Anda di halaman 1dari 11

Hand Hygiene Perawat

Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Application of Nurse’s Hand Hygiene in Hospital’s Inpatient units

Elies Ernawati , Asih Tri R , Satra Wiyanto


1 2 3

1
Rumah Sakit Islam Hasanah Muhammadiyah
Mojokerto Dinas Kesehatan Kota Malang
2

RSI Aisyiyah Malang


3

ABSTRAK
Hand hygiene adalah mencuci tangan menggunakan antiseptik pencuci tangan. Perilaku hand
hygiene perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
perawat dan pasien dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Studi bertujuan mengetahui
gambaran tingkat kepatuhan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit “ X ” di Malang dalam
penerapan lima momen hand hygiene, mengidentifikasi faktor potensial yang berhubungan dengan
hand hygiene tersebut. Studi observasional jumlah subjek sebesar 54 orang. Teknik pengambilan
sampel dengan proportional stratified random sampling. Penentuan akar masalah menggunakan
diagram fishbone. Pemilihan solusi dilakukan melalui pendekatan Urgency Seriousness Growth.
Kepatuhan hand hygiene perawat ruang rawat inap rumah sakit masih rendah (35%). Angka
kepatuhan yang tinggi ditemukan pada momen sesudah kontak atau melakukan tindakan sedangkan
kepatuhan cuci tangan sebelum kontak sangat rendah bahkan nol pada momen sebelum kontak
dengan pasien. Analisis akar masalah menunjukkan faktor pengetahuan dan penguatan monitoring
dalam bentuk audit, media pengingat, tidak adanya mekanisme sangsi dan penghargaan merupakan
determinan kepatuhan hand hygiene.

Kata Kunci: Hand hygiene , kepatuhan, perawat

ABSTRACT
Hand hygiene is washing hands with antiseptic hand wash. Nurses’ hand hygiene behavior is one of
the factors that have a major influence on the health of nurses and patients in the prevention of
nosocomial infection. This study aims to reveal the degree of nurses’ compliance in the inpatient unit
of "X" hospital in Malang in the application of the five moments of hand hygiene and to identify the
potential factors associated with the hand hygiene. Observational study subjects were 54 people.
Sampling technique was with proportional stratified random sampling. Determination of the root of
the problem was by using a fishbone diagram. The solution selection was done through an approach
of Seriousness Growth Urgency. Hand hygiene compliance of nurses on inpatient unit is still low
(35%). A high rate of compliance was found at the moment after contact or take action while hand
washing compliance before contact is very low, even zero at the moment before contact with the
patient. Root cause analysis showed knowledge factors and monitoring strengthening in the form of
audit, media reminders, the absence of sanction and reward mechanisms are determinants of hand
hygiene compliance. Keywords: Compliance, hand hygiene, nurses

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014: Elies Ernawati. Rumah Sakit Islam Hasanah Muhammadiyah
Mojokerto, Jl. HOS Cokroaminoto 26-28 Jagalan Magersari Tel. (0321) 321635 Email: elies.nasya@gmail.com

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
2

89
PENDAHULUAN mempengaruhinya.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan,
tenaga
kesehatan dan pengunjung di rumah sakit dihadapkan METODE
pada risiko terjadinya infeksi atau infeksi Jenis studi ini adalah deskriptif observasional
nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah dengan target populasi perawat yang bekerja di
sakit, baik karena perawatan atau datang unit rawat inap rumah sakit 65 orang. Teknik
berkunjung ke rumah sakit (1). Data menunjukkan pengambilan sampel dengan proportional stratified
tingginya angka infeksi nosokomial baik di dunia random sampling 80% sehingga didapatkan sampel
maupun Indonesia. Dari data surveilans WHO sebanyak 54 orang.
dinyatakan bahwa angka kejadiannya sebesar 5%
pertahun (2). Kepatuhan mencuci tangan didefinisikan subjek
penelitian
Mencuci tangan telah dianggap sebagai salah satu melakukan cuci tangan pada 5 momen secara
tindakan terpenting untuk mengurangi penularan keseluruhan dengan benar, dan dinilai dengan
mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lembar observasi yang diadopsi dari WHO. Alat
lebih dari 150 tahun. Penelitian Semmelweis dan pengumpulan data yang digunakan adalah lembar
banyak penelitian lainnya memperlihatkan bahwa observasi untuk mengukur perilaku, kuisioner
penularan penyakit menular dari pasien ke pasien untuk mengukur faktor yang mempengaruhi,
mungkin terjadi melalui tangan petugas kesehatan. kemudian dilakukan wawancara dan fokus grup
Menurut Boyce, Larson menjaga kebersihan tangan diskusi dengan perawat, kepala ruang rawat inap
dengan baik dapat mencegah penularan dan tim PPIRS. Peneliti melakukan observasi selama
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi 3 minggu mulai tanggal 10 Oktober sampai 31
nosokomial (1). Oktober 2013. Setiap subjek di observasi pada
setiap momen di tiap ruang rawat inap yang
berjumlah 6 ruang.
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk Pembagian kuesioner dilakukan kepada perawat
mencuci tangan menggunakan antiseptik pencuci ruang rawat inap sejumlah 54 orang untuk
tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan mengetahui pengetahuan perawat. Untuk menguji
global patient safety challenge dengan clean care pengetahuan tentang 5 momen hand hygiene
is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi digunakan kuesioner yang telah diuji validitasnya
penerapan hand hygiene untuk petugas kesehatan dan diuji reliabilitas dengan skor pengetahuan
dengan My five moments for hand hygiene (3), diklasifikasikan dengan rumus Arikunto.
yaitu melakukan cuci tangan sebelum
bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan Wawancara dilakukan kepada beberapa perawat
untuk
prosedur bersih dan steril, setelah bersentuhan denganmengetahui alasan tidak melakukan hand hygiene.
Focus
cairan tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan group discusion (FGD) dilakukan untuk menentukan
pasien, akar
setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien masalah dengan menggunakan diagram fishbone (4)
dan
Sebuah penelitian pada 40 rumah sakit melaporkan pemilihan solusi dengan pendekatan Urgency
kepatuhan tenaga kesehatan yang melakukan Seriousness Growth, fokus kajian adalah mengapa
hand hygiene sebelum dan setelah ke pasien perawat tidak melakukan hand hygiene. FGD
bervariasi antara dilakukan di ruang pertemuan rumah sakit dihadiri
24% sampai 89% (rata-rata 56,6%). Penelitian ini oleh 10 orang yang terdiri dari kepala ruang rawat

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
3

inap, tim PPIRS yang terdiri dari


dilakukan setelah dipromosikannya program WHO perawat pengendali infeksi rumah sakit dan perawat
dalam
pengendalian infeksi. Menurut data Riset Kesehatan pengendali infeksi ruang rawat inap.
Dasar tahun 2007, prevalensi nasional perilaku benar
dalam cuci tangan adalah 23,2%8 (3). HASIL
Dari studi pendahuluan didapatkan data beberapa Berdasarkan observasi terhadap 54 perawat ruang
penyakit infeksi yaitu Dengue Hemoraghic Fever, rawat inap didapatkan 135 kesempatan yang
Gastroenteritis, Typhus Abdominalis, Tuberculosis, mengindikasikan hand hygiene, hanya 47 prosedur
termasuk dalam diagnosa sepuluh penyakit hand hygiene yang dilaksanakan, sehingga
terbanyak pasien rawat inap RS. Hasil kegiatan tim keseluruhan angka hand hygiene yang didapatkan
Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah sebesar 35%. Kepatuhan tertinggi
menunjukkan bahwa angka infeksi yang ada hanya ditemukan pada mencuci tangan sesudah kontak
terjadi di ruang rawat inap, sedang ruang lain dengan cairan tubuh pasien, sedangkan kepatuhan
adalah nol. Hasil kultur specimen pasien rawat terendah adalah sebelum kontak dengan pasien.
inap didapatkan mikroorganisme terbanyak adalah
Acinobachter Baumanii dan Escherichia Coli yang
merupakan kuman terbanyak terdapat pada
tangan manusia. Pentingnya melakukan kebersihan Tabel 1. Angka kepatuhan berdasarkan indikasi lima momen
tangan yang baik dan benar sebagai pencegahan hand hygiene perawat rawat inap
utama
infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multi resisten di rumah sakit. Hasil sidak tim
PPIRS penerapan hand hygiene petugas kurang memuaskan.

Hasil studi pendahuluan ada perawat yang belum melakukan cuci tangan sesuai prosedur yang
ditetapkan RS. Perawat memiliki andil yang sangat besar terhadap terjadinya infeksi nosokomial
karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling banyak melakukan kontak dengan pasien
dan berinteraksi secara langsung dengan pasien selama 24 jam. Hasil penelitian kepatuhan petugas
di rawat inap lebih rendah dibandingkan dengan bagian lain. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji
tingkat kepatuhan perawat di ruang rawat inap RS dalam penerapan hand hygiene, serta faktor
apa yang

Indikasi Lima Moment Angka Kepatuhan di Ruang Rawat


inap
Hand Hygiene
A B C D E F Rerata
1. Sebelum kontak
0% 0% 0% 0% 0% 11% 4%
dengan pasien
2. sebelum tindakan
100% 50% 22% 20% 0% 30% 27%
aseptik / invasif
3. setelah kontak dengan
67% 67% 67% 67% 67% 67% 67%
cairan tubuh pasien
4. sesudah kontak dengan
50% 22% 20% 0% 30% 27%
100% pasien
5. Setelah kontak dengan
benda lingkungan 50% 50% 29% 60% 100% 64% 56%
sekitar pasien

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
4
Berdasarkan kuisioner tentang hand hygiene diperoleh menunjukkan ketersediaan dan kemudahan akses
perawat ruang rawat fasilitas inap adalah belum
Ruang Rawat Inap
hasil bahwa sebanyak
terlaksananya audit 64 % perawat mempunyai hand hygiene sudah baik. Padahygiene
hand aspek metode
dalam dua
Jumlah Fasilitas
tahun terakhir, tidak ada A didapatkan
B C D E F penghargaan atau
pengetahuan
sanksi bagikurang, 32% perawat
pelaksana mempunyai
Tersedia wastafel 1 kebijakan,
1 1 pedoman
1 1 1dan SPO hand hygiene sudah
hand hygiene,
Air bersih mengalir 1 ada,1 1 1 1 1
kurangnya pengetahuan perawat tentang hand
pengetahuan cukup Tersedia Sabun
dan 4% perawat cair
mempunyai 1 program
1 1 audit
1 khusus
1 1 untuk hand hygiene belum
hygiene dan kurangnya Tersedia handuk bersih peralatan pengingat
1 ada1 1 1 1 1
untuk melakukan hand & kering hygiene.
pengetahuan baik. Hasil observasi juga
Tersedia menunjukkan 1 sehingga
handrup 1 1 tidak
1 dapat
1 dilakukannya evaluasi secara
1
Identifikasi alternatif Wastafel bersih 1 berkala
1 1 1 1 1 solusi dilakukan dengan
Tempat handuk kotor 1 1 1 1 1 1
mengidentifikasi
semua semuafasilitas sarana dan
ruang mempunyai dan umpan balik pelaksanaan kemungkinan solusi sistem
hand hygiene,
Tersedia poster 5
yang dapat dilakukan
prasarana moment hand hygiene
0 0
belum 0 0 0 0 pada tiap level akar
masalah, dengan tujuan
hand hygiene yang lengkap. Fasilitas hand hygiene yangada,
Tersedia poster
0 0 sistem
1 pengingat
0 1
untuk menghilangkan,
0 disini adalah dalam bentuk
prosedur hand hygiene
mengendalikan dan poster, mendeteksi
Tersedia SPO hand 1 1 1 1 1 1
adapermasalahan. Metode
di tempat observasi dari 2 jenis sarana, yaituteks berjalan di layar TV untuk
terdirihygiene rumahmenemukan
sakit, supervisi
alternatif solusi yang kepala dipakai adalah metode
Urgency
wastafel Seriousness
yang dilengkapiGrowth
dengan(USG).
sabun Dari perhitunganruangan
antimikroba USG didapatkan alternatif solusi
tentang pelaksanaan yang
hand dipilihdan
hygiene
danadalah pembuatan program audit hand hygiene. sesama
alkohol gliserin untuk handrub. Hanya saja semua perawat mengingatkan bila ada yang lupa
ruang melakukan
nasionalhand
berperilaku benar dalam cuci tangan
belum dilengkapi dengan poster prosedur hand hygiene.
adalahKebijakan rumah sakit yang mengatur
hygiene. tentang pemberian sanksi atau penghargaan
terhadap pelaksanaan hand hygiene belum ada.
Pada diagram
Tabel 2. Sarana dan prasarana hand hygiene di ruang fishbone terlihat adanya gap yang cukup nyata pada
rawat inap aspek metode, aspek pelaksana dan aspek
peralatan. Akar masalah rendahnya tingkat
kepatuhan hand hygiene

Gambar 1. Fishbone diagram faktor potensial penyebab 23,2% (3).


rendahnya kepatuhan hand hygiene perawat ruang rawat inap Bila dilihat dari indikasi 5 momen hand hygiene
perawat mengabaikan hand hygiene sebelum
kontak dengan pasien (4%). Perawat kurang
menyadari bahwa tangan
Pada aspek pelaksana (man), pengetahuan perawat mereka dapat membuat pasien terkontaminasi
kuman dari
tentang hand hygiene masih kurang. Pada aspek tindakan sebelumnya setelah menyentuh pasien
peralatan
dan aspek material untuk pelaksanaan hand hygiene, sebelumnya atau barang disekitar pasien. Penelitian

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
5

Keterangan: 0 artinya tidak ada, 1 artinya tersedia


Tabel 4. Hasil perhitungan USG untuk pemilihan alternatif
solusi
Untuk mencari faktor potensial yang berpengaruh
terhadap kepatuhan hand hygiene perawat ruang rawat inap dilakukan fokus grup diskusi bersama
kepala ruangan dan tim PPIRS. Identifikasi akar masalah dengan menggunakan diagram
fishboneberdasarkan padaman, machine, method, material dari pengamatan, wawancara, dan
brainstorming, disajikan pada Gambar 1.
Fishbone diagram.

Indikasi Lima Moment Angka Kepatuhan di Ruang Rawat


inap

NO Alternatif Solusi Urgent Severe Growth Total


1 Refreshing diklat hand
hygiene 29 31 34 94

2 Program Audit hand


hygiene 34 36 37 107

3 Ada Sanksi / Reward 26 32 33 91


4 Ada pengingat 32 34 40 106
Hand Hygiene
A B C D E F Rerata
1. Sebelum kontak
0% 0% 0% 0% 0% 11% 4%
dengan pasien
2. sebelum tindakan
100% 50% 22% 20% 0% 30% 27%
aseptik / invasif
3. setelah kontak dengan
67% 67% 67% 67% 67% 67% 67%
cairan tubuh pasien
4. sesudah kontak dengan
50% 22% 20% 0% 30% 27%
100% pasien
5. Setelah kontak dengan
benda lingkungan 50% 50% 29% 60% 100% 64% 56%
sekitar pasien
MAN MAN
Pengingat
DISKUSI
Sanksi /
Reward Pengetahuan sibuk Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara
Motivasi Lupa keseluruhan tingkat kepatuhan perawat di
KEPATUHAN
CUCI ruang rawat inap RSIA dalam melakukan hand
TANGAN
Supervisi
Ka ruang.
Pengingat RENDAH
hygiene yaitu 35%. Hal ini sesuai dengan
Audit
Feedback
pengingat penelitian Pitted yang menunjukkan tingkat
berkala
MACHINE
kepatuhan petugas kesehatan dalam
METDOD melakukan hand hygiene masih <50% (5).
Sebuah penelitian pada 40 rumah sakit
melaporkan kepatuhan tenaga kesehatan yang melakukan hand hygiene sebelum dan setelah ke
pasien bervariasi antara 24% sampai 89% (rata-rata 56,6%). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
tahunan prevalensi

Casewell menemukan bahwa 17% perawat di ICU pengetahuan merupakan salah satu hambatan untuk

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
6

terkontaminasi tangannya oleh 100-1000 CFUs melakukan hand hygiene sesuai rekomendasi (9).
Klebsiella
setelah melakukan aktivitas yang bersih seperti Diperlukan suatu program pendidikan tentang hand
memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, menyentuh hygiene yang berkelanjutan dengan informasi yang
tangan selalu
atau bahu pasien (6). diperbarui.
Ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku petugas Dari hasil observasi dan wawancara tentang
kelengkapan
kesehatan terhadap kepatuhan mencuci tangan yaitu fasilitas hand hygiene yang disediakan di ruang rawat
Inap
faktor personal dan faktor lingkungan (7). Faktor tersedia dengan baik. Fasilitas yang disediakan
personal dimasing-
yang dapat mempengaruhi antara lain adalah masing ruangan dilengkapi dengan wastafel, air
bersih
pengetahuan tentang mencuci tangan (5,7), pernah yang mengalir lancar, sabun antimikroba dan alkohol
mengikuti seminar tentang infeksi nosokomial, gliserin untuk hand rub. Ketersediaan sabun dirasa
cukup
pengetahuan tentang proses perjalanan infeksi (7). dan tersedia dalam bentuk sabun cair antiseptik.
Faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku Pengering cuci tangan tersedia dalam bentuk lap
mencuci sekali
tangan antara lain, kurangnya fasilitas hand hygiene pakai. Persediaan lap mendekati pergantian tugas
(5), pada
komite pengendalian infeksi, evaluasi terhadap beberapa ruang rawat inap sudah habis, dan
perilaku menunggu
petugas kesehatan terhadap kepatuhan mencuci petugas house keeping shift berikutnya untuk
tangan,
kurang tenaga dan pasien yang banyak atau menyediakan lap, ruang rawat inap memberikan
overcrowding, solusi
iritasi kulit dan kurang komitmen dari institusi tentang dengan menggunakan tissue sebagai pengganti
selama lap
hand hygiene yang baik (5,7). belum ada. Kelengkapan fasilitas yang disediakan
untuk
Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat hand hygiene di ruang rawat Inap tersedia dengan
kepatuhan petugas kesehatan dalam melakukan baik, namun tingkat kepatuhan melakukan hand
hand hygiene adalah kurangnya pengetahuan hygiene masih rendah (35%). Hasil penelitian ini
tentang praktek hand hygiene sesuai dengan bertentangan dengan hasil penelitian yang
standar (5). Faktor lain adalah kurangnya dilakukan oleh Pitted menyatakan bahwa salah satu
pengetahuan akan pentingnya melakukan hand kendala dalam ketidakpatuhan terhadap hand
hygiene dalam mengurangi penyebaran bakteri hygiene adalah sulitnya mengakses tempat cuci
dan mencegah terjadinya kontaminasi pada tangan atau persediaan alat lainnya yang digunakan
tangan. untuk melakukan hand hygiene. Kemudahan dalam
mengakses
Hasil analisis terhadap pengetahuan perawat tentang persediaan alat-alat untuk melakukan hand hygiene,
bak
hand hygiene melalui jawaban kuisioner didapatkan cuci tangan, sabun atau alkohol jell adalah sangat
penting
bahwa 36 orang perawat (64%) pengetahuannya masih untuk membuat kepatuhan menjadi optimal sesuai

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
7

kurang. Melihat dari beberapa item kuisioner yang diisi standar.


perawat menunjukkan perawat belum terpapar Berdasarkan wawancara dengan tim PPIRS
dengan semua pertanyaan yang diajukan. menyatakan bahwa ada kebijakan Rumah Sakit
Berdasarkan hasil focus group discussion, yang menetapkan implementasi hand hygiene
pengetahuan yang masih kurang disebabkan ada berdasar panduan hand hygiene dari WHO. Hampir
beberapa perawat yang belum pernah mendapat seluruh perawat yang diamati di ruang rawat inap
pendidikan dan pelatihan tentang hand hygiene mengetahui adanya prosedur hand hygiene yang di
dalam satu tahun terakhir. Beberapa perawat dalamnya sudah dirasa efektif untuk
mengatakan pernah mendapatkan pendidikan dan dijalankan, dan tiap langkah dalam panduan tersebut
pelatihan namun lupa. Kemungkinan lain penyebab dimengerti.
kurangnya pengetahuan tentang hand hygiene karena
perawat masih kurang terpapar dengan informasi Hasil observasi di tiap ruang rawat inap belum
ditemukan
tentang hand hygiene yang update dan ilmiah. Hasil poster pengingat lima momen indikasi hand hygiene.
observasi menunjukkan faktor kesibukan perawat Poster pengingat petunjuk yang benar dalam
dalam melakukan
melakukan kegiatan rutinitas keperawatan di ruang hand hygiene sudah tersedia tetapi jumlahnya kurang
rawat
inap berperan dalam kepatuhan cuci tangan. karena hanya ada di dua ruang nurse station. Hal ini
dapat menjadi penghambat perawat dalam
melakukan hand
Perilaku yang didasarkan pengetahuan akan lebih hygiene, karena perawat lupa akan indikasi dan
teknik atau
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh standar hand hygiene.
pengetahuan. Perawat dengan tingkat pengetahuan
yang
baik tentang cuci tangan menunjukkan kepatuhannya Berdasarkan fokus grup diskusi di dapatkan bahwa
belum
melakukan cuci tangan. Hal ini sesuai dengan hasil ada kebijakan rumah sakit untuk memberikan
penelitian Saragih dan Rumapea bahwa perawat konsekuensi kepada petugas yang tidak melakukan
dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang hand hygiene, dan memberikan penghargaan
cuci tangan mempunyai kepatuhan yang lebih kepada petugas yang melakukan hand hygiene.
tinggi (73,75%) untuk melakukan prosedur cuci Dengan adanya penghargaan dapat memberikan
tangan (8). Program sosialisasi cuci tangan dengan motivasi terhadap anggota organisasi, dari motivasi
cara memberikan pendidikan tentang pengetahuan tinggi tersebut dapat memberikan hasil yang lebih
5 momen cuci tangan dapat meningkatkan dari yang diharapkan dalam organisasi. Hukuman
pengetahuan dan kepatuhan cuci tangan 5 momen berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
pada para perawat yang bekerja di unit perawatan pegawai. Dengan hukuman maka pegawai akan
intensif (3). Peningkatan kepatuhan cuci tangan ini takut untuk melanggar peraturan-peraturan
sesuai dengan peningkatan pengetahuan, yaitu perusahaan, tidak melakukan kesalahan yang
sebelum sosialisasi hanya sekitar 80% perawat merugikan dan mengurangi resiko kesalahan dalam
yang mengetahui kepentingan dan prosedur cuci organisasi (10). Penerapan pemberian hukuman
tangan dan setelah sosialisasi kepatuhan cuci dan penghargaan dapat membawa pengaruh positif
tangan meningkat menjadi 100%. Hal ini antara lain adanya tolok ukur kinerja yang jelas,
menunjukankan bahwa proses sosialisasi untuk kinerja individu semakin meningkat karena adanya
meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan sistem pengawasan yang obyektif.
dapat
meningkatkan tingkat kepatuhan cuci tangan. Berdasarkan hasil fokus grup diskusi didapatkan

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
8

Kurangnya bahwa

selama satu tahun terakhir belum dilakukan evaluasi mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
kepatuhan hand hygiene, dan selama ini mereka tidak diprogramkan dapat dilaksanakan dengan benar dan
pernah mendapatkan umpan balik pelaksanaan hand lancar (12). Supervisi secara langsung
memungkinkan
hygiene di unit masing masing. Standar akreditasi RS manajer keperawatan menemukan berbagai
tahun 2012 menyatakan bahwa rumah sakit hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan
asuhan
mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi keperawatan di ruangan dengan mengkaji secara
risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan. menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhinya
dan
Penjabaran dari standar itu adalah penerapan program bersama dengan staf keperawatan untuk mencari
jalan
cuci tangan. Program tersebut harus merujuk pada pemecahannya (13).
pedoman yang diterima secara internasional; Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin
misalnya dari WHO atau CDC. Rumah sakit harus pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah
mengadopsi pedoman cuci tangan dari salah satu direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti
lembaga tersebut, membuat kebijakan dan lebih efektif dan efesien, sehingga menghasilkan
prosedur lengkap perihal cuci tangan, serta kinerja yang baik dan tujuan yang telah ditetapkan
memastikan penerapan yang konsisten di seluruh organisasi dapat dicapai dengan memuaskan
(14). Kepala ruangan melakukan evaluasi perawat
area rumah sakit.
Untuk memastikan konsistensi pelaksanaan program pelaksana dengan memberikan umpan balik baik
formal
hand hygiene, harus dilakukan pemantauan dan maupun informal untuk meningkatkan kinerja
perawat
pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaannya, pelaksana. Perhatian, rasa peduli dan tanggung
jawab
evaluasi tingkat keberhasilan serta tindak lanjut. untuk memberikan umpan balik bagi perawat
Berdasarkan hal tersebut perlu disusun program audit pelaksanasangat perlu dilakukan kepala ruangan
untuk
hand hygiene. Pengertian audit hand hygiene adalah meningkatkan mutu asuhan keperawatandan
program
melakukan pemeriksaan praktek aktual terhadap patient safety (13).
kepatuhan sesuai dengan program dan standar PPIRS Hasil penelitian Maria menunjukkan ada hubungan
yang peran
sudah dibuat. Berdasarkan hasil fokus grup diskusi kepala ruangan melakukan supervisi perawat
pelaksana
disepakati pokok kegiatan dalam program audit hand dengan penerapan patient safety, dengan adanya
hygiene yaitu sosialisasi program dan refreshing supervisi yang maksimal perawat pelaksana
melakukan
pengetahuan tentang hand hygiene sebelum penerapan patient safety dengan baik. Supervisi
pelaksanaan kepala
audit, pelaksanaan audit hand hygiene dan fasilitas ruangan yang dilakukan perawat di rumah sakit
hand
hygiene di seluruh ruang rawat inap, dan pemberian menunjukkan perawat pelaksana telah melakukan
kinerja
umpan balik hasil audit kepada perawat setelah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
9

kepala
pelaksanaan audit hand hygiene. ruang di ruangan sehingga kepatuhan terhadap SPO
Menurut WHO untuk meningkatkan kepatuhan dalam mencuci tangan bisa mencapai 100% (13). Hasil
penelitian
melakukan hand hygiene diperlukan multidimensi oleh Damanik menunjukkan bahwa adanya
strategi pendekatan (9). Pendekatan tersebut pengawasan terhadap pelaksanaan hand hygiene
meliputi perubahan sistem dengan menyediakan lebih banyak patuh melakukan hand hygiene (15).
hand rub berbasis alkohol selain wastafel dan Arifien menunjukkan bahwa responden yang
sabun antiseptik di setiap titik perawatan, mendapat dukungan dari pimpinannya berpeluang
pendidikan dan pelatihan kepada petugas lebih patuh sebesar 21 kali dibandingkan dengan
kesehatan secara teratur dan berkala, evaluasi dan responden yang kurang mendapat dukungan dari
umpan balik berupa monitoring, evaluasi dan pimpinannya. Selain itu hasil juga menunjukkan
pemberian umpan balik pelaksanaan dan infra bahwa ada hubungan yang bermakna antara
struktur hand hygiene, persepsi dan pengetahuan dukungan/komitmen pimpinan dengan kepatuhan
petugas kesehatan secara (15).
teratur, adanya pengingat di tempat kerja untuk Berdasarkan pengamatan kepatuhan hand hygiene
promosi
dan meningkatkan kepedulian petugas kesehatan. perawat ruang rawat inap rumah sakit masih rendah
Upaya
tersebut harus ditunjang dengan dukungan organisasi (35%). Kepatuhan hand hygiene perawat lebih
dan banyak
partisipasi pasien untuk meningkatkan budaya dilakukan sesudah perawat melakukan tindakan
invasif
keselamatan. Hasil penelitian Benedetta et al di Afrika aseptik, dan paling sedikit dilakukan sebelum
perawat
menunjukkan dengan mengimplementasikan strategi kontak dengan pasien. Tingkat pengetahuan
dari perawat
WHO tersebut, dapat meningkatkan kepatuhan hand sebagian besar (64%) masih kurang. Faktor potensial
yang
hygiene para petugas kesehatan sebesar 8% dari 21,8% berhubungan dengan kepatuhan hand hygiene
adalah
(11). Kunci keberhasilan hand hygiene berasal dari pengetahuan perawat yang kurang, tidak adanya
berbagai intervensi yang melibatkan perubahan pelaksanaan audit hand hygiene secara berkala yang
perilaku,
pendidikan kreatif, monitoring dan evaluasi, dan lebih diketahui perawat, dan tidak ada supervisi kepala
ruang
penting adalah keterlibatan supervisor sebagai terhadap pelaksanaan hand hygiene di ruang rawat
rolemodel inap
serta dukungan pimpinan (1). rumah sakit.
Agar pelaksanaan program audit hand hygiene dapat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan
hand
terlaksana dengan baik diperlukan dukungan hygiene pada perawat secara umum masih rendah
keterlibatan
kepala ruangan selaku pimpinan dari perawat terutama pada fase sebelum kontak maupun
pelaksana tindakan.
di masing-masing ruang rawat inap. supervisi Kurangnya pengetahuan, dan penguat dalam bentuk
merupakan
bagian dari fungsi directing pengingat, audit, mekanisme reward punishment

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
10

(penggerakkan/pengarahan) menjadi
dalam fungsi manajemen yang berperan untuk akar masalah rendahnya kepatuhan hand hygiene.

DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Lainnya. Jakarta: Departemen Kesehatan


1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. RI; 2008.
Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian 2. Roeshadi D dan Winarti A. Pengendalian Infeksi
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Nosokomial di RSUD dr Soetomo Surabaya. Cermin

Kedokteran Indonesia. 1993; 82: 13-15. http:// www.who.int/gpsc/national_campaigns

3. Jamaludidin J, Sugeng S, Wahyu I, dan Sondang /PS_hand_hygiene _tools_2010_6_en.pdf


M.
Kepatuhan Cuci Tangan 5 Momen di Unit 10. Yiswi N. Imbalan dan Hukuman dalam Organisasi.
Perawatan
Intensif. Majalah Kedokteran Terapi Intensif. (Online) 2013.
2012;
2(3): 125 -129. http://17111512.student.gunadarma.ac.id/tulisan.ht

4. Ilie G and Ciocoiu C. Application of Fishbone ml


Diagram
to Determine the Risk of an Event with Multiple 11. Allegranzi B, Sax H, Richet H, et al. Successful

Causes. Management Research and Practice. Implementation of the World Health Organization
2010;
2(1): 1-20. Hand Hygiene Improvement Strategy in a Referral

5. Pittet D. Improving Adherence to Hand Hygiene Hospital in Mali, Africa Infection Control and
Hospital
Practice: A Multidisciplinary Approach. Emerging Epidemiology. Infection Control and Hospital
Infectious Diseases. 2011; 7(2): 234-240. Epidemiology. 2010; 31(2): 133-141.
6. Casewell M and Philips I. Hand as a Route of 12. Suarli S dan Bahtiar Y. Manajemen Keperawatan
Transmission or Klebsiella Species. British dengan Pendekatan Praktis. Jakarta: Erlangga; 2010.
Medical
Journal. 1977; 2(6098): 1315-1317. 13. Rumampuk MVH, Budu, dan Nontji W. Peran Kepala

7. Takahashi I and Turale S. Evaluation of Individual Ruangan Melakukan Supervisi Perawat dengan
and
Facility Factors that Promote Hand Washing in Penerapan Patient Safety di Ruang Rawat Inap
Aged- Rumah
Care Facilities In Japan. Nursing & Health Sakit. [Tesis]. Universitas Hasanudin, Makasar. 2013.
Sciences.
2010; 12(1): 127-134. 14. Anwar AA, Irwandy, dan Noer BN. Hubungan

8. Saragih R dan Rumapea N. Hubungan Pengetahuan, Motivasi, dan Supervisi dengan


Karakteristik Kinerja
Perawat dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Perawat dalam Melaksanakan Patient Safety Di
RSUP
Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2012. [Tesis].
Columbia Asia

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014


Hand Hygiene Perawat
11

Medan. (Online). Universitas Hasanudin, Makasar. 2012


http://uda.ac.id/jurnal/main.php?
page=view&&id=89. 15. Damanik SM, Susilaningsih FS, dan Amrullah AA.

9. WHO. Using WHO Hand Hygiene Improvement Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel
Tools
to Support the Implementation of National/Sub- Bandung. [Tesis]. Universitas Padjajaran, Bandung.

National Hand Hygiene Campaigns. (Online) 2011.


2010.

Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014

Anda mungkin juga menyukai