PENDAHULUAN
negara baik secara pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kesehatan dan
membuat sebuah acuan di dalam rumah sakit agar pelayan di dalam rumah sakit
bisa berkualitas sesuai yang diharapkan pasien tetapi masih berpegang pada kode
etik profesi dan medis. Perkembangan teknologi yang cepat, ketat mengharuskan
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanannya yang akan menjadi inti di
oleh tenaga medis salah satunya adalah perawat. Perawat merupakan salah satu
bagian yang memberikan pelayanan kepada pasien dan juga memiliki waktu
sakit memiliki bagian - bagian tertentu untuk saling berinteraksi dan korelasi yang
langsung dengan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit sebagian besar di
tentukan oleh perawat tanpa mengabaikan tenaga kerja lainnya (Adinda, 2019).
Keselamatan merupakan hal yang penting bagi pasien, untuk itu perlu
1
2
pelayanan kesehatan dan juga mengurangi risiko cedera pasien dikarenakan jatuh
(KARS, 2020).
mengenai mengurangi risiko infeksi. Infeksi atau yang biasa disebut sebagai
infeksi nosokomial (INOS), merupakan salah satu parameter dalam rumah sakit.
Seperti yang di jelaskan di dalam KMK No. 129 tahun 2008, mengenai kejadian
infeksi nosokomial tidak lebih dari 1,5%, jika lebih maka menurut PMK NO. 56
tahun 2014 rumah sakit minimal akan dicabut untuk izin operasionalnya.
memiliki gejala ini yang dapat mempengaruhi kesehatan ratusan juta pasien di
seluruh dunia setiap tahunnya (Syahwal, 2019). Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang terjadi ketika seseorang sedang berada di rumah sakit dan menjalani sebuah
perawatan, tetapi infeksi nosokomial ini bukan hanya terjadi pada pasien bisa
terjadi pada setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit (Bimrew, 2022).
nosokomial yang ada di rumah sakit mecapai 1,4 juta lebih yang terjadi pada
3
pasien rawat inap di seluruh dunia terkena infeksi nosokomial . Penelitian ini
timur tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat). Dengan hasil survey infeksi
nosokomial di tahun 2016, Eropa sebanyak 4-4,5 juta pasien, Amerika Serikat
kurang lebih 1,7 juta pasien, denga pravelensi 4,5% untuk 99.000 kematian.
Rumah sakit Umum Pendidikan adanya hasil 6-16% angka infeksi nosokomial
dengan rata-rata 9% dimana angka ini cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan di
Rumah Sakit di DKI Jakarta dinyatakan bahwa pasien rawat inap sebanyak 9,8%
Jenis – jenis infeksi nosokomial ini terjadi salah satunya karena kurangnya
perawat dalam melakukan five moments hygiene. Cuci tangan adalah salah satu
cara yang efektif untuk meminimalisir rantai transmisi dari infeksi, sehingga nilai
penularan infeksi nosokomial akan menurun di rumah sakit. Pada dasarnya hal ini
perlu diperatikan oleh managemen rumah sakit termasuk dokter, perawat, bidan,
Salah satu hal yang bisa dilak untuk mengurangi infeksi nosokomial
adalah dengan Hand hygiene. WHO di tahun 2009 memaparkan mengenai global
Patient Safety a World Alliance for Safer Health Caredengan Save Lives Clean
You Hands, ini adalah inovasi dari sebuah rencana penerapan hand hygiene untuk
semua tenaga kesehatan, dimana dengan adanya five moments hand hygiene yaitu
bersih/steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi, setelah
4
kesehatan anak BLU RSUP Prof Dr RD Kandou Manado didapatkan hasil bahwa
perilaku cuci tangan dalam kategori baik sebanyak 16,7%, perilaku cuci tangan
kurang baik sebesar 24,4% dan perilaku cuci tangan buruk dengan hasil paling
banyak yaitu 59%. Hal ini disebabkan oleh 3 hal yaitu faktor predisposisi yang
Patteda, 2013).
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan, World
clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand
hygiene, yaitu untuk petugas kesehatan dengan my five moment for hygiene, yaitu
prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,
Five Moment Hand Hygiene merupakan salah satu faktor penting dalam
melaksanakan five moment for hand hygiene karena perawat berinteraksi langsung
dengan pasien selama 24 jam. Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing
Melakukan hand hygiene ini merupakan salah satu hal yang penting dan
jika tidak dilakukan akan menimbulkan resiko terhadap pasien seperti akan
lain pada saat ia pergi dari rumah sakit, untuk perawat akan menjadi (carier)
pembawa kuman yang akan menularkan ke diri sendiri atau orang lain, untuk
rumah sakit, akan menurunkan mutu pelayanan rumah sakit yang dapat
mengakibatkan pembekuan izin operasional rumah sakit. Untuk menjaga hal ini
maka semuanya perlu untuk meningkatkan mutu rumah sakit (Syahwal, 2019).
perawat belum dilakukan dengan baik, adanya hasil bahwa perawat tidak
melakukan cuci tangan pada moment pertama sebesar 52%, moment kedua 50%,
moment ketiga 75%, moment keempat 69% dan moment kelima sebanyak 78%
(Pratama et al., 2015). Penelitian yang di lakukan juga di rumah sakit RSUP
Sanglah Denpasar departemen intensive care unit (ICU) Barat dengan jumlah
responden 40 orang dengan jumlah 36 orang (90,0%) cukup patuh dan 4 orang
Menurut Dwi (2015) hasil dari penelitian penerapan five moments for
Surabaya belum tepat dan patuh melakukan kegiatan hand hygiene dikarenakan
belum dapat dikatakan tepat karena masih banyak langkah-langkah yang belum
hand hygiene masih belum dapat dikatakan patuh karena hanya satu momen yang
dilakukan dengan tepat dengan persentase 100% yaitu momen sesudah kontak
hand hygiene dalam penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang lain.
Observasi pada salah satu rumah sakit di Thailand menunjukkan bahwa tingkat
kepatuhan petugas kesehatan terkait kegiatan hand hygiene masih di bawah 50%.
Hal yang sama ditunjukkan oleh observasi di salah satu rumah sakit di Kota
Bandung, yaitu tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam kegiatan hand hygiene
hanya 48.3%.
pelaksanaan supervisi kepala ruang terhadap five moment for hand hygiene
perawat pelaksana semua dalam kategori baik (94, 0%). Persentase pelaksanaan
supervisi kepala ruang dalam kategori baik terdiri dari teknik perencanaan (95,
2%), pengarahan (98, 8%), bimbingan (96, 4%), motivasi (95, 2%) dan evaluasi
(94, 0%), namun kategori kurang baik pada teknik observasi (88, 1%).
moment for hand hygiene perawat pelaksana, karena pemantauan secara langsung
kepatuhan hand hygiene perawat. Supervisi kepala ruang merupakan bagian yang
7
sebagian besar sudah menjalankan dengan baik. Didukung pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Ponco (2016) yang menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi
klinis akan meningkatkan pelaksanaan cuci tangan lima momen sebuah Rumah
Sakit.
perawat yang masih kurang patuh dalam pelaksanaanya selama seminggu pertama
pertama hanya 61, 6%, moment kedua 5%, moment ketiga 5%, moment keempat
15% dan moment kelima 80% saja yang patuh selama pelayanannya.
mengenai hand hygiene dalam five moments pada kesempatan ini penulis tertarik
Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dibagi menjadi tujuan umum
andung.
andung.
1) Observasi
9
perawat yang melakukan five moments hand hygiene pada saat sedang bekerja di
2) Studi Dokumentasi
Manfaat dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat berguna
Penulisan ini berguna bagi rumah sakit untuk dapat lebih meningkatkan
kinerja dan mutu pelayanannya dalam patient safety. Juga sebagai bahan
pasien.
3) Bagi Peneliti
Sistematika penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dibagi menjadi lima bagian,
di antaranya adalah:
Bab II : Tinjauan teoritis, meliputi teori-teori ilmiah yang relevan dengan konsep
konsep dasar cuci tangan dengan konsep hand hygiene yang tepat.
Bab III : Metodologi Karya Ilmiah Akhir, berisi pembahasan meliputi desain
pengambilan data.