Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan fasilitas kesehatan umum yang disediakan oleh

negara baik secara pemerintah maupun swasta untuk meningkatkan kesehatan dan

kesehjatraan masyarakat. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

rumah sakit memiliki peran yang penting. Konseptual pelayanan kesehatan

membuat sebuah acuan di dalam rumah sakit agar pelayan di dalam rumah sakit

bisa berkualitas sesuai yang diharapkan pasien tetapi masih berpegang pada kode

etik profesi dan medis. Perkembangan teknologi yang cepat, ketat mengharuskan

rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanannya yang akan menjadi inti di

dalam sebuah lembaga (Mahfudhoh & Muslimin, 2020).

Dalam Rumah Sakit terdapat berbagai macam pelayanan yang diberikan

oleh tenaga medis salah satunya adalah perawat. Perawat merupakan salah satu

bagian yang memberikan pelayanan kepada pasien dan juga memiliki waktu

terbanyak bersama pasien, yang dapat mengakibatkan kelelahan kerja. Rumah

sakit memiliki bagian - bagian tertentu untuk saling berinteraksi dan korelasi yang

kuat. Dikarenakan perawat adalah sumber daya manusia yang berhadapan

langsung dengan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit sebagian besar di

tentukan oleh perawat tanpa mengabaikan tenaga kerja lainnya (Adinda, 2019).

Keselamatan merupakan hal yang penting bagi pasien, untuk itu perlu

adanya pelayanan kesehatan yang bermutu agar keselamatan pasien dapat

dipertahankan. Adanya upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi

1
2

terjadinya kejadian-kejadian di rumah sakit. pemerintah melakukan upaya dengan

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dengan enam Indikator sasaran

Keselamatan Pasien (IPSG) yaitu, mengidentifikasi pasien dengan benar,

meningkatkan keamanan obat dengan kewaspadaan tinggi, meningkatkan

komunikasi efektif, prosedur dan pembedahan dengan benar pada pasien,

memastikan lokasi dan mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan

pelayanan kesehatan dan juga mengurangi risiko cedera pasien dikarenakan jatuh

(KARS, 2020).

Di dalam Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (IPSG), adanya hal

mengenai mengurangi risiko infeksi. Infeksi atau yang biasa disebut sebagai

infeksi nosokomial (INOS), merupakan salah satu parameter dalam rumah sakit.

Seperti yang di jelaskan di dalam KMK No. 129 tahun 2008, mengenai kejadian

infeksi nosokomial tidak lebih dari 1,5%, jika lebih maka menurut PMK NO. 56

tahun 2014 rumah sakit minimal akan dicabut untuk izin operasionalnya.

Infeksi nosokomial merupakan kejadian yang terjadi di pelayanan

kesehatan setelah pasien dirawat 2x 24 jam, sebelum dirawat pasien tidak

memiliki gejala ini yang dapat mempengaruhi kesehatan ratusan juta pasien di

seluruh dunia setiap tahunnya (Syahwal, 2019). Infeksi nosokomial adalah infeksi

yang terjadi ketika seseorang sedang berada di rumah sakit dan menjalani sebuah

perawatan, tetapi infeksi nosokomial ini bukan hanya terjadi pada pasien bisa

terjadi pada setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit (Bimrew, 2022).

Menurut perhitungan WHO pada tahun 2016, mengenai infeksi

nosokomial yang ada di rumah sakit mecapai 1,4 juta lebih yang terjadi pada
3

pasien rawat inap di seluruh dunia terkena infeksi nosokomial . Penelitian ini

dilakukan di 55 rumah sakit dari 14 negara dengan 4 kawasan kawasan (Eropa,

timur tengah, Asia Tenggara dan Pasifik Barat). Dengan hasil survey infeksi

nosokomial di tahun 2016, Eropa sebanyak 4-4,5 juta pasien, Amerika Serikat

kurang lebih 1,7 juta pasien, denga pravelensi 4,5% untuk 99.000 kematian.

Penelitian yang di lakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2013 ke 10

Rumah sakit Umum Pendidikan adanya hasil 6-16% angka infeksi nosokomial

dengan rata-rata 9% dimana angka ini cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan di

Rumah Sakit di DKI Jakarta dinyatakan bahwa pasien rawat inap sebanyak 9,8%

terkena infeksi nosokomial (Riani & Syafriani, 2019).

Jenis – jenis infeksi nosokomial ini terjadi salah satunya karena kurangnya

perawat dalam melakukan five moments hygiene. Cuci tangan adalah salah satu

cara yang efektif untuk meminimalisir rantai transmisi dari infeksi, sehingga nilai

penularan infeksi nosokomial akan menurun di rumah sakit. Pada dasarnya hal ini

perlu diperatikan oleh managemen rumah sakit termasuk dokter, perawat, bidan,

dan tenaga kesehatan lainnya (Wulandari, 2017).

Salah satu hal yang bisa dilak untuk mengurangi infeksi nosokomial

adalah dengan Hand hygiene. WHO di tahun 2009 memaparkan mengenai global

Patient Safety a World Alliance for Safer Health Caredengan Save Lives Clean

You Hands, ini adalah inovasi dari sebuah rencana penerapan hand hygiene untuk

semua tenaga kesehatan, dimana dengan adanya five moments hand hygiene yaitu

cuci tangan: sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur

bersih/steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien resiko tinggi, setelah
4

bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien

akan mengurangi resiko infeksi nosokomial (WHO, 2009b).

Penelitian yang dilakukan terhadap petugas kesehatan di bagian ilmu

kesehatan anak BLU RSUP Prof Dr RD Kandou Manado didapatkan hasil bahwa

perilaku cuci tangan dalam kategori baik sebanyak 16,7%, perilaku cuci tangan

kurang baik sebesar 24,4% dan perilaku cuci tangan buruk dengan hasil paling

banyak yaitu 59%. Hal ini disebabkan oleh 3 hal yaitu faktor predisposisi yang

meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai (Rabani &

Patteda, 2013).

Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan, World

Health Organization (WHO) mencetuskan global patient safety challage dengan

clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand

hygiene, yaitu untuk petugas kesehatan dengan my five moment for hygiene, yaitu

melakukan cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan

prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien,

setellah bersentuhan atau kontak dengan pasien, setelah bersentuhan dengan

lingkungan sekitar pasien (Edisyah, 2017).

Five Moment Hand Hygiene merupakan salah satu faktor penting dalam

melaksanakan pencegahan terjadinya infeksi di rumah sakit dan perawat harus

melaksanakan five moment for hand hygiene karena perawat berinteraksi langsung

dengan pasien selama 24 jam. Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing

(pengarahan), yang berperan untuk mempertahankan segala kegiatan yang telah

diprogramkan untuk dilaksanakan dengan baik (Viona, 2018).


5

Melakukan hand hygiene ini merupakan salah satu hal yang penting dan

jika tidak dilakukan akan menimbulkan resiko terhadap pasien seperti akan

bertambahnya hari perawatan pasien dengan adanya penambahan diagnosa yang

menyebabkan kematian, untuk pengunjung juga akan menularkan kepada orang

lain pada saat ia pergi dari rumah sakit, untuk perawat akan menjadi (carier)

pembawa kuman yang akan menularkan ke diri sendiri atau orang lain, untuk

rumah sakit, akan menurunkan mutu pelayanan rumah sakit yang dapat

mengakibatkan pembekuan izin operasional rumah sakit. Untuk menjaga hal ini

maka semuanya perlu untuk meningkatkan mutu rumah sakit (Syahwal, 2019).

Sebuah penelitian mengenai hand hygiene dengan five moments pada

perawat belum dilakukan dengan baik, adanya hasil bahwa perawat tidak

melakukan cuci tangan pada moment pertama sebesar 52%, moment kedua 50%,

moment ketiga 75%, moment keempat 69% dan moment kelima sebanyak 78%

(Pratama et al., 2015). Penelitian yang di lakukan juga di rumah sakit RSUP

Sanglah Denpasar departemen intensive care unit (ICU) Barat dengan jumlah

responden 40 orang dengan jumlah 36 orang (90,0%) cukup patuh dan 4 orang

(10,0%) kurang patuh (Firsia Sastra Putri, 2018).

Menurut Dwi (2015) hasil dari penelitian penerapan five moments for

hand hygiene di Rumah Sakit yakni petugas kesehatan di Rumah Sakit X

Surabaya belum tepat dan patuh melakukan kegiatan hand hygiene dikarenakan

tingkat ketepatan langkah-langkah kegiatan hand hygiene petugas kesehatan

belum dapat dikatakan tepat karena masih banyak langkah-langkah yang belum

dilaksanakan dengan benar, dan petugas kesehatan yang melaksanakan kegiatan


6

hand hygiene masih belum dapat dikatakan patuh karena hanya satu momen yang

dilakukan dengan tepat dengan persentase 100% yaitu momen sesudah kontak

dengan pasien. Rendahnya tingkat kepatuhan petugas kesehatan terkait kegiatan

hand hygiene dalam penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yang lain.

Observasi pada salah satu rumah sakit di Thailand menunjukkan bahwa tingkat

kepatuhan petugas kesehatan terkait kegiatan hand hygiene masih di bawah 50%.

Hal yang sama ditunjukkan oleh observasi di salah satu rumah sakit di Kota

Bandung, yaitu tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam kegiatan hand hygiene

hanya 48.3%.

Menurut Jannah (2018) Hasil penelitian nya menunjukkan bahwa

pelaksanaan supervisi kepala ruang terhadap five moment for hand hygiene

perawat pelaksana semua dalam kategori baik (94, 0%). Persentase pelaksanaan

supervisi kepala ruang dalam kategori baik terdiri dari teknik perencanaan (95,

2%), pengarahan (98, 8%), bimbingan (96, 4%), motivasi (95, 2%) dan evaluasi

(94, 0%), namun kategori kurang baik pada teknik observasi (88, 1%).

Rekomendasi untuk kepala ruang RSUDZA Banda Aceh hendaknya

meningkatkan supervisi dengan teknik observasi terhadap pelaksanaan five

moment for hand hygiene perawat pelaksana, karena pemantauan secara langsung

maupun menggunakan lembar observasi dapat memastikan perawat melaksanakan

hand hygiene sesuai dengan ketentuan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurhanifah (2021) menyatakan

terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruang dengan

kepatuhan hand hygiene perawat. Supervisi kepala ruang merupakan bagian yang
7

penting dalam pelaksanaan cuci tangan terhadap perawat pelaksana didapatkan

sebagian besar sudah menjalankan dengan baik. Didukung pula dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ponco (2016) yang menyatakan bahwa Pelaksanaan supervisi

klinis akan meningkatkan pelaksanaan cuci tangan lima momen sebuah Rumah

Sakit.

Pada saat penulis mengobservasi mengenai kejadian ketidakpatuhan

perawat selama di Rumah Sakit Advent Bandung khususnya di ruangan Cempaka

II dalam melaksanakan five moments for hand hygiene di dapatkan banyak

perawat yang masih kurang patuh dalam pelaksanaanya selama seminggu pertama

penulis praktek di ruangan Cempaka II, didapatkan dimana untuk moment

pertama hanya 61, 6%, moment kedua 5%, moment ketiga 5%, moment keempat

15% dan moment kelima 80% saja yang patuh selama pelayanannya.

Berdasarkan pemaparan diatas mengenai masih banyak yang belum patuh

mengenai hand hygiene dalam five moments pada kesempatan ini penulis tertarik

untuk Menyusun Karya Ilmiah Akhir berjudul: “MOTIVASI KEPALA

RUANGAN DALAM MENGEVALUASI PENERAPAN “HAND HYGIENE

FIVE MOMENT” OLEH PERAWAT DI RUANG CEMPAKA 2 RUMAH

SAKIT ADVENT BANDUNG”

1.2 Tujuan Karya Ilmiah Akhir

Tujuan dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dibagi menjadi tujuan umum

dan tujuan khusus.

1.2.1 Tujuan Umum


8

Tujuan umum penulisan Karya Ilmiah Akhir ini adalah mengindentifikasi

gambaran pelaksanaan five moments Hand Hygiene dalam penerapan standar

Pengendalian dan Pencegahan Infeksi di Rumah Sakit Advent Bandung.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah:

1) Mengkaji motivasi karu dalam mengevaluasi pelaksanaan five

moment hand hygiene di ruang Cempaka II Rumah Sakit Advent B

andung.

2) Mengidentifikasi masalah yang timbul di unit terkait five moment

hand hygiene di ruang Cempaka II Rumah Sakit Advent Bandung.

3) Membuat intervensi dalam penanganan masalah terkait

pelaksanaan five moment hand hygiene di ruang Cempaka II Ruma

h Sakit Advent Bandung.

4) Mengimplementasikan tindakan penanganan masalah terkait five

moment hand hygiene di ruang Cempaka II Rumah Sakit Advent B

andung.

5) Mengevaluasi masalah dan penerapan five moment hand hygiene di

ruang Cempaka II Rumah Sakit Advent Bandung.

1.3 Metode Karya Ilmiah Akhir

Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir ini

adalah metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1) Observasi
9

Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamata

n langsung terhadap keadaan yang ada di ruangan. Observasi dilakukan terhadap

perawat yang melakukan five moments hand hygiene pada saat sedang bekerja di

ruangan Cempaka II Rumah Sakit Advent Bandung.

2) Studi Dokumentasi

Pengumpulan data juga dilakukan dengan melihat hasil dokumentasi

sebelum dan sesudah dilakukannya observasi dan sosialisasi dengan penilaian

five moments hand hygiene.

1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir

Manfaat dari penulisan Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat berguna

bagi berbagai pihak, di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Bagi Rumah Sakit

Penulisan ini berguna bagi rumah sakit untuk dapat lebih meningkatkan

kinerja dan mutu pelayanannya dalam patient safety. Juga sebagai bahan

untuk pengambilan kepustakaan dalam rangka peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang dimiliki khususnya mengenai keselamatan pasien dan

penulisan ini diharapkan mampu menjadi masukan untuk pihak manajemen

dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerapan

keselamatan pasien dirumah sakit.

2) Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan ini diharapkan dapat menambah kepustakaan tentang mana

jemen mutu dan penerapan keselamatan pasien, serta dapat memberikan


10

kontribusi terhadap ilmu perumahsakitan khususnya mengenai keselamatan

pasien.

3) Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam keselamatan pasien

dan pengetahuan terhadap penerapan pencegahan infeksi nosocomial dengan

dilakukannya five moments hand hygiene.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Ilmiah Akhir ini dibagi menjadi lima bagian,

di antaranya adalah:

Bab I : Pendahuluan, berisi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,

manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis, meliputi teori-teori ilmiah yang relevan dengan konsep

dasar mengenai infeksi nosocomial dengan penerapan five moments:

konsep dasar cuci tangan dengan konsep hand hygiene yang tepat.

Bab III : Metodologi Karya Ilmiah Akhir, berisi pembahasan meliputi desain

penulisan, subjek penulisan, instrumen observasi, dan prosedur

pengambilan data.

Bab IV : Pembahasan, meliputi hasil temuan dan pembahasan yang didukung

secara ilmiah oleh berbagai penelitian terdahulu.

Bab V : Kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai