Dari hasil observasi di ruang rawat penyakit dalam terdapat

struktur organisasi yang sudah terpajang, hanya saja untuk

struktur pembagian tugas setiap harinya ditulis di buku agenda

tulis, dan wawancara dengan kepala ruangan mengatakan struktur

ruangan sudah dibagi dan sudah terpajang.

Dari hasil kuesioner didapatkan 100% perawat menjawab

ruangan memiliki struktur organisasi, 100% perawat menjawab

petugas sudah mempunyai uraian tugas dan kewenangan, 100%

perawat menjawab metode penugasan dalam ruangaan di rumah

sakit dapat terlaksana sebagaimana mestinya.

Analisis : -

2) Pengorganisasian Perawatan Pasien


65

RSUD dr. Rasidin Padang di ruang rawat penyakit dalam

belum menerapkan metode asuhan keperawatan yang optimal.

Metode yang digunakan saat ini adalah metode tim. Hasil

observasi yang dilakukan pada tanggal 8-12April 2019 di ruangan

penyakit dalam terdiri dari 1 kepala ruangan dan 2 ketua tim.

Metode pemberian asuhan keperawatan menggunakan metode

tim hanya untuk dinas pagi. Untuk dinas sore dan malam hanya

mengangkat penanggung jawab masing-masing tim, hal ini

disebabkan situasi dan kondisi dimana kurangnya ketenagaan

untuk dijadikan metode tim saat sore dan malam hari.

Hasil wawancara dengan perawat mengatakan metode yang

digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan adalah metode

tim dan fungsional, kepala ruangan mengatakan tidak ada

dilakukan pengembangan MPKP. Sementara itu hasil kuesioner

didapatkan 100% perawat menggunakan metode tim diruangan

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, 100%

perawat menjawab pembagian tugas perawat sesuai dengan

tingkat ketergantungan pasien (minimal, parsial, dan total care).

Analisis : Belum optimalnyametode penugasan asuhan

keperawatan diruangan.

3) Ketenagaan (Staffing)

Dari hasil wawancara dengan kepala ruang didapatkan data

bahwa perhitungan tenaga keperawatan di ruang rawat Penyakit

Dalam berdasarkan jumlah kunjungan pasien.


66

Tabel 2.2
Klasifikasi dan Tingkat Ketergantungan Pasien Menurut Douglas
Klasifikasi Klien
Minimal Parsial Total
No. Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,144 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60

Tabel 2.3
Jumlah Tenaga Perawat Berdasarkan Tingkat Ketergantungan
Tanggal 8-12April 2019

Tingkat
Jumlah
ketergantuangan Pagi Siang Malam
pasien
pasien
Minimal 5 5 x 0,17= 0,85 5 x 0,14 = 0,7 5 x 0,07 = 0,35
Parsial 128 128 x 0,27= 34,56 128 x 0,15 = 19,2 128 x 0,10 = 12,8
Total 5 5 x 0,36 = 1,8 5 x 0,30 = 1,5 5 x 0,20 = 1
Jumlah 138 37,21= 37 21,4= 21 14,15=14
Perawat yang ada 37 21 14

Selanjutnya untuk mengembangan karir staf, jenjang

pendidikan tinggi, staf diberikan kesempatan mengikuti seminar

atau pelatihan keperawatan (PPGD, BTCLS, BHD) dan jika ingin

menambah pendidikan dengan biaya sendiri maka perawat harus

melapor ke SDM dulu melalui kepala ruangan.

Hasil kuesioner didapatkan 80% perawat menjawab bahwa

beban kerja perawat bertambah berat dengan tingkat

ketergantungan pasien diruangan.

Analisis : -

c. Pengarahan

a) Kegiatan Supervisi
67

Berdasarkan hasil kuesioner bahwa 60% perawat mengatakan

telah dilakukan supervisi di ruangan, 70% ada pengarahan

supervisi dan bimbingan supervisi, dan 80% perawat mengatakan

tahu manfaat supervisi. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana didapatkan bahwa

pernah dilakukan supervisi ruangan. Dari hasil wawancara dengan

kepala ruangan mengatakan supervisi dilakukan 1 kali sebulan

kepada semua perawat dalam jadwal yang tidak ditentukan.

Analisa : -

b) Kegiatan overan dan pre confrence

Dari hasil observasi didapatkan prosedur overan selama ini

telah dilakukan pada setiap pergantian shift. Dari hasil wawancara

timbang terima dilakukan 3 shift yaitu pagi ke sore jam 14.00,

sore ke malam jam 21.00, malam kepagi jam 08.00. dengan

melibatkan karu, katim, perawat pelaksana. Saat overan, tim

membahas tentang keadaan pasien diantaranya nama, dokter yang

menjaga, keluhan, tindakan yang dilakukan selanjutnya, dan pada

saat datang ke pasien, perawat belum sepenuhnya menggunakan

komunikasi SBAR.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pre

confrence tidak bisa dilaksanakan karena jadwal visit dokter yang

terlalu pagi dan pelaksanaan apel pagi setiap hari.

Dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 70% perawat

menyatakan tidak ada dilakukan pre confrence, 80% perawat


68

mengatakan tidak semua perawat megikuti pre dan post

congfrence setiap hari, dan 70% perawat mengatakan karu ada

memberikan pengarahan kepada katim dan perawat pelaksana saat

pre confrence.

Analisis : Belum optimalnya pelaksanaan pre confrence

c) Kegiatan Ronde Keperawatan

Hasil observasi tidak adanya dilakukan ronde keperawatan

yang dilakukan oleh perawat pada tanggal 8-11April 2019 dan

wawancara dengan perawat ruangan dan ketua tim ada melakukan

ronde keperawatan di ruangan penyakit dalam RSUD dr. Rasidin

Padang. Hasil kuisioner didapatkan 100% perawat menjawab ada

melakukan ronde keperawatan di ruangan. Hasil wawancara yang

dilakukan dengan kepala ruangan mengatakan sudah ada

dilakukan ronde. Ronde diadakan setiap bulan namun waktunya

belum terjadwal yang dilakukan oleh bidang keperawatan, karu

dan perawat yang sedang dinas pada hari itu.

Analisis : -

d) Kolaborasi dan koordinasi

Hasil wawancara dengan kepala ruangan menyatakan

koordinasi dilakukan dalam bentuk rapat bulanan yaitu pada

pertengahan bulan kemudian adanya sosialisasi ilmiah yang telah

didapatkan kepada ruangan, kepala ruangan langsung

memberitahu perawat di ruangan. Dalam acara ini dapat


69

didiskusikan masalah-masalah yang terjadi diruangan dan

informasi baru terkait peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

Analisis :-

e) Motivasi Kerja Perawat

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa

motivasi selalu diberikan dalam hal peningkatan kinerja kepada

perawat pelaksana. Penilaian penampilan kerja mempengaruhi

motivasi dari atasan dalam bekerja. Dari hasil observari diruangan

didapatkan data bahwa motivasi perawat cukup baik yang terlihat

dari kehadiran perawat datang tepat waktu sesuai dengan jadwal

yang sudah ditetapkan.

Analisis :-

d. Pengendalian

1) Program Pengendalian Mutu

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa

program pengendalian mutu yaitu adanya mutu rumah sakit, mutu

individu dan mutu ruangan. Kepala ruangan mengatakan bahwa

mutu tersebut sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan tugas

dan peran yang diberikan.

Analisis : -

2) Pengembangan Standar (SOP dan SAK)

Berdasarkan hasil observasi bahwa SOP dan SAK sudah ada

diruangan masing-masing, namun dalam aplikasinya perawat


70

belum sepenuhnya melakukan tindakan sesuai dengan SAK dan

SOP.

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan untuk

pembuatan standar asuhan keperawatan dilakukan dengan jalan

rapat dengan kepala ruangan dan disosialisaikan kepada perawat

ruangan melalui rapat bulanan yaitu pada pertengahan bulan.

Namun hal ini belum dilaksanakan secara optimal.

Hasil kuesioner didapatkan 80% perawat pelaksana

menyatakan memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan SOP

dan SAK.

Analisis :-

3) Manajemen Keselamatan Pasien

1. Identifikasi Pasien

Dari hasil observasi yang dilakukan kelompok tanggal 8-13

April 2019 didapatkan data bahwa 2 dari 3 perawat tidak

melakukan identifikasi pasien seperti menanyakan nama dan

tanggal lahir kemudian menyesuaikannya dengan gelang pasien.

Sedangkan untuk ketepatan identitas pasien sebelum memberikan

obat, darah, atau produk darah dan sebelum pemberian tindakan

atau prosedur tindakan perawat harus melakukan identifikasi

pasien terlebih dahulu.

Hasil wawancara dengan perawat ruangan didapatkan

informasi bahwa selama pemantauan oleh kepala ruangan perawat

pelaksana telah melaksanakan identifikasi pasien. Namun diluar


71

pengawasan Karu masih ada perawat pelaksana yang tidak

melaksanakan identifikasi pasien secara benar.

Hasil kuesioner didapatkan 80% perawat sudah menerapkan

identifikasi pasien dengan benar.

Analisis: -

2. Hand Hygiene

Berdasarkan hasil observasi tanggal 8-13 April 2019, terlihat

adanya SOP prosedur cuci tangan dengan 6 langkah serta 5

momen cuci tangan yang sudah tertempel di dinding dekat

ruangan pasien. Selain itu juga sudah tersedianya hand rub didekat

pintu ruangan masing-masing pasien, serta tersedianya hand wash

yang berada di dekat wastafel.

Saat dilakukan observasi langsung masih ditemukan bahwa

perawat dan keluarga tidak melakukan cuci tangan dalam 5

momen. 5 Moment Cuci Tangan, sebelum kontak dengan pasien

masih ada ditemukan perawat yang tidak melakukan cuci tangan.

Sebelum melakukan tindakan aseptic perawat telah melakukan

cuci tangan. Setelah terkena cairan pasien perawat telah

melakukan cuci tangan seperti saat terkena darah pasieni. Setelah

kontak dengan pasien tidak semua perawat yang melakukan cuci

tangan. Setelah terpapar dengan lingkungan pasien hanya sebagian

perawat yang melakukan cuci tangan setelah terpapar dengan

lingkungan pasien.
72

Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat

ruangan bahwa perawat ruangan telah diberikan sosialisasi dari

PPI RSUD dr. Rasidin Padang mengenai hand hygiene 5 moment.

Hasil wawancara dengan 4 dari 5 pasien dan keluarga pasien

mengatakan tidak mengetahui 5 momen dan 6 langkah cuci tangan

karena tidak pernah diedukasi oleh perawat.

Hasil kuesioner didapatkan 100% perawat sudah

melaksanakan 6 langkah cuci tangan, 100% perawat mengetahui 5

momen cuci tangan, 40% perawat tidak mencuci tangan sebelum

kontak dengan pasien, 70% perawat tidak mencuci tangan

sebelum melakukan tindakan aseptik, 100% perawat melakukan

cuci tangan setelah terkena cairan tubuh pasien, 10% perawat

tidak mencuci tangan setelah kontak dengan pasien, 30% perawat

tidak mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien,

dan 80% perawat tidak memberikan edukasi kepada pasien dan

keluarga saat pertama kali pasien di rawat.

Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian

pengendalian infeksi yang tidak terlepas dari peran masing-masing

pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pimpinan rumah sakit

beserta staf administrasi, staf medis, dan non medis, serta para

penanggung jasa rumah sakit misalnya pasien dan pengunjung

pasien (Nursalam 2011).

Kewaspadaan universal diterapkan dipelayanan kesehatan

bertujuan untuk mengendalikan infeksi secara konsisten serta


73

mencegah penularan bagi petugas kesehatan dan pasien.

Kewaspadaan universal yang dimaksud yaitu penularan infeksi

melalui darah, penggunaan sarung tangan, dan mencuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan. Studi menunjukan

bahwa kepatuhan pada penerapan kewaspadaan standar diantara

petugas kesehatan untuk menghindari paparan mikroorganisme

masih rendah (Mehta, 2010). Kepatuhan perawat dalam

menerapkan kewaspadaan universal dalam asuhan keperawatan

dirumah sakit mencerminkan kinerja perawat.

Analisis :Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan

3. Pembilahan Sampah Infeksius dan Non Infeksius

Dari hasil observasi tanggal 8-12 April 2019,, belum terlihat

adanya SOP prosedur manajemen pembuangan limbah infeksius,

non infeksius dan Benda Tajam. Persediaan tempat sampah

infeksius, non infeksius dan benda tajam sudah tersedia di ruang

tindakan perawat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 3 orang perawat

ruangan didapatkan perawat ruangan mengatakan bahwa mereka

telah diberikan sosialisasi dari PPI RSUD dr. Rasidin Padang

mengenai manajemen pengolahan limbah medis.

Hasil kuesioner didapatkan 70% perawat membuang

handscoon ke tong sampah infeksius, 70% perawat membuang

masker ke tong sampah infeksius, 100% perawat membuang

jarum suntik bekas ke safety box, 70% perawat membuang


74

alkohol swab ke tong sampah non infeksius 100% perawat

membuang kantong kresek ke tong sampah non infeksius, 100%

perawat membuang botol infus ke tong sampah non infeksius,

100% perawat membuang giving set ke tong sampah infeksius,

100% perawat membuang kantong darah ke tong sampah

infeksius, 100% perawat membuang sisa makanan ke tong sampah

non infeksius, 100% perawat membuang pempers pasien ke tong

sampah non infeksius, 50% perawat membuang kasa bekas ke

tong sampah non infeksius, 80% perawat membuang plester bekas

ke tong sampah infeksius,, 100% perawat membuang tissue pasien

ke tong sampah non infeksius, dan 100% perawat membuang

kantong NGT ke tong sampah infeksius.

Menurut Nursalam (2011), kewaspadaan universal yaitu

tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan

didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat

berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun

petugas kesehatan. Unsur kewaspadaan universal meliputi

tindakan mencuci tangan, alat pelindung diri (APD), pengelolaan

alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum

suntik, bekas botol ampul, dan sebagainya), dekontaminasi,

sterilisasi, desifeksi, dan pengelolaan limbah (Nursalam 2011).

Analisis : Belum optimalnya penerapan pembilahan sampah

infeksius dan non infeksius


BAB IV
ANALISA SWOT DAN PERENCANAAN

A. ANALISA SWOT

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Masalah


Kekuatan/Strenght Kelemahan/Weakness Kesempatan/Opportunity Ancaman/Threatened
Melakukan tindakan keperawatan Adanya perawat yang  Adanya institusi
tidak sesuai dengan Standard  Adanya perawat yang melakukan tindakan tidak STIKes
Operating Produre (SOP) melakukan tindakan yang sesuai dengan SOP seperti  Adanya
Mercubaktijaya
tidak menggunakan tuntutan yang
sesuai dengan SOP Padang yang
handscone saat tindakan
Lengkapnya sarana untuk invasif lebih tinggi
menggunakan lahan
melakukan tindakan sesuai dari
sebagai tempat
dengan SOP seperti masyarakat
handscone, masker. praktek manajemen
terhadap
keperawatan
pelayanan
 Adanya motivasi
keperawatan
dari kepala ruangan
yang
kepada perawat
professional
untuk meerapkan
terutama
pemberian tindakan
dalam

77
keperawatan sesuai tindakan
dengan SOP keperawatan
RSUD Dr.Rasidin Adanya UU
Padang padang perlindungan
merupakan rumah konsumen (UU
sakit daerah No 8 Tahun 1999)
yang
menyebabkan
konsumen lebih
kritis dan berani
dalam menangani
pelayanan
kesehatan

78
79

Pelaksanaan pre dan post


conference Belum optimalnya
- Hasil kuesioner didapatkan bahwa - 70% perawat menyatakan tidak - Adanya SOP pre dan - Belum adanya pelaksanaan pre
30% perawat menyatakan ada ada dilakukan pre post post conference kesempatan dalam dan post
dilakukan pre post conference di conference di ruangan pelaksanaan pre dan conference
ruangan - 80% perawat menyatakan tidak post conference
- 70% perawat menyatakan semua perawat mengikuti pre - Adanya rumah sakit
menggunakan komunikasi SBAR dan post confrence menggunakan SOP
- 70% perawat menyatakan karu - 30% perawat menyatakan tidak yang baku
memberikan pengarahan kepada menggunakan komunikasi SBAR
katim dan perawat pelaksana - 30% perawat menyatakan karu
- Sudah menerapkan pre dan post tidak memberikan pengarahan
conference tetapi belum optimal kepada katim dan perawat
serta belum menerapkan sistem pelaksana
SBAR - Berdasarkan hasil observasi dari
tanggal 8-12 april 2019 tidak
tampak pelaksanaan pre dan post
conference di ruangan
- Dari hasil wawancara didapatkan
3 dari 5 perawat pelaksana
mengatakan belum terlaksananya
pre dan post conference
dikarnakan keterbtasan waktu
- Dari hasil wawancara dengan
80

karu didapatkan data adanya


jadwal visite dokter yang terlalu
pagi dan pelaksanaan apel pagi
setiap hari sehinga kegiatan pre
conference di ruangan rawat inap
interne tidak terlaksana
Penerapan pasien safety untuk
risiko infeksi Belum optimalnya
- Hasil kuesioner didapatkan bahwa - 10% perawat tidak mengetahui - Adanya standar - Adanya RS yang penerapan
100% perawat mengetahui tentang golongan risiko infeksi penerapan risiko menggunakan SOP keamanan risiko
risiko infeksi - 40% perawat tidak mengetahui infeksi penerapan pasien infeksi
- 90% perawat mengetahui golongan perbedaan risiko infeksi safety untuk
risiko infeksi - 40% perawat tidak mengetahui kewaspadaan risiko
- 60% perawat mengetahui perbedaan setiap depo farmasi, ruang rawat, infeksi
perlakuan risiko infeksi poliklnik harus memiliki daftar
- 100% perawat mengetahui double risiko infeksi
check metoda untuk menurunkan - 50% perawat tidak mengetahui
kesalahan terkait risiko infeksi setiap tenaga harus mengetahui
- 60% perawat mengetahui setiap penanganan khusus untuk risiko
depo farmasi, ruang rawat, infeksi
poliklinik harus memiliki daftar - 90% perawat belum menerapkan
risiko infeksi risiko infeksi
- 50% perawat mengetahui setiap - Hasil observasi tanggal 8-13
tenaga harus mengetahui April 2019 didapatkan 80%
81

penanganan khusus untuk risiko perawat tidak melakukan risiko


infeksi infeksi
- Hasil wawancara dengan
perawat pelaksana didapatkan
risko infeksi
Hand hygiene Belum optimalnya
- Hasil observasi didapatkan 60% - Hasil observasi didapatkan 40% - Tersedianya sarana - Tuntutan pelayanan pelaksanaan hand
perawat sudah melaksanakan 6 perawat belum melaksanakan 6 dan prasarana yang dari pasien yang hygine di ruangan
langkah cuci tangan langkah cuci tangan memadai tinggi untuk
- 50% perawat sudah melakukan 5 - Hasil observasi didapatkan 50% Handcrubs mendapatkan
momen cuci tangan perawat belum melakukan 5 pelayanan kesehatan
- Hasil observasi didapatkan 60% momen cuci tangan optimal.
perawat melakukan hand hygine - Hasil observasi didapatkan 40% - Adanya daya saing
saat sebelum kontak dengan pasien. perawat tidak mencuci tangan dari rumah sakit
- Hasil observasi didapatkan 30% sebelum kontak dengan pasien lainnya yang
perawat telah melakukan cuci - 70% perawat tidak mencuci memberikan
tangan sebelum melakukan tindakan tangan sebelum melakukan pelayanan kesehatan
aseptif. tindakan aseptik. yang berkualitas.
- Hasil observasi didapatkan 100% - 30% perawat tidak mencuci - Terjadinya infeksi
perawat melakukan cuci tangan tangan setelah kontak dengan silang
setelah terkena cairan tubuh pasien. pasien.
- Hasil kuesioner didapatkan 70% - 30% perawat tidak mencuci
perawat menyatakan melakukan tangan setelah kontak dengan
cuci tangan setelah kontak dengan lingkungan pasien
82

pasien. - Hasil kuesioner didapatkan 80%


- Hasil kuesioner didapatkan hasil perawat tidak memberikan
70% perawat menyatakan telah edukasi kepada pasien dan
melakukan cuci tangan setelah keluarga saat pertama kali pasien
kontak dengan lingkungan pasien di rawat
- Hasil kuesioner didapatkan 20% - Hasil wawancara kepada 4 orang
perawat memberikan edukasi pasien dan keluarga mengatakan
kepada pasien dan keluarga saat mereka tidak ada diajarkan oleh
pertama kali pasien di rawat perawat cara cuci tangan saat
- Tersedia handrub di troli tindakan pertama kali dirawat.
- Hasil wawancara dengan 3 orang - Tidak semua handrub terisi di
perawat ruangan bahwa perawat tempat tidur pasien
ruangan telah diberikan sosialisasi - Tidak tersedia wastapel untuk
dari PPI RSUD dr. Rasidin Padang cuci tangan di setiap ruangan
mengenai hand hygiene 5 moment. pasien
- Hasil wawancara dengan 2 orang - Tidak tersedia sabun anti septik
dari 10 orang perawat mengatakan di setiap ruangan, hanya tersedia
telah mengajarkan cara cuci tangan handrub di depan kamar pasien
kepada pasien dan keluarga saat
pertama kali pasien dirawat.

Pemilahan Sampah Infeksius dan


83

Non infeksius
- Hasil kuesioner didapatkan 50% - Hasil kuesioner didapatkan 50% - Rumah sakit sudah - Tuntutan layanan Belum optimalnya
perawat mengetahui pemilahan perawat tidak mengetahui menyediakan kesehatan dari pelaksanaan
sampah infeksius dan non infeksus pemilahan sampah infeksius dan tempat sampah masyarakat yang pembilahan
- Hasil observasi 70% perawat non infeksus infeksius dan terlalu tinggi terutama sampah infeksius
membuang handscoon ke tong - 30% membuang handscoon ke noninfeksius berkaitan dengan dan non infeksius
sampah infeksius tong sampah non infeksius keselamatan pasien.
- 70% perawat membuang masker ke - 30% membuang masker ke tong - Adanya tuntutan dari
tong sampah infeksius, sampah non infeksius RS pencegahan
- 100% perawat membuang jarum - 30% perawat membuang alkohol infeksi nosokomial.
suntik bekas ke safety box swab ke tong sampah infeksius
- 70% perawat membuang alkohol - 50% membuang kasa bekas ke
swab ke tong sampah non infeksius tong sampah infeksius
- 100% perawat membuang kantong - 25% perawat membuang plester
kresek ke tong sampah non bekas ke tong sampah non
infeksius infeksius
- 100% perawat membuang botol - Hasil observasi tanggal 8-12
infus ke tong sampah non infeksius. April belum terlihat adanya SOP
- 100% perawat membuang giving prosedur manajemen
set ke tong sampah infeksius. pembuangan limbah infeksius,
- 100% perawat membuang kantong non infeksius dan Benda Tajam
darah ke tong sampah infeksius. - Tidak ada beda warna kantong
- 100% perawat membuang sisa infeksius dan non infeksius
makanan ke tong sampah non
84

infeksius
- 100% perawat membuang pempers
pasien ke tong sampah non
infeksius
- 50% perawat membuang kasa bekas
ke tong sampah non infeksius
- 80% perawat membuang plester
bekas ke tong sampah infeksius,
- 100% perawat membuang tissue
pasien ke tong sampah non
infeksius
- Berdasarkan hasil wawancara
dengan 3 orang perawat ruangan
mengatakan mereka telah diberikan
sosialisasi dari PPI RSUD dr.
Rasidin Padang mengenai
manajemen pengolahan limbah
medis.
- Persediaan tempat sampah
infeksius, non infeksius dan benda
tajam sudah tersedia di ruang
tindakan perawat.
85

B. DAFTAR MASALAH

NO. MASALAH
1. Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien baru
2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference
3. Belum optimalnya penerapan risiko jatuh
4. Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan
5. Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius
86

C. PRIORITAS MASALAH
Penentuan urutan masalah yang menjadi prioritas dilakukan
perhitungan dengan pembobotan pada setiap masalah yang ditemukan.
Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan dengan pembobotan yang
memperhatikan aspek sebagai berikut:
1. Magnitude (M)
Kecendrungan dan seringnya kejadian masalah
2. Severity (S)
Besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Manageable (Mn)
Bisa dipecahkan
4. Nursing Consern (Nc)
Melibatkan perhatihan dan pertimbangan perawat
5. Affordability (Af)
Ketersediaan sumber daya
Aspek-aspek diatas dapat diukur dengan cara
1. Magnitude/Prevalensi masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih
banyak ditemukan (prevalensi tinggi)
2. Saverity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang
ditimbulkan suatu masalah lebih serius
3. Manageable/Biasa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada di yakini
dapat dipecahkan (menentukan jalan keluar)
4. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan
selalu melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat
5. Affordability/ keterbatasan sumber daya yaitu adanya sumber daya
yang mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu masalah
Dengan rentang nilai1-5 yaitu : 5 = sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup
penting, 2 = kurang penting, dan 1 = sangat kurang penting. Dimana yang
terjadi prioritas adalah masalah dengan nilai/skor paling besar. Skor akhir
dirumuskan dengan cara M x S x Mn x Nc x Af
87

PRIORITAS MASALAH dengan PSBN


Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan
Di Ruang Interne RSUD Rasidin Padang Tahun 2019

No. Masalah M S Mn Nc Af Skor Masalah Prioritas


1. Belum optimalnya penerapan identifikasi pasien 4 4 3 3 3 432 4
baru diruangan
2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post 3 3 4 3 3 324 5
conference
3. Belum optimalnya penerapan risiko jatuh 4 3 4 4 3 576 3
4. Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di 5 4 3 4 5 1200 1
ruangan
5. Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah 5 4 3 4 4 960 2
infeksius dan non infeksius

Hasil pembobotan ini adalah hasil sementara yang akan disepakati saat presentasi awal bersama pihak rumah sakit. Metode
pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan skor yang paling besar dan atas dssasar pertimbangan waktu,
keterbatasan sumber daya dan kewenangan, maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah :
1. Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan
2. Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius
3. Belum optimalnya penerapan risiko infeksi
4. Belum optimalnya penerapan identitas pasien baru
5. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference
88

D. PLANNING OF ACTION (POA)


Masalah 1 : Belum optimalnya pelaksanaan hand hygine di ruangan
Kegiatan Waktu Sasaran Penanggung Jawab Tempat Indikator
Hand hygiene Rabu/10 April a. PP Abdul Aziz, S. Kep Ruang Menerapkan
1. Melakukan sosialisasi atau 2019 b. Pasien Jonevan prasetya Kencana, Rawat cuci tangan 6
penyegaran kembali tentang hand dan S. Kep Penyakit langkah
hygine keluarga Dalam dengan 5
2. Mensosialisasikan cara mencuci RSUD moment yang
tangan 6 benar dan 5 moment cuci Rasidin benar
tangan dengan penyediaan leaflet Padang
sebagai media edukasi perawat
kepada pasien dan keluarga
3. Mempraktekkan hand hygine yang
efektif
4. Menilai pengetahuan dan
kemampuan pasien dan keluarga
dalam melakukan hand hygine.
89

Masalah 2 : Belum optimalnya pelaksanaan pemilahan sampah infeksius dan non infeksius
Kegiatan Waktu Sasaran Penanggung Jawab Tempat Indikator
Pemilahan sampah infeksius dan Rabu/10 April a. PP Sarda Devi Syareza, S. Ruang Rawat Adanya
non infeksius 2019 b. CS Kep Penyakit pemilihan
1. Mensosialisasikan pembilahan c. Keluarga Zera Inoriani, S. Kep Dalam RSUD sampah
sampah infeksius dan non Pasien Rasidin infeksius dan
infeksius dengan penyedian Padang non infeksius
tempat sampah diruang secara
perdampingan
2. Menerapkan pengelolahan sampah
3. Menyediakan tempat sampah
khusus botol
4. Menilai pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam
menerapkan pengelolahan sampah

Masalah 3 : Belum optimalnya penerapan risiko infeksi


Kegiatan Waktu Sasaran Penanggung Jawab Tempat Indikator
Peningkatan risiko infeksi Rabu/10 a. Ka-Ru Puja Lorenza, S. Kep Ruang Menerapkan tempat
1. Melakukan pembersihan pembukaan April b. Ka-Tim Akrinaldo, S.Kep Rawat dan lingkungan agar
lingkungan agar tidak terjadi risiko 2019 Penyakit terhindar risiko
infeksi Dalam infeksi
2. Memodifikasi agar tidak terjadi risiko RSUD
infeksi Rasidin
3. Memisahkan yang terkait dengan risiko Padang
infeksi
90

Masalah 4 : Belum optimalnya penerapan EWS


Kegiatan Waktu Sasaran Penanggung Jawab Tempat Indikator
Pelaksanaan discharge planing yang Senin/10 a. Ka-Ru Puja Lorenza, S. Kep Ruang  Terlaksanany
efektif April 2019 b. Ka-Tim Fici Elza Putra, S. Rawat a ews pada
1. Memberikan edukasi kepada Kep Penyakit pasien
perawat mengenai EWS Dalam
2. Berbagi ilmu terkait dengan EWS RSUD dr.
Rasidin
Padang
91

Masalah 5 : Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference


Kegiatan Waktu Sasaran Penanggung Jawab Tempat Indikator
Pre dan post conference 21-25  Ka-Ru Kepala ruangan ,CI, Ruang Menerapkan
1. Melakukan sosialisasi pre Februari 2019  Ka-Tim pembimbing Rawat terlaksananya pre
confrence di ruangan  PP akademik dan Penyakit conference
2. Pengadaan format pre confrence mahasiswa STIKes Dalam
dan post confrence yang baku MERCUBAKTIJAY RSUD
diruangan sesuai dengan standar A Padang Rasidin
keperawatan Padang
3. Membuat jadwal pre confrence dan
post confrence diruangan
4. Merencanakan membuat laporan
pre dan post confrence
5. Melakukan role play pre dan post
confrence diruangan

Anda mungkin juga menyukai